Penyediaan dan Pemberian Pakan

4.3 Penyediaan dan Pemberian Pakan

Ternak sering diidentikkan dengan mesin yaitu mesin biologis yang mampu mengubah bahan-bahan yang kurang berguna bagi manusia menjadi produk bernilai tinggi. Untuk menghasilkan sesuatu tentu mesin memerlukan bahan baku. Demikian juga ternak. Semakin mencukupi jumlah bahan baku yang diperolehnya maka semakin tinggilah kemampuannya menghasilkan produk yang diharapkan. Semakin tinggi kualitas bahan baku yang diberikan semakin berkualitas produk yang dihasilkan. Jadi prinsip dasarnya adalah kita akan memperoleh banyak bila kita memberi banyak. Kita akan memperoleh yang terbaik kalau memenuhi semua kebutuhan mereka dengan masukan yang yang berkualitas baik. Catatan : kualitas yang baik bukan berarti harus yang mahal.

Bahan baku yang diperlukan oleh ternak untuk tetap hidup dan untuk menghasilkan produk kita sebut makanan. Makanan mengandung zat-zat gizi yaitu protein, lemak, karbohidrat (sering disebut gula), mineral dan vitamin. Zat-zat inilah yang digunakan oleh tubuh ternak untuk melangsungkan proses-proses kehidupan itu sendiri dan untuk menghasilkan produk-produk yang diharapkan darinya. Semua zat gizi ini harus terdapat dalam makanan atau ransum yang dikonsumsi oleh ternak dengan jumlah yang cukup dan keadaan yang seimbang (proporsional).

Jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh seekor ternak sangat tergantung kepada banyak faktor. Dua di antaranya yang sangat penting adalah umur dan fase reproduksi. Umur merupakan salah satu faktor yang amat besar pengaruhnya terhadap kebutuhan zat gizi. Ternak- ternak muda terutama sangat membutuhkan protein dalam jumlah cukup. Seperti sudah dibahas sebelumnya, protein sangat penting untuk pembentukan sel-sel tubuh. Karena pertumbuhan itu sendiri pada dasarnya terjadi melalui pertambahan jumlah, jenis dan ukuran sel-sel tubuh maka wajarlah ternak-ternak yang masih muda memerlukan lebih banyak protein. Demikian juga mineral dan vitamin sangat penting pada fase pertumbuhan. Mineral kalsium dan fosfor, misalnya, juga vitamin D, sangat besar peranannya bagi pertumbuhan tulang dan gigi.

Fase reproduksi sangat besar pengaruhnya terhadap kebutuhan zat gizi. Ternak-ternak betina yang sedang bunting atau menyusui harus diberi makanan ekstra yang kaya akan protein, mineral dan vitamin. Sekali lagi, kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan janin dan pembentukan air susu semuanya berasal dari zat-zat gizi yang ditransfer melalui tubuh induk. Itu sebabnya kalau kurang makan maka induk yang lagi bunting atau menyusui sering mengalami penurunan bobot badan yang drastis. Pada saat bunting atau menyusui anak maka secara naluriah tubuh induk akan mengutamakan kepentingan janin dan pembentukan air susu. Akibatnya, bila suplai atau masukan zat-zat gizi dari ransum kurang maka tubuh akan berusaha mencukupinya dengan menguras cadangan zat-zat gizi yang ada pada tubuh. Untuk mencukupi energi misalnya, tubuh akan memanfaatkan timbunan lemak tubuh sedangkan untuk menutupi kekurangan protein maka giliran otot-otot tubuh yang digerogoti. Akibatnya si induk menjadi kurus. Kondisi serti inilah yang sering dialami oleh induk-induk ternak di usaha ternak pedesaan sehingga siklus reproiduksi mereka menjadi lambat.

Demikian juga halnya dengan mineral, terutama kalsium dan fosfor. Kekurangan kedua zat gizi ini akan ditutupi dengan menguras cadangan mineral yang disimpan dalam tulang dan Demikian juga halnya dengan mineral, terutama kalsium dan fosfor. Kekurangan kedua zat gizi ini akan ditutupi dengan menguras cadangan mineral yang disimpan dalam tulang dan

Ransum harus disusun dari beberapa jenis bahan makanan. Keharusan menyusun ransum dari bahan-bahan yang beragam sangat penting diperhatikan mengingat hampir tidak ada satupun bahan pakan yang mengandung semua jenis zat gizi dalam jumlah yang lengkap dan cukup. Bahan-bahan pakan yang umum kita kenal biasanya menonjol hanya pada satu atau dua zat gizi sedangkan pada zat gizi yang lain kekurangan. Sebagai contoh, jagung atau ubi kaya akan energi tapi miskin akan protein dan mineral. Tepung ikan kaya akan protein dan mineral tapi kandungan energinya tidak mencukupi. Kondisi yang sama ditemukan pada semua bahan makanan lainnya. Oleh sebab itu salah satu dasar penggolongan bahan pakan ternak adalah berdasarkan kandungan zat gizinya yang paling menonjol. Ada bahan pakan yang digolongkan sebagai sumber energi karena kandungan energinya tinggi. Yang lain digolongkan sebagai sumber protein, sumber mineral atau sumber vitamin, tergantung kepada kandungan zat gizinya yang paling menonjol.

Bahan pakan yang berasal dari tumbuhan (pakan nabati) umumnya kaya akan energi dan harganya relatif murah. Kelemahan utamanya adalah kandungan proteinnya rendah sedangkan serat kasarnya tinggi. Contohnya adalah jagung, dedak, bungkil kelapa, bungkil kedele, bungkil kacang tanah, ubi-ubian dan sisa-sisa sayuran. {Khusus yang tergolong bungkil- bungkilan ini cukup tinggi kandungan proteinnya dibanding pakan nabati lainnya}. Sebaliknya, bahan pakan yang berasal dari hewan (pakan hewani) umumnya tinggi kandungan protein dan mineralnya serta rendah serat kasarnya. Hanya saja kandungan energinya sering kurang memadai dan harganya lebih mahal. Contohnya adalah tepung ikan, abu atau sisa-sisa ikan baik ikan olahan maupun ikan segar, tepung bekicot, tepung darah {yang satu ini kandungan proteinnya sangat tinggi namun daya cernanya sangat rendah}. Atas dasar pertimbangan di atas, terutama kandungan gizi dan harga, maka dalam praktek penyiapan ransum ternak selalu agar bahan pakan penyusunnya beragam.

Selain karena alasan di atas, khususnya untuk ternak babi, penyertaan bahan pakan hewani dalam ransum sangat penting untuk merangsang selera makan. Ternak babi juga memiliki indera pengecap dan penciuman yang kuat. Apalagi kalau hangat, bahan pakan hewani akan menyebarkan aroma dan rasa sedap. Ransum seperti ini sangat disukai ternak babi. Untuk kondisi pedesaan, menurut pengalaman kami sendiri, yang paling layak digunakan, baik karena pertimbangan kandungan zat gizi maupunharganya, adalah abu atau sisa-sisa ikan beserta hewan-hewan kecil. Kami sendiri ketika beternak babi, paling sering menggunakan abu ikan teri karena kandungan proteinnya cukup tinggi (antara 30 - 40%), aroma dan rasanya enak sehingga disukai ternak babi apalagi kalau sudah dimasak. Satu kg biasanya cukup untuk satu ekor babi selama 7 - 10 hari, tergantung ukuran tubuhnya.

Hewan-hewan kecil lain juga dapat digunakan sebagai sumber protein bagi ternak. Dari ladang atau sawah bisa dicari keong, kodok, kerang atau yang sejenis. Dari pasar bisa diminta sisa-sisa pembersihan ikan-ikan basah (biasanya berupa isi perut, sirip dan insang).

Prinsipnya segala sesuatu yang berasal dari hewan pada dasarnya dapat dijadikan sebagai sumber zat gizi (terutama protein dan mineral) bagi ternak. Kuncinya adalah kemauan dan tidak merasa jijik, apalagi gengsi. Yang penting ekonomis dan tidak tergantung kepada bahan yang harus dibeli.

Sebagai sumber energi, bahan yang paling tepat untuk kondisi pedesaan adalah ubi, baik ubi rambat maupun ubi kayu. Ampas ubi (onggok) juga bisa, tapi namanyalah ampas saripatinya sudah terkuras. Jadi fungsinya lebih banyak hanya sebagai pengenyang. Dari pada maha-mahal membeli ampas ubi - sudah mahal bau pula lagi - lebih baik diperbanyak memberi daun- daunan (daun ubi rambat, ubi kayu, rerumputan, enceng gondok atau berbagai jenis gulma yang banyak tumbuh di lahan pertanian) dan juga sisa-sisa sayuran. Alih-alih membeli pakan komplit yang harganya tidak murah, lebih baik menanam tanaman yang kaya protein di lahan sendiri yang juga dapat difungsikan sebagai tanaman penutup, pagar tanaman atau pohon peneduh. Jika kandungan mineral pada bahan pakan yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak maka garam mineral dan makanan tambahan lain bisa diberikan.

Bahan diskusi. Pilihlah satu jenis ternak yang paling banyak ditemukan di tempat Anda. Diskusikan dan catatlah hal-hal berikut : Pakan apa yang diberikan kepada ternak tersebut dan pada musim apa ? Jenis tanaman lain apa yang dapat ditanam sebagai sumber pakan ternak di sana?

Budidaya Tanaman Pakan ternak. Di daerah tropis, seperti negeri kita ini, dalam setiap tahun selalu ada saat-saat tidak menyenangkan di mana ketersediaan hijauan sangat terbatas akibat kemarau yang berkepanjangan. Pada hal memelihara ternak berarti memberi mereka makan dalam jumlah cukup secara terus menerus sepanjang tahun. Untuk menghindari, atau setidaknya mengurangi, ketergantungan terhadap pakan hijauan alami ini maka sebaiknya peternak membudidayakan tanaman pakan ternak, baik yang berupa rumput maupun berupa leguminosa (kacang-kacangan).

Membiarkan ternak mengambil sendiri pakan hijauan di padang penggembalaan akan mengurangi kebutuhan tenaga kerja dibanding bila ternak makan di kandang. Namun cara ini membutuhkan lahan yang lebih luas dan cara-cara yang tepat untuk menghindarkan ternak merusak tanaman lainnya. Merumput di padang penggembalaan mungkin dapat mengurangi produktivitas tetapi biasanya lebih disukai ternak serta baik untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka. Di sisi lain, memberi makan di kandang mempunyai manfaat antara lain kotoran ternak mudak dikumpulkan. Pilihan mana yang diambil, antara penggembalaan atau dikandangkan, bergantung kepada kondisi-kondisi agroklimat, sistim pertanian dan ketersediaan lahan. Gabungan antara pemerian makan di kandang dan penggembalaan yang areal yang dipagari mungki9n adalah kombinasi yang paling baik jika diinginkan mencapai produktivitas tinggi.

Saran untuk Pendalaman. Jika tersedia di sekitar tempat tinggal Anda, kunjungilah peternakan yang melakukan penggembalaan dan/atau pemberian pakan di kandang. Diskusikan dengan mereka kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sistem tersebut untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pilihan-pilihan yang tersedia.

Memadukan Tanaman Pakan Ternak dengan Tanaman Pertanian. Pada sebagian besar usaha tani kecil, budidaya tanaman pakan ternak akan menyaingi tanaman pertanian dalam masalah lahan. Apakah budidaya tanaman pakan ternak secara ekonomis lebih menguntungkan dibanding tanaman pertanian harus dilihat kasus demi kasus. Meskipun demikian, terdapat beberapa pilihan untuk menyatukan budidaya tanaman pakan ternak tanpa menghabiskan terlalu banyak lahan seperti beberapa contoh berikut :

Budidaya rumput atau tanaman penutup dalam areal perkebunan. Memagari kebun dengan tanaman pakan berbentuk pohon (leguminosa). Menanam pohon peneduh dan pendukung. Menanam rumput pada gundukan penahan erosi tanah. Menanam rumput saat rotasi tanaman. Menanam tanaman yang hasil ikutannya yang dapat digunakan sebagai pakan ternak seperti

jagung, daun kacang-kacangan dll. Contoh Kasus : Penaman Tanaman Pakan Ternak di Kerala India. Petani-petani yang inovatif di India Selatan menggabungkan budidaya tanaman pakan ternak ke dalam perkebunan jagung, daun kacang-kacangan dll. Contoh Kasus : Penaman Tanaman Pakan Ternak di Kerala India. Petani-petani yang inovatif di India Selatan menggabungkan budidaya tanaman pakan ternak ke dalam perkebunan

Pengelolaan Padang Rumput. Pengelolaan padang rumput sangat penting bagi pengelolaan penggembalaan yang baik. Ada bermacam-macam jenis rumput dan setiap daerah memiliki jenis rumput yang sesuai denmgan kondisi iklim masing-masing. Dalam beberapa kasus, penting untuk mempertimbangkan mengelola tempat merumput dan menanam varietas rumput yang sesuai bagi kebutuhan ternak.

Bahan diskusi. Amati dan diskusikanlah sistem budidaya tanaman pakan ternak yang dilakukan para peternak di tempat tinggal Anda. Tanaman pakan ternak apa yang ditanami oleh petani setempat? Masalah apa yang dihadapi oleh petani dan bagaimana mereka menghadapi masalah tersebut?