Pemilihan Bibit

4.2 Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan beternak. Sebaik apapun pemeliharaan yang diberikan akan tetapi kalau kualitas bibit kurang bagus maka produktivitasnya akan rendah. Kualitas bibit terutama berhubungan dengan potensi genetik (faktor keturunan) yang diwarisi seekor ternak dari kedua tetuanya. Artinya sifat-sifat unggul

dari seekor induk, sampai tingkat tertentu, akan diwariskan kepada turunannya. Secara umum, sekitar 30% dari produktivitas ternak ditentukan oleh faktor genetik (kebakaan) yang diwarisi dari kedua induknya, sedangkan yang 70% lagi ditentukan oleh faktor lingkungan. Keturunan yang baik akan diperoleh dari tetua atau induk yang baik pula. Karena ternak bereproduksi dengan cara kawin antara betina dan jantan maka kedua-duanya harus dipilih secara cermat Berikut ini adalah beberapa kriteria yang harus dipenuhi bila memilih calon bibit babi. (1) Perkembangan kelenjer susu. Baik calon induk maupun calon pejantan harus memiliki paling

tidak 12 pasang puting susu yang normal, berspasi baik (jarak antar puting cukup jauh dan rata) dan berpasangan (tidak ganjil). Semua puting susu yang normal tadi harus terletak sepanjang garis bawah tubuh. Jumlah puting yang dimiliki seekor babi dapat diperiksa sebelum dia disapih. Akan tetapi perkembangan puting susu ini harus diperiksa ulang sewaktu babi mancapai umur 6 - 8 bulan. Dari segi jumlah, spasi dan letak puting susunya, bisa saja seekor babi betina memiliki kelenjer susu yang baik. Namun kalau diperiksa lebih cermat, mungkin di antara puting tadi ada yang cacat seperti buta (tertutup), terbalik atau ketidaknormalan lainnya.

(2) Penampilan fisik. Penampilan fisik (postur tubuh) berkaitan dengan kualitas genetik dan daya tahan terhadap stress lingkungan. Babi yang tidak normal bentuk fisiknya dapat mewariskannya kepada anak-anaknya. Terutama struktur dan kekokohan kaki perlu mendapat perhatian. Kaki yang kokoh bagi betina sangat perlu untuk memikul berat pejantan saat kawin dan juga untuk memikul bobot tubuh saat bunting. Kaki yang lemah akan mempercepat babi induk mengalami kelumpuhan; apalagi kalau ditempatkan di dalam kandang berlantai semen. Khusus untuk pejantan, buah pelir atau testis harus menggantung baik di dalam scrotum. Kedua buah pelir harus simetris (ukuran dan posisi yang sama).

(3) Performan. Performan atau penampilan dalam hal ini meliputi sifat-sifat khas seperti kualitas karkas, kecepatan pertumbuhan dan keefisienan menggunakan makanan.

Saat membeli calon bibit hal-hal berikut perlu diperhatikan : (a) Sedapat mungkin calon bibit dibeli dari peternak yang memiliki reputasi yang baik. (b) Peternakan asal calon bibit memiliki sejarah kesehatan yang baik. Akan lebih baik bila

peternakan tersebut mempunyai ahli kesehatan. Sebaiknya membeli bibit dari satu sumber saja. Membeli bibit dari beberapa sumber dapat meningkatkan resiko masuknya bibit penyakit.

Mengingat pencegahan penyakit sangat diutamakan dalam menjaga kesehatan ternak maka pemilihan bibit yang sesuai dengan kondisi setempat (terutama iklim dan penyakit) dan pemberian pakan berbasis bahan baku lokal menjadi sangat penting. Hal ini berarti jenis bibit yang tepat harus tersedia.

Bibit-bibit ternak lokal sebenarnya lebih tepat dikembangkan oleh usaha ternak pedesaan. Bila diinginkan, mereka dapat disilangkan dengan bibit baru yang sesuai untuk menghasilkan jenis yang mewarisi aspek-aspek positif ternak lokal dan kualitas produksi yang menguntungkan dari bibit baru.

Selama ini bibit-bibit ternak lokal sudah banyak yang tersingkir oleh bibit-bibit ternak unggul yang diimpor. Pada hal ternak-ternak impor biasanya sangat tergantung kepada pola makan lengkap (mengandalkan konsetrat komersil) dan kondisi hidup optimal. Selain itu mereka umumnya lebih rentan terhadap penyakit dibanding ternak lokal sehingga memerlukan lebih banyak perlakuan medis. Jadi menurut hemat kami ternak impor ini, khususnya biakan murni, kurang cocok bagi petani pedesaan mengingat modal yang harus disediakan untuk biaya Selama ini bibit-bibit ternak lokal sudah banyak yang tersingkir oleh bibit-bibit ternak unggul yang diimpor. Pada hal ternak-ternak impor biasanya sangat tergantung kepada pola makan lengkap (mengandalkan konsetrat komersil) dan kondisi hidup optimal. Selain itu mereka umumnya lebih rentan terhadap penyakit dibanding ternak lokal sehingga memerlukan lebih banyak perlakuan medis. Jadi menurut hemat kami ternak impor ini, khususnya biakan murni, kurang cocok bagi petani pedesaan mengingat modal yang harus disediakan untuk biaya