Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Pada Lahan Pasca Tambang Batubara Di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel

PERENCANAAN LANSKAP AREA REKREASI
PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI PIT 1 MANGKALAPI
PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, KALSEL

MAHMUD HARIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
MAHMUD HARIS. A44061649. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada
Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia
Tambang Batulicin, Kalsel. Di bawah Bimbingan NIZAR NASRULLAH.
Lahan bekas tambang Pit 1 Mangkalapi merupakan area bekas tambang
batubara PT Arutmin Indonesia yang berpotensi untuk dijadikan area rekreasi
dengan memanfaatkan pemandangan alam bekas tambang di sekitar tapak seperti
danau (void), highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi
sebagai obyek rekreasi. Masyarakat sekitar tapak memerlukan area rekreasi,
karena saat ini belum ada lokasi rekreasi yang berdekatan dengan masyarakat

sekitar tapak, jarak terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km, sehingga perlu
adanya area rekreasi alternatif yang lokasinya lebih dekat.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana lanskap area rekreasi
yang memanfaatkan danau dan high wall sisa tambang sebagai obyek rekreasi
utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya dilengkapi fasilitas pelayanan
pengunjung dengan suasana lanskap alami yang aman, nyaman dan mendukung
keberlanjutan reklamasi.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan
mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan
pada penelitian ini menggunakan pendekatan sumberdaya. Tahapan perencanaan
meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanan
lanskap. Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan
berupa gambar site plan dan beberapa gambar penunjang lain.
Tambang Mangkalapi terletak di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan
Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak pada
115°35'28.80" - 116°05'10.00" BT dan 03°10'38.10" - 03°21'21.50" LS. Desa
Mangkalapi dan Teluk Kepayang merupakan pemukiman penduduk terdekat
dengan lokasi yang berjarak 4 km. Luas tapak yang dimanfaatkan sebagai area
peneletian adalah 17.78 Ha, sebagian berupa perairan (danau) dengan luas 8.37
Ha. Kualitas air terakhir pada bulan Desember 2010 menunjukkan nilai pH

keluaran (outlet) berkisar antara 6.0 – 7.0 dengan nilai rata-rata 6.5. Curah hujan
pada tahun 2010 memiliki rata-rata curah hujan bulanan > 200 mm. Bentukan
permukaan lahan pada tapak cukup bervariasi mulai dari datar (0-8%) hingga
terjal (> 45%). Jenis vegetasi yang terdapat di tapak berdasarkan hasil survei
adalah jenis tanaman tali purun (Elocharis durcis) yang banyak terdapat di tepian
danau dan vegetasi yang mendominasi adalah akasia (Acacia mangium).
Lahan bekas tambang Pit 1 Mangkalapi saat ini masih berupa area
reklamasi. Pemandangan sekitar tapak cukup baik yaitu dengan keberadaan
feature di sekitar tapak seperti danau, highwall (lereng curam sisa tambang) dan
area tanaman reklamasi yang rimbun, sehingga memberi nilai tambah dalam
pengembangan kawasan lebih lanjut. Masyarakat sekitar tapak berharap
peruntukkan area bekas tambang ini sebagai area rekreasi. Permasalahan pada
tapak antara lain jalan menuju tapak licin jika hujan turun, kualitas tanah yang
kurang subur, kualitas air yang belum diteliti secara detail.

Konsep dasar perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1
Mangkalapi adalah menjadikan area tersebut menjadi area rekreasi yang memiliki
kekhasan dengan memanfaatkan danau dan high wall bekas tambang sebagai
obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya dilengkapi fasilitas
pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang aman, nyaman dan

mendukung keberlanjutan reklamasi. Konsep tersebut dikembangkan dalam
konsep ruang, rekreasi, sirkulasi, vegetasi dan fasilitas.
Perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan pasca tambang batubara di
Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia ini dibagi dalam tiga zona yaitu zona
intensif, semi intensif dan ekstensif. Zona intensif terdiri dari ruang penerimaan
seluas 1.552 m2, ruang pelayanan 3.779 m2, ruang rekreasi utama dengan luas
2.824 m2 yang terdiri dari aktivitas berperahu dan berkelotok, menikmati
pemandangan (high wall, area reklamasi dan danau), jalan santai dan bermain.
Zona semi intensif terdiri dari ruang rekreasi alternatif dengan luas 2,78 Ha yang
terdiri dari aktivitas memberi makan ikan, rekreasi minat khusus (rekreasi
pendidikan tambang), berkemah dan menikmati pemandangan, serta ruang
rekreasi pendukung dengan luas 1.662 m2 yang terdiri dari aktivitas piknik,
bersantai dan berfoto. Zona ekstensif merupakan ruang konservasi dengan luas
14,6 Ha.
Perencanaan lanskap area rekreasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas
pelayanan pengunjung. Beberapa fasilitas yang dikembangkan di tapak seperti
name sign, loket tiket, area parkir, ruang pengelola (merangkap ruang informasi
dan rescue), pos jaga, mushola, kantin, kios, toko cindera mata, toilet, gazebo,
area piknik, area berkemah, dek utama, terminal perahu, dek singgah (transisi),
tempat bermain anak, menara pandang dan shelter.


PERENCANAAN LANSKAP AREA REKREASI
PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI PIT 1 MANGKALAPI
PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, KALSEL

MAHMUD HARIS
A44061649

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan Karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca
Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin
Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel

Nama

: Mahmud Haris


NRP

: A44061649

Departemen

: Arsitektur Lanskap

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr
NIP. 19620118 198601 1 001

Menyetujui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001


Tanggal lulus:

RIWAYAT HIDUP
Mahmud Haris dilahirkan di Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 29
Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dalam keluarga Amir
dan Sami, S.Pd.
Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1994 sampai 2000
dengan mengikuti pendidikan di SD Negeri Pamahan, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 9 Bekasi sampai tahun 2003. Pada tahun
2003 sampai dengan 2006 penulis menyelesaikan masa pendidikan di SMA
Negeri 113 Jakarta.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI
pada tahun 2006. Setelah satu tahun melalui Tahap Persiapan Bersama (TPBIPB), penulis memilih Departemen Arsitektur Lanskap sebagai program mayor
dan program minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kampus,
seperti pengurus BEM TPB IPB (2006-2007) Divisi Infromasi Komunikasi,
majalah kampus Gema Almamater (2006-2007) sebagai Layouter, Himaskap
(Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) periode 2008 sebagai pengurus Divisi
Infromasi Komunikasi dan pada tahun 2009 menjabat sebagai wakil ketua
Himaskap. Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan

pengabdian lingkungan bersama dosen.
Penulis juga pernah mengerjakan beberapa proyek baik pribadi ataupun
kelompok dan sayembara yang berkaitan dengan Arsitektur Lanskap. Sayembara
yang pernah diikuti diantaranya sebagai peserta Sayembara Taman BMW, Jakarta
(2007), peserta Sayembara Perancangan Taman Kota Kebun Pisang, Jakarta Utara
(2009), juara III Sayembara Pengkayaan Desain Arsitektur Lanskap dan
Arsitektur Masterplan Kebun Raya Solok, Sumatera Barat (2009), peserta
Sayembara Perencanaan dan Desain New Landscape In-Ex.mining Development
Bangka Belitung Eco Park (2010), sepuluh besar finalis Sayembara Perancangan
Taman Topi, Bogor (2010) dan Nominasi 50 karya terpilih Sayembara Konsep
Perancangan Perpustakaan Nasional RI yang dipamerkan di Taman Ismail
Marzuki Jakarta (2010).

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah, La haula wala quwwata illabillah, segala
puji dan syukur hanya bagi Allah SWT. Rabb semesta alam. Setiap titik motivasi
bagi penulis menjadi nikmat luar biasa. Bahkan nikmat-Nya tak terlampaui jika

dicatat dengan lautan tinta sekalipun. Rasulullah SAW sebagai teladan terbaik,
semoga shalawat selalu tercurahkan pada baginda rasul, keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang tiada berpaling. Karya kecil dengan judul “Perencanaan
Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang Batubara di Pit 1 Mangkalapi
PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel” dapat diselesaikan penulis atas
dukungan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Orang tua tercinta, Ma’ Baba, atas kasih sayang abadi dan doa terbaik yang
tidak pernah bisa terbalas.
Ade” tercinta Siti Novianti, Rizky Hardianti atas doa dan canda.
Oyot yang selalu bangga pada cucu pertamanya.
Seluruh keluarga besar di rumah. Keluarga nce’ satih, Bang Daya dan semua
sodara di ‘ranah’ betawi.
2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr, sebagai Pembimbing Skripsi atas nasehat dan
bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
Dr. Ir. Andi Gunawan, M. Agr dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen
penguji atas saran dan masukan yang membangun.
Dr. Ir. Alinda F.M. Zein, MS selaku dosen pembimbing akademik.
3. Novi Zulfiyanita

4. PT Arutmin Indonesia, special to Batulicin Mine
Bpk. M. Yusuf atas nasehat, bimbingan dan ilmu baru. Bpk Yakto sebagai
Pembimbing di Arutmin, yang selalu menyupport setiap ide. Bpk Andhi, Ibu
Erni, Om fatur, Bpk Yudi, Om Zaenal, Mba’ Ani, Bang Didit (SHE
Department). Pak AJ, Pak Roni, Om Fawa, Pak Ibnu, Pak Edi, Pak Kahar, Pak
Haji Elmi, Pak Wira, Bang Hikmat, Bang Udin, Bang Ari, Adit (AI Batulicin).
Om Awi & crew survey.

ii

5. Sahabat saya Alan, Ado.
Hikari Boy’s, Bang Buluq, Ridho, Ray, Galih, Ma’ul, Wahyu, Faisal, Bayu,
Alim, Fatwa, Eja. Penghuni ‘gelap’ Hikari, Bang jabi, Bang Oca.
Pram, Joe, Dwica dan Nining, rekan satu bimbingan, maaf saya sering hilang.
Tenktonk Family, atas keceriaan 3 tahun bersama.
Bang Em dan semua 42. Bang Ce’ep, trims atas info magangnya.
ARL 41, 40, seluruh abang” & teteh di ARL.
ARL 44, 45, 46, seluruh generasi penerus di ARL.
Seluruh Keluarga Besar Departemen Arsitektur Lanskap IPB, dosen dan staf.
Wongtani Landscape (Pak Hari, Pak Decky) atas pengalaman yang singkat

namun bermakna.
Keluarga Besar Akar (Bg cepi,alan,bayu,danil,warte) itu pelajaran buat kita
mari berkarya lagi sesuai mimpi kita, yang penting kesuksesan bersama untuk
kita semua.
6. Terima kasih kepada semua teladan dan seluruh mahluk yang punya makna.
Mudah-mudahan saya bisa banyak belajar pada kalian..
Hasil studi ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam
memperdalam keahlian profesi Arsitektur Lanskap, selain dapat juga menjadi
masukan bagi PT Arutmin Indonesia dalam kegiatan pasca tambang khususnya
dan semua pihak umumnya.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pihak manapun yang
memerlukannya.
Terima kasih.

Bogor, Mei 2011

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Penambangan Batubara
Lanskap Pascapenambangan
Reklamasi Lahan Pasca Tambang
Rekreasi
Perencanaan Lanskap
Lanskap Area Rekreasi

4
5
6
7
9
10

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Batasan Penelitian
Metode Penelitian
Tahapan Perencanaan Lanskap

13
13
14
14

INVENTARISASI
Lokasi dan Aksesibilitas
Tata Guna Lahan
Jenis dan Karakteristik Tanah
Topografi dan Kemiringan Lahan
Hidrologi
Iklim
Kualitas Visual Lanskap
Vegetasi dan Satwa
Demografi
Perilaku dan Keinginan Penduduk

17
20
24
25
29
32
32
34
35
36

ANALISIS DAN SINTESIS
Lokasi dan Aksesibilitas
Tata Guna Lahan

39
42

iv

Jenis dan Karakteristik Tanah
Topografi dan Kemiringan Lahan
Hidrologi
Iklim
Kualitas Visual Lanskap
Vegetasi dan Satwa
Demografi
Perilaku dan Keinginan Penduduk
Alternatif Kegiatan Rekreasi
Program Ruang
Hubungan Antar Ruang

44
45
48
50
50
51
52
53
56
60
63

KONSEP
Konsep Dasar
Konsep Ruang
Konsep Rekreasi
Konsep Sirkulasi
Konsep Vegetasi
Konsep Fasilitas

64
64
65
65
66
67

PERENCANAAN LANSKAP
Rencana Ruang
Rencana Rekreasi
Berperahu
Rekreasi Pendidikan
Sightseeing
Taman Bermain Anak
Piknik
Jogging dan Jalan Santai
Rencana Sirkulasi
Rencana Vegetasi
Rencana Fasilitas
Name Sign
Loket Tiket
Area Parkir
Pusat Informasi dan Ruang Pengelola
Pos Jaga
Mushola
Kantin dan Toko Cindera Mata
Toilet
Gazebo dan Area Piknik
Dek dan Terminal Perahu
Menara Pandang

72
79
79
79
80
80
81
81
82
83
84
85
85
85
86
86
86
86
86
87
87
87

v

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

89
90

DAFTAR PUSTAKA

91

LAMPIRAN

93

vi

DAFTAR TABEL
No.

Teks

Halaman

1. Jenis, sumber dan cara pengambilan data

15

2. Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan

25

3. Hasil pengukuran nilai pH dan turbidity Desember 2010

30

4. Kualitas air void ex. tambang Pit 1 mangkalapi (April 2010)

30

5. Daftar vegetasi kawasan reklamasi Tambang Mangkalapi

34

6. Daftar jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu 2010

35

7. Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan
rencana pengembangan aktifitas serta fasilitas

37

8. Hasil analisis dan sintesis pada tapak

56

9. Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak

59

10. Standar kesesuaian ruang (TGL, kemiringan dan hidrologi)

60

11. Program ruang, fungsi, aktivitas dan fasilitas

62

12. Jenis ruang, fungsi, aktivitas, fasilitas dan luas ruang yang
direncanakan

72

13. Alokasi penggunaan ruang dan kapasitas (daya dukung)

74

14. Rencana sirkulasi pada tapak

82

15. Rencana fasilitas yang digunakan pada tapak

84

vii

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Peta lokasi penelitian

13

2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1980)

14

3. Peta aksesibilitas

18

4. Peta batas tapak

19

5. Kondisi tata guna lahan pada tapak

21

6. Peta tata guna lahan kawasan

22

7. Peta tata guna lahan tapak

23

8. Peta Topografi

26

9. Ilustrasi Perspektif Topografi

27

10. Peta Kemiringan Lahan

28

11. Kondisi hidrologi danau Ex. Tambang Pit 1 Mangkalapi

29

12. Peta Hidrologi

31

13. Grafik curah hujan bulanan Batulicin periode 2010

32

14. Good view pada tapak

33

15. Bad view pada tapak

33

16. Gambar vegetasi di sekitar tapak, akasia dan tali purun

34

17. Peta Analisis Lokasi Penelitian

41

18. Peta Analisis Tata Guna Lahan

43

19. Kondisi tanah pada tapak

45

20. Peta Analisis Kemiringan Lahan

47

21. High wall tampak dari jauh dan dekat

46

22. Peta Analisis Hidrologi

49

23. Peta Komposit

61

24. Matriks hubungan antar ruang dalam tapak

63

25. Konsep Ruang

68

26. Konsep Rekreasi

69

27. Konsep Sirkulasi

70

28. Konsep vegetasi

71

29. Site plan

75

viii

No.

Teks

Halaman

30. Site Plan (Blow Up 1)

76

31. Site Plan (Blow Up 2)

77

32. Perspektif Mata Burung

78

33. Ilustrasi ruang rekreasi utama

73

34. Ilustrasi gazebo dan area piknik

87

35. Ilustrasi menara pandang

88

1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang di dalamnya
menyimpan banyak mineral. Selain dikenal dengan julukan ‘Borneo’ karena
merupakan paru-paru dunia, Kalimantan juga terkenal dengan berbagai hasil
tambangnya baik emas, intan, batubara dan lain-lain. Salah satu hasil tambang di
daerah Borneo yang saat ini menjadi primadona adalah batubara.
Pertambangan memiliki manfaat yang sangat besar, salah satunya sebagai
penghasil sumber daya yang menguntungkan secara ekonomis. Selain itu
pertambangan juga memberikan kontribusi terhadap penyediaan sumber energi
dan penyerapan tenaga kerja. Namun dibalik dampak positif selalu terdapat
dampak

negatif

dari

setiap

kegiatan

pertambangan.

Pembukaan

lahan

pertambangan telah mengurangi keberadaan area hijau di Kalimantan Selatan.
Tambang Mangkalapi yang memiliki luas 563,65 Ha mampu memproduksi
batubara sebanyak 1.310.951,57 ton pada tahun 2006 dan menurut rencana akan
ditutup pada tahun 2011 akan menimbulkan dampak lingkungan yang negatif jika
tidak ditangani dengan baik (PT Arutmin, 2008).
Pemanfaatan lahan pascapenambangan melalui kegiatan reklamasi ini
mencakup kegiatan perbaikan tingkat kesuburan tanah dan perbaikan kualitas air
pada danau (void) bekas tambang. Selain itu pemanfaatan pemandangan alam
bekas tambang dengan pemanfaatan feature di sekitar tapak seperti danau,
highwall (lereng curam sisa tambang) dan area tanaman reklamasi. Sehingga area
bekas tambang cukup potensial untuk diperuntukkan sebagai area rekreasi.
Rencana untuk menjadikan Pit 1 Mangkalapi sebagai tempat rekreasi
didukung oleh potensi perairan seluas 8,3 hektar, bentukan lahan pasca tambang
yang mempunyai kualitas estetika yang indah, dikelilingi pepohonan rimbun dari
area reklamasi dan Hutan Produksi PT Inhutani. Selain itu kualitas air di danau
Mangkalapi tersebut sudah cukup baik, yaitu ditunjukkan dengan adanya ikan
sebagai indikator.
Inisiatif pemanfaatan potensi lanskap pada area pascapenambangan
semakin gencar akhir-akhir ini. Proses reklamasi tetap dilaksanakan dengan baik,

2

namun PT Arutmin Indonesia mempunyai rencana untuk memberikan yang lebih
bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah
penyediaan area rekreasi pada void pasca tambang. Penyediaan area rekreasi ini
juga merupakan usulan dari pemerintah desa setempat, yaitu Desa Mangkalapi
dan Desa Teluk Kepayang serta mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.
Penyusunan

rencana

penutupan

tambang

(RPT)

di

Mangkalapi

disempurnakan setiap tahunnya. Termasuk di dalamnya adalah rencana
penyediaan area rekreasi pada danau yang merupakan void pasca tambang yang
berlokasi di Pit 1 Mangkalapi. Penyediaan rekreasi ini didukung adanya rencana
pada tahun 2010 hingga tahun 2012 merupakan tahun promosi wisata, sedangkan
tahun 2013 nanti merupakan tahun kunjungan wisata (Kadisbudpar Kab. Tanah
Bumbu, 2010). Kegiatan rekreasi di Kabupaten Tanah Bumbu juga didukung
dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 2000-2010, yaitu sebesar
3,74 persen. Pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu yang tinggi ini diduga terkait
dengan perkembangan perekonomian kabupaten Tanah Bumbu yang semakin
meningkat. Saat ini Tanah Bumbu dikenal sebagai daerah tujuan pekerja migran.
Kebutuhan masyarakat akan hal rekreatif tinggi, terlebih lagi saat ini
belum adanya lokasi rekreasi yang berdekatan dengan masyarakat di Kecamatan
Mentewe dan Kusan Hulu, khususnya masyarakat sekitar tambang yang jarak
terdekat dengan area rekreasi mencapai 90 km. Sehingga perlu adanya area
rekreasi alternatif yang lokasinya lebih dekat. Desa Mangkalapi dan Desa Teluk
Kepayang yang merupakan pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya
berjarak sekitar 4-6 km. Saat ini rekreasi alam terbuka menjadi pilihan utama
masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi terbuka menunjukan
peningkatan setiap tahun (Gold, 1980).
Perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan bekas tambang ini
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjaga
kelestarian lingkungan. Selain itu, perencanaan ini juga dapat menjadi
pertimbangan dalam pemanfaatan lahan bekas tambang di lokasi lain.

3

Tujuan
Penelitian dengan tema perencanaan lanskap area rekreasi yang dilakukan
di area pascapenambangan

Pit 1 Mangkalapi ini bertujuan untuk menyusun

rencana lanskap area rekreasi yang memanfaatkan danau dan high wall sisa
tambang sebagai obyek rekreasi utama dan beberapa obyek rekreasi lainnya
dilengkapi fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap alami yang
aman, nyaman dan mendukung keberlanjutan reklamasi.

Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ilmu dan pengalaman
yang bermanfaat bagi penulis dan sebagai pedoman bagi PT Arutmin Indonesia
dalam rangka pengembangan potensi lanskap sebagai area rekreasi di area
pascapenambangan Pit 1 Mangkalapi yang diharapkan dapat memberikan manfaat
juga bagi masyarakat, pemerintah dan lingkungan.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Penambangan Batubara
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009,
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang. Proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan
penambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan
bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani
secara baik dan sistematik.
Lebih

lanjut

Bapedal

(2001)

mengemukakan

bahwa

kegiatan

pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Eksplorasi
2. Pembangunan infrastruktur, jalan akses dan sumber energi
3. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman
4. Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan
5. Pengolahan bijih dan operasional
6. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya
Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem
tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasi
penggunaan excavator/shovel dan truk. Urutan kegiatan penambangan batubara
dengan metode ini meliputi:
1. Pembukaan lahan
2. Pengupasan dan penimbunan tanah tertutup
3. Pengambilan dan pengangkatan batubara serta pengecilan ukuran tanpa proses
pencucian batubara (Setyawan, 2004).
Setyawan (2004) juga mengemukakan bahwa sistem penambangan ini
belum memungkinkan untuk dilaksanakan pengisian lubang bekas tambang (back
filling) sehingga tanah pucuk yang terkumpul segera disebarkan pada lahan yang
sudah siap direklamasi (brech final). Apabila brech final belum tersedia, maka

5

tanah pucuk tersebut harus dikumpulkan keluar batas daerah penimbunan atau
diamankan ke tempat kumpulan tanah pucuk. Kemudian lapisan tanah penutup
ditimbun di luar areal tambang dengan sistem terasiring dan recountoring. Pada
kaki daerah penimbunan (waste dump) dibuat kolam pengendapan (settling pond)
untuk menangkap air permukaan dan mengendapkan lumpur yang terangkut.

Lanskap Pascapenambangan
Kegiatan pasca tambang merupakan kegiatan terencana, sistematis dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha penambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di
seluruh wilayah penambangan (UU RI No.4 Tahun 2009).
Kegiatan penambangan batubara akan menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan, terutama terhadap komponen lingkungan :
1. Penurunan kualitas air, bersumber dari adanya erosi tanah
2. Penurunan muka air tanah dangkal, karena dalamnya penggalian lubang
tambang
3. Peningkatan pencemaran debu dan kebisingan, karena pengangkutan batubara;
4. Peningkatan erosi tanah, karena hilangnya vegetasi penutup
5. Kehilangan potensi dan struktur vegetasi; karena aktiivitas pembersihan lahan
(land clearing) sebelum pertambangan dimulai
6. Kehilangan satwa liar, karena hilangnya habitat
7. Perubahan penggunaan lahan, karena adanya penempatan proyek
8. Peningkatan kesempatan berusaha, karena berkembangnya perekonomian lokal
9. Peningkatan potensi konflik sosial, karena adanya pertentangan kepentingan
dan kecemburuan sosial
Dampak terhadap komponen lingkungan fisik-kimia dan biologi tersebut
tidak dapat dihindarkan namun dapat ditekan seminimal mungkin. Selain dampak
negatif, proyek pertambangan batubara di wilayah Batulicin akan menimbulkan
dampak positif terhadap lingkungan sosial dan ekonomi dalam bentuk terbukanya
peluang kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat setempat, serta
meningkatkan pendapatan daerah (PT Arutmin, 2003).

6

Reklamasi Lahan Pasca Penambangan
Menurut KEPMEN Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995
yang dimaksud reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdayaguna sesuai dengan
peruntukkannya. Selanjutnya Feriansyah 2009 menyebutkan bahwa kegiatan
reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu :
1. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
ekologinya.
2. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk
pemanfaatan selanjutnya.
Tujuan akhir reklamasi lahan pasca penambangan adalah pilihan optimal
dari berbagai keadaan dan kepentingan. Selain itu perlu diingat bahwa reklamasi
merupakan kepentingan masyarakat banyak, sehingga tujuan reklamasi tidak
boleh hanya ditentukan sendiri oleh perusahaan pertambangan yang bersangkutan.
Penetapan tujuan reklamasi dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut :
1. Jenis mineral yang ditambang.
2. Sistem penambangan yang digunakan.
3. Keadaan lingkungan setempat.
4. Keadaan dan kebutuhan sosial-ekonomis masyarakat setempat.
5. Keekonomian investasi mineral.
6. Perencanaan tata ruang yang telah ada.
Tahapan kegiatan reklamasi berdasarkan RPT Arutmin 2008 diawali
dengan proses pemindahan dan penimbunan tanah penutup (overburden) lalu
diikuti dengan perataan atau regrading. Setelah perataan dilakukan sesuai dengan
rencana, tanah pucuk kemudian ditaburkan pada permukaan yang telah diregrade
dengan ketebalan minimal 0,5 meter. Penyebaran tanah pucuk kemudian diikuti
dengan pengemburan sepanjang kontur atau kontur ripping, check dam bila
diperlukan. Peletakan kontur ripping sepanjang kontur dimaksudkan agar air
yang mengalir dapat terperangkap dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman pada usia dini.

7

Menurut Suprapto (2008), secara umum yang harus diperhatikan dan
dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang adalah :
1. Dampak perubahan dari kegiatan pertambangan.
Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan.
Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang
juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya.
2. Rekonstruksi tanah.
Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti rekonstruksi
lahan dan pengelolaan tanah pucuk.
3. Revegetasi.
Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim
setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan
spesies yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang
cepat tumbuh.
4. Pencegahan air asam tambang.
Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan,
hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan yang
mengandung sulfida pada udara bebas.
5. Pengaturan drainase.
Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk
menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir.
6. Tata guna lahan pasca tambang
Lahan bekas tambang tidak selalu dekembalikan ke peruntukan semula. Hal
ini tertgantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut.
Rekreasi
Gold (1980) mendefinisikan bahwa rekreasi adalah melakukan berbagai
aktivitas pada waktu luang yang bertujuan untuk mencapai kepuasan pribadi dan
untuk mendapatkan pengalaman pribadi. Sumber daya untuk rekreasi adalah
tempat tujuan bagi orang untuk melakukan aktivitas rekreasi. Ketersediaan
sumber daya untuk rekreasi merupakan jumlah dan kualitas dari sumber daya
yang tersedia di tempat rekreasi yang dapat digunakan pada waktu tertentu.

8

Permintaan rekreasi dapat dijadikan sebagai suatu ukuran dalam menentukan
tapak yang terbaik dan tipe yang paling cocok dengan sumber daya, fasilitas, dan
program rencana.
Gold (1980) juga menekankan bahwa sangat mendasar untuk memahami
berbagai teknik pendekatan dalam merencanakan rekreasi. Hal ini menghindari
konflik yang muncul akibat perbedaan dalam teknik pendekatan. Beberapa
pendekatan yang dipakai adalah :
1. Pendekatan sumberdaya, penentuan tipe-tipe serta kemungkinan-kemungkinan
rekreasi dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumber
dayanya.
2. Pendekatan aktivitas, dilakukan dengan menyeleksi aktivitas pada masa lalu
untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat disediakan
pada masa yang akan datang.
3. Pendekatan ekonomi, dasar ekonomi atau sumber fiskal dari masyarakat
digunakan untuk menetukan jumlah, tipe dan kemungkinan-kemungkinan
rekreasi
4. Pendekatan perilaku, perilaku manusia dan kejadian-kejadian di waktu luang
mempengaruhi pemilihan tentang bagaimana, dimana dan kapan orang-orang
menggunakan waktu luangnya.
Selanjutnya menurut Gold (1980), jenis-jenis rekreasi luar lapangan adalah
sebagai berikut :
1. Mengendarai mobil untuk bersenang-senang
2. Berenang
3. Berjalan untuk bersenang-senang
4. Bermain (olahraga)
5. Melihat pemandangan
6. Piknik
7. Memancing
8. Bersepeda
9. Menonton pertandingan olahraga
10. Berperahu
11. Lintas alam

9

12. Berburu
13. Berkemah
14. Berkuda
15. Bermain ski air
16. Gerak jalan
17. Menonton konser atau drama
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi adalah distribusi
musiman, periode waktu luang atau jumlah waktu yang dimiliki seseorang,
distribusi penggunaan sumber daya, dan partisipasi masyarakat terhadap aktivitas
tertentu. Selain faktor yang berkaitan dengan pengguna, faktor yang berhubungan
dengan tempat rekreasi juga mempengaruhi permintaan terhadap rekreasi. Faktorfaktor tersebut adalah daya tarik yang diinginkan pengunjung, tingkat pengelolaan
tempat rekreasi tersebut, keberadaan tempat rekreasi lain di sekitarnya, daya
dukung dan iklim mikro daerah rekreasi, serta karakteristik fisik dan karakter
alami tempat rekreasi tersebut.

Perencanaan Lanskap
Perencanaan adalah suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk
menentukan awal suatu keadaan, dan merupakan cara terbaik untuk mencapai
keadaan tersebut (Gold, 1980) sedangkan Chiara dan Koppelman (1989)
mengemukakan bahwa proses perancangan tapak dimulai dengan pengumpulan
data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah
sekitarnya. Data ini harus meliputi hal-hal seperti rencana induk dan
penelaahannya, peraturan penzonaan, peta dasar dan udara, survey, data topografi,
informasi geologi, hidrologi dari daerah tersebut, tipe tanah, vegetasi dan ruang
terbuka yang ada.
Menurut Laurie (1986), perencanaan tapak dapat dipikirkan sebagai
suatu kompromi antara penyesuaian pada tapak untuk mencocokkan dengan
program dan adaptasi pada program dikarenakan tapaknya. Program dengan tapak
dipikirkan sebagai dua kumpulan pengaruh: satu, yaitu tapaknya, yang berusaha
keras mencerminkan wujudnya, kekhasannya; lainnya, yaitu kegunaan yang

10

terkandung dalam program, yang juga mempunyai suatu proses pemberian bentuk
umumnya sendiri.
Proses perencanaan lanskap kawasan rekreasi menurut Gold (1980) terdiri
dari persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan.
Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan dan program serta informasi lain
tentang berbagai keinginan yang dilanjutkan dengan membuat persetujuan kerja
sama antara perencana dan pemberi tugas. Inventarisasi merupakan tahap
pengumpulan data keadaan awal tapak yang diperoleh dari survei lapang,
wawancara, pengamatan, dan sebagainya. Analisis merupakan tahap untuk
mengetahui masalah, kendala, potensi dan kemungkinan pengembangan lain dari
tapak. Pada tahap ini dibuat program pengembangan yang menyeluruh dengan
menyusun tujuan, metode, daftar kebutuhan, deskripsi proyek, dan hubungan
antar komponen tersebut. Sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan
pemanfaatan potensi dari suatu tapak yang disesuaikan dengan tujuan
perencanaan. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi
akan diperoleh alternatif-alternatif perencanaan (Gold, 1980).

Lanskap Area Rekreasi
Menurut Simonds (1983), bentukan-bentukan penampakan dan kekuatan
lanskap alam yang dominan, sangat sedikit yang dapat diubah. Beberapa elemen
lanskap alami yang tidak dapat diubah adalah bentukan topografi seperti
pegunungan, lembah, danau, sungai, pantai, penampakan presipitasi, embun, dan
kabut. Selanjutnya Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap alami memiliki
hubungan dengan bentukan-bentukan lain secara tersendiri, karena lanskap alami
mempunyai sesuatu yang harmonis, dengan setiap bentuk merupakan pernyataan
dari topografi, iklim, pertumbuhan, dan energi alami.
Kawasan area rekreasi merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana
wisata atau rekreasi yang sangat penting bagi kesenangan, kesehatan, dan
kebahagiaan manusia. Suatu area rekreasi harus mempunyai ciri khas keunikan
tertentu, yakni mempunyai karakteristik yang khusus sesuai keinginan masyarakat
di sekitar kawasan tersebut.

11

Salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam lanskap area rekreasi adalah
fasilitas rekreasi, yaitu segala sesuatu yang sengaja dibuat atau disediakan pada
suatu kawasan rekreasi untuk menjalankan fungsi kawasan sebagai kawasan
rekreasi, dimana setiap orang harus memiliki akses untuk memiliki akses untuk
menikmati fasilitas tersebut (Gold, 1980). Fasilitas ini dapat digunakan sebagai
salah satu standar dalam proses perencanaan yang berbeda antara satu tempat
dengan tempat lainnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh :
1. Orientasi manusia, terutama pengguna
2. Dapat diterapkan di masyarakat dan sesuai dengan waktu dan biaya
perencanaan yang ada
3. Kemudahan pengaplikasian
4. Relevansi
Beberapa sumberdaya alam menjadi unsur penting bagi lanskap area
rekreasi. Chiara dan Koppelman (1989) mengemukakan bahwa jenis dan pola
vegetasi merupakan sumberdaya rekreasi, visual dan ekologi yang penting. Pada
unsur hidrologi dikemukakan bahwa jenis dan kualitas air pada suatu tapak
merupakan sumberdaya visual dan rekreasi yang penting. Selanjutnya Chiara dan
Koppelman (1989) juga mengemukakan bahwa bentuk dasar permukaan tanah
atau struktur topografi suatu tapak merupakan sumberdaya visual dan estetika
yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tataguna tanah serta fungsi
rekreasi. Hal ini sangat penting apabila segi visual dari tapak akan
dipertimbangkan.
Teori rekreasi berkaitan erat dengan destinasi. Menurut Lewwis dan
Chambers 1990, destinasi terdiri dari berbagai elemen. Dalam membuat strategi
terhadap sebuah destinasi terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis terlebih
dahulu di dalam pasar. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Sumber daya alam di suatu destinasi antara lain adalah iklim, tanah, vegetasi,
kehidupan binatang, air, pantai, ketersediaan air minum, sumber daya energi
dan keindahan alam sekitar destinasi.
2. Infrastruktur yang masuk ke dalamnya antara lain water supply, sistem
pembuangan, listrik dan gas, sistem komunikasi, jalan, bandar udara, terminal,
stasiun kereta api, tempat parkir dan transportasi publik.

12

3. Sarana suprastruktur terdiri dari fasilitas-fasilitas seperti hotel/motel,
restoran/rumah makan, toko-toko, tempat-tempat hiburan, dan sektor bisnis
lainnya yang menyediakan barang dan jasa kepada konsumen.
4. Sarana transportasi yang tersedia bagi pengunjung ketika berkunjung ke tapak
seperti mobil, pesawat udara, kereta api, bus dan kapal laut.
5. Masyarakat lokal mempunyai keinginan dalam memberikan jasanya kepada
pengunjung yang datang ke daerah mereka. Keinginan tersebut tidak hanya
meliputi keinginan di dalam pelayanan namun masyarakat lokal juga harus
dapat menerima budaya dan motivasi yang dibawa oleh pengunjung ke daerah
mereka. Intinya adalah penyesuaian antara budaya masyarakat lokal dengan
budaya pendatang yang berasal dari pengunjung.
6. Memperhatikan apakah destinasi yang akan dipasarkan tersebut mempunyai
pesaing lain yang potensi produk sejarah dan budayanya sama dengan yang
dipasarkan destinasi tersebut kepada konsumen.
7. Menentukan jenis pengunjung yang datang ke suatu destinasi yang dapat
memberikan nilai wawasan yang nantinya akan masuk ke dalam daur hidup
produk. Apakah pengunjung yang datang menyukai jenis rekreasi petualangan
atau jenis lainnya.
8. Keterlibatan pemerintah terhadap rekreasi yang berkembang pada suatu
destinasi. Keterlibatan tersebut bisa dalam bentuk tindakan langsung dari
pemerintah pada perkembangan rekreasi atau pemerintah yang ada di destinasi
tersebut hanya sebagai fasilitator dan pemberi kebijakan saja. Keterlibatan lain
yang dapat dilakukan pemerintah di dalam pengembangan rekreasi di suatu
destinasi

dapat

dilakukan

dengan

melakukan

meningkatkan jumlah kunjungan ke suatu destinasi.

promosi

yang

akan

13

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, tepatnya
di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan selama empat bulan, dimulai pada Mei
sampai dengan Agustus 2010 dan penyusunan skripsi hingga Maret 2011.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan
berupa gambar site plan dan beberapa gambar penunjang lain.

14

Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan
mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan
pada penelitian ini menggunakan pendekatan kekhasan tambang. Tahapan
perencanaan meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis dan sintesis,
konsep dan perencanan lanskap.

Gambar 2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1980)
Tahapan Perencanaan Lanskap
Proses perencanaan lanskap area rekreasi pada lahan pasca tambang
batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin,
Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dan tujuan penelitian
sebagai tahap awal untuk melakukan perencanaan lanskap pasca tambang Pit 1
Mangkalapi sebagai kawasan rekreasi. Kemudian dilakukan pengumpulan
informasi awal mengenai lokasi dan topik penelitian. Pada tahap ini dihasilkan
proposal penelitian.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data keadaan awal dan
penghayatan tapak. Pengambilan data meliputi data primer yang diperoleh

15

dengan pengamatan langsung di lapang, baik berupa survei maupun
wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka. Data yang
digunakan terdiri dari data fisik (lokasi dan aksesibilitas tapak, tata guna
lahan, topografi, iklim, kualitas visual lanskap) dan biofisik (tanah, hidrologi,
vegetasi) serta data sosial (demografi dan perilaku serta keinginan penduduk).
Pengumpulan data ini dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala pada
tapak lokasi penelitian.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survei lapang dan
studi pustaka (Tabel 1). Survei lapang dilakukan untuk dapat lebih memahami
kondisi tapak yang sebenarnya dilakukan dengan cara observasi langsung ke
tapak dengan mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data seperti alat tulis, GPS,
meteran, papan jalan, Horiba (alat untuk mengukur pH dan tingkat
kekeruhan). Studi pustaka diperlukan untuk mendapatkan data standar
perencanaan lanskap yang diperlukan, seperti fasilitas yang direncanakan.
Studi pustaka ini diperoleh dari buku acuan, laporan-laporan pendahuluan, dan
bacaan lain yang berhubungan dan mendukung pelaksanaan studi. Hasil dari
tahap ini berupa peta eksisting.
Tabel 1. Jenis, sumber dan cara pengambilan data
No.
1.

Jenis Data
Aspek Fisik dan Biofisik
a. Lokasi dan Aksesibilitas
Tapak
b. Tata Guna Lahan
c. Tanah
d. Topografi
e. Hidrologi
f. Iklim
g. Kualitas Visual Lanskap
h. Vegetasi & Satwa

2.

Aspek Sosial
a. Demografi
b. Perilaku dan Keinginan
Penduduk

Sumber Data

Cara Pengambilan Data

PT Arutmin dan Survei
Lapang
PT Arutmin dan Survei
Lapang
PT Arutmin dan Survei
Lapang
PT Arutmin dan Survei
Lapang
PT Arutmin dan Survei
Lapang
BMKG, PT Arutmin
Seurvei Lapang
PT Arutmin dan Survei
Lapang

Studi Pustaka dan Survei

PT Arutmin
Survei Lapang

Studi Pustaka
Wawancara dan
Kuisioner

Studi Pustaka dan Survei
Studi Pustaka dan Survei
Studi Pustaka dan Survei
Studi Pustaka dan Survei
Studi Pustaka dan Survei
Survei
Studi Pustaka dan Survei

16

3. Analisis
Tahap analisis dilakukan setelah data dan informasi yang dibutuhkan
terkumpul. Kegiatan analisis dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala
serta pemecahan masalah pada tapak. Kegiatan analisis juga dikaitkan dengan
mempelajari berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah yang berhubungan
dengan sumber daya dan penggunaannya yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam perencanaan lanskap.
Data dan informasi yang diperoleh dianalisis baik secara kualitatif
maupun kuantitatif untuk menentukan pengembangan program yang akan
digunakan sebagai acuan dalam konsep pengembangan tapak. Hasil dari tahap
analisis data ini berupa peta tematik, peta analisis tata guna lahan, peta analisis
topografi dan kemiringan lahan dan peta analisis hidrologi.
4. Sintesis
Tahap sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pengembangan
potensi dari suatu tapak yang akan dikembangkan sesuai dengan tujuan
perencanaan. Pada tahap ini peta tematik dioverlay untuk mendapatkan
program ruang yang sesuai dengan tapak.
Pada tahap sintesis ditetapkan konsep perencanaan tapak yang
merupakan kebijakan yang akan dihadirkan pada tapak. Konsep dituangkan
dalam konsep dasar, dilanjutkan dengan konsep ruang, sirkulasi, vegetasi,
aktivitas dan fasilitas. Hasil dari tahap ini berupa peta-peta konsep.
5. Perencanaan Lanskap
Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan dikembangkan dalam
bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan fasilitas yang dapat
dikembangkan untuk mendukung aktivitas, tata letaknya dan elemen lanskap
yang mendukung keberadaan obyek (danau, high wall dan area tanaman
reklamasi) sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yaitu mewujudkan kawasan
pasca tambang sebagai area rekreasi. Hasil dari tahap ini berupa siteplan.

17

INVENTARISASI

Lokasi dan Aksesibilitas
Tambang Mangkalapi terletak di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan
Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan yang terletak pada
115°35'28.80" - 116°05'10.00" Bujur Timur dan 03°10'38.10" - 03°21'21.50"
Lintang Selatan, dengan luas keseluruhan Tambang Mangkalapi 563,649 Ha.
Lokasi dapat dicapai melalui jalur darat yaitu jalan propinsi Banjarmasin Batulicin - Mangkalapi.
Sarana transportasi yang digunakan masyarakat umum dari dan ke lokasi
adalah dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan pribadi dan menumpang
dengan angkutan perusahaan. Sedangkan yang digunakan oleh karyawan
persahaan untuk

menuju ke lokasi adalah dengan menggunakan mobil

perusahaan. Desa Mangkalapi dan Desa Teluk Kepayang

yang merupakan

pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya berjarak 4-6 km. Peta
aksesibilitas menuju tapak terdapat pada Gambar 3.
Area bekas tambang pada pit 1 Mangkalapi yang dimanfaatkan sebagai
area penelitian adalah 17,78 Ha dengan luas perairan (danau) 8,37 Ha. Gambar
batas tapak dapat dilihat pada Gambar 4.

18

19

20

Tata Guna Lahan
Berdasarkan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi
Kalimantan Selatan (Perda Provinsi Nomor 9 Tahun 2000). Sebagian besar
wilayah tambang PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara) PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin berada dalam Kawasan
Hutan Produksi. Selebihnya juga ada yang termasuk dalam Kawasan Hutan
Produksi Konversi, Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan, serta Kawasan
Budidaya Tanaman Perkebunan Lahan Kering. Sedangkan berdasarkan peta
RTRW Kabupaten Tanah Bumbu (Perda Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 29
Tahun 2005), areal tambang tersebut sebagian besar dalam Kawasan Budidaya
Tanaman Tahunan dan sebagian lagi dalam luasan yang lebih kecil berada dalam
Kawasan Budidaya Lahan Kering, Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Sedikit
masuk ke dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas.
Tambang

Batulicin

berdasarkan

Peta

Kawasan

Hutan

Produksi

Kalimantan Selatan (SK Menhutbun Nomor 453/Kpts/-II/1999) terdiri dari hutan
produksi tetap (HP), hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK) dan sisanya merupakan areal penggunaan lain (APL).
Berdasarkan Kepmenhut No : SK.469/Menhut-II/2008 tanggal 23 Desember
2008, PT Arutmin Indonesia diberikan izin pinjam pakai kawasan penunjangnya
seluas 3.291,30 ha dan jalan angkutan batubara seluas 41,16 ha. Hak yang
diberikan dalam izin ini adalah berada, menempati dan mengelola serta
melakukan kegiatan yang meliputi kegiatan penambangan batubara dan kegiatan
lainnya serta memmanfaatkan hasil kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan
penambangan pada kawasan hutan yang dipinjam pakai.
Keadaan lahan dalam kawasan tersebut sebelum dilakukan proses
penambangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam padi,
berkebun dan lainnya. Sehingga dalam proses pembukaan tambang terlebih
dahulu harus melakukan pembebasan lahan tersebut dari masyarakat terkait
berdasarkan peraturan pemerintah Indonesia. Selain itu, juga dijumpai pengguna
lain seperti kegiatan pertambangan batubara (oleh perusahaan lain), pertambangan
bijih besi, dan perkebunan kelapa sawit.

21

Tata guna lahan pasca penambangan meliputi hutan sekunder serta
pengembangannya berupa akses penghubung antara Desa Mangkalapi dan Teluk
Kepayang, embung sebagai titik pemantauan kualitas air serta penampungan air
guna pemenuhan bagi satwa dan kebutuhan air bagi kegiatan pemadaman
kebakaran hutan serta lokasi pembibitan karet serta jalan pemantauan.
Tata guna lahan pada tapak sendiri meliputi jalan masyarakat yang pada
awalnya merupakan jalan kedaraan tambang, bekas kolam pengendapan, area
reklamasi PT Arutmin Indonesia, danau dan hutan produksi milik PT Inhutani
(Gambar 5). Peta tata guna lahan kawasan dapat dilihat pada Gambar 6,
sedangkan peta tata guna lahan tapak dapat dilihat pada Gambar 7.

(1) Jalan masyarakat

(2) Bekas kolam pengendapan

(3) Area reklamasi

(4) Danau dan hutan produksi

Gambar 5. Kondisi tata guna lahan pada tapak

22

23

24

Jenis dan Karakteristik Tanah
Tekstur suatu tanah dipengaruhi oleh bahan induk tanah. Bahan induk
bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya.
Ardianto (2008) menunjukkan melalui perbandingan persen pasir, debu dan liat
dapat disimpulkan bahwa kelas tekstur tanah pada lahan reklamasi tersebut adalah
berliat.
Berdasarkan dokumen AMDAL PT Arutmin Indonesia tahun 2003, di
lokasi penelitian terdapat 2 order tanah, yaitu tanah Ultisol dan Inceptisol (Soil
Taxonomy) yang mendominasi lokasi penelitian ini dan penyebarannya dapat
dijumpai pada landform teras sungai, dataran lipatan, angkatan sampai ke
pegunungan intrusi dengan proporsi minor sampai dominan. Berdasarkan analisis
didapat bahwa pada lokasi penelitian tanahnya bertekstur liat dengan tingkat
kesuburan rendah.
Ardianto (2008) juga menunjukkan, dari hasil analisis diketahui bobot isi
sekitar 1,46 g/cm3 namun bobot isi tersebut masih tergolong tinggi karena bobot
isi tanah pada umumnya hanya berkisar 0,9 g/cm3 sampai 1 g/cm3. Menurut
Feriansyah (2009) bobot isi tinggi berpengaruh pada kemapuan penetrasi akar
tanaman, semakin tinggi bobot isi penetrasi akar ke dalam tanah akan menjadi
semakin terganggu. Hal ini disebabkan karena pada saat penyebaran tanah pucuk
untuk reklamasi terjadi pemadatan karena penyebaran tanah dilakukan dengan
menggunakan alat berat (buldozer). Selain itu tanah yang disebar baru berumur
tiga minggu.
Karakter fisik tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara sangat
berbeda jika dibandingkan dengan karakteristik fisik tanah pada umumnya. Tanah
pada lahan reklamasi ini merupakan tanah yang sudah rusak dan terganggu akibat
dari kegiatan penambangan. Kerusakan tanah secara fisik dapat dilihat dari bobot
isi yang sangat tinggi. Bobot isi ini berkaitan dengan pori-pori dalam tanah yang
berperan dalam drainase dan aerasi tanah, serta penetrasi akar ke dalam tanah.

25

Topografi dan Kemiringan Lahan
Topografi wilayah Tambang Batulicin pada umumnya berombak hingga
bergelombang dengan ketinggian maksimum mencapai 500 meter di atas
permukaan laut (dpl). Ketinggian terus menurun hingga mencapai ketinggian 10
meter dpl pada daerah yang semakin dekat dengan jalan propinsi atau yang mengarah
ke Selat Laut.
Di sekitar wilayah tambang terdapat beberapa sungai kecil yang pada
umumnya merupakan anak cabang dari sungai Ata, Sela, Batulicin, Sarongga dan Sungai
Dua. Arah aliran sungai-sungai tersebut semuanya bermuara di Selat Laut. Geomorfologi
wilayah studi secara umum dibagi dalam tiga satuan geomorfologi yaitu : satuan
geomorfologi perbukitan terjal, satuan geomorfologi bergelombang dan satuan
geomorfologi pedataran.
Untuk

wilayah

Saring

dan

Mangkalapi,

geomorfologi

umumnya

bergelombang dan relatif datar dengan ketinggian maksimum 95 meter dpl.
Sedangkan wilayah Sarongga memiliki geomorfologi dataran rendah dengan
ketinggian maksimum 50 meter dpl. Geomorfologi bergelombang dan relatif datar
di atas didasari oleh batuan-batuan sedimen yang berumur Tersier, yaitu formasiformasi Tanjung, Berai, Pamaluan, Warukin dan Dahor (Arutmin, 2003).
Di wilayah Mangkalapi, cadangan batubara terletak di sebelah Timur dari
Pegunungan Meratus. Cadangan ini memanjang dari Barat ke Timur dengan
geomorfologi daerah yang relatif bergelombang dan datar. Ketinggian yang ada
berkisar 35 - 70 meter dpl dengan persen kemiringan 10 - 20%. Peta Topografi dan
Ilustrasi Perspektif Topografi dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9, sedangkan Peta
Kemiringan Lahan pada Gambar 10.
Tabel 2. Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan
No
1
2
3
4
5

Tingkat Kemiringan
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Terjal

Persentase (%)
0-8
8 - 15
15 - 30
30 - 45
> 45

Luas Area (Ha)
2.15
1.93
2.05
1.37
1.95

26

27

28

29

Hidrologi
Sistem hidrologi dalam tambang menggunakan sistem settling dan
sediment pond untuk menangkap aliran air yang jatuh dalam area tambang
sebelum dialirkan menuju outlet ke luar area tambang dan badan air lain, seperti
k