Rencana Pengelolaan Lanskap Pasca Tambang untuk Kawasan Agroforestri di PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan Selatan

i

ii

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Rencana
Pengelolaan Lanskap Pasca Tambang untuk Kawasan Agroforestri di PT Arutmin
Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan Selatan” adalah benar merupakan hasil
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013

NIM A44079001

ii


ATIK NURWANDA. Rencana Pengelolaan Lanskap Pasca Tambang untuk
Kawasan Agroforestri di PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan
Selatan. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.
Kondisi lanskap pasca tambang pada pertambangan terbuka biasanya sudah
tidak produktif. Masalah utamanya adalah degradasi lingkungan dan kimia tanah
yang mempengaruhi kualitas tanah, air, dan lebih jauh lagi pada masalah perubahan
morfologi dan topografi. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi dan
manajemen bio5fisik lahan. Dalam mencapai peningkatan kualitas lahan, digunakan
pendekatan analisis kesesuaian lahan untuk tujuan pertanian yang telah
dikembangkan oleh FAO 1983. Prinsipnya adalah memandingkan antara karakteristik
lahan dengan tipe penggunaan lahan yang menjadi preferensi dari perusahaan
tambang dan masyarakat. Tipe penggunaan lahannya adalah untuk kawasan
agroforestri dengan karet (
sebagai tanaman utama. Beberapa
faktor pembatas lahan adalah pH tanah, tingkat kejenuhan basa, kandungan bahan
organik, dan topografi pada area tertentu. Seluas 213,84 ha diusulkan untuk dikelola
oleh masyarakat Desa Manggis dan 87,63 ha harus dijadikan area lindung termasuk
danau seluas 57 ha. Terdapat tiga kombinasi tipe penggunan lahan dengan sistem
agroforestri diantaranya karet dengan padi gogo (235,93 ha), karet dengan kunyit
(11,89 ha), dan karet dengan rambutan dan durian (7,6 ha).


Kata kunci: karet, karakteristik lahan, lanskap agroforestri, manajemen fisik bio5
fisik, dan unit penggunaan lahan

ATIK NURWANDA. Management Plan of Post5Mining Landscape for
Agroforestry Area at PT. Arutmin Indonesia Senakin Mine, South Borneo.
Supervised by HADI SUSILO ARIFIN.
Condition of open pit post5mining usually has not productive. The main
problem is environment degradation and soil chemistry which affect soil quality,
water quality, and furthermore morphology and topography changing. The
ojective of this research is to evaluate and manage biophysics. To achieve land
improvements, used approach to analyze land suitability for agriculture purpose
which has developed by FAO 1983. Principally, it compares land characteristics
and land utilization type as preferences by corporate and local society. Land
utilization type is for agroforestry area with
as a main crops.
There were some limiting factors which was found: pH, soil base saturation,
organic content, and topography in some areas. Around 213,84 hectares was
proposed to be managed by local society in Manggis village and 87,63 hectares
must be conserved included lake for 57 hectares. There were three combinations

of agroforestry, those are
with
(235.93 ha),
with
(11.89 ha), and
with
and
(7.6 ha).
Keywords: agroforest landscape,
land characteristic, land
utilization type, and physic5biophysic management

iii

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap


iv

© Hak cipta milik IPB, tahun 2013
Hak cipta dilindungi undang5undang

!

"
"

#!$

#!$

v

Judul Skripsi : Rencana Pengelolaan Lanskap Pasca Tambang untuk Kawasan
Agroforestri di PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin,
Kalimantan Selatan
Nama

: Atik Nurwanda
NIM
: A44079001

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat5Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul

%
!
&
!
'
(
)
!'
#
'
*
(
*
Skripsi ini
merupakan hasil dari kegiatan penelitian di Tambang Senakin Kalimantan Selatan
yang penyusunannya bertujuan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr.
Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, masukan, dan arahannya

selama kegiatan studi dan penyusunan skripsi. Terima kasih kepada PT Arutmin
Indonesia Tambang Senakin juga khususnya Departemen SHE, Pak Aris Subagyo,
Pak Bambang, Pak Subkhan, dan Pak Nanang. Selain itu, terima kasih juga
ditujukan kepada pihak5pihak yang telah banyak memberi motivasi, saran, dan
nasehat yang sangat membantu penulis.
Kepada teman5teman Arsitektur Lanskap angkatan 45, 44, Zessy AB,
Wawan D, Risma J, dan Art Fudlaili terima kasih atas semua kebersamaan selama
kuliah dan bantuannya selama ini, serta seluruh teman5teman yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu memberi dukungan kepada penulis selama ini.
Terakhir ucapan terima kasih yang tidak terlupakan kepada ibunda dan ayahanda
tercinta yaitu Ibu Umami dan Bpk. Rochim yang telah memberikan semangat,
dukungan, dan doa kepada penulis.
Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi PT Arutmin
Indonesia Tambang Senakin, masyarakat desa lingkar tambang, dan semua pihak
yang berkepentingan.
Bogor, April 2013

vii

DAFTAR TABEL


ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan


2

Output

2

Kerangka Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Lanskap Pertambangan

3

Pertambangan Batubara


4

Fungsi Hutan

5

Agroforestri

5

Perencanaan, Pembangunan, dan Pengembangan

6

Evaluasi Lahan

6

METODE


8

Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Bahan dan Alat

8

Batasan Penelitian

8

Metode Penelitian

9

HASIL

13

Analisis Situasional

15

Aspek Biofisik

16

Iklim

15

Tanah

16

Jenis Tanah

17

Sifat Fisik dan Kimia Tanah

17

Topografi

18

Hidrologi

20

Kualitas Air Tanah

21

Vegetasi dan Satwa

22

Aspek Sosial

23

Analisis Kependudukan

23

viii

viii

Analisis Karakteristik Masyarakat

24

Analisis Preferensi

24

Analisis Kondisi Sosial

26

Tata Guna Lahan

26

Tipe Pemanfaatan Lahan

30

Kegiatan Penambangan dan Reklamasi Tambang Batubara

31

Peta Satuan Lahan

33

Hasil Kesesuaian Lahan

37

Kesesuaian Lahan Reklamasi Tahun 2009

37

Kesesuaian Lahan Reklamasi Tahun 2010

37

Kesesuaian LahanReklamasi Tahun 2011

37

PEMBAHASAN
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Komoditas

41
41

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Karet

41

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Durian dan Rambutan

41

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Gogo dan Kunyit

42

Komposit Kesesuaian Lahan

42

Evaluasi Kualitas Air

51

Manajemen Biofisik Lahan

52

pH Tanah

52

Pengendalian Kemiringan Lahan dan Bahaya Erosi

53

Kejenuhan Basa

54

Kandungan Bahan Organik Tanah

55

Rencana Pengelolaan Lahan

55

Organisasi Pasca Tambang

56

Keterlibatan Masyarakat dan *

57

Mekanisme Pengelolaan

57

Alat dan Bahan

59

Anggaran Biaya

59

SIMPULAN DAN SARAN

62

Simpulan

62

Saran

62

DAFTAR PUSTAKA

63

LAMPIRAN

65

RIWAYAT HIDUP

79

ix

1. Indikator Evaluasi Aspek Sosial

9

2. Indikator Evaluasi Aspek Ekologis

10

3. Klasifikasi Kemiringan Lahan

11

4. Status Perizinan dan Luas Wiayah PKP2B PT. AI Tambang Senakin

13

5. Kualitas Udara

16

6. Fraksi Tanah Pit Manggis

17

7. Fraksi Tanah Area Reklamasi Pit Manggis

18

8. Nilai Data Air Permukaan

21

9. Nilai Data pH Air Tambang Pit Manggis

22

10. Nilai Data Kualitas Air Limbah Tambang

22

11. Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan Kelumpang Utara

23

12. Nilai Data Kualitas Lahan

33

13. Klasifikasi Kemiringan Lahan

34

14. Tabel Kesesuaian Lahan Area Reklamasi Tahun 2009

38

15. Tabel Kesesuaian Lahan Area Reklamasi Tahun 2010

39

16. Tabel Kesesuaian Lahan Area Reklamasi Tahun 2011

40

17. Komposit Data Kesesuaian Lahan

42

18. Status Kualitas Air Limbah Tambang

51

19. Status Kualitas Air Permukaan

51

20. Kebutuhan Kapur per Satuan Kenaikan pH

53

21. Kebutuhan Penambahan Kapur Pada Area Reklamasi

53

22. Pengelompokan Kandungan Organik Tanah

55

23. Kebutuhan Saluran Melingkar Pemupukan Karet

58

24. Dosis Pemupukan Tanaman Karet

58

25. Rencana Anggaran Biaya Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan
Kawasan Agroforestri Karet/hektar

60

1. Kerangka Pikir

2

2. Diagram Representasi Sistem Evaluasi Lahan

7

3. Peta Lokasi Penelitian (Kalimantan Selatan)

8

4. Proses Pembuatan Peta Kemiringan Lahan

10

5. Mencocokkan Persyaratan Tipe Penggunaan Lahan dan Kualitas Lahan

11

x

x

6. Ilustrasi Pemetaan Kesesuaian Lahan

14

7. Peta Pit Manggis dalam PKP2B Tambang Senakin

16

8. Curah Hujan Rata5rata Bulanan

17

9. Iklim Tapak Penelitian (Klasifikasi Scmidth dan Ferguson)

17

10. Pengambilan contoh tanah reklamasi

19

11. Peta Topografi Pit Manggis

21

12. Rencana +

22

Pit Manggis

13. Kondisi Hidrologi

23

14. Vegetasi di Tapak

24

15. Jenis Satwa di Tapak

25

16. Persentase Preferensi Jenis Perekbunan

26

17. Persentase Preferensi Pemilihan Jenis Tanaman

27

18. Preferensi Pengelolaan Sistem Agroforestri

27

19. Peta RTRW Provinsi

29

20. Peta RTRW Kabupaten

30

21. Peta RTRW Kawasan Hutan

31

22. Kondisi Pemanfaatan Lahan Desa Manggis

32

23. Sistem Kegiatan Penambangan Batubara PT AI Tambang Senakin

33

24. Sistem Penimbunan Tanah dan Batuan Penutup

34

25. Sistem Pengendalian Erosi

34

26. Peta Satuan Lahan

37

27. Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan

38

28. Peta Kesesuaian Tanaman Karet

45

29. Peta Kesesuaian Tanaman Rambutan

46

30. Peta Kesesuaian Tanaman Durian

47

31. Peta Kesesuaian Tanaman Padi Gogo

48

32. Peta Kesesuaian Tanaman Kunyit

49

33. Peta Komposit Kesesuaian Lahan Reklamasi Tahun 2009

50

34. Peta Komposit Kesesuaian Lahan Reklamasi Tahun 2010

51

35. Peta Komposit Kesesuaian Lahan Reklamasi Tahun 2011

52

36. Penampang Teras Tanaman Karet

56

37. Struktur Organisasi

58

xi

xi

1. Kuisioner

67

2. Indikator Standar Kesesuaian Lahan

70

3. Daftar Isian Kriteria Kesesuaian Lahan Area Penelitian

72

4. Format Final Kesesuaian Lahan

73

5. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Komoditas

75

6. Jenis Vegetasi Lokal di Sekitar Tambang Senakin

72

7. Jenis Satwa di Sekitar Tambang Senakin

73

8. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Komoditas

75

1

!" # $%
Kegiatan pertambangan terbuka yang erat kaitannya dengan aktivitas
pemanfaatan sumberdaya alam demi memenuhi kebutuhan manusia. Aktivitas
eksploitasi sumberdaya alam ini akan terhenti dan berpindah ke tapak lain yang
masih memiliki cadangan sumberdaya alam. Konsekuensi dari aktivitas
penambangan ini akan menyisakan lahan5lahan terbuka.
Kondisi lahan pasca tambang terbuka biasanya sudah tidak lagi produktif.
Selain itu, bahkan memungkinkan adanya kandungan akumulasi polutan atau
unsur logam berat yang berbahaya melebihi ambang batas kesehatan dan
lingkungan. Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah
perubahan lingkungan dan kimiawi yang berdampak pada air tanah dan air
permukaan, kemudian berlanjut secara fisik perubahan morfologi dan topogafi
lahan (Suprapto 2008).
Usaha reklamasi yang dilakukan perusahaan tambang menjadi dasar
evaluasi untuk upaya pengembangan kawasan pasca tambang yang dipastikan
aman untuk manusia, vegetasi, satwa, lingkungan, dan proses ekologi didalamnya.
Evaluasi ini dilakukan dengan melakukan penilaian kesesuaian lahan pasca
tambang hasil reklamasi dengan tujuan pengembangan agroforestri.
Pengembangan kawasan pasca tambang menjadi kawasan agroforestri
diperlukan sebuah rencana pengelolaan agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan
dan sasaran pengembangan. Aspek keberlanjutan (
, dan
)
yang menjadi prinsip pengelolaan harus tetap dipegang untuk pewarisan manfaat
yang bukan hanya bermanfaat untuk masa sekarang melainkan juga untuk masa
yang akan datang.
Sistem agroforestri memiliki potensi yang besar baik dari segi ekologi
maupun ekonomi. Aspek ekologi, sistem ini bermanfaat bagi tata air dan tanah di
lingkungan sekitarnya dimana terdapat berbagai jenis tanaman dengan perbedaan
strata tajuk dengan fungsinya masing5masing, serta biodiversitas tanaman yang
menjadi habitat bagi satwa. Aspek ekonomi bermanfaat untuk masyarakat sekitar
yang diperoleh bukan hanya dari tanaman utama, namun secara periodik
masyarakat dapat memanen hasil dari tanaman tumpangsari sebelum dan sesudah
tanaman utama menghasilkan produk yang dapat dipanen.
Penelitian ini dilakukan di PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin,
Kalimantan Selatan. PT. Arutmin Indonesia merupakan perusahaan pertambangan
batubara yang sudah cukup besar di Indonesia. Hal yang menjadi pokok utama
penelitian ini adalah manejemen biofisik pada faktor pembatas lahan untuk
menjadikan kawasan agroforestri pada kawasan pasca tambang. Upaya
pengembalian kondisi lahan pasca tambang menjadi Kawasan Budidaya Tanaman
Tahunan Perkebunan (BTTP) dan Kawasan Budidaya Hutan Produksi diharapkan
dapat bermanfaat secara maksimal untuk kebutuhan manusia dan lingkungan
sekitar secara berkelanjutan.

2

&'& $
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Melakukan inventarisasi kondisi fisik dan biofisik lanskap pasca tambang
Pit Manggis,
2. Melakukan evaluasi lahan pasca tambang Pit Manggis menjadi kawasan
agroforestri,
3. Menyusun rencana pengelolaan lanskap pasca tambang Pit Manggis untuk
kawasan agroforestri.
& (&
Hasil penelitian ini adalah rekomendasi rencana pengelolaan lanskap pasca
tambang kepada perusahaan tambang batubara khususnya PT Arutmin Indonesia
Tambang Senakin. Rencana pengelolaan lanskap tersebut mencakup organisasi
pasca tambang, keterlibatan masyarakat lokal (Desa Manggis), mekanisme
pengelolaan, alat dan bahan, serta anggaran biaya yang dibutuhkan.
! $%#

)#)

Penelitian ini didasari oleh pentingnya nilai ekologis kawasan pasca
tambang yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. Reklamasi untuk
pemulihan ditujukan berdasarkan fungsi semula sebagai kawasan hutan produksi
dan Area Penggunaan Lain (APL), dan Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan
(KBTP) dengan sistem agroforestri. Untuk hal itu, kemudian dikaji mengenai
kesesuaian lahan pasca tambang berdasarkan tujuan pengembangan sebagai
kawasan agroforestri dan tanaman komoditasnya (Gambar 1).
Lanskap Pasca Tambang
PT. AI Tambang Senakin
Evaluasi penggunaan lahan pasca tambang Pit Manggis untuk
pemanfaatan kawasan agroforestri

Evaluasi Ekologi
Fisik (Tanah, Kandungan
logam, topografi, iklim,
hidrologi)
Biofisik (Vegetasi & satwa)
Visual

Evaluasi Ekonomi
Data Ekonomi Penduduk
Mata Pencaharian
Komitmen Perusahaan
Kelembagaan

Analisis Kesesuaian Lahan (FAO 1983)

Evaluasi Sosial5Budaya
Preferensi PT. Arutmin
Preferensi Masyarakat
Pereferensi Pemerintah
Aspek Legal
Sejarah kawasan
Analisis Kualitatif & Kuantitatif

Kesesuaian untuk Kawasan Agroforestri
Rencana Pengelolaan Lanskap Pasca Tambang

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

3

*
$+# ( !

,- $% $

Pertambangan adalah aktivitas, proses, atau kerja mengekstraksi mineral5
mineral atau batubara dari lingkungan alam dan menyalurkannya ke titik
pemprosesan atau penggunaan. Secara teknik istilah penambangan adalah proses
pemindahan timbunan tanah penutup (
) seperti
,
,
batuan, dan simpanan mineral yang dapat dipindahkan (Cummins dan Given
(1973) yang disitasi dalam Burley (2001)). Penambangan ini dapat dilakukan
dengan
, )
dan
)
Sebagai contoh, di Amerika
Serikat kebanyakan sekitar 90% sumber daya mineral dan batuan, serta lebih dari
63% output batu bara nasional ditambang dengan pertambangan terbuka ( )
). Pada pertambangan terbuka, permukaan tanah dibuang supaya deposit
mineral bisa dipindahkan dengan tenaga sekop (Miller 1986).
Ada beberapa tipe pertambangan terbuka di antaranya (1)
,
(2)
, (3)
, (4)
.
digunakan untuk teutama untuk pengambilan batu, pasir, kerikll, besi, dan
tembaga.
biasa digunakan untuk mengeruk pasir dan kerikil yang
ditemukan pada arus dan alas samudra.
digunakan pada
lempeng atas atau gulungan tanah lapang, permukaan tanah yang dibuang
dilepaskan untuk membentuk satu rangkaian parit paralel sehingga deposit
mineral bisa ditambang. Teknik ini digunakan utuk menambang batubara, pospat,
dan gipsum.
adalah satu rangkaian rak atau teras bertingkat
di sela sisi suatu gunung atau perbukitan (Miller 1986).
Reklamasi pertambangan adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki
atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya
(Miller 1986). Kegiatan reklamasi dilakukan agar lahan bekas tambang menjadi
aman, stabil, dan tidak mudah tererosi sesuai dengan pemanfaatannya.
Setelah akitivitas pertambangan berhenti, kecuraman lereng dinilai dan
menempatkan kembali humus penutup tanah (
). Langkah terakhir pada
reklamasi adalah penetapan penanaman, kolam, tanaman tahunan, atau danau di
atas area keseluruhan. Terkadang tanaman musiman digunakan untuk mereduksi
erosi tanah dan angin sampai tanaman tahunan dapat ditanam (Miller 1986).
Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu (1) pemulihan lahan bekas
tambang untuk memperbaiki lahan yang sudah terganggu ekologinya dan (2)
mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk
pemanfaatan selanjutnya (Burley 2001).
Mengilustrasikan hubungan antara pertambangan dan reklamasi, sangat
baik untuk dipertimbangkan bahwa pertambangan terbuka hanya sebagai transisi
penggunaan lahan. Ketika sebelum ditambang, mungkin sebagai lahan pertanian,
kemudian ditambang untuk mendapatkan sumberdaya alamnya dan selanjutnya
direklamasi untuk penggunaan yang sama dengan sebelumnya atau untuk
penggunaan lain. Sekali material atau bahan di ekskavasi dan pertambangan
ditutup, maka selanjutnya adalah kegiatan reklamasi, yang secara sukses bisa
memenuhi penggunaan baru.

4

Pertambangan dan lebih spesifiknya mekanik pertambangan memiliki
cakupan beberapa subjek yang sangat luas. Kategori5kategori tersebut di
antaranya mineralogi, geologi, prospek dan pembangunan, ekskavasi batuan,
mekanik batuan, peledakan,
)
transportasi bawah tanah,
daya mekanik dan listrik untuk pelayanan pertambangan, survei, penghitungan
dan organisasi pertambangan, peraturan pertambangan, upah dan kesejahteraan,
udara, debu, contoh bijih, dan lain sebagainya. Dalam hal reklamasi inilah perlu
disadari kebutuhan yang terkait dengan setiap subjek tersebut supaya kegiatan
rehabilitasi dapat terintegrasi secara sukses dengan pembangunan pertambangan,
pengelolaan, dan rehabilitasinya (Burley 2001).
!

,- $% $

&

Batubara adalah endapan senyawa organik karbon yang terbentuk secara
alamiah dari sisa tumbuh5tumbuhan. Pertambangan Batubara adalah
pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen
padat, gambut, dan batuan aspal (UU RI No. 4 Tahun 2009). Kegiatan
penambangan batubara akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan,
terutama terhadap komponen lingkungan :
1. Penurunan kualitas air, bersumber dari adanya erosi tanah
2. Penurunan muka air tanah dangkal, karena dalamnya penggalian lubang
tambang
3. Peningkatan pencemaran debu dan kebisingan, karena pengangkutan batubara
4. Peningkatan erosi tanah, karena hilangnya vegetasi penutup
5. Kehilangan potensi dan struktur vegetasi; karena aktiivitas pembersihan lahan
(
) sebelum pertambangan dimulai
6. Kehilangan satwa liar, karena hilangnya habitat
7. Perubahan penggunaan lahan, karena adanya penempatan proyek
8. Peningkatan kesempatan berusaha, karena berkembangnya perekonomian
lokal
9. Peningkatan potensi konflik sosial, karena adanya pertentangan kepentingan
dan kecemburuan sosial
Didukung oleh pernyataan Miller (1986) yang menyebutkan bahwa
penambangan, pengolahan dan penggunaan energi atau sumber daya mineral yang
tidak terbarukan menyebabkan beberapa bentuk gangguan lahan berupa polusi air
dan udara. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa masalah lingkungan yang berkaitan
dengan pertambangan terbuka diantaranya: (1) buangan bahan hasil tambang, (2)
polusi air dekat sungai aliran dari sedimentasi aliran permukaan, asam, logam
beracun dari buangan tambang (3) polusi air tanah dari pencucian material
beracun buangan tambang, (4) polusi udara dari debu, dan (5) gangguan lahan.
Dampak terhadap komponen lingkungan fisik5kimia dan biologi tersebut
tidak dapat dihindarkan namun dapat ditekan seminimal mungkin. Selain dampak
negatif, proyek pertambangan batubara akan menimbulkan dampak positif
terhadap lingkungan sosial dan ekonomi dalam bentuk terbukanya peluang
kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat setempat, serta meningkatkan
pendapatan daerah (PT Arutmin 2003 yang disitasi dalam Haris 2010).
Secara umum, beberapa penyelesaian pada lanskap yang terkontaminasi
(Nathanail 2004), di antaranya:

5

1. penggalian atau pemindahan material dalam tapak (ke tanah penampungan
atau tanah perawatan);
2. pendekatan berbasis pencegahan untuk mencegah atau membatasi migrasi
kontaminan ke tapak yang lebih luas; dan
3. pendekatan berbasi perawatan untuk menghancurkan dan memindahkan
material zat pencemar (kontaminan).
&$%+)

& $

Fungsi hutan terdiri dari tiga fungsi utama yaitu fungsi konservasi, lindung
dan produksi. Dalam UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menjelaskan
bahwa hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah. Begitu pula Mackinnon dan John (1990) menjelaskan bahwa
dalam menentukan kategori kawasan yang dilindungi khususnya hutan lindung
yaitu kawasan alami atau hutan tanaman berukuran sedang sampai besar, pada
lokasi yang curam tinggi, mudah tererosi, serta tanah yang mudah terbasuh hujan,
di mana penutup tanah berupa hutan adalah mutlak perlu utnuk melindungi
kawasan tangkapan air, mencegah longsor, dan erosi. Sehingga, prioritas
pelestarian tidak begitu tinggi untuk dapat diberi stataus cagar. Sedangkan hutan
produksi merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.
% ./. !+ )
Agroforestri disusun dari dua kata dengan pengertian agro (pertanian) dan
forestry (kehutanan) yang berarti menggabungkan ilmu kehutanan dan pertanian,
serta memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk
mencapai keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan.
Agroforestri adalah nama bagi sistem5sistem dan teknologi penggunaan lahan di
mana tegakan pohon berumur panjang (termasuk semak, palem, bambu, kayu, dll)
dan tanaman pangan dan atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada
petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu. Dalam sistem5
sistem agroforestri terjadi interaksi ekologi dan ekonomi antar unsur5unsurnya
(Arifin et.al 2009).
Sistem agroforestri ada yang bersifat sederhana dan kompleks. Sistem
agroforestri sederhana merupakan perpaduan konvensional yang terdiri atas
sejumlah kecil unsur (skema agroforestri klasik). Tumpangsari merupakan bentuk
agroforestri sederhana yang paling banyak dibahas. Tumpangsari merupakan
sitem taungnya versi Indonesia. Sistem ini dikembangkan dalam program
kehutanan sosial PT Perhutani. Sistem agroforestri kompleks merupakan sistem
yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, liana, herba, tanaman
semusim, dan juga rumpt. Oleh karena itu penampilan fisik dan dinamika di
dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun sekunder.
Keungulannya adalah memiliki kemampuan perlindungan dan pemanfaatan
sumberdaya air dan tanah, serta pertahanan keragaman biologi (Arifin et.al 2009).

6

! !$0 $

$

!,- $%&$ $ 1 $ !$%!,- $% $

Pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu
yang belum ada. Pengembangan memiliki arti yaitu memajukan atau
meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Pembangunan dan pengembangan
dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dengan maksud
yang sama, antara pembangunan dan pengembangan dapat merupakan
pembangunan fisik atau pengembangan fisik, maupun pembangunan sosial atau
pengembangan social (Jayadinata 1999).
Berdasarkan skala kewilayahan, pembangunan dan pengembangan dapat
dilakukan pada skala nasional, regional, atau lokal. Pembangunan/pengembangan
skala nasional meliputi seluruh negara dengan tekanan utama pada perekonomian.
Pembangunan/pengembangan skala regional meliputi suatu wilayah yang tekanan
utamanya pada perekonomian dan tekanan kedua pada keadaan fisik sehingga
merupakan gabungan dari kedua hal tersebut. Pembangunan/pengembangan skala
lokal meliputi kawasan kecil dengan tekanan utama pada keadaan fisik
(Jayadinata 1999).
Pembangunan/pengembangan baik secara fisik maupun sosial tidak
terlepas dari rencana atau perencanaan. Perencanaan merupakan pengaturan dan
penyesuaian (mungkin dengan mengubah) hubungan manusia dengan
lingkungannya. Menurut Willson yang disitasi dalam Jayadinata (1999),
perencanaan adalah suatu proses yang mengubah proses lain atau mengubah suatu
keadaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencana atau oleh
orang/badan yang mewakili perencanaan tersebut.
Proses dalam perencanaan (Jayadinata 1999) terdiri atas :
analisis, yaitu kupasan data, proyeksi, atau perkiraan masa depan yang
bertitik tolak dari keadaan masa kini; kebijakan (
), yaitu pemilihan rencana
yang baik untuk pelaksanaan yang meliputi pengetahuan mengenai maksud dan
kriteria untuk menelaah alternatif5alternatif rencana; rancangan atau desain, yaitu
rumusan atau sajian rencana.

2 "& +)

3 $

Evaluasi lahan seharusnya dilakukan dengan ide yang jelas tentang
bagaimana hasil5hasil yang akan digunakan supaya informasinya relevan dan
dapat digunakan secepatnya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
(FAO 1983). Kerangka evaluasi lahan mengarahkan untuk memprediksi
perubahan penggunaan lahan dengan pemahaman hubungan antara fisik lahan
dengan sosial ekonomi. Secara prinsip, evaluasi lahan memiliki enam prinsip
utama yaitu (FAO 1983):
1. Kesesuaian lahan yang dinilai dan diklasifikasikan terhadap bentuk
penggunaan lahan.
2. Perbandingan persyaratan evaluasi antara output yang didapatkan dengan
input yang dibutuhkan dalam tipe penggunaan lahan yang berbeda.
3. Pendekatan yang dibutuhkan berupa lintas disiplin, seperti survey
tanah,iklim, geomorfologi, konservasi tanah, agornomi, tata guna lahan,
sistem pertanian, ekonomi, dan sosiologi.

7

4. Evaluasi lahan dibuat secara relevan terhadap kondisi fisik ekonomi dan
konteks sosial pada area penelitian.
5. Kesesuaian harus merujuk pada pada penggunaan secara berkelanjutan,
dan
6. Evaluasi melibatkan perbandingan satu atau lebih tipe penggunaan.
Sistem pendekatan evaluasi lahan pada dasarnya adalah membandingkan
kesesuaian antara dua elemen yaitu karakteristik lahan dan tipe penggunaan lahan.
Sistem penggunaan lahan ini dipengaruhi oleh input terhadap lahan (sebagai &
#
) dan terhadap penggunan lahan (sebagai input), yang mana interaksi
antara elemen tersebut bertujuan untuk menentukan output atau produksi yang
diharapkan. Prinsip evaluasi lahan ini diilustrasikan dalam Gambar 2.
&
Land Utilizations Type

&

,-

*
Land Unit

#

#
Land5Use Requirements

Land Qualities

Sumber: Dent dan Young (1981) and Beek (1978) dalam FAO (1983)

Gambar 2 Diagram Representasi Sistem Evaluasi Lahan

8

.# +) 1 $

# & !$!") ) $

Penelitian ini dilakukan di kawasan lahan pasca tambang PT. Arutmin
Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan Selatan de ngan koordinat 116o16’00” E
– 116o17’44” E dan 2o51’29” S – 2o54’00” S. Lokasi yang dijadikan tempat
penelitian adalah kawasan pertambangan batubara khususnya di blok Pit Manggis
(Gambar 3). Waktu penelitian yaitu tanggal 14 Maret sampai 9 Agustus 2012,
kemudian dianjutkan dengan penulisan skripsi.

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian (Pit Manggis)
3 $1 $ "
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah citra satelit
,
peta kawasan tambang, pH meter, peta topografi
(. .), . ), dan kuisioner
3 *
(Lampiran 1). Alat yang digunakan adalah GPS */ 01 dan 2
3
2#* 4 5
6774
&
6777
dan !
*.
+ $ !$!") ) $
Penelitian ini dibatasi sampai dengan tahap evaluasi lahan reklamasi
menjadi kawasan agroforestri, pemilihan jenis tanaman, manajemen biofisik dan

9

rencana pengelolaan area pasca tambang PT. Arutmin Indonesia Tambang
Senakin bagi peruntukan kawasan agroforestri.

! .1! !$!") ) $
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan kerangka pikir penelitian yaitu
dimulai dengan usulan penggunaan lahan pasca tambang untuk kawasan
agroforestri. Pendekatan evaluasi aspek ekologi, ekonomi, dan sosial5budaya
digunakan untuk mencapai pengembangan kawasan pasca tambang PT. Arutmin
Indonesia Tambang Senakin sebagai kawasan agroforestri. Metode analisis
menggunakan analisis kesesuaian lahan yang dikembangkan FAO (1983), analisis
baku mutu lingkungan berdasarkan perundang5undangan, serta analisis kualitatif
dan kuantitaif pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi.
Pada tahap awal dilakukan pengumpulan informasi dasar untuk data ekologi
tapak, sosial, dan ekonomi masyarakat. Pengumpulan data meliputi observasi
lapang, wawancara dengan masyarakat dan pihak perusahaan PT Arutmin
Indonesia Tambang Senakin, serta studi pustaka. Metode wawancara
menggunakan kuisioner dengan jumlah contoh sebanyak tiga puluh responden
dari pihak masyarakat dan dilakukan secara
Data yang telah terkumpul kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian.
Evaluasi setiap aspek (ekologi, ekonomi, dan sosial) tersebut dibandingkan untuk
mencapai kesesuaian antara kesesuaian lahan dengan preferensi masyarakat dan
perusahaan, serta mempertimbangkan aspek kualitas lahan pasca tambang.
Kemudian dilakukan strategi pengelolaan biofisik lahan pasca tambang
berdasarkan faktor pembatas yang berada pada tapak penelitian dan penyusun
rencana pengelolaan untuk kawasan agroforestri. Evaluasi beberapa aspek
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Evaluasi aspek sosial dan ekonomi
Evaluasi ini dilakukan meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif mengenai
keadaan demografi kawasan dan karakter masyarakat pasca tambang khususnya
Desa Manggis. Karakter masyarakat tersebut dilihat dari usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan mata pencaharian (Tabel 1). Kajian utama analisis kualitatif dan
kuantitatif aspek sosial dan ekonomi ini adalah untuk mendapatkan preferensi
masyarakat, pemerintah dan perusahaan mengenai jenis tanaman yang diinginkan
pada area reklamasi nantinya sebagai hutan agroforestri yang dapat mereka kelola.
Tabel 1. Indikator Evaluasi Aspek Sosial
.
1
2
3

+(!#
Demografi kawasan
Karakteristik masyarakat
Persepsi terhadap pengelolaan lanskap
pasca tambang

$1)# .
Penyebaran masyarakat
Status ekonomi dan status sosial
Preferensi jenis tanaman dan aksesibilitas

4

Kondisi sosial masyarakat sekitar

Konflik sosial

10

2. Evaluasi aspek ekologis
a. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tiga area reklamasi yang berbeda,
yaitu area reklamasi 2009, 2010, dan 2011. Titik contoh tanah yang diambil di
tapak dilakukan secara acak dengan menggunakan peta yang telah diberi
,
radius yang sama. Peta yang telah diberi
,
batas tersebut kemudian dipilih
salah satu area
secara acak untuk setiap tahun reklamasi yang berbeda,
sehingga terdapat tiga titik lokasi pengambilan contoh tanah. Titik lokasi dalam
yang terpilih secara berturut5turut pada area reklamasi 2009, 2010, dan 2011
adalah 2o51’46 S – 116o17’16 E, 2o51’46 S – 116o16’54 E, dan 2o52’15 S –
116o16’37 E. Tanah contoh diambil berdasarkan lokasi titik tersebut dengan
bantuan GPS untuk mengetahui titik tersebut di lapang. Kemudian setiap contoh
tanah yang sudah diambil dilakukan uji fisik dan kima tanah di laboraturium
kimia Universitas Lambung Mangkurat.
b. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi aspek ekologis meliputi kondisi fisik dan biofisik pada kawasan area
pasca tambang diantaranya topografi, tanah, iklim, hidrologi, kualitas air tambang
dan air permukan, kualitas udara, vegetasi, dan satwa (Tabel 2). Evaluasi ini
sebagai indikator karakteristik lahan (
) untuk melihat
kesesuaian lahan pasca tambang yang dapat dikembangkan sebagai kawasan
kawasan agroforestri.
Tabel 2. Indikator Evaluasi Aspek Ekologis
.
1
2
3
4
5
6

+(!#
Topografi
Tanah
Iklim
Vegetasi
Satwa
Hidrologi

$1)# .
Keberadaan vegetasi lokal dan kesesuaian lahan
Kesesuaian lahan
Pengaruh pertumbuhan tanaman produksi
Keberadaan vegetasi lokal
Keberadaan habitat satwa
Keberadaan sumber daya air dan kualitas air tambang

Analisis untuk kesesuaian lahan ini menggunakan metode yang
dikembangkan oleh FAO (1983) dengan tahapan5tahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kesesuaian Lahan
Peta kemiringan lahan daerah penelitian dibuat dengan pengolahan data
dari sumber peta topografi hasil tim
dan tim
. Pengolahan data
klasifikasi kemiringan lahan menggunakan )
Arc GIS 9.3 dengan tahapan
seperti pada Gambar 4.
Peta Kontur

Peta Kemiringan

* )
*

%

)

Gambar 4 Proses Pembuatan Peta Klasifikasi Kemiringan Lahan
Parameter kemiringan lahan diperoleh dengan melakukan pengkelasan
lereng yang dibagi menjadi lima kelas lereng dalam satuan persen (%), secara
lengkap di sajikan dalam Tabel 3.

11

Tabel 3. Klasifikasi Kemiringan Lahan
.
1
2
3
4
5

! +!$ ! !$% 456
0–3
3–8
8 – 15
15 – 30
>30

)! )
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam

!" + ! !$%
I
II
III
IV
V

Kesesuaian lahan dengan mencocokkan karakter unit lahan dan unit
penggunaan lahan. Unit lahan pasca tambang diklasifikasikan berdasarkan tahun
reklamasi, sedangkan tipe penggunaan lahan untuk jenis tanaman berdasarkan
preferensi Masyarakat dan PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin. Preferensi
pemerintah dikaji dari peta tata guna lahan yang ada. Dua proses analisis tersebut
(kesesuaian lahan dan analisis sosial5ekonomi) dilakukan untuk mendapatkan
kecocokkan antara keduanya. Dengan proses ini, kelas kesesuaian yang ada
ditujukan untuk meningkatkan kemajuan evaluasi dengan mencari kecocokan
antara persyaratan tumbuh tanaman dan kualitas unit lahan (Gambar 5).
8
Tipe
Penggunaan
Lahan

Tentukan
Syarat Tata
Guna Lahan

Cocokkan

Pilih Kualitas
Lahan

STL1
Persyaratan
Tanaman

Unit Lahan

KL1
TKL1

STL2

KL2
TKL2

STL3

KL3
dst.

Kesesuaian Berdasarkan Persyaratan Tanaman
Persyaratan
Manajemen

STL4

KL4
TKL4

STL5

KL5
TKL5

STL6

KL6
dst.

Kesesuaian Berdasarkan Persyaratan Manajemen
Persyaratan
Konservasi

STL7

KL7
TKL7

Kesesuaian Berdasarkan Persyaratan Konservasi
Kombinasi tanaman, manajemen, dan konservasi berdasar tingkat
kesesuaian lahan untuk menentukan kelas kesesuaian
Keterangan :
STL = Persyaratan Tata Guna Lahan
TKL = Tingkat Kesesuaian Lahan
KL = Kualitas Lahan

Gambar 5 Mencocokkan Persyaratan Tipe Penggunaan Lahan dan Kualitas Lahan

12

Setelah mengetahui jenis tanaman berdasarkan preferesi yang dipilih
masyarakat, PT Arutmin Indonesia, dan pemerintah daerah, maka kemudian
disusun Indikator Standar Kesesuaian Lahan untuk setiap jenis tanaman terpilih
dan kelas kesesuaiannya (Lampiran 2). Dengan adanya standar kesesuaian lahan
untuk setiap jenis tanaman, kemudian dilakukan penilaian kesesuaian lahan pada
Daftar Isian Kriteria Kesesuaian Lahan (Lampiran 3).
2. Kesesuaian Tipe Penggunaan Lahan: Kombinasi penilaian tanaman,
manajemen, dan konservasi
Tahapan final dalam proses mencocokkan, kesesuaian untuk tanaman,
sistem manajemen, dan persyaratan konservasi dikombinasikan terhadap
kesesuaian keseluruhan untuk tipe tenggunaan lahan (Lampiran 4). Kombinasi ini
dilakukan berdasarkan kondisi pembatas (faktor atau komponen kesesuaian
terendah dari kesesuaian keseluruhan). Jika kesesuaian unit lahan untuk tanaman
S1, kesesuaian untuk mekanisasi S3, dan kebutuhan konservasi dan manajemen
berada pada S2, maka kesesuaian secara keseluruhan adalah S3 karena dibatasi
oleh kesesuaian secara mekanisasi dengan nilai S3 (FAO 1983). Kesesuaian
diperoleh dengan tahap tersebut untuk setiap unit lahan.
3. Pemetaan Kesesuaian Lahan
Pemetaan unit lahan dengan kesesuaiannya merupakan salah satu output
dari evaluasi lahan Kesesuaian unit lahan bisa ditingkatkan berdasar spesifikasi
peningkatan lahan untuk setiap luasan unit lahan dan sub5kelas yang ditunjukan.
Rekomendasi dan prediksi dengan cara ini akan manggambarkan input teknologi
upaya peningkatan lahan. Hal ini diilustrasikan seperti pada Gambar 6.
Kemudian keseluruhan peta di
untuk mendapatkan peta komposit
kesesuaian lahan dari kesesuaian tanaman terbaik pada setiap unit lahan.
Selanjutnya hasil evaluasi lahan khususnya faktor pembatas yang menjadi
perhatian untuk dilakukan manajemen biofisik demi meningkatkan kelas
kesesuaian lahan dan produktivitas dari lahan tersebut.
2

1

4

Niw

3

N2e

S2w

S1

5

S3e

Unit Lahan
S3q

S1

Tanaman A
N2q

S2q

N2w

N2m
N1q

N1m

N2m
S2m

Tanaman B

Tanaman C
Sumber: FAO 1983

Gambar 6 Ilustrasi Pemetaan Kesesuaian Lahan

13

$ ")+)+ ) & +).$ "
Perusahaan tambang PT Arutmin Indonesia memiliki beberapa tambang
yang tersebar di provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan bentuk kerjasama
dengan pemerintah Republik Indonesia dalam bentuk Perjanjian Kontrak Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Lokasi tambang yang dimaksud
antara lain lokasi tambang Senakin, Satui, Batulicin, Asam5asam, dan Kintap.
Status perizinan kegiatan pertambangan PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin
memperoleh izin dari pemerintah Republik Indonesia melalui PKP2B No.
J2/Ji.DU/45/1981 yang bertanggal 2 November 1981, di mana Pit Manggis masuk
kedalam wilayah Senakin Timur (Tabel 4).
Tabel 4. Status Perizinan dan Luas Wilayah PKP2B PT Arutmin Indonesia
Tambang Senakin
.
1
2
3
4

,
! 3
Sangsang
Sepapah
Sembilang
Senakin Timur
JUMLAH

& + 43 6
1.401,74
930,10
1.214,20
16.015,98
19.561,98

.,. 7)$
DU5302/KALSEL
DU5319/KALSEL
DU5312/KALSEL
DU5313/KALSEL

PT AI Tambang Senakin terletak di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan
Selatan. Operasional penambangan batubara PT AI Tambang Senakin dibantu
oleh beberapa kontraktor dan subkontraktor. Kontraktor utama yaitu BUMA dan
Thies Contractor Indonesia. Sedangkan untuk subkontraktor diantaranya Orica,
CV Bagong, KBM, MPS, Nusapala, Pangan Sari Utama, ELNUSA, Trackindo,
United Tractor, Hexindo, dan Green Persada Enviro.
Luas wilayah yang menjadi fokus penelitian terletak di Pit manggis 573,69
ha dengan luas Desa Manggis 105 ha. Berdasarkan administratif terletak di
Kecamatan Kelumpang Utara, Kabupaten Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan.
Tapak penelitian khususnya berada di Desa Sungai Seluang atau Manggis
(Gambar 7), Kecamatan Kelumpang Utara pada koordinat 1150 50’ 11’’ BT –
1160 06’ 75’’ BT dan 020 42’ 16’’ LS – 030 06’ 08’’ LS. Berikut adalah batas5
batas tapak PIT Manggis:
Sebelah Utara
: Kelumpang Utara,
Sebelah Selatan
: Kelumpang Tengah,
Sebelah Timur
: Kelumpang Utara,
Sebelah Barat
: Kelumpang Tengah
Lokasi penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua
dan roda empat. Sedangkan untuk mencapai lokasi dari Kotabaru dapat dicapai
dengan menggunakan Speed Boat dari Jeety Koprasi menuju Pelabuhan
Sembilang selama ±60 menit. Bagi masyarakat Desa Manggis, untuk mencapai
lokasi penelitian sebagai sumber penghidupan dari hasil hutan adalah hanya
dengan berjalan kaki.

14

Sumber: PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin

Gambar 7 Peta Pit Manggis dalam PKP2B Tambang Senakin
+(!# )./)+)#
Perolehan data aspek ekologi didapatkan melalui observasi lapang,
wawancara dengan masyarakat, dan PT AI Tambang Senakin. Aspek ekologi
yang dibahas diantaranya iklim, tanah, topografi, hidrologi, vegetasi dan satwa.

15

#"),
Berdasarkan data iklim yang tercatat oleh PT AI yang diukur pada rentang
tahun 198952010 (Lampiran 5), curah hujan rata5rata ± 2259 mm/tahun dengan
curah hujan rata5rata tertinggi terjadi pada bulan Januari 261 mm/bulan, Maret
dan Desember sebesar 255mm/bulan (Gambar 8).
300

Curah Hujan (mm)

250
200
150
100
50
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Sumber data: PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin periode tahun 198952010

Gambar 8 Curah Hujan Rata5rata Bulanan
Gambar di atas menunjukkan bahwa curah hujan umumnya terjadi
sepanjang tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) dalam
Handoko (1993), maka tapak penelitian termasuk dalam Tipe Iklim A (sangat
basah) dengan nilai Q yaitu perbandingan antara bulan kering (curah hujan
100mm) sama dengan nol atau di bawah
14,3% (Gambar 9). Tapak tidak pernah mengalami bulan kering, dengan bulan
basah terjadi sepanjang tahun. Tipe iklim A ini merupakan daerah yang sangat
basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Sumber: Handoko 1993

Gambar 9 Zona Iklim Tapak (Klasifikasi Schmidth dan Ferguson)

16

Berdasarkan klasifikasi Oldeman (1979) dalam Handoko (1993), yang
secara khusus membagi tipe iklim pada klasifikasi lahan pertanian tanaman
pangan di Indonesia. Bulan basah menurut Oldeman adalah >200mm dan bulan
kering