Analisis Kelayakan Usaha Ternak Ayam Broiler pada Peternakan Lestari Rizqi Aditya Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

i

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM BROILER
PADA PETERNAKAN LESTARI RIZQI ADITYA
KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

FADHILA ANANDA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan

Usaha Ternak Ayam Broiler pada Peternakan Lestari Rizqi Aditya Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Fadhila Ananda
NIM H34090101

iv

ABSTRAK
FADHILA ANANDA. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Ayam Broiler
pada Peternakan Lestari Rizqi Aditya Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Dibimbing oleh Siti Jahroh, Ph.D.
Kenaikan harga daging sapi berdampak pada peningkatan permintaan
daging ayam broiler. Hal ini menjadi peluang untuk mengembangkan produksi

ayam broiler dalam negeri. Lestari Rizqi Aditya (LRA) memanfaatkan peluang ini
untuk mendirikan usaha ternak ayam broiler pada tahun 2007. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kelayakan dari usaha ternak ayam broiler LRA dan
menghitung manfaat bersih tambahan akibat perubahan teknologi. Penelitian
dilakukan pada usaha ternak ayam broiler LRA, Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau pada bulan Februari hingga Juni 2013. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif untuk menganalisis kelayakan nonfinansial seperti aspek pasar, teknis, hukum, manajemen, sosial dan lingkungan
dan analisis kuantitatif berdasarkan kriteria investasi, switching value dan
incremental net benefit. Hasil analisis kelayakan non-finansial memperlihatkan
LRA layak. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukan LRA layak dijalankan
dengan NPV sebesar Rp134 313 210, Net B/C 3.199, IRR 45%, PP 6 tahun, dan
nilai manfaat tambahan Rp161 714 109.
Kata kunci : harga daging, kriteria investasi, switching value, incremental net
benefit

ABSTRACT
FADHILA ANANDA. Feasibility Analysis of Broiler Chicken on Lestari
Rizqi Aditya Poultry Kampar District, Riau Province. Supervised by Siti Jahroh,
Ph.D.
The increasing price of beef leads to increasing demand of the broiler

chicken meat. This situation can be seen as an opportunity to develop domestic
production of broiler chicken. Lestari Rizqi Aditya (LRA) used this opportunity to
establish a boiler poultry business in 2007. This research aims to analyze the
feasibility of the LRA and to calculate the incremental net benefit due to the
changes of technology. The research was conducted on boiler poultry business of
LRA, Kampar District, Riau from February to June 2013. The method of analysis
used in this study are a qualitative analysis to analyze the non-financial feasibility
such as market, technical, legal, management, social, and environmental aspects,
as well as quantitative analysis based on investment criteria, switching value, and
incremental net benefit. The result of non financial feasibility analysis showed
that LRA is feasible. Financial feasibility analysis showed that LRA is feasible
with NPV Rp134 313 210, Net B/C 3.199, IRR 45%, PP 6 years, and the
incremental net benefit Rp161 714 109.
Key words: price of meat, investment criteria, switching value, incremental net
benefit

v

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM BROILER
PADA PETERNAKAN LESTARI RIZQI ADITYA

KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

FADHILA ANANDA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

vi

Judul Skripsi: Analisis Kelayakan C -aha Ternak Ayam Broiler pada Petemakan
Lestari Rizqi Aditya Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
: Fadhila Ananda

Nama
: H34090101
NIM
j I

!.

, I

Disetujui oleh

Siti ahroh Ph.b
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

0 4, SEP 2013'


vii

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Ternak Ayam Broiler pada Peternakan
Lestari Rizqi Aditya Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
Nama
: Fadhila Ananda
NIM
: H34090101

Disetujui oleh

Siti Jahroh, Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


viii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, Ph.D selaku dosen pembimbing, Bapak
Suparmin selaku pemilik peternakan Lestari Rizqi Aditya, dan Dr. Ir. Rita
Nurmalina, MS yang telah banyak memberi saran bagi penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dari peternakan
Lestari Rizqi Aditya yang telah membantu selama pengumpulan data dan
penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, keluarga,
serta seluruh sahabat dan teman-teman, khususnya teman-teman organisasi daerah
Riau (IKPMR), teman-teman BEM FEM IPB Kabinet Sinergi, serta keluarga
Agribisnis 46 atas segala doa dan dukungannya.
Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Fadhila Ananda


ix

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian


7

TINJAUAN PUSTAKA

8

Sejarah Perkembangan Ayam

8

Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

8

Teknik Budidaya Ayam Broiler

9

Kelayakan Peternakan Ayam Broiler

KERANGKA PEMIKIRAN

12
13

Kerangka Pemikiran Teoritis

13

Kerangka Pemikiran Operasional

16

METODE PENELITIAN

19

Waktu dan Tempat Penelitian

19

Jenis dan Sumber Data

19

Metode Pengumpulan Data

19

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

20

Asumsi-Asumsi Dasar

22

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

23

Sejarah Peternakan Lestari Rizqi Aditya

23

Lokasi Peternakan Lestari Rizqi Aditya

23

Visi dan Misi Perusahaan

24

Aktivitas Bisnis Perusahaan

24

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPEK NON-FINANSIAL

25

x

Aspek Pasar

25

Aspek Teknis

27

Aspek Manajemen dan Hukum

33

Aspek Sosial dan Lingkungan

35

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPEK FINANSIAL
Kondisi Aktual

37
37

Arus Kas (Cashflow) Kondisi Aktual

37

Analisis Laba Rugi Kondisi Aktual

45

Analisis Kelayakan Finansial Kondisi Aktual

45

Analisis Switching Value Kondisi Aktual

46

Kondisi Perencanaan Penggunaan Teknologi Gasolec

47

Arus Kas (Cashflow) Kondisi Perencanaan Penggunaan Teknologi
Gasolec

48

Analisis Laba Rugi Kondisi Perencanaan Penggunaan Teknologi
Gasolec

52

Analisis Kelayakan Finansial Kondisi Perencanaan Penggunaan
Teknologi Gasolec

52

Analisis Switching Value Kondisi Perencanaan Penggunaan Teknologi
Gasolec
53
Incremental net benefit

54

SIMPULAN DAN SARAN

54

Simpulan

54

Saran

55

DAFTAR PUSTAKA

56

RIWAYAT HIDUP

76

DAFTAR TABEL
1 Rata-rata konsumsi protein (gram) per kapita menurut
kelompok makanan tahun 2009-2011
2 Kadar gizi daging ayam, sapi, dan ternak lainnya
3 Persentase pertumbuhan jumlah penduduk di Pulau Sumatra
tahun 1980 hingga 2010

1
2
3

xi

4 Laju pertumbuhan penduduk Riau dan Kepulauan Riau
berdasarkan sensus penduduk 1980-2010
5 Konsumsi daging per kapita per tahun produk peternakan tahun
2009-2010
6 Harga rata-rata beberapa komoditas bahan pokok di pasar Kota
Pekanbaru
7 Efesiensi penggunaan pakan untuk menghasilkan daging
8 Populasi ayam broiler di Riau tahun 2008-2010
9 Rangkuman analisis kelayakan aspek-aspek non-finansial
10 Proyeksi penjualan ayam broiler Lestari Rizqi Aditya tahun
2008-2014
11 Proyeksi upah tenaga kerja pemeliharaan Lestari Rizqi Aditya
12 Proyeksi pembelian DOC Lestari Rizqi Aditya
13 Proyeksi pembelian pakan Lestari Rizqi Aditya
14 Kebutuhan komponen pendukung pembesaran ayam broiler
Lestari Rizqi Aditya dalam 1 periode produksi (skala 5 000
ekor)
15 Biaya vitamin, obat-obatan dan pelengkap per ekor per periode
kondisi aktual
16 Pembayaran pinjaman dan bunga Lestari Rizqi Aditya kepada
Bank Riau
17 Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler
Lestari Rizqi Aditya pada kondisi aktual
18 Hasil analisis switching value usaha ternak ayam broiler Lestari
Rizqi Aditya pada kondisi aktual
19 Selisih biaya pakan akibat penggunaan teknologi gasolec
20 Kebutuhan komponen pendukung dan harga pembesaran ayam
broiler pada kondisi penggunaan gasolec dalam 1 periode
21 Biaya vitamin, obat-obatan dan pelengkap per ekor per periode
kondisi perencanaan penggunan gasolec
22 Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler
Lestari Rizqi Aditya pada kondisi perencanaan penggunaan
teknologi gasolec
23 Hasil analisis switching value usaha ternak ayam broiler Lestari
Rizqi Aditya pada kondisi perencanaan penggunaan teknologi
gasolec
24 Incremental net benefit usaha ternak ayam broiler Lestari Rizqi
Aditya

3
4
4
12
26
36
38
40
41
42

43
43
44
46
47
50
51
51

53

53
54

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Kerangka pemikiran operasional
Kandang panggung dari kayu yang dibangun sejajar Lestari
Rizqi Aditya
Gudang pakan (kiri) dan gudang peralatan (kanan)
Wisma pegawai Lestari Rizqi Aditya

18
28
29
29

xii

5 Jalan ke peternakan ayam broiler Lestari Rizqi Aditya
6 Struktur organisasi usaha ternak Lestari Rizqi Aditya
7 Penggunaan gasolec regulator

30
34
48

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kalender produksi Lestari Rizqi Aditya
Penyusutan investasi Lestari Rizqi Aditya kondisi aktual
Laporan laba/rugi Lestari Rizqi Aditya kondisi aktual
Cashflow Lestari Rizqi Aditya kondisi aktual
Penyusutan investasi Lestari Rizqi Aditya kondisi perencanaan
penggunaan teknologi gasolec
Laporan laba/rugi Lestari Rizqi Aditya kondisi perencanaan
penggunaan teknologi gasolec
Cashflow Lestari Rizqi Aditya kondisi perencanaan
penggunaan teknologi gasolec
Incremental net benefit
Biaya vitamin, obat-obatan dan pelengkap Lestari Rizqi Aditya
Layout produksi

58
59
61
63
66
68
70
73
74
75

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya issue globalisasi, maka untuk menjaga
stabilitas sosial ekonomi Indonesia dalam jangka panjang diperlukan
perkembangan sektor strategis. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Riau (2009) menyatakan bahwa subsektor peternakan merupakan salah satu
bidang yang sangat strategis dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan sosial
ekonomi Indonesia karena (1) sumber daya peternakan merupakan sumber daya
yang dapat diperbaharui kembali, sehingga dapat dijamin dari sisi keberlanjutan;
(2) ternak dalam berbagai pengalaman telah terbukti sangat berperan dalam upaya
peningkatan pendapatan masyarakat kecil; (3) potensi lahan yang tersedia relatif
cukup memadai; dan (4) elastisitas permintaan komoditas ternak terhadap
pendapatan umumnya tinggi, sehingga permintaan komoditas ternak akan sangat
sensitif dimasa yang akan datang dengan semakin tingginya pendapatan
masyarakat.
Sektor peternakan juga merupakan salah satu penunjang kebutuhan protein
hewani yang perlu diusahakan secara maksimal. Di sisi lain, kebutuhan akan
bahan makanan yang berasal dari hewan terus bertambah seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat gizi bagi kehidupan manusia.
Kondisi tersebut berdampak pada peningkatan produksi daging nasional,
konsumsi per kapita dan konsumsi protein. Konsumsi protein per kapita yang
berasal dari daging mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga 2011. Pada
Tabel 1, dapat dilihat rata-rata konsumsi protein per kapita tahun 2009-2011
mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 45.54% pada tahun 2010 dan
peningkatan sebesar 7.82% pada tahun 2011. Kebanyakan masyarakat Indonesia
mengonsumsi protein yang berasal dari padi-padian, namun seiring dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan protein hewani dan
semakin meningkatnya pendapatan masyarakat mengakibatkan konsumsi protein
yang berasal dari daging mengalami peningkatan 7.84%, terbesar kedua setelah
umbi-umbian 12.50% pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan pemenuhan protein
yang berasal dari daging menjadi alternatif yang lebih menarik bagi konsumen.

Tabel 1 Rata-rata konsumsi protein (gram) per kapita menurut kelompok makanan
tahun 2009-2011
Komoditi
Umbi-umbian
Daging
Ikan
Konsumsi lainnya
Bahan minuman
Bumbu-bumbuan
Kacang-kacangan
Telur dan susu

2009
0.33
2.22
7.28
9.31
0.98
0.68
5.19
2.96

2010
0.32
2.55
7.63
9.24
1.05
0.69
5.17
3.27

2011
0.36
2.75
8.02
9.70
1.07
0.69
5.17
3.25

∆%2009-2010a
-3.03%
14.86%
4.81%
-0.75%
7.14%
1.47%
-0.39%
10.47%

∆%2010-2011b
12.50%
7.84%
5.11%
4.98%
1.90%
0.00%
0.00%
-0.61%

2

Padi-padian
Sayur-sayuran
Minyak dan lemak
Buah-buahan

22.06
2.58
0.34
0.41

21.76
2.52
0.34
0.47

21.57
2.43
0.31
0.42

-1.36%
-2.33%
0.00%
14.63%

-0.87%
-3.57%
-8.82%
-10.64%

Jumlah

54.34

55.01

55.74

45.54%

7.82%

Sumber : Badan Pusat Statistik 2012;a∆%2009-2010: persentase peningkatan konsumsi protein
dari tahun 2009 sampai 2010; b∆%2010-2011: persentase peningkatan konsumsi protein dari tahun
2010 sampai 2011

Daging ayam mengandung kadar protein yang tinggi sebesar 20.00%
dengan kadar asam lemak sebesar 11.00% sehingga baik untuk menjaga
ketahanan jaringan tubuh, membentuk sel-sel, dan meningkatkan kecerdasan otak
serta identik dengan makanan kesehatan bagi penderita penyakit kolesterol. Tabel
2 memperlihatkan bahwa daging ayam memiliki kadar protein ketiga tertinggi
setelah daging kelinci dan kalkun dengan persentase kadar protein yang hampir
sama yaitu berkisar 20% untuk masing-masing kilogram daging kalkun, kelinci
dan ayam. Kadar lemak ayam dan kelinci lebih rendah dari pada kalkun yang
mencapai 28%, sementara daging ayam hanya 11%. Hal ini menunjukan bahwa
daging ayam dapat menjadi alternatif pemenuhan akan kebutuhan protein
masyarakat.
Tabel 2 Kadar gizi daging ayam, sapi, dan ternak lainnya
Kadar
kalorib
1.
Kelinci
20.80
10.20
67.90
7.30
2.
Kalkun
20.10
28.00
58.30
10.90
3.
Ayam
20.00
11.00
67.60
7.50
4.
Anak Sapi (Veal)
18.80
14.00
66.00
8.40
5.
Sapi
16.30
22.00
55.00
13.30
6.
Domba
15.70
27.70
55.80
13.10
7.
Babi
11.90
40.00
42.00
18.90
Sumber: Shaver (1981) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (1984) dalam Sarwono
(2009); aJenis daging (dalam 1 kg); bKadar kalori (dalam MJ/kg)
No.

Jenis daginga

Protein (%)

Lemak (%)

Kadar air (%)

Indikator lain yang menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi daging
adalah peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Jumlah Penduduk Indonesia
berdasarkan sensus penduduk 2010 sudah mencapai 237.6 juta jiwa atau
bertambah 32.5 juta jiwa sejak tahun 2000. Hal ini mengartikan bahwa setiap
tahun selama periode 1990 sampai 2000, jumlah penduduk bertambah 3.25 juta
jiwa. Untuk membantu pemerintah dalam program pemerataan penduduk di luar
Pulau Jawa, maka perlu adanya perhatian lebih terhadap jumlah pertumbuhan
penduduk di Pulau Sumatra. Tabel 3 menunjukan bahwa Riau merupakan wilayah
yang mengalami peningkatan jumlah penduduk paling pesat di Sumatra. Jumlah
penduduk Riau meningkat signifikan berdasarkan sensus tahun 1980 hingga 2010,
walau pada sensus penduduk tahun 2010 terjadi pemekaran wilayah menjadi
Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, namun data kependudukan Riau
masih menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Sejak tahun 1980 hingga
2010 jumlah penduduk Provinsi Riau mengalami pertumbuhan sebesar 69.95%.

3

Peningkatan jumlah penduduk ini akan memberikan peluang pasar yang sangat
besar. Penduduk yang semakin banyak akan meningkatkan kebutuhan protein.
Pada Tabel 4 dapat dilihat laju pertumbuhan penduduk Riau dan Kepulauan Riau
dari tahun 1980 hingga 2010.

Tabel 3 Persentase pertumbuhan jumlah penduduk di Pulau Sumatra tahun 1980
hingga 2010
Provinsi (juta jiwa)

1980

2010

%peningkatan

Riau dan Kepulauan

2 168 535

7 217 530

69.95%

768 064

1 715 518

55.23%

Jambi

1 445 994

3 092 265

53.24%

Aceh

2 611 271

4 494 410

41.90%

Lampung

4 624 785

7 608 405

39.21%

Sumatra Selatan

4 629 801

7 450 394

37.86%

Sumatra Utara

8 360 894

12 982 204

35.60%

Sumatra Barat

3 406 816

4 846 909

29.71%

Bengkulu

Sumber: Sensus penduduk (1980-2010)

Tabel 4 Laju pertumbuhan penduduk Riau dan Kepulauan Riau berdasarkan
sensus penduduk 1980-2010
Jumlah penduduk
a

Kepulauan Riau

Pertumbuhan

1980

2 168 535

-

-

1990

3 303 976

-

34.37%

2000

4 957 627

-

33.36%

2010

5 538 367

1 679 163

40.80%

Tahun

Riau

Pertumbuhan penduduk selama 30 tahun

69.95%

a

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012); Riau (dalam juta jiwa)

Daging ayam sebagai sumber protein bagi manusia yang relatif mudah
diperoleh dan harganya relatif murah dibandingkan dengan daging hewan lainnya
menjadikan daging ayam sebagai produk alternatif dalam pemenuhan kebutuhan
gizi masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan data konsumsi daging per kapita
tahun 2009 hingga 2010 dari Ditjenak (2011) yang disajikan pada Tabel 5. Ada 2
jenis ayam potong yang menjadi penyuplai kebutuhan daging ayam di Provinsi
Riau yaitu ayam buras (ayam kampung) dan ayam broiler. Harga ayam broiler
hidup, berdasarkan survey pasar langsung1, yaitu Rp16 000 /kg, sedangkan harga
1

Survey pasar di Pasar Sail Pekanbaru tanggal 16 Februari 2013.

4

daging ayam di pasar sekitar Rp20 500 /kg, harga ayam kampung sekitar Rp48
000 /ekor. Untuk harga daging ternak lainnya relatif lebih mahal seperti daging
sapi Rp65 000 – Rp75 000 /kg, daging kambing Rp50 000 /kg, daging kerbau
Rp65 000 – Rp68 000 /kg, ikan tongkol Rp21 600 /kg. Hal ini menjadikan daging
ayam sebagai produk hasil ternak alternatif dalam memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat. Oleh karena masih rendahnya produksi broiler maka peluang bisnis
ayam di Provinsi Riau masih mungkin untuk ditingkatkan. Apalagi broiler
dikaitkan dengan kecukupan gizi masyarakat Riau. Dari Tabel 6 dapat dilihat
bahwa daging ayam merupakan sumber protein yang berasal dari daging dengan
harga terendah kedua setelah telur ayam broiler.
Tabel 5 Konsumsi daging per kapita per tahun produk peternakan tahun 20092010
Tahun
Jenis daging (kg)

2009

2010

Ayam broiler

3.050

3.514

Ayam kampung

0.501

0.602

Sapi

0.334

0.367

Babi

0.188

0.211

Unggas lainnya

0.043

0.048

Daging lainnya

0.043

0.032

Kambing

0.025

0.024

Kerbau

0.014

0.017

Sumber: Ditjenak (2011)

Tabel 6 Harga rata-rata beberapa komoditas bahan pokok di pasar Kota Pekanbaru
Jenis barang

Unit Rp/kg
2011

2012

Daging Sapi

65 000

74 813

Ikan Asin Teri no.2

48 667

58 333

Ikan Tongkol

20 333

21 667

Daging Ayam Broiler

19 708

20 500

950

933

Telur Ayam broiler
Sumber : Badan Pusat Statistik Riau (2013)

Salah satu wilayah daerah Provinsi Riau yang masyarakatnya banyak
melakukan usaha budidaya ayam broiler adalah Kecamatan Tambang. Salah satu
perternak di Kecamatan Tambang, Provinsi Riau yang mengusahakan peternakan
ayam broiler adalah usaha ternak ayam broiler Lestari Rizqi Aditya. Usaha ini
memiliki skala kecil dengan kapasitas produksi lebih dari 5 000 ekor/ periode.
Pemilihan usaha kecil bertujuan untuk membantu pemerintah dalam program
pengembangan UKM di Indonesia khususnya di daerah-daerah di luar ibukota.
Usaha peternakan yang dikelola Lestari Rizqi Aditya adalah budidaya
pembesaran ayam broiler yang merupakan bagian dari proyek pertanian. Proyek
pertanian sangatlah sensitif terhadap perubahan lingkungan, baik lingkungan
eksternal maupun internal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya

5

adalah kenaikan biaya bahan baku dan adanya gangguan penyakit. Perubahan
tersebut diduga akan langsung mempengaruhi komponen cashflow yang pada
akhirnya akan mempengaruhi net benefit dan mengubah kelayakan investasi yang
dilakukan peternak atas kandang yang didirikan.

Perumusan Masalah
Usaha peternakan ayam broiler Lestari Rizqi Aditya di wilayah Tambang,
Kabupaten Kampar, Riau telah berdiri sejak tahun 2007. Sejauh ini usaha
peternakan Lestari Rizqi Aditya berjalan dengan baik. Namun pemilik usaha ayam
broiler Lestari Rizqi Aditya belum mengetahui secara pasti seberapa besar
manfaat (benefit) yang diperoleh atas investasi kandang yang telah dikeluarkan.
Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukan perhitungan secara khusus dari pihak
pemilik usaha. Walaupun telah berjalan cukup lama, usaha ternak ayam broiler
yang dijalankan Lestari Rizqi Aditya ini belum dapat diketahui apakah
keuntungan yang selama ini diperoleh dapat mengembalikan investasi keluarkan
atau tidak. Untuk itu perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap peternakan
Lestari Rizqi Aditya untuk mengetahui benefit yang diperoleh atas penanaman
investasi yang dilakukan peternakan.
Pemilihan lokasi peternakan Lestari Rizqi Aditya didasari oleh beberapa
pertimbangan. Aspek pertama, skala usaha yang dijalankan Lestari Rizqi Aditya
merupakan usaha berskala kecil dengan kapasitas produksi hingga 5 000 ekor per
periode. Aspek kedua adalah pengalaman kerja operasional pemilik peternakan
dalam mengelola peternakan ayam broiler. Aspek yang terakhir adalah adanya
keinginan pemilik untuk melakukan introduksi teknologi baru dalam pemanasan
anak ayam dengan gasolec regulator pada saat proses pemeliharaan. Dari aspekaspek tersebut diharapkan gambaran yang muncul dari peternakan merupakan
jawaban terbaik yang dapat menjawab apakah usaha ternak ayam broiler Lestari
Rizqi Aditya layak secara finansial atau tidak. Karena itu, penelitian ini akan
menganalisis kelayakan investasi dari usaha pembesaran ayam broiler yang
dijalankan oleh Lestari Rizqi Aditya di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar,
Riau.
Selain melakukan perhitungan secara finansial, penelitian ini akan mencoba
memberikan gambaran terhadap aspek kelayakan non-finansial yang akan
dianalisis melalui analisis deskriptif. Analisis aspek non-finansial diperhitungkan
karena pelaksanaan kegiatan operasional akan berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas output yang dihasilkan. Informasi lain yang juga penting untuk dilihat
adalah risiko yang dihadapi perternak dalam melaksanakan budidaya ayam
broiler. Hal ini perlu dikaji karena dalam kegiatannya ada beberapa hal yang
menjadi faktor yang membuat jumlah penerimaan pada akhir periode berfluktuasi.
Salah satu faktor tersebut adalah perubahan harga jual ayam dan harga input.
Faktor risiko ini berdampak pada nilai kriteria kelayakan usaha dan penilaian
kelayakan bisnis ayam broiler yang dijalankan Lestari Rizqi Aditya. Adanya
risiko yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan pada beberapa
variabel dalam usaha, akan mempengaruhi kelayakan usaha tersebut. Variabel
yang memiliki proporsi biaya paling besar pada peternakan ayam broiler Lestari
Rizqi Aditya adalah harga jual dan kenaikan harga pakan. Perubahan harga jual

6

sering terjadi selama bisnis berjalan, hal ini disebabkan oleh penentuan harga jual
yang didasari harga pasar. Kenaikan harga pakan juga kerap ditemui peternakan
dalam menjalankan usahanya. Kenaikan ini kemungkinan terjadi dikarenakan
Lestari Rizqi Aditya memperoleh pakan dari perusahaan pakan ternak yang
menjual pakan dengan harga yang didasari oleh harga bahan baku, jika harga
bahan baku pakan meningkat makan harga pakan juga akan meningkat 2 .
Penurunan harga jual dan kenaikan harga pakan ini akan berdampak pada
penerimaan penjualan ayam sehingga apabila penerimaan penjualan menurun,
peternakan akan mengalami kerugian.
Dalam proses pembesaran ayam broiler, pemilik usaha kerap kali bimbang
menentukan perlakuan yang harus diterapkan terhadap pemanasan anak ayam
yang berumur 1 hingga 12 hari terkait dengan biaya awal dan pendapatan.
Pemanasan anak ayam dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pemanasan dengan
gas atau pemanasan dengan serbuk gergaji. Kedua perlakuan ini membutuhkan
biaya investasi yang berbeda dan mempengaruhi manfaat bersih yang diterima.
Pengaruh dari perubahan teknologi ini adalah perubahan biaya variabel selama
proses produksi dan biaya pakan. Saat ini pemilik usaha masih menggunakan
teknologi pemanasan dengan serbuk gergaji, namun pemilik sedang
mempertimbangkan perubahan teknologi pemanasan dengan gas. Karena itu,
perlu dilakukan analisis nilai manfaat bersih tambahan atas perubahan teknologi
dari pemanasan dengan menggunakan serbuk gergaji ke teknologi pemanasan
dengan menggunakan gas. Untuk itu perlu dilakukan analisis kelayakan usaha
ternak ayam broiler Lestari Rizqi Aditya dalam perencanaan pengembangan usaha
berupa perubahan teknologi. Analisis pengembangan skala usaha tidak dilakukan
dalam penelitian ini karena adanya keterbatasan lahan dan modal dari perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat kelayakan investasi dari
usaha pembesaran ayam broiler yang dijalankan Lestari Rizqi Aditya dengan
memperhatikan risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan budidaya ayam broiler.
Setelah analisis aspek finansial dan non-finansial diharapkan muncul sebuah
Rekomendasi terhadap perternak mengenai kelayakan dari kegiatan bisnis yang
dijalankan dan diharapkan dapat menjadi sebuah pertimbangan mengenai apa
yang harus dilakukan dimasa yang akan datang serta perbaikan pada kegiatan
yang tidak efesien. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian yang dilakukan pada
usaha ayam broiler Lestari Rizqi Aditya ini dapat dirumuskan dalam beberapa
permasalahan yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana kelayakan usaha ayam broiler Lestari Rizqi Aditya jika dilihat
dari aspek non-finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan
manajemen, aspek lingkungan dan sosial)?
2. Bagaimana kelayakan usaha ayam broiler Lestari Rizqi Aditya dilihat dari
aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C,PP)?
3. Seberapa besar batas nilai perubahan maksimum dari perubahan harga jual
dan harga pakan yang dapat ditoleransi peternakan ayam broiler Lestari
Rizqi Aditya?
4. Membandingkan perubahan net benefit akibat adanya teknologi baru
(pemanasan anak ayam dengan teknologi gasolec regulator) dalam usaha
ternak ayam broiler Lestari Rizqi Aditya?
2

Wawancara dengan Bapak Parmin pemilik Lestari Rizqi Aditya tanggal 1 Maret 2013

7

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan usaha ayam broiler Lestari Rizqi Aditya
berdasarkan aspek non-finansial.
2. Menganalisis kelayakan usaha ayam broiler Lestari Rizqi Aditya
berdasarkan aspek finansial.
3. Mengetahui nilai perubahan maksimum dari perubahan harga jual dan
harga pakan pada usaha ternak ayam broiler Lestari Rizqi Aditya.
4. Menghitung manfaat bersih tambahan yang diperoleh usaha ternak ayam
broiler Lestari Rizqi Aditya akibat adanya perubahan teknologi pemanasan
anak ayam dari penggunaan serbuk kayu menjadi gasolec regulator.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
berkepentingan:
1. Bagi pihak pengelola peternakan dalam mengambil kebijakan dan
keputusan untuk mengembangkan usahanya.
2. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengaplikasikan
konsep-konsep yang telah diterima selama masa perkuliahan dan
diharapkan dapat dijadikan bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi pembaca, hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
informasi mengenai kelayakan usaha ayam broiler.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada usaha ternak ayam broiler Lestari Rizqi Aditya
yang berlokasi di Jalan Singa, Desa Kualu, Kecamatan Tambang, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis kelayakan
usaha yang mengkaji aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis,
aspek hukum dan manajemen, aspek lingkungan dan sosial, serta aspek finansial
berupa kriteria investasi meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback period dalam
usaha peternakan ayam broiler milik Lestari Rizqi Aditya. Selain itu, penelitian ini
juga menganalisis nilai maksimal perubahan harga pakan dan harga jual ayam
broiler Lestari Rizqi Aditya serta incremental net benefit akibat adanya perubahan
teknologi. Penelitian ini hanya menganalisis kelayakan pengembangan usaha
ternak ayam broiler Lestari Rizqi Aditya berupa perubahan teknologi.
Pengembangan skala usaha tidak dilakukan dalam penelitian.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Perkembangan Ayam
Rahayu (2011) menyatakan bahwa ayam jinak yang kini banyak dipelihara
manusia berasal dari ayam liar. Proses penjinakan ayam ini diperkirakan terjadi
seumur dengan adanya manusia di bumi. Keturunan ayam yang telah jinak
kemudian di kawinkan melalui persilangan oleh manusia. Konon ayam liar
tersebut adalah ayam hutan. Rose (2001) dalam Rahayu (2011) menyatakan
bahwa hirarki klasifikasi ayam termasuk kedalam kingdom Animalia,
subkingdom Metazoa, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Aves, ordo
Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus, spesies Gallus gallus.
Usaha pemeliharaan dan peternakan ayam mulai berkembang pesat di
Amerika dan Eropa pada abad ke-19 melalui penyilangan atau perkawinan antarayam dan diarahkan untuk mendapatkan kelompok jenis ayam ternak baru yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Pada tahun 1935, ditemukan strain ayam dengan
kecepatan pertumbuhan badan yang tinggi melalui penggunaan konversi pakan
yang hemat. Strain ayam tersebut dikenal sebagai ayam broiler/ayam pedaging.
Pada awalnya, ayam broiler berusia 8 minggu hanya mampu mencapai berat
0.72kg. Dengan penelitian dan percobaan genetis yang terus-menerus, pada tahun
2010, mampu dihasilkan ayam broiler berbobot 1.65 kg pada umur 32 hari
(Rahayu 2011).
Penelitian genetik dan pemuliabiakan yang terus-menerus dilakukan untuk
menghasilkan ayam yang mampu menghasilkan 300 butir telur per tahun. Namun,
masih banyak jenis-jenis ayam yang menunggu adanya perbaikan genetis seperti
pada ayam kampung yang belum mengalami peningkatan performansi secara
drastis seperti pada ayam broiler. Selain produk telur dan daging, penemuan jenisjenis ayam baru untuk hobi juga terus dilakukan. Sebagai contoh adalah
munculnya ayam bersuara merdu. Ayam tersebut merupakan persilangan antara
ayam hutan dengan ayam kampung.
Di Indonesia sendiri, perkembangan peternakan ayam broiler dimulai pada
pertengahan dasawarsa 1970-an dan booming pada awal 1980-an. Laju
perkembangan usaha tersebut sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk,
pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi,
politik, serta keamanan (Fadilah 2004).

Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
Pada dasarnya tujuan dari kegiatan usaha ayam broiler adalah untuk
memperoleh keuntungan bagi pelaku usaha. Namun perlu adanya perhatian
terhadap keamanan dan kenyamanan, baik untuk peternakan itu sendiri maupun
lingkungan sekitar. Untuk mengurangi gangguan terhadap lingkungan, maka
manajemen budidaya peternakan harus terus diperbaiki. Perbaikan yang dapat
dilakukan salah satunya adalah dengan mengubah sistem perkandangan terbuka
menjadi sistem perkandangan tertutup. Perubahan dalam hal penggunaan pakan
juga perlu diperhatikan. Selain meningkatkan efesiensi penggunaan pakan, perlu
juga dicari bahan pakan yang dapat menekan kondisi ayam mencret. Kemudian

9

penggunaan obat-obatan dan vaksisnasi, selain untuk pengobatan, juga digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit.
Fadilah (2004) menyatakan bahwa beberapa kendala usaha peternakan ayam
broiler di daerah tropis, khususnya di Indonesia adalah temperatur harian relatif
tinggi, intensitas sinar matahari cukup tinggi, beriklim tropis lembap yang
mengandung banyak air, tidak tersedia bahan baku pakan secara kontinu,
penyebaran penduduk yang tidak merata, serta tidak semua wilayah dapat dilalui
transportasi darat. Dari beberapa kendala tersebut, setiap peternak ayam broiler di
Indonesia harus memiliki keahlian tersendiri untuk menyiasati kendala tersebut.
Penanganan kendala juga harus mempertimbangkan temperatur lingkungan,
sumber air yang tersedia, lokasi usaha peternakan dan sumber daya yang tersedia
sehingga sebelum melakukan usaha peternakan ayam broiler dianggap perlu
melakukan analisis kelayakan usaha terlebih dahulu.
Rahayu (2011) menyatakan bahwa pola budidaya pada ayam broiler sudah
sangat intensif dan masuk ke industri peternakan walaupun bila dikaji secara
mendalam, mungkin tidak meningkatkan daya tahan pangan nasional karena
semuanya masih serba impor (bibit, pakan, teknologi). Apabila ditinjau dari segi
pakan, jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam umumnya masih
impor. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ternak ayam broiler di
dalam negeri memberi kontribusi untuk menaikkan konsumsi protein hewani.
Perkembangan usaha ayam broiler di Indonesia terbilang cepat, hal ini
dikarenakan banyak perusahaan yang menggarap sektor pasca panen ayam broiler
guna menaikkan selera masyarakat dalam mengonsumsi daging ayam.
Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain membuat berbagai macam makanan
olahan daging ayam siap saji seperti bakso ayam, nugget ayam, sosis ayam, dan
spicy ayam.

Teknik Budidaya Ayam Broiler
Ayam broiler pedaging adalah ayam broiler yang dibudidayakan untuk
menghasilkan daging. Ayam broiler yang diusahakan untuk pedaging adalah ayam
broiler pedaging yang berasal dari indukan unggul untuk pedaging (biasa disebut
ayam broiler). Pada pemeliharaan ayam broiler pedaging sebaiknya dilakukan
sistem pemeliharaan “all in all out” atau seumur agar mengurangi terjadinya
perpindahan penyakit (memutus siklus penyakit pada ayam di satu kandang).
Ayam broiler pertumbuhannya sangat cepat. Dalam waktu 30 hari telah
mencapai 1,5 kg. Biasanya berbulu putih dengan daging dada yang montok dan
kaki yang gemuk kokoh. Dengan manajemen pakan dan minum yang baik dan
diawali dengan bobot DOC yang baik akan memberikan harapan untuk
mendapatkan hasil akhir bobot ayam yang sesuai dengan harapan peternak. Bobot
akhir minggu pertama sangat penting untuk mendapatkan bobot akhir masa panen.
Pemeliharaan ayam broiler pedaging pada dasarnya banyak dilakukan di
kandang lantai panggung. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan ayam yang bersih
bulunya dan mengurangi efek amoniak pada ayam, terutama pada ayam broiler
yang cenderung sangat peka terhadap amoniak. Selanjutnya dinding kandang
kebanyakan terbuka dengan menggunakan kawat atau bambu.

10

Periode Awal
Periode ini merupakan awal dari semua kegiatan ternak ayam broiler.
Kandang yang akan digunakan untuk memelihara ayam harus dibersihkan terlebih
dahulu dan melalui beberapa berikut:
1.
Sebelum DOC Datang
Rahayu (2011) menyatakan bahwa pemanas dinyalakan 2 hingga 3 jam
sebelum datangnya DOC kemudian disiapkan minuman (campuran air,
vitamin, antibiotik) dan dimasukan ke dalam guard chick. Ketika DOC
datang sebaiknya ditimbang dan dihitung jumlahnya terlebih dahulu,
kemudian dimasukan ke dalam lingkaran guard chick. Fadilah (2004)
menyatakan bahwa guard chick bisa terbuat dari seng, layar, karung, triplek
atau kardus bekas. Namun, pelindung yang paling bagus yang terbuat dari
seng. Rahayu (2011) menambahkan bahwa setelah 2-3 jam anak ayam
minum, pakan kemudian diberikan sedikit demi sedikit dan ditempatkan
pada piring pakan. Sisa campuran air minum dituang ke dalam galon
minuman otomatis. Pakan diberikan sebanyak 8 kali sehari. Sementara
Fadilah (2004) lebih menganjurkan memberi ayam minum selama 4 jam
sebelum pemberian pakan pertama. Suhu dapat lebih mudah diatur bila
digunakan pemanas dengan gasolec regulator (Rahayu 2011). Fadilah
(2004) juga sependapat bahwa pemakaian gasolec memiliki kelebihan yaitu
pemanas yang dihasilkan relatif merata, stabil dan tidak terpengaruh angin.
Alat pemanas gasolec dipasang pada ketinggian 110 hingga 125 cm. Jika
menggunakan semawar, pemanas diletakan pada ketinggian 50 hingga 75
cm. Panas yang dihasilkan semawar diatur dengan cara mengubah posisi
tempat minyak tanah. Mulyantini (2010) menganjurkan alternatif alat
pemanas lain yaitu, pemanasan dengan lampu pijar. Lampu pijar
digantungkan pada ketinggian 5 hingga 10 cm di atas lantai. Lama
penggunaan pemanas tergantung cuaca dan biasanya untuk ayam broiler
pemakaiannya 12 hingga 14 hari.
2.

Pelebaran Guard Chick
Rahayu (2011) berpendapat bahwa pada saat pelebaran guard chick perlu
ditambahkan tempat pakan berupa piringan tabung (10 buah pada hari
ketiga) dan ditambahkan 2 buah setiap 2 hari. Sementara Fadilah (2004)
berpendapat bahwa setiap lingkaran pelindung membutuhkan tempat pakan
dan minum masing-masing berjumlah 10 buah sejak hari pertama. Pakan
yang diberikan berbentuk crumble. Pemberian pakan harus sesering
mungkin, yaitu:
 Pada minggu ke-1 : 8 kali sehari
 Pada minggu ke-2 : 5 kali sehari
 Pada minggu ke-3 : 4 kali sehari
 Pada minggu ke-4 : 3 kali sehari
Buka tutup tirai tergantung pada temperatur di dalam kandang. Cara buka
tutup tirai dari sebelah atas. Siang hari mulai umur 5-12 hari tirai atas
dibuka dan malam hari ditutup kembali. Umur 13 hari tirai atas dibuka siang
dan malam. Siang hari tirai bawah dibuka dan malam hari ditutup umur 21
hari semua tirai dibuka sepanjang hari.

11

Periode Finisher
Pada fase ini ayam sudah tidak memerlukan induk buatan sehingga pamanas,
seng guard chick dan tirai sudah tidak dipakai lagi. Untuk mengurangi tingkat
stres ayam karena panas, selain dengan mendinginkan udara di dalam kandang
menggunakan kipas. Pemberian atau penambahan pakan dilakukan saat
udara/cuaca agak dingin dan sejuk, yaitu pada pagi dan sore hari. Ayam akan
segera makan sebanyak-banyaknya dalam waktu sekitar 30 menit saat pakan
dituangkan ke dalam tabung pakan.
Periode Vaksinasi dan Pencegahan Penyakit
Rahayu (2011) dan Fadilah (2004) sependapat bahwa penyakit yang pada
umumnya menyerang ayam broiler yaitu ND, gumboro, CRD, E.coli, dan Avian
Influenza (Al). Hanya saja, ayam broiler lebih peka terhadap penyakit CRD dan
E.coli. Vaksinasi Al tidak selalu harus dilakukan, terutama di daerah yang belum
pernah terkena Al dikarenakan kasus Al sangat jarang terjadi.
Pemanenan
Panen atau penangkapan ayam broiler tergantung pada perencanaan
peternak. Penangkapan biasanya dilakukan pada malam hari atau pagi hari.
Jumlah dan ukuran ayam yang ditangkap disesuaikan dengan permintaan yang
tertera dalam kertas DO (delivery order). Klasifikasi ukuran ayam menurut
Rahayu (2011) adalah ukuran kecil (1-1.5 kg) dan ukuran besar (>1.6 kg).
Sementara klasifikasi ukuran ayam menurut Fadilah (2004) adalah ayam ukuran
kecil (0.8-1.2 kg), ayam ukuran sedang (1.3-1.6 kg), dan ayam ukuran besar (>1.7
kg). Semakin besar ukuran, harga per kg ayam hidup biasanya semakin rendah
dibandingkan dengan ayam ukuran kecil karena ayam tersebut sudah banyak
lemaknya. Konsumen di Indonesia kebanyakan menyukai ayam broiler ukuran
kecil. Ukuran besar biasanya diperuntukkan untuk pengolahan makanan tertentu
(sate, opor, kare) dan untuk industri pengolahan daging ayam (nugget, sosis, dll).
Adnan (2012) mengkategorikan tingkat efesiensi pakan untuk menghasilkan
daging kedalam beberapa kelompok seperti pada Tabel 7. Angka efesiensi ini
dapat diperoleh dari:
Efesiensi = Jumlah pakan yang dikonsumsi
Bobot ayam yang dihasilkan
Medion (2013) menyatakan bahwa tingkat kematian ayam yang layak
adalah ±5%. Tingat kematian (D) diperoleh dari rumus:
D = Populasi awal – Jumlah ayam panen
Populasi awal

x 100%

Pelaku pemasaran ayam broiler yang paling berperan pada umumnya adalah
agen. Agen menjual ayam dari perternak ayam kepada pedagang besar dalam
bentuk surat pemesanan atau DO. Selanjutnya, pedagang besar mengambil ayam
dari peternakan sesuai dengan yang tertera dalam surat DO. Kemudian ayamayam ini dijual kembali ke pedagang pengecer atau pasar dan rumah makan.
Parmin 3 (2013) menyatakan bahwa pada budi baya ayam broiler masih sering
3

Wawancara langsung pada Bapak Parmin selaku pemiliki peternakan Lestari Rizqi Aditya
tanggal 22 Februari 2013

12

terjadi ketimpangan persaingan. Sebagian besar dikendalikan secara hulu hingga
hilir oleh agen. Hal ini karena harga dan ketersediaan produksi ditentukan oleh
agen yang ikut masuk kedalam budidaya ayam broiler. Distribusi pemasaran atau
rantai tata niaga ayam broiler menurut Rahayu (2011) cukup panjang, biasanya
pedagang besar (broker, pengepul atau pangkalan ayam) membeli dan mengambil
DO (Delivery Order) langsung dari peternak, dari broker DO dijual ke pangkalan
dan dari sana dibeli oleh pedagang pemotong ayam, kemudian dijual ke konsumen
rumah tangga.

Tabel 7 Efesiensi penggunaan pakan untuk menghasilkan daging
Daging ayam yang dihasilkan tiap 1 sak pakan (kg)

Kategori

Lebih besar dari 33

Sangat bagus

32 - 33

Bagus

30 - 31

Sedang

28 - 29

Jelek

Kurang dari 28

Sangat jelek

Sumber: Adnan (2012)

Kelayakan Peternakan Ayam Broiler
Penelitian mengenai studi kelayakan pada komoditi ayam broiler sudah
banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti Saputra (2011),
Karmidi (2012), Kusumawardani (2010) dan Juri (2012).
Saputra (2011) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan investasi
peternakan ayam broiler pada kondisi risiko, sedangkan Juri (2012) melakukan
penelitian tentang analisis kelayakan usaha ayam broiler berkualitas organik.
Keduanya menggunakan metode yang sama yaitu wawancara langsung, observasi,
studi dokumentasi, diskusi, dan internet untuk pengumpulan data. Sementara
Karmidi (2012) menambahkan metode pengumpulkan data dari catatan keuangan
pemilik usaha. Berbeda dengan ketiga peneliti lainnya, Kusumawardani (2010)
menggunakan metode analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan
data yang telah dikumpulkan.
Aspek-aspek yang dianalisis oleh Saputra (2011), Karmidi (2012) dan Juri
(2012) dibedakan atas 2 aspek utama, yaitu aspek finansial dan aspek nonfinansial. Tetapi Kusumawardani (2010) hanya menganalisis dari segi aspek
finansial saja. Dari analisis yang dilakukan oleh keempat peneliti sebelumnya,
usaha yang dijalankan layak untuk dikembangkan.
Untuk metode pengolahan data aspek finansial, Saputra (2011) menganalisis
NPV, Net B/C, IRR, PP,dan BEP. Juri (2012), Karmidi (2012) dan
Kusumawardani (2010) juga menganalisis aspek finansial yang sama dengan
Saputra (2011), hanya saja mereka tidak memasukan BEP sebagai aspek yang
perlu dianalisis, sebagai gantinya mereka menganalisis nilai switching value. Juri
(2012) dan Kusumawardani (2010) menggunakan variabel kenaikan harga pakan
dan penurunan penjualan dalam analisis switching value. Sementara Karmidi

13

(2012) menambahkan variabel kenaikan harga DOC kedalam analisis switching
value.
Karmidi (2012), Kusumawardani (2010) dan Juri (2012) hanya
menggunakan 1 skenario saja untuk menganalisis kelayakan peternakan yang
mereka teliti, yaitu skenario keadaan yang terjadi sebenarnya. Sementara Saputra
(2011) menggunakan 2 skenario, yaitu skenario dalam keadaan risiko harga dan
risiko produksi. Keempat peneliti, meneliti peternakan dengan teknologi yang
berbeda. Saputra (2011) dan Karmidi (2012) meneliti peternakan dengan
teknologi pemanasan dengan sekam padi dan karung. Kusumawardani (2010) dan
Juri (2012) meneliti peternakan dengan teknologi pemanasan gasolec regulator.
Oleh karena itu, yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah waktu, lokasi dan metode analisis yang digunakan. Peneliti akan
melakukan kajian kelayakan budidaya ayam broiler serta nilai manfaat tambahan
akibat adanya perubahan teknologi dalam budidaya ayam broiler dalam lokasi
penelitian. Perubahan teknologi yang dilakukan yaitu pemanasan dengan serbuk
gergaji menjadi pemanasan dengan gasolec regulator. Hasil penelitian ini akan
menentukan perusahaan yang diteliti layak atau tidak, dan menentukan perlu atau
tidaknya dilakukan perubahan teknologi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis
dilaksanakan dengan berhasil (Husnan 1994). Investasi biasanya memerlukan
dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.
Untuk itu perlu dilakukan studi kelayakan investasi yang cermat agar jangan
sampai terjadi hal dimana ketika investasi tersebut telah ditanamkan, ternyata
bisnis yang dijalankan tidak menguntungkan.
Banyak penyebab yang
mengakibatkan suatu bisnis menjadi tidak menguntungkan. Faktor-faktor tersebut
dapat berupa kesalahan dalam perencanaan bisnis, kesalahan dalam menaksir
pasar yang tersedia, kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang dipakai,
kesalahan dalam memperkirakan kontinuitas bahan baku, kesalahan dalam
perencanaan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja. Untuk itulah studi tentang
kelayakan suatu bisnis menjadi sangat penting. Semakin besar skala investasi
semakin penting studi ini.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang tidak
menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, namun
biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu
bisnis yang menyangkut investasi dalam jumlah besar.

14

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspekaspek yang akan dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek apa
saja yang perlu diteliti, umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek
finansial dan non-finansial. Aspek non-finansial terdiri dari aspek pasar, teknis,
lingkungan dan sosial, serta aspek hukum dan manajemen. Indeks-indeks dalam
menentukan kelayakan bisnis dari segi finansial disebut sebagai kriteria investasi.
Kriteria investasi terdiri dari NPV, IRR, Net B/C, PP, dan switching value.
Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut.
1. Aspek Non-finansial
a. Aspek Pasar
Analisis aspek pasar menganalisis potensi pasar yang dilihat dari
selisih antara penawaran dan permintaan serta bauran pemasaran.
Suliyanto (2010) menyatakan bahwa aspek pasar memegang peranan
yang sangat penting dalam suatu bisnis karena sumber pendapatan
utama perusahaan berasal dari penjualan produk yang dihasilkan.
Analisis aspek pasar menganalisis potensi pasar dan bauran pemasaran.
Nurmalina (2010) menyatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari
tempat (place), harga (price), produk (product), dan promosi
(promotion).
b. Aspek Teknis
Nurmalina (2010) menyatakan bahwa aspek teknis berkaitan
dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan kegiatan
operasional setelah bisnis dibangun. Aspek teknis mencakup lokasi
bisnis, luas produksi, proses produksi termasuk didalamnya tingkat
kematian dan efesiensi pakan, layout produksi dan insfrastruktur yang
dimiliki perusahaan.
c. Aspek Hukum dan Manajemen
Aspek manajemen berkaitan dengan manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasional (Umar
2003). Hal yang dilihat dari manajemen dalam masa pembangunan
bisnis adalah siapa pelaksana binsis dan bagaimana jadwal penyelesaian
bisnis. Hal yang dilihat dari manajemen dalam masa operasional adalah
sturktur organisasi dan pembagian kerja pada masing-masing jabatan.
Aspek hukum berkaitan dengan dokumen dan perizinan. Suliyanto
(2010) menyatakan bahwa suatu bisnis dapat dikatakan layak dari aspek
manajemen apabila bisnis tersebut memiliki struktur organisasi dan
pembagian tugas yang jelas tanpa kendala dan dapat dikatakan layak
dari aspek hukum apabila bisnis tersebut memenuhi persyaratan
perizinan yang sesuai dengan wilayah bisnis itu berada.
d. Aspek Lingkungan dan Sosial
Dalam menganalisis kelayakan suatu bisnis diperlukan informasi
lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui apa yang bisa
disumbangkan oleh perusahaan bagi masyarakat dan lingkungannya.
Aspek sosial untuk melihat dampak sosial yang diberikan perusahaan
terhadap masyarakat seperti pembukaan lapangan kerja dan sebagainya.
Aspek lingkingan berkaitan dengan pengolahan limbah perusahaan dan
dampak yang diberikan perusahaan terhadap lingkungannya.

15

2. Aspek Finansial
Pada dasarnya studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan layak
atau tidaknya bisnis yang dijalani tersebut berdasarkan kriteria investasinya.
Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan metode
yang umum dipakai yaitu metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat
dan biaya untuk setiap tahun diskonto dengan discount factor (DF) yang erat
kaitannya dengan preferensi waktu atas uang.
Kriteria investasi kelayakan bisnis dapat dipakai sebagai pertimbangan
dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Beberapa kriteria investasi tersebut diantaranya adalah
1. Net present value (NPV)
Suatu bisnis dikatakan menguntungkan atau layak dijalankan jika nilai
manfaat yang diterima lebih besar daripada nilai biaya yang dikeluarkan.
Bisnis yang layak memiliki nilai NPV lebih besar daripada 0 (NPV positif),
artinya bisnis tersebut memberikan manfaat dan keuntungan.
2. Net benefit cost ratio (Net B/C)
Net B/C adalah rasio untuk melihat perolehan manfaat bersih yang
merupakan hasil dari setiap satu satuan kerugian bisnis tersebut. Suatu bisnis
dapat dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari 1 (Net B/C > 1).
3. Internal rate of return (IRR)
IRR digunakan untuk melihat seberapa besar pengembalian bisnis
terhadap investasi yang ditanamkan dengan membandingkan discount rate
yang menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate yang
menghasilkan NPV negatif. Suatu bisnis dikatakan layak jika IRR-nya lebih
besar dari discount rate yang mengasilkan NPV sama dengan 0.
4. Payback period (PP)
Payback period digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi yang
ditanamkan dalam suatu bisnis dapat kembali. Bisnis yang PP-nya singkat
atau cepat pengembaliannya yang lebih dominan akan dipilih. PP dikatakan
layak apabila pengembalian investasi lebih cepat dari pada umur bisnis.
5. Switching value
Analisis nilai pengganti
digunakan untuk mengukur perubahan
maksimum dari perubahan suatu komponen inflow maupun otflow yang masih
dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak dijalankan. Perhitungan ini mengacu
pada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan 0
(NPV=0).
Teori Biaya dan Manfaat
Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan atau tujuan bisnis
(Nurmalina 2010). Pada dasarnya, komponen-komponen biaya terdiri dari :
1. Barang-barang fisik
Barang-bara