Karakteristik Kimia dan Mikrobiologi Yoghurt Probiotik Susu Kambing dengan Penambahan Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

KARAKTERISTIK KIMIA DAN MIKROBIOLOGI YOGHURT
PROBIOTIK SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L)

DEWI ELFRIDA SIHOMBING

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kimia
dan Mikrobiologi Yoghurt Probiotik Susu Kambing dengan Penambahan Ekstrak
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013
Dewi Elfrida Sihombing
NIM D14090004

ABSTRAK
DEWI ELFRIDA S. Karakteristik Kimia dan Mikrobiologi Yoghurt Probiotik
Susu Kambing dengan Penambahan Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa
L) Dibimbing oleh IRMA ISNAFIA A dan SRI BUDIARTI.
Susu kambing mengandung nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan susu
sapi, akan tetapi memiliki bau prengus sehingga kurang diminati oleh masyarakat.
Pengolahan susu kambing menjadi yoghurt dapat menghilangkan bau prengus dan
dapat meningkatkan kandungan nutrisi susu. Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa
L) kaya antioksidan. Penambahan ekstrak bunga rosella pada yoghurt akan
memberikan rasa asam yang menyegarkan, aroma yang wangi serta dapat
meningkatkan kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari
karakteristik kimia dan mikrobiologi yoghurt probiotik berbahan dasar susu
kambing segar dengan penambahan ekstrak bunga rosella. Yoghurt probiotik

dengan penambahan ekstrak bunga rosella sebesar 0.5% dan 1% masing-masing
diamati karakteristik kimia dan mikrobiologi. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penambahan ekstrak bunga rosella tidak berpengaruh nyata terhadap karakteristik
kimia yoghurt dilihat dari nilai pH, TAT, kadar air, kadar protein, kadar abu, dan
kadar lemak, akan tetapi berbeda sangat nyata pada jumlah bakteri asam laktat
pada produk (P0.05%). Kadar lemak yang
diperoleh tidak memenuhi syarat SNI Mutu Yoghurt (Badan Standarisasi Nasional
2009) yaitu maksimum 3.8%. Kadar lemak yoghurt probiotikyang tinggi
disebabkan oleh penggunaan bahan baku susu kambing penuh. Hal ini sesuai
dengan Helferich dan Westhoff (1980), yoghurt yang dibuat dari susu penuh akan
mengandung lemak tinggi. Kadar lemak pada susu segar setelah menjadi yoghurt
mengalami penurunan disebabkan adanya perlakuan pemanasan yang
menginaktifkan lipoprotein (LPL) (Smith 2000).
Kadar protein yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2009)
adalah minimum 3.5%. Hasil analisis sidik ragam, diperoleh bahwa kadar protein
yoghurt probiotik dengan penambahan ekstrak bunga rosella (0.5% dan 1%) tidak
berbeda nyata dan memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI. Hal ini sesuai
dengan Adam dan Andy (2011) yang menyatakan bahwa penambahan ekstrak
rosella 0%, 0.5%, 1 % dan 1.5 % tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan
protein pada yoghurt sapi. Total kandungan protein pada produk fermentasi

berhubungan erat dengan kadar protein bahan yang digunakan (Sodini et al. 2002).
Kadar protein pada yoghurt probiotik mengalami peningkatan dibandingkan
dalam bahan baku susu kambing segar (Tabel 2). Pada proses fermentasi kadar
protein bahan baku berperan dalam menstimulasi pertumbuhan starter yoghurt dan
pembentukan tekstur produk fermentasi. Proses fermentasi membuat protein
yoghurt lebih mudah dicerna.
Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada
bahan pangan karena akan mempengaruhi tekstur, penampakan, dan cita rasa dari
bahan pangan. Berdasarkan hasil analisi sidik ragam, diperoleh kadar air pada
yoghurt probiotik tidak berbeda nyata (P>0.05). Kadar abu yoghurt probiotik
dengan penambahan ekstrak bunga rosella (0.5 % dan 1 %) tidak berbeda nyata
(P>0.05). Kadar abu pada susu segar (Tabel 2) mengalami peningkatan setelah

10
difermentasi menjadi yoghurt probiotik. Hal ini dikarenakan adanya penambahan
ekstrak bunga rosella yang mengandung kalsium yang terikat dalam protein
kasein (Mattila-Sandholm dan Sarela 2000). Bunga rosella kaya akan mineral
seperti kalsium, phosphor, potassium, dan zat besi yang sangat penting untuk
tubuh. Menurut Khurana dan
Kanawijaya (2007), kadar mineral susu juga

mengalami peningkatan sekitar 34% setelah menjadi yoghurt.
Karakteritik mikrobiologi total koliform pada yoghurt probiotik tidak
berbeda nyata pada masing-masing perlakuan (P>0.05). Syarat SNI mutu yoghurt
(Badan standarisasi Nasional 2009) untuk total koliform sebesar 10 yang artinya
total koliform pada produk yang dihasilkan tidak memenuhi standar SNI dengan
rataan diatas 10. Total koliform merupakan indikator sanitasi saat perahan sampai
pada proses pengolahan bahan pangan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan ekstrak bunga rosella
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bakteri asam laktat (P106 cfu/g (Jay et al. 2005). Jumlah bakteri asam
laktat yang cukup tinggi disebabkan komposisi bahan yang relatif baik pada susu
kambing sehingga dapat mendukung fungsi dan aktivitas metabolisme sel-sel
probiotik di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guessas dan Kihal
(2004), bahwa bakteri asam laktat yang berpotensi sebagai probiotik telah
ditemukan secara alami dalam susu kambing segar.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan ekstrak bunga rosella dalam proses pembuatan yoghurt
probiotik berbahan dasar susu kambing tidak berpengaruh nyata terhadap
karakteristik kimia pada nilai pH, TAT, kadar air, kadar lemak, kadar abu, dan

kadar protein, akan tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bakteri asam
laktat.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan untuk melakukan uji
organoleptik untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap yoghurt probiotik
dengan penambahan ekstrak bunga rosella.

11
DAFTAR PUSTAKA
Adam MH, Andy. 2011. Adding of rosella (Hisbiscus safdariffa Linn) flower
extract for improvement quality of yogurt. J. Agrist. 7(2):96-105.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 1995. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical
Chemistry.
[APHA] American Phamaceutical Association. 1992. Standart Method for
Examination of Water and Waste Water. 18th Edition. Wanghington DC
(US): Port Press.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI. 01-2981-2009: Susu fermentasi.
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Blakely J, Bade H. 1991. Ilmu Peternakan. Terjemahan : B. Srigandono dan

Soerdasono. Yogyakarta (ID):Gadjah Mada University Press.
Bradeldin AH, AI Wabel N, Gerald B. 2005. Phytochemical, pharmacological and
oxicological aspects of Hibiscus sabdariffa L. Phytother. 19:369-375.
Brannen LA, Davidson PM. 1993. Antimicrobials in Foods. New York (US):
Marcel Dekker, Inc.
Guessas B, Kihal M. 2004. Characterization of lactic acid bacteria isolated from
algerian arid zone raw goat’s milk.Afric J Biotechnol. 3(6) : 339-342.
Helferich W, Westhoff DC. 1980. All About Yoghurt . New York (US): PrenticeHall Inc.
Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley KT, Williams ST. 1994. Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology. 9th Edition. Baltimore (US):
Williams and Wilkis.
Isnaini L. 2010. The extraction of natural liquid red colorant containing
antioxidant from Rosella (Hibiscus sabdariffa L) calyx and its application
in food products.J. Teknol Pertan. 11(1):18-26.
[ISO] International Organization for Standardization. 2006. ISO 4832:
Microbiologyof food and animal feeding stuffs – horizontal method for the
enumeration of microorganism – colony-count technique at 30 degrees C.
International Standard.
Jay JM, Loessner MJ, Golden DA. 2005. Modern Food Microbiology. Ed ke-7.
USA (US): Springer.

Khuruna HK, Kanawijaya SK. 2007. Recent trends in development of fermented
milks. J. Cur. Nutr. Food Sci. 3: 91 – 108.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan. Jilid 1 (1). Bogor
(ID): IPB Pr.
Mattila-Sandholm T, Saarela M. 2000. Functional Dairy Product. Germany (DE):
Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC.
Park YW. 2006. Goal mik-chemistry and nutrition. Di dalam Park YW, Haenlien
GFW, editor. Handbook of milk of non-bovine mammals. Oxford, UK
(GB): Blackwell Publishing Professional. Hal: 34-58.
Pelezar MJ, Chan ECS. 2007. Dasar-dasar mikrobiologi Jilid I. Terjemahan
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL. Jakarta (ID):
Indonesia Press.

12
Robinson RK, Lucey JA, Tamime AY. 2006. Manufacture of Yoghurt. Di dalam :
Tamime AY editor.Fermented Milk. Oxford (GB): Blackwell Science Ltd.
Rostinawati T. 2009. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (Hisbiscus
sabdariffa L.) terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan
Staphylococcus aereus dengan metode difusi agar. [skripsi]. Jatinangor
(ID): Universitas Padjajaran.

Salminen G, Wright A. 1993. Lactic Acid Bacteria. NY (US): Dekker Inc.
Salminen S, Roberfroid M, Ramos P, Fonden R. 1998. Prebiotics Substrates and
Lactic Acid Bacteria. Di dalam: Salminen S, Wright AV. Lactid Acid
Bacteria Microbiology and Functional Aspects. New York (US): Marcel
Dekker, Inc.
Setiawan J, Maheswari RRA, Purwanto BP. 2013. Physico-chemical properties,
somatic cell count and microbiology quality of Etawa crossbreed goal milk.
Veterinaris Indonesian. 1(1): 32-43.
Silalahi J. 2006. Makanan Fungisional. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius
Sodini I, Lucas A, Oliveira MN, Remeuf F, Corrieu G. 2002. Effect of milk base
and starter culture on acidification, texture, and probiotic cell counts in
fermented milk processing. J. Dairy Sci. 85:2479-2488.
Sunarlim R, Triyantini, Setiadi B, Setiyanti H. 2006. Upaya mempopulerkan dan
meningkatkan penerimaan susu kambing dan domba. Jakarta (ID):
Prosiding Sarasehan Usaha ternak Domba.
Surono IS. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Jakarta (ID): Tri
Cipta Karya.
Susilorini TE, Sawitri ME. 2009. Produk Olahan Susu. Bogor (ID): Penebar
Swadaya.
Tamime AY, Robinson RK. 1999. Yoghurt : Science and Technology. 2nd.

Cambridge (GB): Woodhead Publishing, Ltd
[Thai Agricultural standar] National Bureu of Agricultural Commodity and Food
Standards Ministry of Agriculture and Cooperatives. 2008. Raw Goat Milk.
Bangkok (TH): Thai Agricultural Standard.
Tsai PJ, Melntosh J, Pearce P, Camden B, Jordan BR. 2002. Anthocyanin and
antioxidant capacity in roselle (Hibiscus sabdariffa L) extract. Food
Research International. 35:351-356.
Widiada IGN, Antara NS, Aryanta IWR. 2006. Identifikasi dan suksesi
pertumbuhan bakteri asam laktat dalam susu kuda liar Bima selama
penyimpanan. Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi
IndonesiaTingkat Nasional; 2006 Agust 26-27; Solo (ID): [PIT-PERMI
2006].
Widyanto, Anne P. 2000. Rosella Aneka Olahan, Khasiat, dan Ramuan. Cetakan 2.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1990 di Aek kanopan, Medan.
Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak A.Sihombing
STh, dan Ibu J Sinaga Spd.


13
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar
Negeri 112282 dan diselesaikan pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan
pendidikan menengah pertama pada tahun 2006 di SMP St.Yosef Aek kanopan.
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2009 di SMA
Negeri 1 Kualuh Hulu.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Penulis pernah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak 2012/2013.
Penulis juga berpartisipasi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang
penelitian tahun 2012/2013 dan berhasil didanai.