Analisis stasistik Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis

Perhitungan perubahan defleksi di antara dua pembebanan ∆ Lb , dihasilkan melalui rumus: 2 y3 y2 - y1 Lb Δ + Δ Δ = Δ dimana: ∆y 1 = perubahan defleksi pada LVDT 1cm ∆y 2 = perubahan defleksi pada LVDT 2cm ∆y 3 = perubahan defleksi pada LVDT 3cm C.2.3. Pengujian sifat fisis kayu kerapatan dan KA Pengujian kerapatan kayu dilakukan terhadap 20 contoh uji sampel secara acak yang diambil dari contoh uji lentur yang telah rusak. Ukuran contoh uji adalah 2,5 x 2,5 x 2,5 cm. Selanjutnya contoh uji ditimbang berat dan diukur volumenya untuk kemudian dihitung kerapatan kayu dengan rumus : V BA = ρ .............................................................. 7 dimana : BA = Berat awal kayu g V = Volume kayu cm 3 Sementara itu kadar air KA diperoleh dengan menggunakan rumus: 100 × − = BKT BKT BA KA .............................................. 8 dimana : KA = kadar air BA = berat awal kayu gram BKT = berat kering tanur gram

D. Analisis stasistik

Analisis stasistik yang dilakukan berupa analisis statistik deskriptif dan analisis regresi yang terdiri atas analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi berganda dengan peubah boneka Dummy Variable. a. Analisis stastistik deskriptif berupa nilai rata-rata mean, nilai maksimum, nilai minimum, nilai standar deviasi SD, dan koefisien variasi CV dimana hasil pengujian disajikan dalam bentuk Tabel dan grafik. b. Uji-t saling bebas, digunakan untuk mengetahui perbedaan pengujian destruktif antara Es apparent pada metode OPL dan Es apparent pada metode TPL, dan antara nilai Es apparent pada OPL dan TPL terhadap Es true pada TPL. c. Model regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan pengukuran non destruktif dan pengukuran destruktif X Y β α + = ..................................................... 9 dimana: Y = peubah tak bebas x = peubah bebas α = intersep β = kemiringan garis slope d. Model regresi peubah boneka dummy variable untuk mengetahui kesetaraan pengujian destruktif antara metode OPL dan TPL. Z X Z X Y . 3 2 1 β β β α + + + = ...................................... 10 dimana: Y = peubah tak bebas X = peubah bebas Z = peubah boneka dummy variable α = intersep β 1,2,3 = kemiringan garis slope Perhitungan dilakukan dengan bantuan personal computer PC didukung oleh software microsoft excel 2003, dan Minitab 14.0 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis

Sifat fisis dan mekanis kayu merupakan nilai karakteristik yang dapat menentukan besar kecilnya kekuatan yang terdapat pada suatu kayu. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis kayu Jati Tectona Grandis. Linn. f. disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Sifat fisis dan mekanis pengujian kayu jati secara non destruktif dan destruktif KA n=20 ρ gcm3 n=213 Pengujian I n=119 Pengujian II n=94 NDT Destruktif OPL NDT Destruktif TPL V 1 mdetik Ed 1 GPa Es1 [app] GPa MOR1 Mpa V 2 mdetik Ed2 GPa Es2 [app] GPa Es2 [true] GPa MOR2 MPa Rataan 17,12 0,76 5192.55 20,51 7,55 62,96 5157,26 20,86 9,45 12,74 61,21 max 26,58 0,96 6403,00 32,07 13,54 100,72 6238,00 27,75 14,52 27,44 97,62 min 12,05 0,55 3657,00 9,85 0,76 6,97 4136,00 13,30 4,42 4,95 26,99 SD 3,74 0,09 638,83 4,21 2,53 24,82 474,62 2,92 1,81 3,80 12,64 CV 21,87 11,95 12,30 20,54 33,54 39,43 9,20 14,00 19,16 29,80 20,64 Keterangan: KA = kadar air; ρ = kerapatan; V 1 = kecepatan rambat gelombang ultrasonik OPL; Ed1 = modulus elastisitas dinamis OPL; Es1 [app] = modulus elastisitas statis apparent OPL; MOR1 = kekuatan lentur patah OPL; V2 = kecepatan rambat gelombang ultrasonik TPL; Ed2 = modulus elastisitas dinamis TPL; Es2 [app] = modulus elastisitas statis apparent TPL; Es2 [true] = modulus elastisitas statis true TPL; MOR2 = kekuatan lentur patah TPL Dari Tabel 1 diperoleh nilai kadar air sebesar 17,12 dengan nilai kerapatan kayu jati sebesar 0,76 gcm 3, sementara itu nilai kecepatan rambat gelombang ultrasonik V yang diperoleh dari pengukuran pada kayu jati secara garis besar berkisar antara 3.657-6.403 mdetik dengan nilai kecepatan rata-rata sebesar 5.030 mdetik. Untuk nilai dari sifat mekanis kayu yaitu nilai Es apparent , dan MOR diperoleh sebesar 7,55 GPa dan 62,96 MPa. Nilai tersebut mengakibatkan kayu Jati masuk dalam kelas kuat III atau IV sesuai dengan Tabel PKKI NI 5 tahun 1961. Tabel 2 dan Tabel 3 menyajikan nilai kelas kuat berdasarkan PKKI’61. Sementara itu Tabel 4 menyajikan hasil pengujian sifat mekanis lentur yang merujuk pada PKKI 1961. Tabel 2. Modulus Elastisitas E kayu sejajar serat PKKI’61 Pasal 5 daftar I Kelas kuat Es kgcm 2 I 125000 II 100000 III 80000 IV 60000 Tabel 3. Kelas kuat kayu PKKI’61 lampiran II Kelas kuat Berat jenis Keteguhan lengkung mutlak Keteguhan tekan mutlak kgcm 2 kgcm 2 I II III IV V 0,90 0,60 - 0,90 0,40 - 0,60 0,30 - 0,40 0,30 1100 725 - 1100 500 - 725 300 - 500 300 650 425 - 650 300 - 425 215 - 300 215 keterangan 1 Pa = 1,00 x 10 -5 kgcm 2 ; 1 Mpa = 10,0 kgcm 2 ; 1 GPa = 10.000 kgcm 2 Tabel 4. H asil pengujian sifat mekanis lentur Sifat mekanis lentur Es1 GPa MOR1 Mpa Hasil 7,72 62,95 Kelas kuat IV III keterangan 1 Pa = 10 -5 kgcm 2 ; 1 Mpa = 10 kgcm 2 ; 1 GPa = 10 4 kgcm 2 Tabel 4 diatas memperlihatkan bahwa kayu jati Tectona grandis Linn. f. dalam penelitian ini termasuk ke dalam beberapa kelas kuat kayu, berdasarkan nilai kekakuan lentur statis kayu jati pada penelitian ini termasuk ke dalam kelas kuat IV, sedangkan berdasarkan nilai kekuatan lentur patah kayu jati pada penelitian ini termasuk ke dalam kelas kuat III. Adanya perbedaan kelas kekuatan kayu tersebut dikarenakan adanya cacat pada contoh kecil kayu jati untuk penelitian ini, diketahui bahwa cacat berpengaruh terhadap sifat mekanis lentur, Sedangkan merujuk pada PKKI contoh uji yang digunakan sebagai acuan merupakan contoh kecil bebas cacat, sehingga keadaan ini jelas menghasilkan perbedaan dalam hal kelas kuat. Selain itu kelas kuat dalam penelitian ini berbeda dengan pernyataan Mandang dan Pandit 1997 bahwa kayu jati termasuk ke dalam kelas kuat II, hal ini dikarenakan kayu sebagai salah satu bahan dari hasil proses biologis melalui interaksi berbagai macam faktor seperti lingkungan tanah, air, iklim, dan faktor lainnya sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu pohon dan juga akan mempengaruhi kekuatan kayu yang dihasilkan. Selain itu mengingat kayu memiliki variasi kekuatan yaitu variasi antar tempat tumbuh, variasi antar pohon,dan variasi antar bagian batang sehingga akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Kemudian perlakuan saat pengolahan konversi dari log menjadi balok atau sampai ukuran kecil dapat mempengaruhi kekuatan kayu yang dihasilkan. Untuk nilai dari sifat mekanis kayu pada pengujian pembebanan terpusat OPL yaitu nilai Ed1, Es1 apparent , dan MOR1 diperoleh berturut-turut nilai rata- rata sebesar 20,51GPa; 7,55 GPa; dan 62,96 MPa. Sementara itu pada pengujian dua pembebanan TPL diperoleh nilai rata-rata Ed2, Es2 apparent , Es2 true dan MOR2 sebesar 20,86 GPa; 9,45 GPa;12,74 GPa;dan 61,21 Mpa. Dari kedua pengujian tersebut terlihat perbedaan nilai sifat mekanis lentur Es apparent , Es true , Ed, MOR, hal ini sejalan dengan teori bahwa terdapat perbedaan dari metode pengujian OPL dan TPL dimana pada OPL terdapat gaya geser yang berpengaruh pada defleksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai E yang dihasilkan, sedangkan pada TPL tidak terdapat gaya geser di tengah bentang diantara dua beban sehingga defleksi yang terjadi pada posisi tersebut hanya disebabkan oleh lentur murni Bahtiar, 2005. Hoyle Jr 1978 menyatakan bahwa dalam persamaan defleksi modulus geser merupakan nilai yang sering diabaikan. Dari hasil diatas diketahui bahwa nilai Ed lebih tinggi dibandingkan nilai Es. Pada pengujian OPL nilai Ed lebih tinggi sebesar 63 terhadap nilai Es1 [app] dan pada pengujian TPL nilai Ed lebih tinggi sebesar 54 terhadap nilai Es2 [app] dan Ed lebih tinggi sebesar 39 terhadap nilai Es2 [true] . Gambaran mengenai perbandingan antara nilai Ed dan Es dapat dilihat melalui grafik histogram pada Gambar 7 berikut. 5 10 15 20 25 OPL TPL Tipe Pembebanan Modulus elastis GPa Ed Es1,2[app] Es2[true] 63 54 39 Gambar 7. Grafik histogram perbandingan antara Ed dan Es pada pengujian OPL dan TPL Pada grafik histogram tersebut terlihat bahwa nilai modulus elastisitas dinamis Ed yang didapatkan secara non destruktif dengan gelombang ultrasonik lebih tinggi daripada nilai Es yang dihasilkan dari defleksi statis. Hal ini dikarenakan kayu merupakan suatu material yang bersifat viskoelastis dan memiliki kemampuan menyerap yang tinggi. Hasil ini sejalan dengan yang disampaikan pada penelitian yang dilakukan oleh Karlinasari et al. 2005 terhadap sengon, manii, meranti, mangium, agathis dan pinus yang menunjukkan bahwa nilai Ed lebih besar 50 daripada nilai Es. Halabe et al. 1995 dalam Oliveira et al. 2002 menyatakan kayu merupakan suatu material yang bersifat viskoelastis, dan memiliki kemampuan menyerap pukulan yang tinggi highly impact-absorbent material, kekuatan elastisitas kayu berbanding lurus terhadap perubahan jarak displacement dan kekuatan berbanding lurus terhadap kecepatan velocity. Oleh karena itu ketika gaya diberikan dalam waktu singkat material menunjukan tingkah laku elastisitas yang solid, sedangkan pada aplikasi gaya yang lebih lama tingkah lakunya serupa dengan viskos cair. Tingkah laku ini lebih terlihat pada pengujian lentur statis pada jangka waktu lama daripada uji ultrasonik yang relatif singkat. Hal ini yang mempengaruhi perbedaan nilai berkaitan dengan tingkat pembebanan pada pengujian statis dimana efek ”creep” mempengaruhi pengukuran defleksi statis dan juga berhubungan dengan sifat viskoelastisitas alami dari kayu. Istilah “creep” atau efek rangkak adalah sebuah perubahan bentuk yang bertambah perlahan- lahan secara permanen dari sebuah bahan yang mengalami tegangan Scott 2001. Efek creep semakin besar seiring dengan lamanya pembebanan. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengujian destruktif antara Es apparent dengan metode OPL dan Es apparent dengan metode TPL, dan apakah terdapat perbedaan nilai antara nilai Es apparent pada OPL dan TPL terhadap Es true pada TPL, maka dilakukan uji-t saling bebas dengan hasil sebagaimana terlampir. Berdasarkan hasil uji t-saling bebas diketahui bahwa selang kepercayaan 95 dari selisih Es apparent metode OPL dan metode TPL adalah : –2,49 Es apparent OPL - Es apparent TPL -1,32. Oleh karena itu Es apparent metode OPL berbeda dengan Es apparent metode TPL. Hal ini menolak hipotesis awal yang menyatakan bahwa pengujian destruktif dengan metode OPL dan metode TPL akan menghasilkan E yang sama. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan nilai defleksi lenturan yang terjadi untuk perhitungan nilai Es apparent merupakan nilai defleksi total yang dipengaruhi oleh nilai defleksi akibat momen lentur dan nilai defleksi akibat pengaruh gaya geser. Pada metode OPL gaya geser terjadi di sepanjang bentang, sedangkan pada TPL gaya geser hanya terjadi pada bentang diantara tumpuan dan beban di kedua sisinya dan tidak terjadi gaya geser diantara dua beban Gambar 8. Oleh karena itu gaya geser memberikan sumbangan defleksi yang lebih besar pada OPL daripada TPL. Lebih lanjut hal ini menyebabkan E apparent metode TPL lebih tinggi daripada E apparent metode OPL, karena defleksi berbanding terbalik dengan modulus elastisitas. Gambar 8. Diagram gaya lintang geser dan momen lentur pada OPL dan TPL Kemudian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai antara Es apparent baik pada OPL dan TPL terhadap nilai Es true pada TPL, dengan melakukan Uji-t saling bebas diperoleh hasil dengan selang kepercayaan 95 dari selisih Es apparent metode OPL dan Es true metode TPL adalah –6,09 Es apparent OPL - Es true TPL -4,29 . Oleh karena itu Es apparent metode OPL berbeda dengan Es true metode TPL. Sementara itu untuk selang kepercayaan 95 dari selisih Es apparent metode TPL dan Es true metode TPL adalah: –4,15 Es apparent TPL - Es true TPL -2,43. sehingga diketahui bahwa Es apparent metode TPL berbeda dengan Es true metode TPL.Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan antara Es apparent baik pada OPL dan TPL nilai defleksi yang terjadi merupakan defleksi yang diakibatkan oleh momen lentur dan defleksi akibat gaya geser, sedangkan Es true pada TPL nilai defleksi Keterangan : Vx: gaya lintang Mx: gaya geser M x M x P ½L ½L L A B R R Vx V x ½P 13L L A B R R ½P 13L 13L OPL TPL yang terjadi merupakan lentur murni, tanpa dipengaruhi oleh defleksi akibat gaya geser.

B. Hubungan Antara Pengujian Non Destruktif Dengan Destruktif