2. Variasi antar pohon dalam spesies yang sama, dimana kerapatan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan faktor keturunan genetik. Berat jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu bahan dengan
kerapatan benda standar Mandang dan Pandit 1997. Berat jenis BJ menurut Haygreen dan Bowyer 2003 merupakan perbandingan antara kerapatan kayu
atas dasar berat kering tanur dan volume pada kandungan air yang ditentukan dengan kerapatan air pada suhu 4
o
C. Air memiliki kerapatan 1gcm
3
atau 1000 kgm
3
pada suhu standard tersebut. BJ dan kerapatan sangat mempengaruhi sifat-sifat higroskopisitas,
kembang-susut, mekanis, akustik, kelistrikan dan pengerjaan lanjutan lainnya. Semakin tinggi nilai BJ atau kerapatan umumnya kayu makin kuat. Pertambahan
berat dari kayu oleh zat-zat ekstraktif yang terdapat dalam kayu hampir tidak meninggikan kekuatan mekanisnya, tetapi pada umumnya pertambahan tebal dari
dinding sel kayu akan menyebabkan kenaikan kekuatan.
F. Jati
Tanaman jati yang ada di Indonesia berasal dari India, tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn. F. Secara historis nama Tectona
berasal dari Portugis yaitu tekton yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad
ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas dan nilai jual tinggi Sumarna, 2003.
Dalam klasifikasi, tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas : Dycotyledonae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis
Linn. f. Kayu jati merupakan famili Verbenaceae yang mempunyai nama daerah
deleg, dodolan, jate, jatih, jateh, jatos, dan kulidawa. Ciri umum kayu jati antara
lain memiliki kayu teras berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan sehingga mudah dibedakan dengan warna kayu gubal berwarna putih
agak keabu-abuan, memiliki corak dekoratif yang indah berkat jelasnya lingkaran tumbuh, sedikit buram dan berminyak. Lingkaran tumbuh tampak sangat jelas,
baik pada bidang melintang, arah radial, maupun tangensial, dan kayunya agak keras. Bertekstur agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Memiliki arah serat
lurus, bergelombang sampai agak berpadu. Ciri anatomi kayu jati yaitu pori berbentuk bundar sampai bundar telur, pembuluh tata lingkar, diameter tangensial
bagian kayu awal sekitar 340-370 mikron, pada kayu akhirnya sekitar 50-290 mikron, bidang perforasi sederhana, berisi tilosis atau endapan berwarna putih.
Parenkima termasuk tipe paratrakeal bentuk selubung tipis, pada bagian kayu- awal selubung itu agak lebar sampai membentuk pita marginal, di samping itu
terdapat juga yang bertipe apotrakeal jarang ada, umumnya membentuk rantai yang terdiri atas sekitar 4 sel. Struktur anatomi jati memiliki jari-jari homogen
lebar 50-10 μ, dan tinggi 500-2000μ, terdiri atas 4 seri atau lebih, jumlahnya
sekitar 4-7 per mm pada arah tangensial, komposisi selnya homoselular hanya sel-sel baring dan tinggi sel jari-jari dapat mencapai 0,9 mm. Jati termasuk ke
dalam kelas awet I-II dan kelas kuat II, memiliki kegunaan untuk bahan bangunan, bantalan kereta api, kusen jendela, perabot rumah tangga dan lain-lain
Mandang dan Pandit 1997.
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat