PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di pasaran, kayu tersedia dalam beragam kualitas dan kekuatan karena adanya variasi dari tempat tumbuh, variasi antar pohon, dan variasi dari antar
bagian dalam batang. Pemilahan kayu diperlukan dalam rangka mengetahui kualitas kayu tersebut. Untuk mengatasi adanya variasi ini, diperlukan adanya
suatu metode pengujian kualitas dan kekuatan kayu tersebut agar dapat dikelompokkan ke dalam kelas mutu tertentu. Salah satu teknologi pengujian
terbaru untuk menduga kualitas dan kekuatan kayu adalah pengujian non destruktif non destructive testing or evaluation NDTE. Hipotesis dasar untuk
evaluasi non destruktif kayu dikemukakan pertama kali oleh Jayne 1959, mengenai sifat energi yang disimpan dan dikeluarkan dari suatu kayu dapat diukur
oleh uji non destruktif, diatur oleh suatu mekanisme yang sama dalam menjelaskan perilaku statis dari suatu bahan. Pada tingkat mikroskopik sifat
energi yang disimpan diatur oleh orientasi sel dan komposisi struktural, dimana faktor tersebut berkontribusi terhadap elastisitas statis bahan. Sifat tersebut dapat
diteliti melalui osilasi frekuensi pada getaran atau transmisi kecepatan suara. Mengenai sifat energi yang dikeluarkan oleh kayu dilakukan dengan pengukuran
pelemahan gelombang akustik Oliveira 2002. Jenis kayu yang masih menjadi pusat perhatian banyak orang dari sekian
banyak jenis kayu yang ada adalah kayu jati. Banyak sekali orang yang menyukai kayu jati karena kekuatannya, selain sudah dipandang masyarakat sebagai fancy
wood kayu indah dan mewah. Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki
kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi Sumarna 2003. Alasan-alasan inilah yang mendorong permintaan terhadap jati tidak pernah sepi. Untuk memenuhi
perrmintaan tersebut saat ini produksi kayu jati terus diupayakan. Dalam beberapa tahun terakhir produksi rata-rata hutan jati yang dikelola oleh Perum Perhutani
mencapai 800 ribu m
3
tahun. Pada tahun 1999 diketahui produksi kayu jati mencapai 639.818 m
3
tahun, dan pada tahun 2000 produksi kayu jati mencapai 824.870 m
3
tahun Asosiasi Meubel Indonesia 2001 dalam Siregar 2005.
B. TUJUAN