22
2.3.3 Konsep Berhitung
Konsep-konsep matematika berhitung di pelajari menurut tahap- tahap bertingkat seperti halnya dengan tahap periode perkembangan
intelektualnya. Dienes 1988: 59 berpendapat ada enam tahap berurutan dalam belajar berhitung antara lain:
a. Permainan bebas Free play adalah tahap belajar konsep yang terdiri dari
aktivitas yang tidak terstruktur dan tidak diarahkan yang memungkinkan peserta didik mengadakan eksperimen dan memanipulasi benda-benda
konkrit dan abstrak dari unsur-unsur konsep yang dipelajari itu. b.
Permainan yang menggunakan aturan merupakan tahap belajar konsep setelah di dalam periode tertentu permainan bebas terlaksana.
c. Permainan mencari kesamaan sifat, tahap ini berlangsung setelah
memainkan permainan yang disertai aturan yang telah disebutkan. d.
Permainan dengan representasi, tahap ini peserta didik mencari kesamaan sifat dan situasi yang serupa. Setelah peserta didik itu mendapatkan
kesamaan sifat dan situasi, peserta didik itu memerlukan gambaran konsep tersebut.
e. Permainan dengan simbulisasi, permainan dengan menggunakan simbul
ini merupakan tahap belajar konsep di mana peserta didik perlu merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbul
matematika atau dengan perumusan verbal yang sesuai. f.
Formalisasi, permainan ini merupakan tahap belajar konsep terakhir. Setelah peserta didik mempelajari suatu konsep dan sruktur matematika
23 yang saling berhubungan, peserta didik harus mengurut sifat-sifat itu untuk
dapat merumuskan sifat-sifat baru. Dapat disimpulkan bahwa sangat penting memanipulasi oyek-
obyek dalam bentuk permainan yang dilakukan dalam belajar berhitung.
2.3.4 Penggunaan Kecerdasan berhitung-logis
a. Menggunakan kecerdasan logis berhitung antara lain:
1. Urutkan atau catat dan nomori hal-hal yang dianggap penting
memilih hal-hal penting dari suatu topik bacaan berarti memikirkan secara seksama terhadap hal-hal yang dipelajari. Pembelajar tidak
akan dapat mengurutkan hal-hal tersebut, tanpa membandingkannya jika tidak mempertimbangkan kepentingan relatifnya. Hal ini
memerlukan pemikiran yang intensif. 2.
Analisis terhadap apa yang telah dipelajari, apabila pembelajar adalah orang yang sistematis, maka gunakanlah kecerdasan logis.
Demikian pula apabila menggunakan suatu sistem agar dapat menganalisis sesuatu, maka gunakanlah kecerdasan logis Gardner
dalam Anni, 2004: 86-87. b.
Penerapan kecerdasan logis dalam belajar Menurut Gardner dalam Anni 2004: 87 adalah sebagai berikut:
1. Bukti pendukung
Apakah saya menghadapi fakta atau opini? Apabila opini, dapatkah saya mempercayai sumbernya? Apabila fakta, apakah fakta itu selalu
24 benar? Penjelasan apa lagi yang mungkin ada? Apabila bukti itu
benar, apa kesimpulan selanjutnya? 2.
Asumsi yang dibuat landasan Apakah ada hal yang diterima begitu saja? Apa ada yang tertinggal?
Apakah penulis menggunakan contoh terilosasi untuk membuat kesimpulan umum yang digenerelasikan?
3. Gambaran
Apakah hal ini berkaitan dengan hal lain yang sudah saya kenal? Apakah hal yang dibaca atau didengar ini konsisten dengan
pengalaman saya? 4.
Keunikan Apa saja hal-hal yang penting dan baru? Apa yang penting diketahui
dan mana yang hanya tambahan? 5.
Simpulan Apakah simpulan atau pendapat ini dapat dibenarkan?
Dapat disimpulkan penerapan kecerdasan logisberhitung di dalam belajar, apabila pembelajar adalah orang yang sistematis, maka
gunakanlah kecerdasan logis, apabila bertipe orang analitis, maka gunakanlah kecerdsan logis. Demikian pula apabila mengunakan suatu
sistem agar dapat menganalisis sesuatu, maka gunakanlah kecerdasan logis.
25
2.4 Konsep Motivasi