51
perbukitan serta panorama pertanian sawah yang tertata rapi. Kemudahan dan fasilitasnya belum sebanding dengan industri
pariwisata internasional namun dengan aspek keunikannya ini dapat dijadikan sebagai pemicu tumbuhnya sumber daya alam yang
selaras dengan sumber daya manusia.
C. Peran Pemerintah Kota Semarang
Beberapa dasar kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Goa Kreo, tertuang dalam beberapa produk
hukum dan kebijakan diantaranya Pemerintah Kota Semarang Dalam Perda Nomor 5 Tahun 2008:73-74:
1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 14 Tahun 2004 tentang
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi Jawa Tengah. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata RIPP adalah
rencana induk pengembangan daerah tujuan wisata yang merupakan dasar bagi penyusunan program-program pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata lintas sektoral dan daerah dalam jangka panjang Pemerintah Kota Semarang Dalam Perda Provinsi Jateng No.14
Tahun 2004. Sesuai dengan Perda tentang RIPP di atas peran pemerintah
sangatlah stratregis dalam upaya mengembangkan Goa Kreo sebagai daerah tujuan wisata. Dari tahun 1986 Goa Kreo telah berkembang
52
hingga tahun 2009 sesuai dengan target. Peran ini tidak lepas dari peran masyarakat sebagai pelaku pariwisata yang ikut berperan aktif.
2. Kebijakan Pemerintah Kota Semarang di Bidang Pengembangan
Kebudayaan dan Pariwisata. Di lihat dari segi peranan pemerintah dalam menjaga,
melestarikan dan mengembangkan berbagai aspek terkait dengan kepariwisataan, terlihat dari kebijakan yang berimbas terhadap
pengembangan Goa Kreo dari 1986 hingga tahun 2009. Dalam rencana strategis Renstra, visi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Semarang adalah “Semarang sebagai Kota Tujuan Wisata” Profil Kota Semarang, 2008:3.
Kota tujuan wisata adalah tempat obyek wisata dan daya tarik wisata yang menjadi sasaran wisata dan mempunyai keunikan serta
spesifikasi. Visi inilah yang membawa Goa Kreo menjadi prioritas kunjungan pariwisata yang wajib dikembangkan sebagai aset
potensial. Dari visi tersebut selanjutnya ditetapkan misi yaitu
menerapkan prinsip pelayanan prima dalam perijinan usaha pariwisata, meningkatkan kualitas dan keanekaragaman obyek dan
daya tarik wisata, meningkatkan kualitas usaha sarana dan jasa pariwisata, memfasilitasi dan meningkatkan kerjasama antar pelaku
pariwisata.
53
Berdasarkan visi dan misi Disbudpar Pemkot Semarang, kebijakan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi melalui bidang
kepariwisataan berbasis masyarakat berpengaruh terhadap percepatan pembangunan sehingga berimbas pada kondisi masyarakat secara
sosial-budaya yang semakin membaik. Sebagai pelaku wisata, pemerintah tentunya mengetahui bahwa terdapat
beberapa dampak dari pembangunan tersebut, misalnya; dampak sosio cultural, dampak sosio ekonomik, dan dampak terhadap lingkungan. Hal ini tidak dapat
terlepas dalam perencanaan pembangunan objek wisata, karena di dalam pelaksanaan kegiatan industri pariwisata tidak pernah lepas dari keterlibatan
beberapa pihak seperti; Pemerintah Pusat dan Daerah, komunitas lokal, LSM Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi-organisasi pariwisata, dan konsultan
pariwisata http:www.ar.itb.ac.idwdparchievescategorytourism-courses.
54
BAB IV KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA
MASYARAKAT KANDRI
A. Kehidupan Ekonomi