PENGEMBANGAN OBYEK WISATA GOA TABUHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user PENGEMBA
PENGARUHNY
FAKULT
i
ANGAN OBYEK WISATA GOA TABUHA NYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL E
MASYARAKAT SEKITAR
Skripsi
Oleh :ANGGI PERMATA SARI X 4406014
LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
HAN DAN EKONOMI
(2)
commit to user
ii
PENGEMBANGAN OBYEK WISATA GOA TABUHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT SEKITAR
Oleh:
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Progam Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
ANGGI PERMATA SARI X 4406014
(3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
(4)
(5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v ABSTRAK
Anggi Permata Sari, PENGEMBANGAN OBYEK WISATA GOA TABUHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2011.
Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan: (1). Latar belakang Obyek Wisata Goa Tabuhan. (2). Perkembangan Obyek Wisata Goa Tabuhan. (3). Peranan Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam mengembangkan Obyek Wisata Goa Tabuhan. (4). Pengaruh Obyek Wisata Goa Tabuhan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Wareng, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Sample yang digunakan bersifat purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Untuk menguji keabsahan data penulis menggunakan trianggulasi sumber (data) dan trianggulasi metode. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisa kualitatif dan analisa interaktif.
Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan: (1). Latar belakang ditemukannya obyek wisata Goa Tabuhan ini ada dua persepsi, yang pertama yaitu berdasarkan cerita turun temurun bahwa goa tersebut dijadikan tempat bertapa para pengawal Pangeran Diponegoro, seperti Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Sentot Alibasyah Prawirodirjo bertapa sekaligus bersembunyi dari kejaran Belanda. Sedangkan persepsi yang kedua diperolah berdasarkan cerita masyarakat sekitar bahwa, Goa Tabuhan ditemukan oleh Kyai Santiko yang kehilangan lembu. Ternyata lembunya berada dalam goa dan tidak mau keluar lagi karena di dalam goa banyak ditemukan sumber air. (2). Perkembangan obyek wisata Goa Tabuhan dapat dibedakan ke dalam dua tahap yaitu tahap pembangunan dan tahap perkembangan. Tahap pembangunan dimulai sejak tahun 1955, dengan diawali dengan pembebasan tanah di sekitar obyek wisata Goa Tabuhan. Pembangunan terus menerus dilakukan sampai tahun 2000. Tahun 2006 melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara fisik. Tahun 2007 anggaran difokuskan pada proyek peningkatan fasilitas obyek wisata dan di tahun 2007 ini adalah tahun dimana ditetapkan sebagai tahun terbanyak jumlah pengunjung yang datang ke obyek wisata Goa Tabuhan ini. Pada tahun 2008 pengembangan terfokus pada operasional pemeliharaan obyek wisata Goa Tabuhan, tetapi pada tahun ini jumlah pengunjung yang datang menurun drastis karena Tsunami di Aceh dan gempa di DIY. Hal menarik pada tahun 2008 ini yakni adanya penelitian dari Prancis. Tahun 2009 pengembangan pembangunan sarana Goa Tabuhan ditingkatkan dengan melebarkan jalan utama menuju goa. (3). Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam mengembangkan obyek wisata Goa Tabuhan diantaranya melakukan pengelolaan dan promosi. (4). Pengaruh yang ditimbulkan dari adanya Obyek Wisata Goa Tabuhan, adanya perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat diantaranya mengubah status sosial masyarakat, membuka peluang usaha di masyarakat dan peningkatan pendapatan
(6)
commit to user
vi ABSTRACT
Anggi Permata Sari. THE DEVELOPMENT OF GOA TABUHAN TOURISM OBJECT AND ITS INFLUENCE TOWARD SOCIAL ECONOMIC OF THE CITIZEN. Thesis, Surakarta : Teacher Trainy and Education Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, Februari 2011.
The objectives of the research are to describe : (1). The background of Goa Tabuhan Tourism Object, (2). The development of Goa Tabuhan tourism object, (3). The role of Tourism Departement of Pacitan in developing Goa Tabuhan tourism object, (4). The influence of Goa Tabuhan tourism object toward social economic of the citizen. This research was conducted in Wareng Village, Punung Subdistrict of Pacitan Regency.
This is a qualitative descriptive research. The researcher used purposive sampling in gaining the data from the sample. The technique of collecting the data were gained from interview, observation and document analysis. To analyze the data, the researcher used triangulation of the resource data and triangulation method. The technique of analyzing the data used qualitative and interactive analysis.
Based on the result of the research, it can be concluded that : (1). There are two versions about the background of finding Goa Tabuhan. The first perception was based on the legend from the past that the cave used to be the place for asceticism for Diponegoro Prince’s bodyguard, namely : Sentot Alibasyah Prawirodirjo. The second versions gained from the story, from the society that Goa Tabuhan was discovered by Kyai Santiko who lost his cow. The cow was found in the cave and it didn’t want to go out. (2). The development of Goa Tabuhan tourism object can be differentiated into two stages, namely the establishment and the development stage. The establishment stage was begun since 1955. The establishment was conducted until 2000. In 2006, the establishment continued by repairing and finishing touch phisicly which covered. In 2007, the budget was focus on the improving of facility project. In 2007, it was also declaired that year 2007 as the most biggest amount of visitors. The total number of visitor was 26.600. In 2008, the development was focus on the operational maintanaince of Goa Tabuhan. However, in that year the total number of visitor was decreased significantly because of the tsunami happened in Aceh and the earth quake in DIY. Another interesting finding in 2008 was there was a research from France.. In 2009, the development of facility in Goa Tabuhan was improved by widdening the main road to the cave. (3). The role of Tourism Department of Pacitan Regency n developing Goa Tabuhan was organizing and promoting. Goa Tabuhan is owend by the Goverment of Pacitan Regency. Besides, it also had an art exhibition such as performing Reog and Jaranan or Kuda Lumping, the cooperation acsoss the province called Pawonsari tourism, and holding an event of choosing the tourism ambassador of Pacitan Regency annually. (4). The influence of the existence of Goa Tabuhan toward the social life of citizen namely : changing the social life of citizen, influence in the economic sector and the income and prosperity to the economic life of the citizen.
(7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii MOTTO
!
(8)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini, penulis persembahkan kepada :
•Bapak dan Ibu tercinta
•Adik-adikku, Dennis dan Sakti tersayang
•Seseorang yang terkasih yang selalu memberi semangat dan motivasi
•Sahabat-sahabatku : Dian, Mita, Tepe, Faruk, Wenda
•Teman-teman Sejarah angkatan ‘06
(9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasihNya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Drs. A. Arif Musadad, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.
7. Bapak M. Isdianto, S.Pd, M.Si selaku Sekretaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Olah Raga Kabupaten Pacitan, yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Drs. Pamuji selaku Kepala UPT Goa dan Pemandian Air Hangat, yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Purwowidodo selaku Kepala Desa Wareng, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
(10)
commit to user
x
10.Bapak Susilo selaku Juru Kunci Obyek Wisata Goa Tabuhan, yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
11.Rekan dan sahabat-sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2011
(11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK .... ….. ... v
ABSTRACT ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... ... xi
DAFTAR TABEL DAN SKEMA ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 7
1. Pariwisata ... 7
2. Masyarakat ... 13
3. Perubahan Sosial Ekonomi ... 18
B. Kerangka Berfikir ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
B. Metode Penelitian ... 27
(12)
commit to user
xii
D. Teknik Sampling ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Validitas Data ... 34
G. Teknis Analisis Data ... 35
H. Prosedur Penelitian ... 36
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Goa Tabuhan ... 38
1. Kondisi Geografis ... 38
2. Kondisi Demografi ... 39
B. Latar Belakang Obyek Wisata Goa Tabuhan ... 44
C. Perkembangan Obyek Wisata Goa Tabuhan... 47
1. Tahap Pembukaan ... 47
2. Tahap Perkembangan ... 49
3. Perkembangan Tahun 2005-2009 ... 51
D. Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam Mengembangkan Obyek Wisata Goa Tabuhan... 55
1. Peran Dinas Pariwisata ... 55
2. Promosi Dinas Pariwisata ... 56
E. Pengaruh Obyek Wisata Goa Tabuhan TerhadapKehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar .... 57
1. Pengaruh Sosial ... 57
2. Pengaruh Ekonomi ... 59
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Implikasi ... 67
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
(13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL DAN SKEMA
Skema 1 : Kerangka Berfikir... 24
Skema 2 : Analisis Data Menurut H.B. Sutopo ... 36
Skema 3 : Prosedur Penelitian ... 37
Tabel 1 : Jumlah Penduduk ... 39
Tabel 2 : Jenis Pekerjaan ... 39
Tabel 3 : Data Lembaga Pendidikan ... 41
Tabel 4 : Data Tenaga Pendidikan ... 42
Tabel 5 : Data Tempat Ibadah ... 43
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Peta Kabupaten Pacitan ... 72
Lampiran 2 : Peta Kota Kecamatan Punung ... 73
Lampiran 3 : Foto Mulut Goa ... 74
Lampiran 4 : Foto Wawancara dengan Pengunjung ... 75
Lampiran 5 : Foto Keramaian Pengunjung ... 76
Lampiran 6 : Foto Temapat Bertapa Alibasyah Prawirodirjo ... 77
Lampiran 7 : Foto Wawancara dengan Juru Kunci ... 78
Lampiran 8 : Foto Para Penabuh Kelompok Musik Mudi Laras Seloargo 79
Lampiran 9 : Foto Wawancara Kabag Goa ... 80
Lampiran 10 : Foto Wawancara Salah Satu Anggota Kelompok Musik Mudi Laras Seloargo ... 81
Lampiran 11 : Foto Hasil Temuan di dalam Goa Tabuhan ... 82
Lampiran 12 : Foto Kios Pedagang Souvenir ... 83
Lampiran 13 : Foto Area Lapangan Parkir ... 84
Lampiran 14 : Foto Hasil Kerajinan Batu Mulia ... 85
Lampiran 15 : Daftar Responden ... 86
Lampiran 16 : Daftar Pertanyaan ... 89
(15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, punya naluri untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam peradaban modern seperti saat ini, pesatnya arus informasi, perkembangan teknologi dan komunikasi, ilmu pengetahuan dan seni menyebabkan orang tergerak untuk melakukan perjalanan wisata keluar daerahnya bahkan keluar negaranya. Kegiatan pariwisata yang identik dengan rekreasi merupakan salah satu dari berbagai aktifitas manusia. Michaell Chubb dkk dalam A. Hari Karyono (1997:7) mengklarifikasikan kegiatan manusia menjadi lima yaitu rekreasi, kebutuhan fisik, spiritual, pekerjaan dan pendidikan, serta tugas-tugas keluarga dan masyarakat.
Masyarakat di berbagai negara, baik negara berkembang, negara industri, bahkan negara maju menghadapi masalah yang sangat kompleks. Adanya kemajuan teknologi dan juga akibat urbanisasi yang sangat besar sebagai salah satu ciri dari kota metropolitan, banyak menarik kaum urban menuju pusat-pusat kota untuk mencari nafkah. Akibatnya, banyak orang kota yang terlibat dalam suasana tegang atau mengalami stress. Salah satu solusinya adalah melakukan rekreasi atau berlibur di tempat-tempat wisata. Masyarakat kota menginginkan suasana yang baru, rileks, dan menikmati perubahan lingkungan dengan udara yang bersih, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani agar segar dan siap untuk bekerja kembali.
Menurut pendapat Salah Wahab (1989:11), bahwa :
Pariwisata menjadi salah satu sarana untuk memulihkan kesehatan moral seseorang dan untuk memantapkan kembali keseimbangan emosi seseorang, oleh karena itu tidak berlebihan apabila kegiatan pariwisata dapat digunakan sebagai salah satu cara terapi untuk menyembuhkan seseorang dari rasa tegang dan stress karena kesibukan kerja yang cukup tinggi.
Rekreasi merupakan salah satu kebutuhan dasar aktifitas manusia. Oleh karena itu, pariwisata tidak hanya sekedar kegiatan perjalanan wisata belaka tetapi
(16)
commit to user
lebih dari itu, pariwisata merupakan suatu kebutuhan manusia yang paling mendasar. Sektor pariwisata ini diharapkan mampu menghasilkan pemasukan keuangan bagi negara maupun pemerintah daerah. Selain itu dari sektor pariwisata ini diharapkan mampu mendorong perkembangan ekonomi nasional maupun perkembangan ekonomi lokal, memberdayakan ekonomi masyarakat, meningkatkan kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar, mendorong pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan pembangunan sektor lainnya, memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa cinta tanah air, mendorong perkembangan daerah, memperkenalkan produk nasional maupun produk lokal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan yang terpenting adalah menyerap tenaga kerja serta meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat ( Soekadijo, 1997:8-9 ).
Untuk merealisasikan program pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang khususnya pariwisata, maka pemerintah pusat senantiasa mengadakan kerja sama dengan pemerintah daerah yang memiliki potensi kepariwisataan untuk dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini pembangunan kepariwisataan Indonesia pelaksanaannya diarahkan melalui otonomi daerah. Dengan otonomi daerah diharapkan pembangunan kepariwisataan Indonesia akan mampu dijalankan secara optimal, baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II. Selain itu, pemerintah juga membuat kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan, seperti menggencarkan promosi pariwisata, menyiapkan dan meningkatkan pelayanan dan mutu produk pariwisata, mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata dan produk-produk wisata baru, meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan dan melaksanakan kampanye nasional yang berkesinambungan ( A. Hari Karyono, 1997:90 ).
Berkembangnya pariwisata di berbagai daerah di Indonesia merupakan salah satu wujud kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pengembangan potensi di setiap daerah yang mempunyai potensi sebagai obyek wisata mulai digali dan dikembangkan. Berbagai jenis obyek wisata sudah berkembang di Indonesia, mulai dari wisata budaya, alam dan peninggalan bersejarah. Terdapat
(17)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ratusan jenis budaya di Indonesia yang berkembang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Alam Indonesia merupakan alam yang sangat kaya dan indah. Indonesia juga memiliki sejarah yang panjang, sehingga banyak peninggalan-peninggalan sejarah yang masih ada sampai sekarang.
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur yang mempunyai kekayaan alam yang sangat besar sehingga banyak sekali terdapat obyek wisata alam, budaya maupun sejarah. Salah satu obyek wisata tersebut terdapat di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung, 25 kilometer arah barat Kota Pacitan. Di desa tersebut terdapat salah satu obyek wisata alam yaitu Goa Tabuhan.Obyek wisata ini merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Kabupaten Pacitan. Disekitarnya juga ada obyek wisata lain yaitu Goa Gong, Goa Putri, dan obyek wisata alam lain yaitu Pantai Teleng Ria, yang kesemuanya itu merupakan satu paket perjalanan wisata Kabupaten Pacitan.
Kabupaten Pacitan Jawa Timur terbentuk oleh perbukitan gamping Pegunungan Seribu di bagian selatan Pulau Jawa. Tak semuanya landai, ada kalanya berupa lekukan curam dan patahan raksasa yang jadi suguhan pemandangan elok sepanjang perjalanan. Saat musim hujan tersuguh pemandangan hijau pohon-pohon jagung, tapi saat musim panas, warna coklat di mana-mana. Di perut bukit-bukit inilah terbentuk goa berusia ribuan tahun, karena itu dikenal sebutan Pacitan sebagai kota Seribu Goa. Satu di antaranya adalah Goa Tabuhan. Karena usia goa yang demikian tua, diperkirakan dulu pernah jadi tempat mukim manusia, terbukti dengan ditemukannya perkakas rumah tangga di Goa Tabuhan.
Keunikan utama Goa Tabuhan adanya beberapa stalakmit yang menghasilkan nada pentatonik saat dipukul. Dan dari sanalah nama Tabuhan didapat. Jika dipukul bersama-sama maka suara yang dihasilkan tak ubahnya seperangkat gamelan sedang dimainkan. Ujung-ujung stalakmit itu berfungsi sebagai kenong, cente penerus, kempul, dan gong. Masing-masing dipukul oleh satu orang laki-laki. Jika letak ujung stalakmitnya rendah, pemainnya cukup duduk di bangku. Tetapi jika stalakmitnya tinggi, pemainnya berdiri di atas bangku. Sebagai pelengkap dimainkan pula kendang. Bukan kendang dari batu,
(18)
commit to user
melainkan kendang beneran. “Perangkat gamelan” ini mengiringi tiga waranggono yang menyanyikan lima langgam Jawa.
Suatu wisata akan menarik bagi para pengunjungnya apabila memiliki daya tarik. Oleh karena itu pemerintah bekerjasama dengan masyarakat sekitar selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas obyek wisata Goa Tabuhan. Obyek wisata Goa Tabuhan ini dari tahun ke tahun selalu dijaga keberadaannya dan selalu diadakan berbagai macam promosi. Dengan banyaknya pengunjung yang datang ke obyek wisata Goa Tabuhan ini maka akan berdampak bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Agar wisatawan selalu banyak yang datang ke obyek wisata Goa Tabuhan, maka diadakan peningkatan sarana dan prasarana. Selain itu juga mengadakan pertunjukan seni dan promosi. Promosi dilakukan dengan cara memasang baliho-baliho, membuat iklan di majalah atau media cetak yang lain serta membuat brosur.
Pembangunan dan pengembangan pariwisata akan memacu pertumbuhan sosial ekonomi yang pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat, tingkat kesejahteraan masyarakat, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain berpengaruh pada sektor sosial ekonomi, pengembangan pariwisata juga akan berpengaruh pada sektor sosial budaya. Diantaranya adalah tingkat partisipasi dan kegotongroyongan penduduk, komunikasi antar penduduk, pendidikan dan norma sosial, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk bahkan sampai pada tingkat kriminalitas.
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh penulis serta hal-hal yang menarik yang ada di dalamnya, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ PENGEMBANGAN OBYEK WISATA GOA TABUHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR “.
(19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang obyek wisata Goa Tabuhan ? 2. Bagaimana perkembangan obyek wisata Goa Tabuhan ?
3. Bagaimana peranan Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam mengembangkan obyek wisata Goa Tabuhan ?
4. Bagaimana pengaruh obyek wisata Goa Tabuhan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui latar belakang Goa Tabuhan sebagai obyek wisata. 2. Mengetahui perkembangan obyek wisata Goa Tabuhan.
3. Mengetahui peranan Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam mengembangkan obyek wisata Goa Tabuhan.
4. Mengetahui pengaruh obyek wisata Goa Tabuhan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai masalah perubahan sosial ekonomi masyarakat daerah Pacitan.
b. Menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca tentang pengaruh obyek wisata terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat.
c. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang sejenis secara lebih mendalam.
(20)
commit to user 2. Manfaat Praktis
a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam sejarah pariwisata yang ada di Indonesia.
c. Diharapkan bermanfaat bagi lembaga-lembaga lain yang terkait yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi suatu masyarakat.
(21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Pariwisata a. Pengertian Pariwisata
Ditinjau secara etimologis, kata “Pariwisata” berasal dari bahasa Sansekerta terdiri dari dua suku kata “Pari” yang berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, dan kata “Wisata” yang berarti pejalanan, bepergian. Atas dasar itu, maka kata “Pariwisata” diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat yang lain (Oka A. Yoeti, 1983:103).
Berdasarkan pengertian di atas maka pariwisata ialah sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Dariyono (1997:100) pengertian pariwisata adalah, “Suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggal tetapnya sehari-hari. Hal ini dilakukan karena alasan bukan karena tujuan melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan upah atau uang”.
Herman V. Schulalard dan E. Guyer Freuler dalam Oka A. Yoeti (1983:105-106) merumuskan pengertian pariwisata dan memberikan batasan sebagai berikut :
Pariwisata adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau Negara. Pariwisata dalam artian modern merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.
(22)
commit to user
Kegiatan pariwisata ialah kegiatan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, ingin mengetahui sesuatu, karena alasan kesehatan, berolahraga atau beristirahat, beribadah, ziarah dan perjalanan lainnya yang sifatnya tidak mencari uang.
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya karena berbagai kepentingan, baik kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain yang bersifat sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau belajar (Adi Sasono, 1978:8).
Menurut Oka A. Yoeti (1983:109) pengertiam pariwisata adalah “Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi samata-mata untuk menikmati perjalan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam”.Pada prinsipnya pariwisata dapat mencakup semua perjalan asal saja perjalanan tersebut dengan pertamasyaan dan rekreasi. Dalam pariwisata terdapat beberapa faktor penting yang harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata. faktor penting yang harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1) Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu, 2) Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, 3) Perjalanan itu walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi, 4) Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.
b. Jenis dan Macam Pariwisata
Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam dan jenis pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan mempunyai ciri khas tersendiri.
(23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Menurut Letak Geografis
a) Pariwisata Lokal, yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. Misal kepariwisataan kota Bandung saja.
b) Pariwisata Regional, yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat yang ruang lingkupnya lebih luas. Misal kepariwisataan Bali. c) Pariwisata Nasional, yaitu kepariwisataanyang berkembang dalam
wilayah suatu negara. Misal kepariwisataan Indonesia.
d) Pariwisata Regional-Internasional, yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah Internasional yang terbatas. Misal kepariwisataan ASEAN.
2) Menurut Obyeknya
a) Cultural Tourism, yaitu pariwisata yang dilakukan dimana motivasi orang-orang untuk melakukannya karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi obyek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno.
b) Recuperational Tourism, yaitu pariwisata kesehatan, orang melakukan pariwisata untuk menyembuhkan penyakit. Misal mandi sumber air panas.
c) Commercial Tourism, yaitu pariwisata perdagangan. Misal Expo. d) Sport Tourism, yaitu pariwisata olah raga, orang melakukan pariwisata
untuk menyaksikan pesta plah raga. Misal Olympiade. e) Political Tourism, yaitu pariwisata politik.
f) Tourism, yaitu pariwisata yang penyelenggaraannya tidak menekankan untuk mencari keuntungan. Misal Study Tour.
g) Religion Tourism, yaitu pariwisata yang dilakukan untuk menyaksikan upacara keagamaan. Misal kunjungan ke Bali untuk menyaksikan upacara agama Hindu, ikut Haji Umroh bagi umat Islam.
3) Menurut Tujuan Perjalanan
a) Business Tourism, yaitu jenis pariwisata di mana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan
(24)
commit to user
dengan pekerjaannya, konggres, seminar, convention, simposium dan musyawarah kerja.
b) Vocation Tourism, yaitu pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau pakansi.
c) Education Tourism, yaitu jenis pariwisata yang pengunjungnya adalah orang-orang yang brtujuan untuk studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan, yang termasuk di dalamnya adalah dharmawisata (study-tour).
4) Menurut Waktu Berkunjung
a) Seasonal Tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu. Termasuk di dalamnya adalah Summer Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga.
b) Occasional Tourism, yaitu jenis pariwisata di mana perjalan wisatanya dihubungkan dengan kejadian maupun suatu event. Misalnya : Galungan dan Kuningan di Bali, Sekaten di Yogyakarta, Cherry Blossom di Tokyo dan sebagainya.
Menurut Nyoman S. Pendit (2002:40), selain pembagian jenis pariwisata di atas, pariwisata dapat dibagi dalam beberapa macam, yaitu :
1) Wisata Budaya, perjalanan ini dilakukan untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai cara hidup, kebiasaan, adat istiadat, budaya dan seni masyarakat di lain negara. 2) Wisata Olahraga, wisatawan yang melakukan perjalan dengan
tujuan berolahraga atau mengambil bagian dari pesta olahraga di suatu negara atau tempat.
3) Wisata Komersial, yang termasuk jenis ini adalah perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan panen raya yang bersifat komersial.
4) Wisata Industri, adalah perjalan wisata yang dilakukan oleh orang awam maupun mahasiswa ke suatu komplek atau daerah
(25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perindustrian dengan tujuan untuk melakukan peninjauan atau penelitian.
5) Wisata Pertanian, perjalanan wisata yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, pembibitan yang bertujuan untuk penelitian maupun menikmati lingkungan.
6) Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang memiliki daerah tempat berburu yang dibenarkan dan digalakkan oleh pemerintah.
7) Wisata Pilgrim, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat sitiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.
8) Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan pengantin baru.
9) Wisata Petualangan. Dikenal dengan Adventure Tourism, seperti masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi.
c. Manfaat Pariwisata
Pariwisata merupakan industri yang terus berkembang di dunia. Sejak lama, pariwisata bagi negara-negara maju telah merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisata bahkan sudah merupakan suatu aktivitas dan permintaan yang wajar untuk dipenuhi. Manfaat dari kegiatan pariwisata tersebut menurut B. Wiwoho (1990:64-66) antara lain :
1) Manfaat Ekonomi
a) Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Usaha
kepariwisataan dengan segala kaitannya membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga bersifat padat karya, oleh karena itu sangat membantu dalam memecahkan masalah pengangguran.
b) Memperbesar penerimaan devisa negara yang bersumber dari
pengeluaran wisatawan laur negri, karena itu dapat memperbaiki neraca pembayaran negara.
(26)
commit to user
c) Meningkatkan pendapatan masyarakat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang berasal dari pengeluaran-pengeluaran yang dibelanjakan oleh para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. d) Memperbesar pendapatan pemerintah pusat maupun daerah berupa
pajak, termasuk bea cukai.
e) Memperbesar penanaman modal, baik oleh pemerintah maupun oleh swasta di berbagai sektor yang langsung berhubungan dengan pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan maupun yang mendukung pembangunan pariwisata.
f) Meningkatkan produksi serta transaksi barang-barang guna memenuhi kebutuhan yang timbul karena perjalanan dan kunjungan.
g) Membangkitkan kewiraswastaan dan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi nasional.
h) Mendorong pembangunan sarana dan prasarana, terutama di daerah yang tidak memiliki potensi ekonomi kecuali dengan diselenggarakannya kegiatan pariwisata.
2). Manfaat Sosial-budaya dan lingkungan hidup.
a) Mendorong pemeliharaan dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa, menghidupkan kembali mutu seni, baik seni tari, seni ukir, seni lukis maupun seni budaya lainnya.
b) Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa sebagai akibat dikembangkan pengenalan terhadap kekayaan budaya bangsa dan tanah air.
c) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap seni budaya sendiri.
d) Kontak-kontak langsung yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat yang dikunjunginya, sedikit banyak akan menghembuskan nilai hidup baru dalam arti memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan lain. Manusia akan belajar menghargai nilai-nilai orang lain, dan memperluas nilai-nilai pribadi, karena justru nilai pribadi yang ramah merupakan daya tarik yang dihargai orang asing.
(27)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
e) Pariwisata dapat mendorong terciptanya lingkungan hidup yang serasi dan harmonis, oleh karena wisatawan yang mempunyai tujuan pokok untuk rekreasi, menginginkan suatu lingkungan yang menimbulkan suasana baru dari kejenuhan kehidupan mereka sehari-hari.
2. Masyarakat
Manusia merupakan makhluk sosial, artinya bahwa masyarakat tidak dapat hidup sendiri. Ada ketergantungan antara manusia satu dengan manusia yang lain sehingga menyebabkan ketergantungan antar manusia. Masyarakat menyadari, bahwa manusia sebagai pribadi atau individu hidup di dalam suatu kebudayaan yang memperlakukan sebagai makhluk yang mampu untuk mengarahkan dirinya di dalam kehidupan dan yang menjadi unsur dinamis di dalam peristiwa-peristiwa sosial. Manusia sebagai individu juga mempunyai kedudukan dan peran tertentu di dalam pergaulannya yaitu dalam masyarakat, sebagai suatu bentuk pergaulan hidup tertentu ( Soerjono Soekanto, 1983:9 ). Ada beberapa sebab manusia hidup bersama, berkelompok atau bermasyarakat. Di antaranya adanya dorongan biologis yang ada dalam diri manusia tersebut. Menurut Y. Sunyoto (2000:13) dorongan biologis tersebut diataranya : a) Hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan makan dan minum, b) Hasrat untuk membela diri, c) Hasrat untuk melangsungkan keturunan.
Dalam teori imitasi disebutkan bahwa manusia bermasyarakat karena meniru orang lain, sedangkan dalam teori organisme manusia disamakan dengan sel alam tubuh. Bahwa bila hanya satu sel tidak akan berarti apa-apa tanpa ada sel yang lain, karena itu manusia berkawan atau bermasyarakat.
Hidup bermasyarakat adalah syarat mutlak bagi manusia supaya ia dapat menjadi manusia dalam arti yang sesungguhnya, yakni sebagai human being. Bukan sekedar dalam pengertian biologis, tetapi benar-benar ia dapat berfungsi sebagai manusia yang mampu bermasyarakat dan berkebudayaan. Kehidupan bersama bermasyarakat merupakan keperluan mutlak. Seorang tokoh sosiologi modern Talcolt Persons dalam Kamanto Sumanarto (2000:56) mendifinisikan mengenai masyarakat ialah suatu sistem sosial yang swasembada, melebihi masa
(28)
commit to user
hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Jadi masyarakat dapat dikatakan sebagai kumpulan dari individu yang tidak dapat hidup sendiri dimana selalu bergantung pada manusia yang lainnya yang disebut dengan berkelompok dan kumpulan kelompok yang lebih dikenal dengan nama masyarakat.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:564) masyarakat dapat dibedakan dalam tujuh macam,antara lain :
a. Masyarakat desa yaitu suatu masyarakat yang anggota masyarakatnya mempunyai mata pencaharian utama dalam sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan atau gabungan dari kesemuanya itu. Sedangkan sistem budaya dan sosialnya juga mendukung mata pencaharian tersebut. b. Masyarakat kota yaitu masyarakat yang penduduknya mempunyai mata
pencaharian dalam sektor perdagangan dan industri atau yang bekerja dalam sektor administrasi.
c. Masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang terbagi dalam kelompok persatuan yang sering memiliki budaya yang berbeda-beda.
d. Masyarakat modern yaitu masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi dalam bidang industri dan pemakaian teknologi canggih.
e. Masyarakat pedesaan adalah mayarakat desa.
f. Masyarakat primitif ialah masyarakat yang mempunyai sistem perekonomian sederhana.
g. Masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang lebih banyak dikuasai oleh adat istiadat yang lama.
Mengenai insting yang ada pada diri manusia sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan. Keperluan akan makan dan minum merupakan keperluan yang primer untuk segala makhluk hidup. Di dalam usaha mendapatkan keperluan hidupnya manusia perlu mendapat bantuan dari manusia lainnya. Dari keinginan
(29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
untuk memperoleh keperluan hidup secara mudah itulah timbul dalam diri manusia suatu dorongan untuk hidup bersama yaitu hidup bermasyarakat.
Kehidupan manusia yang selalu ingin hidup bermasyarakat didasari oleh beberapa faktor. Hasan Sadily (1984:78-79) mengemukakan bahwa manusia selalu hidup bersama dalam masyarakat karena :
a. Hasrat yang didasari naluri yaitu kehendak biologis yang diluar penguasaan akal, seperti mencari teman hidup dan memenuhi kebutuhan seks.
b. Kelemahan manusia adalah mendesak untuk mencari kekerabatan bersama yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga dapat berlindung bersama-sama dan dapat memenuhi kehidupan sehari-hari dengan bersama.
c. Manusia adalah zoon politicon yaitu makhluk sosial yang hanya menyukai hidup bergolong atau sedikitnya mencari temanuntuk hidup bersama. d. Manusia hidup bersama selain karena pesamaan juga karena perbedaan
yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya.
Koentjaraningrat (1990:239) juga mengatakan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul dan berinteraksi merupakan masyarakat, karena satu masyarakat harus mempunyai satu ikatan lain yang khusus. Ikatan khusus yang membuat satu kesatuan manusia menjadi satu masyarakat yaitu :
a. Pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan itu.
b. Pola itu harus bersifat mantap dan kontinyu (terus-menerus), atau dengan kata lain pada khas itu sudah menjadi adapt istiadat yang khas.
c. Adanya satu rasa identitas diantara para warga atau anggotanya bahwa mereka merupakan satu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lain.
Adanya perbedaan lingkungan alam dan kompleksitas kebutuhan manusia di muka bumi menjadikan kehidupan manusia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa berdasarkan sejumlah kriteria. Seperti yang dikemukakan oleh Hendropuspito O.C (1989:90), bahwa klasifikasi masyarakat dibagi dalam :
(30)
commit to user
a. Masyarakat Sederhana dan Masyarakat Maju (berkembang).
1) Masyarakat sederhana ditandai dengan tidak adanya pembagian kerja yang cermat. Setiap orang melakukan semua pekerjaan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhannya. Dengan kata lain setiap orang dapat mengerjakan segala jenis pekerjaan.
2) Masyarakat maju ditandai dengan adanya pembagian kerja yang terinci dan kekhususan yang teliti. Anggota-anggota masyarakat sedemikian ini hanya tau menjalankan satu jenis pekerjaan atau satu profesi saja.
b. Masyarakat Ekonomi
Masyarakat ini seluruh aktifitas segenap penduduk ditentukan pada keberhasilan ekonomi sebagai puncak tertinggi. Tinggi rendahnya status sosial serta jabatan di dalam masyarakat diukur menurut tinggi rendahnya prestasi ekonomi.
c. Masyarakat Agama
Klasifikasi ini ditandai apabila agama merupakan kekuatan terbesar yang menentukan jalannya segala bidang kehidupan dalam masyarakat baik politik, ekonomi, pendidikan, cara berfikir dan bertindak harus berpedoman pada ajaran agama.
d. Masyarakat Totaliter
Yaitu apabila dalam masyarakat, kekuasaan politik berada dalam satu kelompok pemerintahan yang mengatur semua kelompok-kelompok lain serta lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat itu secara terpusat dan ketat
e. Masyarakat Demokrasi
Yaitu ditandai dengan adanya kekuasaan tertingi ditangan rakyat dan adanya pengakuan persamaan hak dan persamaan martabat semua manusia.
Klasifikasi masyarakat selain menurut beberapa kriteria diatas juga bisa digolongkan menurut ekologi sosial. Pengklasifikasian masyarakat menurut Daldjoeni (1997:31) berdasarkan fungsi, ialah : a) Berfungsi memberi jasa:
(31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pertanian, perikanan dan pertambangan, b) Berfungsi distributive melalui perdagangan dan pemasaran, c) Berfungsi industrial, d) Berfungsi industrial pusat, politik, dan pertahanan.
Masyarakat bertempat tinggal menyebar, tidak hanya berpusat pada satu daerah. Tiap daerah yang ditempati memberikan suatu pengaruh pada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut, pengaruh-pengaruh ini akan menjadi suatu ciri khas bagi masyarakat tersebut. Ciri-ciri masyarakat, menurut Soerjono Soekanto (1986:12) adalah : 1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam sosiologi tidak ada ukuran yang mutlak untuk menentukan jumlah manusia, tetapi minimal adalah dua orang, 2) Bercampur untuk waktu yang lama, 3) Mereka sadar bahwa mereka adalah suatu kesatuan, 4) Mereka merupakan suatu sistem yang hidup bersama.
Tujuan utama kelompok manusia yaitu guna mewujudkan hidup bersama yang lebih sempurna dalam segala aspeknya, maka dari itu masyarakat mempunyai tugas pokok bagi anggota masyarakatnya. Menurut Hoogevt (1985:35) tugas pokok masyarakat antara lain :
a. Melestarikan eksistensi penghuninya sebagai suatu bangsa yang sejahtera. Tugas yang besar ini meliputi pengadaan sarana-sarana dasar dengan tingkat kepastian yang tinggi dan yang dapat menjamin tercapainya sandang, pangan, dan pemukiman yang cukup, keamanan, dan ketentraman yang langgeng serta proreaksi warga masyarakat baru.
b. Mengatur pembagian tugas. Masyarakat sebagai kesatuan organisme sosial mengembang serangkaian tugas yang harus diselesaikan melalui warganya. Pembagian tugas yang begitu penting sekaligus kompleks tidak dapat diserahkan pada kemauan-kemauan masyarakat. Untuk itu harus ada skema yang menyeluruh, berdasarkan skema tersebut masyarakat membagi-bagikan tugas pada kesatuan-kesatuan bakat, pendidikan, dan keterampilan yang dibina oleh kesatuan yang bersangkutan.
c. Mempersatukan warga masyarakat. Nilai persatuan dan kesatuan yang telah mengambil keputusan untuk hidup bersama dalam kesatuan yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama.
(32)
commit to user
3. Perubahan Sosial Ekonomi
Perubahan terjadi karena pada dasarnya manusia memiliki sifat bosan dan jenuh. Kebanyakan makhluk hidup akan pergi tidur selama dua puluh jam bila mereka tidak mencari mangsa, makan atau bercumbu. Sedangkan manusia tidak bias tidur sebanyak itu. Sehingga benar kalau dikatakan bahwa kebosanan manusialah yang merupakan penyebab sebenarnya dari perubahan sosial. Perubahan merupakan suatu yang konstan dalam alam semesta ini.
Menurut Mac Iver dalam Soerjono Soekanto (1986:264) ”Perubahan sosial adalah sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap hubungan keseimbangan sosial”. Soerjono Soekanto (1986:41) memberikan definisi ”Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga sosial yang mempengaruhi sistem sosial termasuk di dalamnya nilai, sikap dan perilaku di antara kelompok dalam suatu masyarakat”.
Perubahan sosial sebagai bagian dari proses sosial yang mencakup perubahan dalam struktur fungsi, budaya kelompok manusia dan lembaga kemasyarakatan (Daldjoeni, 1979:2). Selain itu perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan sosial adalah proses sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat yang didukung oleh sebagaian besar anggota masyarakat yang merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilan (Nursid Kusumaatmaja, 1986:79).
Dari beberapa pendapat mengenai perubahan sosial di atas dapat diketahui bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat yang meliputi perubahan di dalam adalah lembaga masyarakat. Perubahan ini akan diikuti oleh perubahan sosial lainnya sehubungan dengan adanya dinamika anggota masyarakat dan dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat.
(33)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Perubahan yang terjadi di masyarakat ada yang dikehendaki dan ada yang tidak dikehendaki. Perubahan yang dikendaki merupakan perubahan yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan. Perubahan yang tidak dikehendaki berlangsung di luar jangkauan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.
Setiap masyarakat akan mengalami suatu perubahan di mana perubahan itu mempunyai bentuk yang berbeda. Menurut Basrowi (2005:163), adapun bentuk-bentuk perubahan itu adalah sebagai berikut :
a. Sosial Evolution (Evolusi Sosial)
Merupakan perkembangan yang gradual, yaitu karena adanya kerja sama harmonis antara manusia dengan lingkungan karenanya dikenal bentuk evolusi yaitu :
1. Cosmic Evolution (Evolusi Kosmik) 2. Organic Evolution (Evolusi Organik) 3. Mental Evolution (Evolusi Mental)
b. Gerakan Sosial atau mobilitas sosial, yaitu suatu gerakan yang terjadi karena keinginan akan perubahan yang diorganisasi. Sebab gerakan sosial yaitu penyesuaian diri dengan keinginan manusia akan hidup dalam keadaaan yang lebih baik serta pemanfaatan dari penemuan baru.
c. Revolusi
Pada umumnya revolusi didahului oleh adanya ketidakpuasan dari golongan tertentu yang biasanya didahului oleh tersebarnya suatu ide baru. Secara sosiologis, perubahan revolusi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan yang berlangsung secara cepat. Perubahan tersebut terjadi karena sudah ada perencanaan sebelumnya.
Perubahan ekonomi terjadi bila kehidupan secara ekonomi mengalami perubahan. Kegiatan ekonomi seseorang akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adanya jenis pekerjaan, dan gaji yang berbeda maka akan membawa perbedaan juga tentang perubahan ekonomi. Perubahan kerja yang lebih baik, pendapatan yang lebih besar, hal inilah yang akan membawa pada perubahan ekonomi.
(34)
commit to user
Perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat Pacitan bisa terjadi sebagai akibat dari pendapatan daerahnya yang meningkat. Pengunjung dari obyek wisata Goa Tabuhan yang meningkat akan menambah pemasukan bagi pendapatan daerahnya. Hal ini akan menambah pendapatan daerah yang nantinya dipergunakan untuk pembiayaan pembangunan.
Menurut Soerjono Soekanto (1986:291-292) proses perubahan sosial, terdapat ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti dalam perkembangannya, karena setiap masyarakat pasti mengalami perubahan.
b. Perubahan sosial budaya tidak dapat dibatasi pada bidang tertentu saja. c. Perubahan pada lembaga kemasyarakatan tertentu saja akan diikuti oleh
lembaga kemasyarakatan yang lainnya.
d. Perubahan sosial budaya yang cepat biasanya akan menimbulkan adanya disorganisasi yang bersifat sementara, sebab dalam proses penyesuaian diri Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat biasa terjadi secara lambat dan secara cepat. Perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat dan secara cepat dalam masyarakat dapat digambarkan seperti berikut ini :
a.Perubahan yang terjadi secara lambat
Perubahan yang terjadi secara lambat (evolusi) adalah perubahan dalam jangka waktu yang lama, terdapat rentetan perubahan-perubahan kecil yang mengikuti dengan lambat. Pada perubahan yang lambat ini perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa suatu rencana atau kehendak tertentu. Perubahan-perubahan terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, kondisi-kondisi baru yang timbul seiring dengan pertumbuhan masyarakat.
Terdapat beberapa teori perubahan secara evolusi dalam masyarakat, yang diantaranya adalah :
1) Unilinear theories of evolution, dinyatakan bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya mengalami perkembangan melalui tahap-tahap tertentu dari mulai yang sederhana menuju yang sempurna.
(35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dikatakan pula bahwa masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yang masing-masing didasarkan pada suatusistem kebenaran. Pada tahap pertama dasarnya kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indra dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
2) Universal theories of evolution, dinyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti garis evolusi yang tertentu. Masyarakat merupakan suatu hasil dari perkembangan kelompok homogen ke kelompok yang heterogin.
3) Imultinet theories of evolution, perubahan-perubahan terjadi secara bertahap, maka tiap-tiap perubahan kebudayaan menimbulkan pengaruh sosial. Sebagai contoh perubahan sistem pencaharian dari berburu ke masa bercocok tanam menimbulkan pengaruh pada kehidupan sosial dengan mulai hidup menetap dan membentuk masyarakat.
b.Perubahan yang terjadi secara cepat
Perubahan secara cepat (revolusi) adalah perubahan yang terjadi secara cepat mengenai sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti lembaga-lembaga dalam masyarakat. Di dalam perubahan secara revolusi ini perubahan dapat direncanakan maupun tidak direncanakan. Menurut Soerjono Soekanto (1986:294-295) agar suatu revolusi dapat terjadi, ada beberapa syarat-syarat tertentu, diantaranya :
1) Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
2) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orsng yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
3) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat, kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat untuk dijadikan arah dan gerak masyarakat.
4) Pemimpin tersebut dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat Adanya momentum untuk mengadakan suatu revolusi, yaitu saat yang tepat untuk melakukan revolusi. Sebagai contoh terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tangaal 17 Agustus 1945. Saat yang tepat, yaitu
(36)
commit to user
bertepatan dengan kekalahan Jepang terhadap sekutu. Ada para pemimpin yang mampu menampung keinginan-keinginan masyarakat dan merumuskan tujuannya.
Dalam konteks sosial ekonomi, perubahan mempunyai pengertian sebagai proses pergeseran atau perkembangan masyarakat dalam aspek sosial dan aspek ekonomi dari suatu kondisi tertentu menjadi kondisi yang lain, berupa kemajuan dan penurunan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa tertentu.
Masyarakat sekitar obyek wisata Goa Tabuhan akan lebih bias
merasakan adanya perubahan sosial ekonomi. Dengan semakin banyaknya pengunjung di obyek wisata Goa Tabuhan akan membawa pengaruh semakin banyaknya peluang usaha bagi masyarakat sekitar obyek wisata, misalnya masyarakat sekitar ada yang berjualan berbagai jenis perhiasan yang terbuat dari batu yang merupakan ciri khas dari Goa Tabuhan itu sendiri, pakaian, makanan dan minuman dan souvenir-souvenir lainnya. Sehingga secara langsung dengan adanya obyek wisata Goa Tabuhan sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
B. Kerangka Berpikir
Adanya pembangunan di segala bidang di Kabupaten Pacitan akan membawa perubahan yang sangat besar dalam masyarakat., salah satu pembangunan yang dikembangkan adalah dalam bidang pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sasaran pembangunan di Kabupaten Pacitan. Di Kabupaten Pacitan ini terdapat banyak sekali obyek wisata seperti Goa Tabuhan, Goa Gong, Goa Putri, Pantai Teleng Ria yang merupakan satu paket perjalanan wisata Kabupaten Pacitan.
Obyek wisata Goa Tabuhan ini adalah salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Pacitan. Dari tahun ke tahun selalu diadakan perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarananya. Oleh karena itu jumlah pengunjung yang datang ke obyek wisata ini juga mengalami peningkatan. Semakin banyaknya pengunjung yang datang maka akan semakin besar pula pendapatan daerah. Semakin ramainya wisatawan yang berkunjung, maka akan membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar obyek wisata Goa Tabuhan. Masyarakat sekitar
(37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
juga dilibatkan dalam pengelolaan obyek wisata Goa Tabuhan. Beberapa orang sekitar dijadikan sebagai pegawai obyek wisata Goa Tabuhan. Ada yang menjadi juru kunci, petugas kebersihan dan tukang parkir. Masyarakat sekitar juga banyak yang membuka usaha, seperti berjualan pakaian, perhiasan yang terbuat dari batu, kerajinan tangan,souvenir-souvenir, makanan dan minuman.
Adanya perubahan daerah Kabupaten Pacitan yang meningkat dari obyek wisata Goa Tabuhan maka akan membawa perubahan sosial ekonomi bagi masyarakat. Melalui berbagai jenis usaha yang dijalankan oleh masyarakat sekitar Goa Tabuhan, dan perhatian dari pemerintah dalam usahanya meningkatkan sarana dan prasarana obyek wisata, maka secara tidak langsung sangat berpengaruh terhadap meningkatnya status sosial ekonomi masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang berjudul ”Pengembangan Obyek Wisata Goa Tabuhan dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Sekitar”, memiliki kerangka pemikiran seperti berikut:
Keterangan :
: hubungan langsung : hubungan tidak langsung
Pariwisata Goa Tabuhan
Masyarakat
Ekonomi
Dinas Pariwisata
(38)
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Sifat ilmiah menitikberatkan kegiatan penelitian sebagai usaha menemukan kebenaran yang obyektif. Kebenaran yang obyektif memerlukan dukungan data yang bersifat empiris sebagai bukti ilmiah. Selain hal tersebut, kebenaran yang obyektif juga harus bisa diterima oleh pihak lain.
Dalam mendapatkan data kebenaran dari suatu pengetahuan diperlukan adanya metodologi. Metodologi merupakan pola yang berfungsi mengarahkan proses berfikir agar penelitian menghasilkan kebenaran yang obyektif dan dapat mengantarkan peneliti kearah tujuan yang diinginkan yaitu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (Burhan Bugin, 2003:5).
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung, 25 kilometer arah barat Kota Pacitan. Desa Wareng dipilih karena merupakan lokasi tempat berada Obyek Wisata Goa Tabuhan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini, direncanakan dari bulan Mei 2010—Januari 2011.
No
Jenis Kegiatan Bulan (Mei 2010 - Januari 2011)
mei juni juli aug sept okt nov des jan
1 Persiapan
a. Pengajuan judul
b.Pembuatan proposal
2 Pelaksanaan
Kegiatan
pengumpulan data
3 Penyusunan laporan
penelitian
(39)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian dengan judul Pengembangan Obyek Wisata Goa Tabuhan dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar, merupakan penelitian yang akan mengungkap perubahan sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2002:3). Dalam metode penelitian deskriptif, data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari obyek yang diamati maupun orang yang diwawancarai merupakan sumber data utama. Sedangkan Kirl dan Miller yang dikutip oleh Moleong (2002:3), mendiskripsikan penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Disebut penelitian kualitatif deskriptif, karena data yang dianalisis tidak menerima atau menolak hipotesis jika ada.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mengambil masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggambarkan obyek yang menjadi pokok permasalahannya dengan mengumpulkan, menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan ke dalam bentuk laporan.
2. Strategi Penelitian
Dalam pemilihan straregi penelitian menjelaskan bagaimana tujuan penelitian akan dicapai dan juga bagaimana masalah yang dihadapi di dalam penelitian akan dikaji dan dipecahkan untuk dipahami.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus terpancang tunggal. Pendekatan kasus terpancang
(40)
commit to user
merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dalam bentuk kesatuan watak dari obyek yang diteliti (Goede, 1952:331). Dikaitkan dengan lokasi penelitian yang tunggal, maka penelitian ini merupakan studi kasus tunggal yang terpancang atau embeded case study. Menurut H.B. Sutopo (2002:2), studi kasus tunggal terpancang adalah penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu obyek). Aspek-aspek tunggal dapat berupa satu orang atau lebih, satu kelompok atau lebih, satu organisasi atau lebih, satu desa, satu kecamatan, kabupaten, propinsi, negara, bangsa atau lebih, tergantung adanya kesamaan karakteristiknya atau adanya keseragaman dalam banyak hal. Sedangkan terpancang artinya hanya mengkaji satu masalah saja dan sudah menentukan fokus penelitiannya berupa variable utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitinya (H.B. Sutopo, 2002:30), sehingga focus studi dalam penelitian ini adalah studi tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat.
C. Sumber Data
Untuk memperkuat kajian dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data. Menurut H.B. Sutopo (2002:50-53) mengatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian kualitatif bisa berupa narasumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar atau rekaman”. Sedangkan menurut Lofland yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2002:112) mengemukakan bahwa : “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen, lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
1. Informan
Informan yaitu individu-individu tertentu yang dapat memberikan keterangan dan data atau informasi untuk berkepentingan penelitian. “Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki motivasinya” (H.B. Sutopo, 2002:50).
(41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan yang diminta peneliti tetapi bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki.
Menurut Lexy J. Moleong (2002:90) “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Jadi informan adalah orang yang dapat memberikan informasi dalam penelitian yang digunakan sebagai sumber data. Dengan sumber data informan ini maka akan diperoleh informasi, pernyataan maupun kata-kata yang diperoleh dari sumber data primer yaitu orang yang tahu dan dapat dipercaya serta mengetahui secara mendalam mengenai data-data yang diperlukan. Informasi dalam penelitian ini meliputi : Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan, Tokoh Masyarakat, pedagang sekitar obyek wisata dan masyarakat sekitar.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa dapat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteksnya, dan setiap situasi sosial selalu melibatkan pelaku , tempat dan aktifitas. Menurut H.B. Sutopo (2002:51-52) “Dari pengamatan tempat dengan keragaman benda yang berada dilokasi, peneliti sering bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan perilaku atau peristiwa yang terjadi, atau bahkan sangat berkaitan dengan sikap dan pandangan pelakunya” dan “pengamatan pada peristiwa atau aktifitas, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung”.
Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat di Obyek Wisata Goa Tabuhan yaitu di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kabupaten Pacitan. Sedangkan peristiwa yang dimaksud adalah mengenai perubahan sosial ekonomi masyarakat.
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang tidak kalah penting dalam penelitian kualitatif. H.B. Sutopo (2002:51) mengemukakan bahwa “Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas, tetapi juga berupa gambaran atau benda peninggalan yang
(42)
commit to user
berhubungan dengan suatu peristiwa tertentu”. Sedangkan arsip merupakan suatu dokumen berupa catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana.
Dokumen disini dapat berupa surat pengumuman, agenda, memoranda, catatan rapat, proposal, laporan studi yang pernah dilakukan di tempat yang sama, monument, artefak, foto dan tape dan sebagainya. Sedangkan arsip dapat berupa data yang meliputi catatan kegiatan, catatan organisasi, peta dan daftar karakteristik, geografi suatu tempat, data survey misalnya data sensus dan catatan harian. Semua dokumen dan arsip yang dikumpukan berkaitan dengan fokus penelitian, yaitu tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat.
D. Populasi dan Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan kegiatan untuk merumuskan tentang siapa dan berapa jumlah orang yang akan dijadikan sebagai sumber informasi. Teknik sampling merupakan bentuk khusus atau proses yang umum bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (H.B Sutopo, 2002:51). Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian kualitatif perlu dilakukan teknik sampling, sehingga dalam penelitian kualitatif sampel yang ditujukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan pertimbangan bahwa sampel tersebut tahu betul terhadap masalah yang diteliti, dapat dipercaya dan datanya obyektif. Menurut H.B Sutopo (2002:36) ”Teknik sampling digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber data menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan yang muncul”. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan), sebab peneliti cenderung memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (H.B Sutopo, 2002:56).
Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling atau sampling bertujuan, yaitu menggali informasi yang akan dijadikan dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
Dalam teknik Purposive sampling dipilih beberapa informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan
(43)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
mengetahui masalahnya secara mendalam. Namun demikian informan yang dipilih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dalam memperoleh data.
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti cenderung memilih informasi dari orang yang benar-benar mengetaui pokok permasalahan secara mendalam, sehingga dapat dijadikan informasi kunci yang dapat dipercaya. Dalam penelitian ini sampelnya adalah Dinas Pariwisata, Tokoh Masyarakat, pedagang, masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung atau wisatawan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah wawancara, observasi dan analisis data.
1. Wawancara
Metode wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan menggunakan wawancara antara peneliti dengan narasumber atau dapat pula dilakukan terhadap informan kunci. Persiapan yang dilakukan penulis sebelum melakukan wawancara adalah membuat pedoman wawancara berupa seperangkat daftar pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan :
a. Agar data yang diperoleh sesuai dengan pokok permasalahan yang diajukan. b. Agar tidak ada pokok-pokok persoalan yang tertinggal yang akan diselidiki. c. Agar dalam pencatatan wawancara lebih sistematis dan rinci.
Adapun pelaksanaan wawancara ini ditempuh dengan prosedur sebagai berikut :
1) Terlebih dahulu memberikan pedoman wawancara dua hari sebelumnya kepada subyek penelitian dengan tujuan agar informan dapat mempersiapkan dirinya dalam menjawab permasalahan yang diajukan. Pada kesempatan ini sekaligus digunakan untuk membuat janji dengan informan mengenai waktu dan wawancara.
(44)
commit to user
2) Wawancara dilakukan secara spontan dan subyek penelitian tanpa harus mempelajari pedoman wawancara dengan lama (Hadi, 1989:204).
Cara kedua ini sebagai bahan untuk menutupi kelemahan sistem pertama yang mempunyai banyak kemungkinan hasilnya telah direkayasa terlebih dahulu. Pewawancara langsung menemui subyek penelitian di rumah atau di kantor kerjanya pada jam-jam istirahat atau waktu senggang agar tidak mengganggu aktifitasnya. Setelah terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan maksudnya, maka wawancara dengan subyek penelitian dimulai. Meskipun dilakukan secara spontan namun tidak banyak mengalami kesulitan karena terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan.
Menurut (Hadi, 1986:207-208) dalam pelaksanaan wawancara menggunakan 3 model yaitu :
a) Wawancara Bebas
Wawancara bebas atau unguited interview dilakukan secara bebas, di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi tidak mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dengan tujuan agar hasil yang didapatkan berupa informasi dari subyek penelitian dapat digali secara lebih mendalam serta untuk dapat membedakan antara informasi yang sesungguhnya dengan informasi yang semu, maka wawancara dilakukan secara terbuka, akrab dan penuh rasa kekeluargaan.
b) Wawancara Terpimpin
Wawancara atau interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan pewawancara dengan membawa sederet pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur. Interview terpimpin ini banyak dilakukan terhadap tokoh masyarakat di desa penelitian.
c) Wawancara Bebas Terpimpin
Yaitu kombinasi antara wawancara bebas dengan wawancara terpimpin dengan cara pewawancara menanyakan sederet pertanyaan yang terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.
(45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dalam pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan model wawancara bebas terpimpin. Model ini dipilih untuk memperoleh data secara menyeluruh dan lebih mendalam. Model ini juga memungkinkan munculnya informasi dan permasalahan baru yang tidak diketahui oleh peneliti.
2. Observasi
H.B. Sutopo (2002:64) menjelaskan “Teknik observasi digunakan untuk menggali data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar-gambar”. Menurut Kartini Kartono (1996:182-188), kegiatan observasi ditinjau dari cara pelaksanaan dan tujuannya dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Teknik observasi partisipatif dan non partisipatif. Teknik observasi partisipatif
dimana observer ikut berpartisipasi dalam bebagai kegiatan yang dilakukan oleh para subyek yang diobservasi. Dan teknik non partisipatif adalah teknik observasi dimana observer tidak terlibat langsung dalam kegiatan.
b. Teknik observasi sistematis, yaitu untuk menemukan dan merumuskan permaslahan, sekaligus menyusun kategori permasalahan, teknik observasi sistematis sering dilengkapi alat-alat pencatat mekanis, seperti kamera foto, pita perekam, tape recorder dan lain sebagainya.
c. Teknik observasi eksperimental, yaitu merupakan teknik observasi yang dilakukan secara non-partisipasif namun berstruktur dan sistematis dalam pelaksanaannya.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik observasi sistematis.
3. Analisis Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip yang diperoleh secara langsung sebagai sumber data, kemudian dianalisa dan diteliti serta disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan. Dokumen dan arsip yang dianalisa adalah yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen dan arsip sangat berharga untuk memahami aktifitas yang dilakukan oleh sekelompok populasi tertentu yang faktanya tersimpan dalam dokumen dan arsip. Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sangat
(46)
commit to user
penting dalam penelitian kualitatif. Memanfaatkan suatu dokumen yang padat isinya bisaanya menggunakan teknik tertentu, teknik yang paling umum digunakan adalah content analysis atau kajian analisis yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sah dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J. Moleong, 2002:163).
Dalam penelitian ini teknik yang dilakukan adalah menganalisis dokumen dengan cara mengamati, mencatat dan meyimpulkan dari apa yang tersirat dan tertulis dalam setiap dokumen dan arsip yang menjadi sumber data. Langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis dokumen dan arsip yaitu dengan cara mengamati dokumen dan arsip yang ada baik di Dinas Pariwisata dan di Obyek Wisata Goa Tabuhan.
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya, artinya setiap penulis harus bisa memilih dan menentukan suatu cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Menurut H.B. Sutopo (2002:92) bahwa “Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian”. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang dapat dipilih untuk mengembangkan validitas dan penelitian, yaitu digunakan trianggulasi data dan informan review.
1. Trianggulasi
Lexy J. Moleong (2002:178) menyatakan bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut”. Selanjutnya Patton menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu :
a. Trianggulasi sumber, yaitu trianggulasi dengan mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.
(1)
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Goa Tabuhan terletak di Desa Wareng Kecamatan Punung sebelah barat
Kabupaten Kota Pacitan. Kondisi fisik alamnya sebagian terdiri dari
perbukitan berupa gunung-gunung kecil dan selebihnya merupakan dataran
rendah. Bila ditinjau dari struktur tanah dan jenis tanah terdiri dari Assosiasi
Litosol Mediteran Merah, Aluvial kelabu endapan liat yang di dalamnya
banyak mengandung potensi bahan galian mineral. Pada umumnya daerah ini
mempunyai karakter perbukitan yang menyebar keseluruh wilayahnya dan
karakter alam seperti inilah yang menjadikan Desa Wareng Kecamatan
Punung mempunyai hasil pertanian yang beraneka ragam, diantaranya : padi,
kacang, singkong, melinjo, kelapa, jahe. Hasil pertaniannya sebagian besar
dipasarkan ke wilayah Jawa Tengah. Untuk menunjang perkonomian di sini
dibangun sebuah pasar yang terletak di kota kecamatan yang menjadi jantung
perniagaan seluruh desa-desa di kecamatan Punung. Latar belakang
ditemukannya obyek wisata Goa Tabuhan ini ada dua persepsi, yang pertama
yaitu berdasarkan cerita turun temurun bahwa goa tersebut dijadikan tempat
bertapa para pengawal Pangeran Diponegoro, seperti Sentot Alibasyah
Prawirodirjo. Sentot Alibasyah Prawirodirjo bertapa sekaligus bersembunyi
dari kejaran Belanda. Pangeran Sambernyawa (RM. Said, pendiri
Mangkunegara) di tahun 1700-an juga pernah bersembunyi dan bertapa di sini.
Demikian pula halnya dengan Banteng Wareng yang masih keturunan Sultan
Yogyakarta. Di dalam goa, Sentot Alibasyah Prawirodirjo bertapa, dan di
daerah goa itu sendiri, masyarakatnya juga bergejolak melawan penjajahan
Belanda, maka oleh masyarakat Sentot Alibasyah
(2)
commit to user
Prawirodirjo malah dilindungi. Ketika Belanda datang ingin masuk ke dalam
goa, dihalangi oleh masyarakat dengan cara di dalam goa tersebut masyarakat
menggelar suatu seni pertunjukkan gamelan. Belanda tertarik dan ingin
melihat seni pertunjukkan tersebut, setelah selesai melihat pertunjukkan
gamelan, Belanda tidak masuk lebih jauh ke dalam goa, tetapi malah keluar
meninggalkan goa. Sedangkan Sentot Alibasyah Prawirodirjo berhasil
selamat dari kejaran penjajah dan melanjutkan pertapaannya di dalam goa
Tabuhan tersebut. Sedangkan persepsi yang kedua diperolah berdasarkan
cerita masyarakat sekitar bahwa, Goa Tabuhan ditemukan oleh Kyai Santiko
yang kehilangan lembu. Saat ditemukan, ternyata Lembunya berada dalam goa
dan tidak mau keluar lagi karena di dalam goa banyak ditemukan sumber air
dan makanan. Usia Goa Tabuhan diperkirakan mencapai ratusan tahun dan
konon dulu pernah menjadi tempat mula manusia. Hal tersebut terbukti
dengan ditemukannya perkakas rumah tangga. Oleh karena keaslian bebatuan
di dalam goa. Raden Bagus Joko Lelono dan Putri Raden Ayu Mardilah,
masih keturunan Kyai Santiko, membersihkan goa dari belukar. Belakangan
keturunan Raden Bagus Joko yang memiliki darah seni menyebutnya sebagai
Goa Tabuhan karena bebatuan menjulur dari langit-langit ataupun yang
menjulang (stalagmit dan stalaktit), dapat dijadikan alat musik (gamelan).
"Dinamakan Goa Tabuhan karena bebatuan stalagmit ataupun stalaktit bila
ditabuh (dipukul) dapat menghasilkan suara gamelan. Bebatuan hasil bentukan
alam dengan panjang dan tinggi bervariasi antara 1 hingga 50 meter
menghasilkan nada-nada gamelan Jawa ataupun pentatonik.
2. Perkembangan obyek wisata Goa Tabuhan dapat dibedakan ke dalam dua tahap
yaitu tahap pembangunan dan tahap perkembangan. Tahap pembangunan
dimulai sejak tahun 1955, dengan diawali dengan pembebasan tanah di sekitar
obyek wisata Goa Tabuhan. Pada tahun tersebut secara resmi tanah disekitar
obyek wisata Goa Tabuhan menjadi milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Pacitan. Pembangunan dilakukan disegala bidang. Bukan hanya pembangunan
fisik saja, tetapi juga pembangunan sarana dan prasarana. Demi kenyamanan
(3)
commit to user
pengunjung dibangun areal parkir, Masjid/Mushola, kios-kios pedagang,
KM/WC umum. Pembangunan Goa Tabuhan dimulai dengan membuat jalan
dari depan goa yang berupa anak tangga sejauh 10 meter menuju mulut goa
dan dari mulut goa masuk ke dalam goa sampai paling ujung goa. Jalan
tersebut dibuat dengan menggunakan cor pengeras dari semen yang dicampur
dengan kerikil dan pasir. Selain itu juga dibuat penerangan di dalam goa.
Dilakukan dengan memasang beberapa lampu yang cukup terang.
Pembangunan terus menerus dilakukan sampai tahun 2000. Terjadi
peningkatan pembangunan yang baik dari pemerintah daerah. Pengembangan
obyek wisata Goa Tabuhan dilakukan dengan penambahan, perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana. Pada tahun 2005 pihak
Dinas Pariwisata melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang
telah ada. Tahun 2006 melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara fisik
yang meliputi : memperbaiki jalan menuju goa, menambah sarana transportasi
dan juga menambah kios-kios baru untuk para pedagang. Tahun 2007
anggaran difokuskan pada proyek peningkatan fasilitas obyek wisata dan di
tahun 2007 ini adalah tahun dimana ditetapkan sebagai tahun terbanyak
jumlah pengunjung yang datang ke obyek wisata Goa Tabuhan ini, yakni
mencapai 26.600 pengunjung. Pada tahun 2008 pengembangan masih terfokus
pada operasional pemeliharaan obyek wisata Goa Tabuhan, tetapi pada tahun
ini jumlah pengunjung yang datang menurun drastis karena Tsunami di Aceh
dan gempa di DIY. Tetapi ada juga hal menarik pada tahun 2008 ini yakni
adanya penelitian dari Prancis dan berhasil menemukan kerangka manusia dan
hewan purba pada jamannya. Tahun 2009 pengembangan pembangunan
sarana Goa Tabuhan ditingkatkan dengan melebarkan jalan utama menuju
goa.
3. Peran Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan dalam mengembangkan obyek
wisata Goa Tabuhan diantaranya melakukan pengelolaan dan promosi. Obyek
wisata Goa Tabuhan merupakan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan,
maka dari itu obyek wisata Goa Tabuhan ini dikelola sepenuhnya oleh
(4)
commit to user
Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan. Untuk melakukan pemasaran dengan
cara promosi melalui media cetak ataupun elektronik. Media cetak yang
berupa Koran harian Kabupaten Pacitan dan media elektronik misalnya Yaa
Radio Gemilang, FM 90,40 Mhz. Selain itu juga melalui pameran potensi
wisata, atraksi seni misal pementasan seni Reog dan jaranan atau kuda
lumping, Kerjasama lintas provinsi yang dikenal dengan wisata Pawonsari,
dan juga pemilihan Putra Putri Wisata Pacitan yang diadakan setiap tahunnya.
4. Obyek wisata Goa Tabuhan juga sangat berpengaruh terhadap bidang sosial,
yakni mengubah status sosial masyarakat yang tadinya pengangguran menjadi
tidak pengangguran, membuka peluang usaha bagi masyarakat, dan
meningkatnya pendidikan bagi masyarakat. Pengaruh ekonomi masyarakat
salah satunya adalah membawa peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Banyak
tenaga kerja di Goa Tabuhan yang berasal dari masyarakat sekitar. Ada yang
bekerja sebagai tukang parkir, penjaga karcis, petugas kebersihan, tukang foto
dan beberapa orang sebagai pedagang dan menempati kios-kios di lokasi Goa
Tabuhan. Selain itu juga seorang yang bekerja sebagai juru kunci dan
sekaligus petugas keamanan dan dibantu 3 orang rekannya yang masih
keturunan dari penemu Goa Tabuhan.
B.
Implikasi
Mulai diterapkannya kebijakan pemerintah Otonomi Daerah, membuat
daerah tidak begitu banyak bisa berharap dari Pemerintah Pusat, oleh karena itu
harus berusaha mandiri. Kemandirian bisa diperoleh dengan cara menggali
potensi daerah untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan daerah.
Potensi-potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam harus dikelola dengan baik
agar mampu membawa kemakmuran bagi masyarakat banyak. Pembangunan
sumber daya manusia bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas penduduk
melalui peningkatan pendidikan, penghasilan dan kesehatan. Pembangunan
sumber daya alam salah satunya ialah pengembangan wisata alam, seperti
pembangunan obyek wisata Goa Tabuhan. Pariwisata bisa dijadikan sebagai salah
(5)
commit to user
satu produk unggulan yang bisa dikembangkan untuk menambah pendapatan
daerah.
Pada masa sekarang ini pengembangan pariwisata mempunyai peluang
yang besar untuk dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.
Pemerintah Kabupaten Pacitan tentunya menyadari bahwa pariwisata bisa
dijadikan salah satu sumber pendapatan daerah. Pariwisata bila dikembangkan dan
dikelola dengan baik dan profesional tentunya bisa menjadi salah satu produk
unggulan bagi pemerintah daerah.
Kepala Dinas Pariwisata bertanggungjawab terhadap pengelolaan dan
pembinaan terhadap obyek wisata di Kabupaten Pacitan. Pembinaan dilakukan
terhadap obyek wisata yang dikelola oleh swasta, sedangkan pengelolaan
dilakukan terhadap obyek wisata yang dikelola oleh Pemerintah Daerah sendiri.
Pembinaan ditujukan agar obyek wisata tersebut dapat berkembang sesuai dengan
yang diharapkan, termasuk ikut mempromosikannya. Pengelolaan terhadap obyek
wisata milik Pemerintah Daerah harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab.
Seperti terhadap pengelolaan obyek wisata Goa Tabuhan, juga harus dilakukan
secara profesional dan sungguh-sungguh.
Sebuah obyek wisata yang berada di suatu wilayah tertentu, tentu akan
berpengaruh terhadap penduduk atau masyarakat sekitar. Pengaruh tersebut bisa
pengaruh yang baik dan pengaruh yang kurang baik. Masyarakat sekitar harus
mampu mencari peluang untuk kepentingan masyarakat demi menuju perbaikkan
yang lebih baik. Adanya obyek wisata di suatu daerah tentunya membuka peluang
usaha bagi masyarakat sekitar.
C.
Saran
1.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan
Diharapkan lebih meningkatkan pembinaan terhadap pengelolaan obyek
wisata, agar kinerja dan tanggungjawabnya dalam mengelola obyek wisata.
Selain itu juga menambah sarana dan prasarana seperti membuka tempat pijat
refleksi bagi pengunjung yang berasal dari luar kota dan menambah sarana
penginapan di sekitar obyek wisata Goa Tabuhan sendiri.
(6)