Latar Belakang OBJEK WISATA GOA KREO DAN KEHIDUPAN EKONOMI, SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KANDRI, GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN 1986 2009

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan pemerintah untuk memperoleh devisa. Pariwisata juga mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, yaitu; memperluas lapangan usaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa, mendorong perkembangan daerah, mendorong pelestarian lingkungan hidup. Pariwisata sebagai salah satu sumber devisa karena dianggap sebagai “industri tanpa cerobong asap”, artinya bahaya atau kerugian yang ditimbulkan relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan industri lainnya yang padat teknologi. Salah satu resiko yang dihadapi oleh industri pariwisata adalah perubahan sosial budaya masyarakat sekitar lokasi akibat pengaruh yang dibawa oleh masyarakat pendatang maupun wisatawan. Dalam kebijakan pembangunan daerah, Pemerintah Kota Semarang menetapkan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan yang mendorong pembangunan. Kontribusi yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi di antaranya industri pariwisata dan jasa-jasa yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang secara langsung meningkatkan pendapatan asli daerah. Hal ini relevan dengan Kota Semarang yang merupakan salah satu 2 Daerah Tujuan Wisata DTW di Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki potensi wisata, baik obyek wisata alam, wisata budaya maupun objek wisata sejarah. Objek wisata Goa Kreo memiliki 3 unsur wisata yang terdapat didalamnya, seperti; wisata alam berupa daerah perbukitan, wisata agama berkaitan dengan petilasan Sunan Kalijaga, serta wisata budaya seperti kebiasaan masyarakat Kandri yang masih melestarikan tradisi nyadran goa, nyadran kubur dan nyadran kali Kreo. Berbeda dengan tempat wisata alam lainnya di Jawa Tengah, Goa Kreo mempunyai ciri khas yang menjadi daya tarik tersendiri yaitu keberadaan komunitas kera yang menghuni tempat ini hingga sekarang. Berawal dari potensi yang dimiliki Goa Kreo inilah Pemerintah Kodya Semarang memberikan gagasan kepada Dinas Pariwisata Kotamadya Semarang untuk memberikan instruksi kepada tim survey reinventarisasi kawasan wisata Kota Semarang pada tahun 1984 dengan tujuan untuk menginventarisasi daerah-daerah potensi wisata Kotamadya Semarang. Setelah dilakukan survey Goa Kreo menduduki peringkat terbaik dengan keunggulan keadaan alam, komunitas kera dan kondisi masyarakat yang masih bersifat tradisional. Hal ini menjadi titik awal perhatian Pemerintah Kodya Semarang terhadap potensi yang dimiliki Goa Kreo. Dinas Pariwisata Kota Semarang, 1984 . Objek wisata Goa Kreo resmi dibuka pada tahun 1986 dan terus dikembangkan, baik secara fisik maupun non fisik. Pengembangan fisik dapat dilihat dari pengadaan sarana dan prasarana sebagai tempat rekreasi. Berbagai upaya dilakukan untuk pengembangan objek wisata Goa Kreo seperti menjalin 3 kerjasama dengan pihak swasta dan instansi pemerintah yang terkait. Pengembangan non fisik meliputi perubahan badan pengelola objek dari BPOW menjadi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sejak 2005 berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. Masyarakat Kandri Gunungpati sejak tahun 1986 sampai dengan 2009 mengalami perkembangan dibidang sosial, ekonomi serta budaya yang cukup dinamis akibat pengaruh dibukanya Goa Kreo sebagai objek wisata oleh Pemerintah. Perkembangan dalam bidang sosial terlihat dari pemenuhan kebutuhan komunikasi serta kondisi lingkungan dan pemukiman masyarakat yang berubah menjadi lebih baik. Masyarakat menyadari pentingnya kebersihan lingkungan yang kondusif sebagai kawasan wisata. Masyarakat memperoleh keuntungan atas keberadaan kawasan wisata Goa Kreo yaitu terciptanya lapangan kerja sebagai tenaga staf maupun penyedia jasa wisata. Disbudpar Kota Semarang, 2009,hal:15. Sejak tahun 1986 Goa Kreo mulai berkembang hingga tahun 2009, hal ini berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi masyarakat setempat khususnya Kandri. Banyaknya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pariwisata membuat masyarakat Kandri memperoleh peluang usaha untuk meningkatkan taraf hidup di bidang ekonomi, sosial maupun budaya. Sejalan dengan hal tersebut, berbagai objek wisata Goa Kreo dan kondisi kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Kandri Gunungpati dapat dijadikan sebagai objek penelitian sejarah yang berhubungan dengan bidang ekonomi, sosial dan budaya masyarakat daerah Kandri. Sehingga melalui 4 pemikiran di atas peneliti mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Objek wisata Goa Kreo dan kehidupan ekonomi, sosial- budaya masyarakat Kandri, Gunungpati, Semarang tahun 1986-2009”.

B. Rumusan Masalah