Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INSTRUMEN DERIVATIF SEBAGAI PENGAMBILAN

KEPUTUSAN HEDGING

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

OLEH

HOTMIAN OLIVIA D 110502321

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Lindung nilai diperlukan oleh perusahaan, kebanyakan perusahaan menggunakan lindung nilai karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian khusus dalam memprediksi variabel-variabel seperti tingkat bunga, kurs valas, dan harga komoditas. Dengan lindung nilai, perusahaan dapat memfokuskan aktivitas utamanya sesuai dengan kemampuan dan keahlian khususnya. Aktivitas hedging dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity), tingkat likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 112 perusahaan dengan rentang waktu periode 2011-2013. Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011–2013, Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dan data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian periode tahun 2011 – 2013, dan Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dalam laporan keuangan periode tahun 2011 – 2013. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah 54 perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Growth Opportunity, Current Ratio, dan Debt Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan Hedging. Sementara Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan Hedging.

Kata Kunci: growth opportunity, current ratio, firm size, debt equity ratio,


(3)

ABSTRACT

Hedging required by the company, most companies use hedging because it does not have the ability or special expertise in predicting variables such as interest rates, currency exchange rates, and commodity prices. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange as many as 112 companies with the time span 2011-2013. The criteria are defined as follows: Company listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2011-2013, which presents the Company's financial statements and complete data needed in the study period of 2011 - 2013, and the Company issued financial statements in the eye amount of money in the financial statements in the period of 2011-2013. So that the sample in this study was 54 manufacturing company. This study used logistic regression analysis. The results showed that the Growth Opportunity, the Current Ratio and Debt Equity Ratio and no significant negative impact on the decision Hedging. While the Firm Size and significant positive effect on the decision Hedging.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan karunia-Nya dalam proses pengerjaan skripsi ini dari awal, pertengahan, hingga akhirnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INSTRUMEN DERIVATIF SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

HEDGING (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)” tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E selaku Ketua Departemen S1 Manajemen sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini,, S.E, M.Si dan Ibu Dra.Friska Sipayung, Msi selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Nisrul Irawati, M.B.A, selaku Dosen Pembaca Nilai yang senantiasa memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk pengetahuan, pengalaman, dan pembelajaran hidup yang penulis dapatkan selama menempuh perkuliahan.

7. Kedua orangtua saya terkasih Bapak H. Doloksaribu dan Ibu S. Hutasoit, adik tersayang Haposan, Elisa, dan Montoya yang telah banyak memberikan pelajaran hidup, kasih, dan dukungan penuh kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara ini.

8. Kepada Amanda Siregar, STP yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini dan dalam masa perkuliahan. 9. Sahabat-sahabat tercinta semasa kuliah, Eva, Sri Rezeki, Yesyurun, Jesica

Putri, Ela, Nurul, Alfa yang telah banyak membantu, memberi semangat dan menghibur penulis dan teman-teman manajemen 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala kebaikannya selama perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat banyak


(6)

kekurangan dan kesalahan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2015

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko ... 10

2.1.2 Jenis-jenis Eksposure Valuta Asing ... 10

2.1.2.1 Eksposure Tranlasi ... 11

2.1.2.2 Eksposure Transaksi ... 11

2.1.2.3 Eksposure Operasi/Ekonomi ... 13

2.1.3 Pengertian Hedging ... 13

2.1.3.1 Hedging Dengan Instrumen Derivatif... 14

2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Hedging ... 17

2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan (Growth) ... 20

2.1.5 Tingkat Likuiditas (Liquidity) ... 20

2.1.6Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 21

2.1.7 Leverage ... 22

2.2 Peneliti Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.4 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional ... 33

3.4.1 Hedging (Y) ... 33

3.4.2 Pertumbuhan Perusahaan (Growth) (X1) ... 33

3.4.3 Tingkat Likuiditas (Liquidity) (X2) ... 34

3.4.4 Ukuran Perusahaan (Firm Size) (X3) ... 34


(8)

3.5 Populasi Dan Sampel ... 35

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.8 Teknik Analisis ... 38

3.8.1 Statistik Deskriptif... 38

3.8.2 Analisis Regresi Logistik ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Deskriptif Objek Penelitian ... 43

4.2 Hasil Statistik Deskriptif Penelitian ... 43

4.3 Pengujian Hipotesis ... 46

4.3.1Menilai Kelayakan Model Refresi (Goodness of Fit Test) ... 46

4.3.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 47

4.3.3 Koefisien Determinasi (Nagekerke R Square) ... 50

4.3.4 Menilai Koefisien Regresi ... 49

4.3.4.1 Uji Statistik Secara Regresi ... 51

4.3.4.2 Uji Statistik Secara Parsial ... 51

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA……… . 60


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Data Rasio Keuangan BI Rate, Nailai Tukar,

Per 3 BulanPeriode 2011-2013 ... 4

1.2 Tiga Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Melakukan Hedging 2011-2012 ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 35

3.2 Daftar Perusahaan Sampel ... 36

4.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 43

4.2 Statistik Deskriptif ... 44

4.3 Hosmer and Lemeshow Test... 46

4.4 Iteration History ... 47

4.5 Model Summary ... 48

4.6 Classification Table Block 0 ... 49

4.7 Classification Table Block 1 ... 49

4.8 Koefisien Determinasi Nagekerke R Square ... 50

4.9 Omnibus Test of Mode Coefficients ... 51


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 1.1 Fluktuasi Tingkat Suku Bunga

Bank Indonesia ... 4 Gambar 1.2 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

Terhadap Dolar ... 6 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 31


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Tabel Judul Halaman

1. Data Variabel Penelitian ... 63


(12)

ABSTRAK

Lindung nilai diperlukan oleh perusahaan, kebanyakan perusahaan menggunakan lindung nilai karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian khusus dalam memprediksi variabel-variabel seperti tingkat bunga, kurs valas, dan harga komoditas. Dengan lindung nilai, perusahaan dapat memfokuskan aktivitas utamanya sesuai dengan kemampuan dan keahlian khususnya. Aktivitas hedging dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity), tingkat likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 112 perusahaan dengan rentang waktu periode 2011-2013. Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011–2013, Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dan data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian periode tahun 2011 – 2013, dan Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dalam laporan keuangan periode tahun 2011 – 2013. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah 54 perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Growth Opportunity, Current Ratio, dan Debt Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan Hedging. Sementara Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan Hedging.

Kata Kunci: growth opportunity, current ratio, firm size, debt equity ratio,


(13)

ABSTRACT

Hedging required by the company, most companies use hedging because it does not have the ability or special expertise in predicting variables such as interest rates, currency exchange rates, and commodity prices. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange as many as 112 companies with the time span 2011-2013. The criteria are defined as follows: Company listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2011-2013, which presents the Company's financial statements and complete data needed in the study period of 2011 - 2013, and the Company issued financial statements in the eye amount of money in the financial statements in the period of 2011-2013. So that the sample in this study was 54 manufacturing company. This study used logistic regression analysis. The results showed that the Growth Opportunity, the Current Ratio and Debt Equity Ratio and no significant negative impact on the decision Hedging. While the Firm Size and significant positive effect on the decision Hedging.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang akhirnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing keuangan negara tertentu. Sejauh ini perdagangan pada pasar berjangka mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi, terutama sebagai sarana pelaksanaan lindung nilai (hedging) dan pembentukan harga. Aplikasi dari instrumen derivatif dan aktivitas lindung nilai telah meningkat secara substansial selama beberapa tahun terakhir. Namun semakin meningkatnya persaingan serta gejolak harga pasar yang dihadapi dapat membuat ketidakpastian atau risiko usaha semakin meningkat dalam mempertahankan usahanya. Risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam transaksinya dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor eksternal seperti fluktuasi tingkat suku bunga, kurs valuta asing maupun harga komoditas yang berdampak negatif terhadap arus kas, nilai perusahaan serta mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Putro, 2012).

Risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan risiko. Jadi, risiko adalah akibat yang harus diterima dari suatu proses yang sedang dilakukan atau akan dilakukan. Diperlukan berbagai informasi dan analisa dalam setiap keputusan


(15)

transaksi, hal ini sangat penting untuk meminimalkan risiko. Beberapa bentuk risiko yang diambil merupakan suatu risiko yang menyatu dari kegiatan bisnis yang dilakukan, dan beberapa merupakan hal yang wajar pada bisnis tertentu seperti misalnya pada bidang usaha pertambangan minyak dimana risiko kenaikan dan penurunan harga adalah hal yang wajar. Risiko muncul karena adanya kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian bisa berasal dari fluktuasi pergerakan aktivitas yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi, semakin besar tingkat ketidakpastiannya (Irawan, 2014).

Risiko kegagalan terdapat pada setiap keputusan, dengan adanya ketidakpastian terhadap pergerakan harga yang terjadi, risiko pengambilan keputusan yang ada dalam setiap transaksi menjadi tinggi. Oleh karena itu diperlukan berbagai informasi atau analisis sebelum keputusan diambil dalam setiap transaski, hal ini sangatlah penting untuk meminimalkan risiko karena pertumbuhan ekonomi dan perubahan aspek yang lain terjadi sangatlah cepat (Hayyuza, 2006).

Jenis risiko dapat diketahui oleh perusahaan dengan mengukur terlebih dahulu eksposur yang dapat dialam i perusahaan. Eksposur adalah objek yang rentan terhadap risiko dan berdampak pada kinerja perusahaan apabila risiko yang diprediksikan benar-benar terjadi. Eksposur yang paling umum berkaitan dengan ukuran keuangan, misalnya harga saham, laba, pertumbuhan penjualan dan sebagainya (Putro, 2012).

Ada beberapa cara untuk menghadapi risiko nilai tukar, seperti lindung nilai alami, manajemen kas dan penyesuaian transaksi antar perusahaan, lindung


(16)

nilai pendanaan internasional serta lindung nilai mata uang asing melalui kontrak forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang, dan swap mata uang. Tetapi tidak semua perusahaan yang terpengaruh risiko fluktuasi mata uang asing melakukan tindakan lindung nilai. (Irawan, 2014)

Hedging dengan instrumen derivatif adalah salah satu strategi untuk meminimalisir risiko dalam transaksi-transaksi keuangan tertentu. Lindung nilai atau dalam bahasa Inggris disebut hedge dalam dunia keuangan dapat diartikan sebagai suatu investasi yang dilakukan khususnya untuk mengurangi atau meniadakan risiko pada suatu investasi lain. Lindung nilai (hedging) merupakan strategi yang diciptakan untuk mengurangi timbulnya risiko bisnis yang tidak terduga, di samping tetap dimungkinkannya memperoleh keuntungan dari invetasi tersebut (Putro, 2012).

Lindung nilai diperlukan oleh perusahaan, kebanyakan perusahaan menggunakan lindung nilai karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian khusus dalam memprediksi variabel-variabel seperti tingkat bunga, kurs valas, dan harga komoditas. Dengan lindung nilai, perusahaan dapat memfokuskan aktivitas utamanya sesuai dengan kemampuan dan keahlian khususnya. Aktivitas hedging dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini.

Faktor eksternal yang mempengaruhi aktifitas hedging antara lain BI rate dan nilai tukar yang menjadi acuan perusahaan dalam melakukan aktifitas


(17)

hedging. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013, juga melakukan aktivitas hedging karena berkaitan dengan adanya aktivitas perusahaan Manufaktur yang menggunakan mata uang asing dalam transaksi perusahaan sehingga memiliki risiko valuta asing.

Tabel 1.1

Data rasio keuangan BI rate dan nilai tukar per 3 bulan tahun amatan 2011 - 2013

Tahun BI Rate Nilai Tukar (Rp Terhadap $)

2011 6.50 8,798

2012 5.90 9,444

2013 6.55 10,547

Sumber: data diolah www.bi.go.id (2015)

Tabel 1.1 menunjukkan data acuan pokok untuk melakukan aktivitas hedging agar dapat menjadikan instrumen di atas sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk melakukan aktivitas hedging atau tidak melakukan aktivitas hedging. Untuk mempermudah analisis, berikut disediakan gambar grafik.

Sumber: www.bi.go.id (2015)

Gambar 1.1

Fluktuasi Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia

Pada Gambar 1.1 merupakan grafik fluktuasi nilai tingkat suku bunga Bank Indonesia periode 2011-2013 dengan amatan per 3 bulan. Suku bunga bank


(18)

adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu.

Pada BI rate seperti yang terlihat dalam grafik menunjukkan angka 6.50% pada bulan Jan 2011. Pada bulan April 2011 tingkat suku bunga Bank Indonesia meningkat menjadi 6,75% dan terus menurun sampai Juli 2013 pada angka 6.50% kembali menunjukan peningkatan di Oktober 2013 sebesar 7.25%.

Jika dilihat dari tingkat penurunan tingkat suku bunga yang terus menurun, dan tiba-tiba mengalami peningkatan yang cukup tajam meskipun tidak mencapai titik tertinggi dalam grafik, dari titik terendah membuat beberapa perusahaan disulitkan akan kondisi tersebut yang berhubungan dengan suku bunga pinjaman yang berhubungan dengan suku bunga acuan dari Bank Indonesia. Apabila terdapat perusahaan yang akan melakukan pinjaman pada periode Juli-Oktober 2013, jumlah pinjaman yang akan dikembalikan pun membesar sejumlah peningkatan tingkat suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan. Selama tahun 2011–2013, nilai tukar rupiah cenderung mengalami depresiasi atau melemah terhadap nilai US Dollar. Dengan melihat rata-rata pertahun dari periode 2011-2013 BI Rate terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 5.90%. Rata-rata tertinggi di tahun 2013 dengan angka 6.55%.


(19)

Sumber: www.bi.go.id (2015)

Gambar 1.2

Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

Pada Gambar 1.2 menunjukkan grafik fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap Dollar periode 2011-2013, dengan amatan per 3 bulan. Dalam gambar grafik merupakan harga mata uang Rupiah terhadap satu Dollar Amerika. Fluktuasi nilai tukar adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Jenis risiko fluktuasi kurs nilai tukar termasuk dalam eksposur valuta asing, eksposur valuta asing akan dialami oleh perusahaan yang melakukan pembayaran dan/atau menerima pendapatan dalam valuta asing (Putro, 2012).

Dari periode Januari 2011 sampai dengan Oktober 2011 mata uang Rupiah mengalami apresiasi terhadap Dollar tetapi tidak terlalu signifikan, dengan nilai pada bulan Januari 2011 senilai Rp.9,082/$ menjadi Rp 8,940/$. Pada periode bulan Oktober 2013, mata uang rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar atau Dollar apresiasi terhadap mata uang rupiah, dengan nilai sebelumnya pada bulan


(20)

Juli 2013 senilai Rp 10,124/$ menjadi Rp 11,420/$ yaitu terdapat kenaikan sebesar Rp 1,296/$. Apabila terdapat perusahaan dengan mengadakan perjanjian pada bulan Juli sebagai periode jatuh tempo, perusahaan tersebut akan membayar lebih mahal sebesar Rp 1,296/$ dari jumlah transaksi yang seharusnya. Namun tidak demikian bila perusahaan tersebut menggunakan salah satu instrumen derivatif sebagai aktivitas hedging untuk menutupi kerugian yang akan timbul dari risiko depresiasinya nilai mata uang rupiah.

Pihak swasta pada umumnya lebih mengandalkan instrumen derivatif forward pilihan ini tidak sekedar memenuhi kebutuhan valuta asing, tetapi juga menjadi sarana lindung nilai (hedging) ditengah fluktuasi mata uang. Hedging bagi perusahaan yang punya tanggungan dalam bentuk mata uang asing. Misalkan utang perusahaan, hedging menjadi alat yang membantu dari risiko kerugian terkait nilai tukar mata uang.

Tabel 1.2

Tiga Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Melakukan Hedging 2011-2013

Sumber: Laporan Keuangan

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dari tahun 2011-2013 yaitu Rp.8,798 di tahun 2011, Rp.9,444 di tahun 2012 dan sebesar Rp 10,547 di tahun 2013 membuat nilai hutang perusahaan terus membengkak dan perusahaan

No. Nama Perusahaan Tahun Total Aset (Rp)

Total Hutang (Rp)

Total Aktiva Lancar (Rp)

Laba (Rp) 1. Astra Internasinal 2011 154,319M 78,481M 66,064M 21,077M

2012 182,274M 92,460M 75,799M 22,742M 2013 213,994M 107,806M 25,863M 22,297M 2. Astra Otopart 2011 6,964,227M 2,241,333M 2,564,455M 1,101,583M

2012 8,881,642M 3,396,543M 5,029,517M 1,135,914M 2013 12,617,678M 3,058,924M 3,205,631M 1,058,015M 3. Primarindo Asia

Infrastructure

2011 91,525,902M 2,819,672M 72,542,384M 2,436,791M 2012 100,100,820M 287,919,026M 84,504,115M (16,149,760M) 2013 118,007,059M 321,975,025M 97,686030M 2,623,173M


(21)

kehilangan kemampuan untuk membayar. Untuk itu perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi dengan pihak asing disarankan melakukan hedging untuk mengurangi risiko nilai tukar.

Risiko nilai tukar dengan lindung nilai masih menjadi permasalahan yang timbul. Sebagian perusahaan masih berpendapat bahwa hedging dalam valuta asing tidak meningkatkan nilai perusahaan dan fluktuasi nilai tukar memiliki kontribusi yang kecil bagi keseluruhan total risiko perusahaan (Sadalia, 2003:9).

Demikian yang terjadi pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang melakukan hedging di tahun 2011-2013 memiliki total hutang yang meningkat mengikuti fluktuasi nilai tukar, bahkan laba perusahaan Primarindo Asia Infrastructure pada tahun 2012 mengalami kerugian sebesar Rp.16,149,760,144 dan terus mengalami peningkatan pada total hutang yang seharusnya risiko kerugian bisa dihindari bila melakukan hedging, sesuai dengan fungsinya hedging yaitu strategi untuk meminimalisir, mengurangi, dan meniadakan risiko, tetapi perusahaan Primarindo Asia Infrastructure mengalami risiko kerugian.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka judul yang diambil dalam penelitian ini yaitu “Faktor yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging (Studi kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011 -2013)”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan


(22)

(growth opportunity), tingkat likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap keputusan hedging”.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity), tingkat likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan para perusahaan untuk mengambil langkah yang strategis dalam pengambilan keputusan untuk melindungi nilai investasi yang sudah dikeluarkan.

2. Bagi Investor:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menjadi salah satu masukan dalam pengambilan keputusan aktivitas hedging dengan derivatif valuta asing.

3. Bagi Akademisi:

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang baik dalam mengembangkan penelitian selanjutnya dan menjadi pedoman untuk memperluas wawasan ilmu terutama dalam bidang Manajemen Keuangan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko

Risiko adalah adanya kemungkinan kinerja suatu perusahaan akan lebih rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya karena eksposur terhadap beberapa kondisi tertentu atau tingkat ketidakpastian laba dari perusahaan dimasa mendatang (Madura, 2007:348).

Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Menurut Kasidi (2010:4) manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi. Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari nilai risiko dan frekuensinya. Tahap terakhir adalah pengendalian risiko. Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2 yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian financial (risiko ditahan, risiko ditransfer).

2.1.2 Jenis–Jenis Eksposur Valuta asing

Eksposur valuta asing adalah sebuah ukuran terhadap potensi perubahan profitabilitas, arus kas, dan nilai pasar sebuah perusahaan yang disebabkan oleh


(24)

perubahan kurs. Eksposur valuta asing dialami oleh perusahaan yang melakukan pembayaran atau menerima pendapatan dalam valuta asing (Putro, 2012).

Eksposur valuta asing timbul karena kurs valuta asing selalu berubah. Transaksi valas dapat terjadi di spot market dan forward market. Spot market meliputi pembelian dan penjualan valas yang sangat segera dilaksanakan. Transaksi valas merupakan transaksi dimana dua pihak setuju untuk menukarkan valuta yang satu dengan valuta yang lain pada kurs tertentu. Pasar valas mempunyai pasar retail dan pasar wholesale. Eksposur valas secara konvensional diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Eksposur translasi atau eksposur akuntansi 2. Eksposur transaksi

3. Eksposur ekonomi atau eksposur operasi

2.1.2.1 Eksposur Translasi

Eksposur translasi diartikan sebagai risiko perubahan/fluktuasi kurs valas terhadap consolidated financial statement perusahaan. Besar kecilnya pengaruh translation/accounting exposure ini terhadap perusahaan internasional atau MNC tergantung dari beberapa faktor (Hady, 2001:99).

Eksposur translasi ini berhubungan dengan arus kas perusahaan. maka semakin besar risiko dari eksposur translasi akan mengakibatkan tingkat likuiditas perusahaan akan meningkat dan perusahaan perlu untuk melakukan lindung nilai dalam meminimalkan risiko tersebut (Irawan, 2014).


(25)

2.1.2.2 Eksposure Transaksi

Eksposur transaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat transaksi diselesaikan/dipenuhi. Nilai aliran kas masuk perusahaan yang diterima dalam berbagai denominasi mata uang asing akan ditentukan oleh kurs valuta asing, pada saat penerimaan dikonversikan ke mata uang yang dikehendaki. Eksposur transaksi dapat dilakukan dengan melakukan kontrak hedging valuta asing atau menempuh strategi operasi tertentu (Putro, 2012).

Eksposur transaksi akan mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan. Eksposur transaksi berkaitan dengan sensitifitas arus kas kontraktual perusahaan yang dinyatakan dalam valas terhadap perubahan kurs yang diukur dalam valuta domestic perusahaan tersebut. Eksposur transaksi antara lain disebabkan oleh beberapa hal:

1. Pembelian atau penjualan barang atau jasa secara kredit, dimana harga dinyatakan dalam mata uang asing.

2. Pinjam meminjam dana yang pelunasannya dinyatakan dalam mata uang asing.

Kontrak hedging valuta asing bisa dilakukan di pasar forward, pasar future, pasar uang, dan pasar opsi. Selain itu upaya hedging juga dapat ditempuh dengan mengadakan kesepakatan swap. Kesepakatan swap yang sering digunakan adalah back-to-back loans, currency swap, dan credit swap.

Swap valuta asing merupakan perjanjian antara dua pihak untuk menukar aliran kas masa depan yang berhubungan dengan model tingkat bunga yang


(26)

ditentukan sebelumnya. Swap juga sering digunakan untuk akan mata uang asing seperti juga pada tingkat bunga. Swap tingkat bunga dan mata uang asing dapat juga digunakan secara bersamaan dalam satu kontrak (Sherlita, 2006).

2.1.2.3 Eksposur Operasi/Ekonomi

Eksposur operasi ialah suatu eksposur yang timbul akibat perusahaan secara langsung atau tidak langusng akan dipengaruhi oleh perubahan kurs mata uang. Eksposur ekonomi/operasi menunjukan dampak perubahan nilai kurs terhadap arus kas perusahaan yang akan datang yang merupakan pencerminan nilai perusahaan yang dapat di lihat juga indikator bagus atau tidaknya kinerja nilai arus kas perusahaan itu dari pergerakan nilai sahamnya (Setiadi, 2010).

Setiap perubahan atau fluktuasi kurs valas tentu akan berpengaruh terhadap penerimaan atau revenues dan pengeluaran atau cost perusahaan. Pengaruh perubahan/fluktuasi kurs valas ini akan tercermin pada income statement atau laporan laba rugi suatu perusahaan (Hady, 2001:97).

2.1.3 Pengertian Hedging

Menurut (Kasadi 2010:129) Hedging merupakam usaha untuk menghindarkan atau mengurangi risiko-risiko kerugian dalam penukaran-penukaran atau dalam pembayaran valuta-valuta yang berbeda. Hedging dirancang untuk melindungi perusahaan terhadap realisasi pergerakan harga, tingkat bunga dan pertukaran mata uang asing yang arahnya berlawanan dengan yang diharapkan oleh manajemen perusahaan. Perusahaan harus lebih canggih dalam mengenali risiko keuangan yang dihasilkan oleh kegiatan operasional perusahaan pada saat ini yang penuh dengan kesempatan untuk menambah laba.


(27)

Hal ini tergantung pada pengetahuan perusahaan, pendekatan menejemen serta pesaing mereka. Perangkat hedging yang paling sering digunakan adalah forward, future, swap (mata uang, tingkat bunga, kombinasi mata uang dan tingkat bunga), komitmen dan option (Sherlita, 2006).

Perjanijian hedging terhadap transaksi dengan valuta asing merupakan perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dengan membuat kontrak untuk membeli dan menjual aset dan akan diberikan pada masa yang akan datang. Tidak ada masalah yang timbul selagi transaksi yang terjadi didenominasi dalam mata uang domestik, tetapi transaksi tersebut didenominasi dalam mata uang asing maka akan timbul problem antara lain:

1. Nilai yang digunakan untuk mencatat transaksi tersebut. 2. Pencatatan saldo valuta asing pada tanggal sesudah neraca 3. Perlakuan terhadap gain dan loss dari valuta asing tersebut.

4. Pencatatan terhadap hutang dan piutang yang menggunakan valuta asing pada tanggal jatuh tempo.

2.1.3.1 Hedging dengan Instrumen Derivatif

Suatu transaksi derivative dengsn tujuan/motif sebagai saah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan cara lindung nilai (hedging), yang merupakan salah satu model risk management. Akan tetapi, dalam perkembangannya sarana hedging, dapat juga dipakai justru sebagai sarana spekulasi (Fuady, 2008:380).

Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi opsi, forward, futures, dan swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga, obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks.


(28)

1. Forward Contract

Kontrak forward, merupakan teknik untuk mengeliminasi risiko harga atas transasksi dimasa depan dengan menetapkan harga transasksi didepan. Satu mekanisme transaksi pada kontak ini adalah long position (setuju membeli) dan short position (setuju untuk menjual) suatu aset pada hari dan harga tertentu (Sherita, 2007).

Transaksi forward terjadi antara dua pihak yang meliputi mata uang dua Negara yang berbeda berdasarkan suatu nilai tukar tertentu, dengan waktu transaksi yang melebihi dua hari kerja atau mempunyai waktu jatuh tempo transaksi yang lebih panjang dibandingkan transaksi yang diakukan di pasar spot (Ming, 2001:23).

Tujuan dari kontrak ini adalah untuk melindungi kedua belah pihak dari fluktuasi nilai aset yang mungkin terjadi selama kurun waktu tertentu, yaitu sejak kontrak ditandatangani hingga penyerahan atau pembayaran yang dilakukan.

2. F uture Contract

Future contract merupakan sebuah perjanjian yang standar yang meminta untuk mengirim sejumlah komoditi pada suatu tanggal tertentu dimasa yang akan datang. Pada perusahaan multinasional selalu melakukan transaksi dengan berbagai currency karena adanya kegiatan ekspor dan impor (Lubis, 1999:32).

Kontrak future adalah kontrak forward yang sudah terstandarisasikan secara normal diperdagangkan pada bursa komoditas


(29)

yang terorganisasi secara resmi dan transaksi yang dilakukan dalam bursa tersebut diatur berdasarkan suatu regulasi atau peraturan tertentu (Ming 2001:23). Pihak yang menangung counterparty risk diantara kedua belah pihak antara pembeli dan penjual disebut dengan exchange clearinghouse. Dengan alasan kontrak future telah tercatat di bursa perdagangan secara harian (market to market) maka kontrak future meminta syarat jaminan tambahan (margin) dari pihak yang berkontak untuk menanggung satu kerugian pada kontak tersebut (Sherlita, 2007).

Mekanisme future contract pertama kali investor menyetor sejumlah deposit sebagai initial margin dalam melakukan perdagangan futures. Kemudian investor akan melakukan kontrak futures dengan memperhatikan aset yang diperdagangkan, ukuran kontrak, price limit dan position limits (Irawan, 2012).

3. Option

Terdapat dua pihak untuk setiap kontrak opsi, pihak pertama ialah investor yang mempunyai hak untuk membeli (mempunyai posisi long), sedangkan pihak yang lain adalah investor yang mempunyai hak untuk menjual (mempunyai posisi short). Pembuat opsi (option maker, writer option) berhak untuk menerima harga yang dibayar uuntuk puts atau calls (dikurangi biaya komisi kecil) (Judokusumo, 2007:119).

Kontrak opsi memberikan pada pihak lain untuk membeli (call) atau menjual (put) sejumlah hak yang khusus pada harga yang pasti sampai dengan satu tanggal jatuh tempo yang sudah ditetapkan. Opsi


(30)

bersifat lebih fleksibel dibandingkan dengan kontak forward yang mengharuskan untuk melaksanakan (exercised) pada saat jatuh tempo bahkan pada saat transaksi bersifat tidak menguntungkan sekalipun (Sherlita, 2006).

4. Swaps Contract

Swap adalah salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko terhadap perubahan valuta asing. Pengurangan risiko tersebut dapat dilakukan dengan merubah tangga jatuh tempo dari kewajiban hutang (financial liabiities) tersebut dan financial assets lainnya (Lubis, 2001:33).

Menurut Kasidi (2010:134) Swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembeian dan penjualan saja, tanpa disertai dengan transaksi lain yang berlawanan diantara pihak-pihak bersangkutan untuk tanggal berlaku (value date) spot atau forward.

Merupakan kesepakatan antara dua pihak atau perusahaan untuk saling mempertahankan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang akan datang. Kesepakatan ini ditentukan secara spesifik tanggal pembayaran tunai dan cara menghitung jumlah tunai yang akan saling dipertukarkan (dibayarkan masing-masing pihak). Biasanya di dalam perhitungan telah dipertimbangkan nilai yang akan datang, tingkat bunga, kurs mata uang, dan variabel-variabel lainnya yang relevan. Swap adalah istilah asing yang maknanya adalah "pertukaran" namun di Indonesia istilah juga digunakan secara umum. Perjanjian swap adalah


(31)

transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Hedging

Penyediaan cadangan untuk menopang kerugian merupakan best practice dalam manajemen risiko. Sebelum menyediakan cadangan, perusahaan dapat mengurangi risikonya terlebih dahulu dengan melakukan hedging. Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi asset awal dengan keuntungan dari posisi instrument hedging.

Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak produsen, pabrikan, eksportir, maupun konsumen (BAPPEBTI, 1997) sebagai berikut:

1. Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan yang diperkirakan, disebut “risk insrance”.

2. Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat marketing (a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani dapat menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan sesudah panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan suatu jumlah penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan menyimpan produk tersebut untuk dijual kemudian.


(32)

3. Bagi pengolah komoditi seperti prosseco atau miller, hedging tersebut merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar berjangka mereka menentukan harga pembelian bahan baku yang akan diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa yang akan datang.

4. Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah meng-hedge komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari komoditi yang akan dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang ditargetkan lebih pasti dan hal ini merupakan jaminan bank bahwa uang yang diberikan dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya bank hanya menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau persediaan yang tidak di hedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit 90 persen dari modal kerja.

5. Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen maupun processeor mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta adanya kesempatan untuk memperbesar operting capital

Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa kerugian yang harus dihadapi hedger (BAPPEBTI, 1997), yaitu:


(33)

1. Risiko basis

Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang ada tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya.

2. Biaya

Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain, biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedung, biaya asuransi, pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus mempertimbangkan biaya-biaya tersebut sebelum melakukan hedging. 3. Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures

Hal ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang di hedge tidak selalu sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang diperdagangkan. Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara melakukan hedging yang sesuai dengan volume produksinya.

2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan (Growth Opportunity)

Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi cenderung akan menginvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhannya, maka semakin tinggi kebutuhan dana untuk investasi. Untuk itu perusahaan akan menggunakan laba yang diperoleh untuk membiayai investasinya, daripada membagikan dividen (Pribadi, 2012).

Growth Opportunity yang tinggi menunjukkan peluang perusahaan untuk maju kian besar, sehingga untuk menjawab kesempatan tersebut, kebutuhan dana


(34)

dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut di masa yang akan datang akan sangat dibutuhkan (Putro,2012).

Proksi pengukuran variabel Growth Opportunity pada penelitian ini adalah secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:

2.1.5 Tingkat Likuiditas (Liquidity)

Likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, baik kewajiban dalam membiayai proses produksi maupun kewajiban keluar perusahaan. Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan membayar utang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid. Perusahaan yang berada dalam keadaan tidak mempunyai kemampuan membayar utang jangka pendek disebut ilikuid (Sunyoto, 2013:101).

Untuk menilai likuiditas berikut ini penerapan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek suatu perusahaan diproksikan dengan current ratio karena semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas, jadi waktunya lebih lama untuk dicairkan dalam bentuk kas, karena semua komponen aktiva lancar (Kamaludin dan Indriani, 2011:42).

Current ratio adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo. Penggunaan current ratio dalam menganalisis laporan keuangan hanya mampu member analisa secara kasar, oleh karena itu perlu adanya dukungan analisa secara kualitatif secara lebih komperhensif (Fahmi, 2014:153).


(35)

Dengan rumus current ratio adalah :

2.1.6 Ukuran Perusahaan (F irm Size)

Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal (Pribadi, 2012).

Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu indikator mengenai seberapa besar perusahaan itu telah berkembang. Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusannya pun berbeda-beda.

Ukuran perusahaan (Firm Size) diproksikan melalui:

Firm Size = In Total Assets

Ukuran perusahaan dilihat dari jumlah total asset yang dimilikinya, semakin besar asset yang dimiliki, semakin hati-hati perusahaan tersebut melangkahkan suatu kegiatan di perusahaannya. Firm size menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi (Putro, 2012).

2.1.7 Leverage

Rasio leverage adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya. Rasio ini memberikan ukuran atas dana yang


(36)

disediakan pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan oleh kreditor. Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan (Kamaludin dan Indriani, 2011:42).

1. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.

Adapun rumus debt to equity ratio adalah

Total modal sendiri diperoleh dari total asset dikurangi total hutang. Dalam debt to equity ratio ini yang perlu dipahami bahwa, tidak ada batasan berapa debt to equity ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk konservatif biasanya debtto equity ratio yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap berisiko (Fahmi, 2014:158).

2. Total Assets to Total Debt Ratio/Debt Ratio

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Putro, 2012).


(37)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan hedging adalah sebagai berikut:

1. Judge (2002) hasil penelitiannya adalah bahwa perusahaan besar, dengan aliran kas lebih besar, dengan kemungkinan financial distress lebih besar, dengan aktivitas ekspor-impor, dan perusahaan dengan hutang jangka pendek lebih banyak menggunakan hedging derivatife. Variabel financial distress

merupakan faktor utama dalam keputusan hedging.

2. Clark dan Judge (2006) hasil penelitiannya adalah terdapat bukti kuat bahwa terdapat hubungan antara keputusan untuk lindung nilai dengan cost of financial distress. Terdapat hubungan negatif antara aktivitas hedging dan kepemilikan pemerintah tetapi faktor pendorong lain aktivitas hedging adalah eksposur valuta asing, tingkat penjualan luar negeri dan hutang asing, serta tingkat likuiditas.

3. Karol Marek Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul Corporate Hedging and Risk Management Theory: Evidence from Polish Listed Companies ANOVA dan logit regression menemuhan hasil bahwa variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging.

4. Ameer (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan derivatif dan foreign sales, firm growth, managerial ownership, tax losses, size, dan institutional ownership. Sementara


(38)

liquidity berhubungan negatif terhadap hedging. Temuan ini menunjukkan bahwa hanya beberapa perusahaan Malaysia yang terdaftar memiliki pemahaman yang tepat dari instrumen derivatif untuk mengurangi risiko dalam lingkungan bisnis internasional.

5. Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh bahwa Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage), Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan hedging dengan instrumen derivatif valas.

6. Putro (2012) melakukan penelitian tentang analisis faktor yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging pada perusahaan automotive and allied products periode 2006-2010, dengan menggunakan metode regresi logistic menemukan hasil bahwa Debt Equity Ratio, Growth Opportunity, dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. sedangkan financial distress negatif dan tidak signifikan, dan liquidity positif tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif.


(39)

7. Irawan (2014) hasi peneitiannya adalah menunjukkan hasil uji multivariate bahwa variabel Leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap hedging derivative perusahaan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value (MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan. Variabel Liquidity Ratio (LQ1) dan Current Ratio (LQ2) mempunyai tanda negatif dan sama dengan yang diprediksikandiprediksikan.

8. Repie (2015) penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan

hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Independen

Model Analisis

Hasil 1. Judge

(2002)

Financial distress

Logistic Regression

Financial distress merupakan faktor utama dalam hedging. Bukti bahwa perusahaan yang lebih besar, perusahaan dengan aliran kas lebih besar, perusahaan dengan kemungkinan financial distress yang lebih besar, adalah perusahaan yang melakukan aktivitas ekspor – impor dan perusahaan dengan hutang jangka pendeknya lebih banyak, lebih suka menggunakan hedging derivative.

2. Clark dan Judge (2006)

Cost of

financial distress, state ownership, eksposur valuta asing, penjualan luar negeri, hutang asing, likuiditas

Logistic Regression

Terdapat bukti kuat bahwa terdapat hubungan antara keputusan untuk lindung nilai dengan cost of financial distress. Kemudian hasil penelitian juga menunjukkan hubungan negatif antara aktivitas hedging dan kepemilikan pemerintah. Lalu faktor lain yang mendorong aktivitas hedging adalah eksposur valuta asing, tingkat penjualan luar negeri dan hutang asing, serta tingkat likuiditas


(40)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Independen

Model Analisis

Hasil

3. Karol Marek Klimczak (2008)

Debt to equity ratio, EBIT, tax, growth, individual block ownership ANOVA, logit regression

Variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership,dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging.

4. Ameer

(2010)

Eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kesempatan pertumbuhan perusahaan, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan.

regression Terdapat hubungan signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan. Kesempatan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang memahami manajemen risiko pada bisnis internasional dengan derivatif. Para manajer Malaysia kebanyakan risk averse dan tidak memahami cara memilih posisi dalam pasar derivatif. 5.

Paranita (2011)

DER, interest coverage ratio, market-to-book value of equity, Current ratio dan foreign liabilities to total sales. Logistic Regression

Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio, Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan. Interest coverage ratio berhubungan negative signifikan terhadap pengambilan keputusan hedging dengan instrument derivatif. 6. Putro

(2012)

DER, Growth Opportunity, Firm Size, financial distress, dan Liquidity

Logit Regression

Debt Equity Ratio, Growth Opportunity, dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. Sedangkan financial distress negatif dan tidak signifikan, dan Liquidity positif tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif.

7. Irawan (2014)

Leverage, Firm Size, Matket to Book Value,

Logistic Regression

Perusahaan perlu untuk melakukan manajemen risiko salah satunya adalah dengan melakukan hedging derivatif. Hasil uji multivariate memperlihatkan


(41)

Liquiditiy ratio, Current Ratio

bahwa variabel Leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap hedging derivatif perusahaan pada namun tidak sama dengan yang diprediksikan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value (MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan. Variabel Liquidity Ratio (LQ1) dan Current Ratio (LQ2) mempunyai tanda negatif dan sama dengan yang diprediksikan.

8. Repie dan Sedana (2015)

market to book value of equity,capital expenditure to book value of assets

Logistic regression

Penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap aktivitas hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging.

Sumber: Berbagai Jurnal

2.3Kerangka Konseptual

Perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai probabilitas untuk tumbuh dan digemari oleh para calon investor, untuk menjawab kesempatan yang sudah ditunjukkan, perusahaan membutuhkan tambahan dana, agar perusahaan tersebut tumbuh. Salah satu cara mendapatkan sumber dana dengan cepat untuk membiayai tumbuhnya perusahaan adalah memasukkan sumber hutang ke dalam struktur modal perusahaan (Putro, 2012).

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang lambat. Perusahaan yang memiliki tingkat


(42)

kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan semakin banyak melakukan aktivitas hedging dalam usaha untuk melindungi risiko-risiko yang merugikan.

Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapt diperoleh. Kas merupakan suatu aktiva yang paing likuid (Kamaludin dan Indriani, 2011:41).

Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti, membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo. Rasio likuiditas jangka pendek perusahaan tersebut dapat diproksikan dengan rasio kas (cash ratio) dan current ratio. Rasio Kas (Cash Ratio) dan current ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, yang mengindikasikan adanya dana menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan (Irawan, 2014).

Sama halnya dengan Pertumbuhan Perusahaan yang cepat akan menimbulkan risiko-risiko yang mengganggu aktivitas perusahaan. Ukuran Perusahaan pun demikian, semakin besar suatu perusahaan, maka aktivitas perusahaan tidak hanya melibatkan perdagangan dalam negeri, namun juga menggunakan jalinan bisnis mancanegara. Hubungan bisnis dengan perusahaan yang berada di luar negeri pun biasanya berkaitan dengan perjanjian dagang, pinjaman hutang, persaingan, dan lain-lain. Operasional yang mencakup berbagai


(43)

negara akan menimbulkan eksposur valuta asing dan adanya risiko fluktuasi nilai tukar mata uang (Putro, 2012).

Salah satu tindakan manajemen risiko yaitu dengan melakukan lindung nilai (hedging) dengan derivatif. Semakin besar size (ukuran) perusahaan, terdapat kecenderungan perusahaan tersebut untuk lebih menerapkan kebijakan hedging (Paranita, 2011).

Untuk menjawab tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya dan mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utangnya dengan menggunakan rasio solvabilitas atau leverage. Suatu perusahaan dikatakan solvable

apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya.

Rasio hutang yang tinggi/ekuitas berarti bahwa perusahaan telah agresif dalam pembiayaan pertumbuhan dengan utang. Jika banyak utang digunakan untuk membiayai peningkatan operasi (high debt to equity), perusahaan berpotensi menghasilkan pendapatan lebih tanpa pendanaan dari luar.

Penggunaan hutang diyakini mampu mengungkit kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketersediaan dana tersebut mampu menjalankan perusahaan untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan operasional, ekspansi usaha, dan lain-lain. Karena terpenuhinya dana tersebut, maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun semakin tinggi proporsi tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan berpengaruh terhadap besaran risiko yang semakin besar. Semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri atau debt to equity ratio yang ditanggung perusahaan, sehingga semakin besar tindakan hedging yang perlu dilakukan untuk


(44)

mengurangi dampak buruk risiko tersebut, sehingga semakin besar tingkat debt to equity ratio yang diterima perusahaan, semakin besar peluang perusahaan untuk mengambil keputusan hedging (Putro, 2012).

Berdasarkan telaah pustaka yang sudah dikemukakan penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu growth opportunity, liquidity, firm size, dan leverage sementara itu, variabel dependen yaitu hedging. Maka dapat disusun kerangka pemikiran teoritis pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Sumber:Kamauludin dan Indriani (2011); Paranita (2011); Putro (2012); Irawan (2014)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan penguji. Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah “Growth Opportunity, Liquidity, Firm Size, dan Leverage berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging”.

Growth Opportunity (X1)

Likuiditas (X2)

Firm Size (X3)

Leverage (X4)


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausalitas. Penelitian asosiatif

kausalitas adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara growth opportunity, liquidity, firm size, dan leverage.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian diakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs: www.idx.co.id, dan finance.yahoo.com. Waktu penelitian ini dimulai bulan April 2015 sampai Juni 2015.

3.3Batasan Operasional

Batasan Operasional pada penelitian ini terbatas pada:

1. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Derivatif hedging 2. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah yaitu Growth

Opportunity, Liquidity, Firm Size, Leverage.

3. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode antara 2011-2013.


(46)

3.4 Definisi Operasional

Berikut adalah variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut

:

3.4.1 Hedging (Y)

Menurut Lubis (1999) hedging adalah strategi trading untuk "membatasi" atau "melindungi" dana trader dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak menguntungkan. Untuk perusahaan yang mempunyai receivable dan payable atau faktur penjualan dan pembelian dalam valas yang sama, hedging cukup dilakukan atas selisihnya saja.

Penelitian ini melihat laporan keuangan tahunan konsolidasi perusahaan, apabila perusahaan menggunakan instrumen derivatif sebagai aktivitas hedging, diberi angka 1 sebagai kategori bahwa perusahaan melakukan aktivitas hedging, dan diberi angka 0 apabila perusahaan tidak melakukan penggunaan instrumen derivatif sebagai aktivitas hedging.

3.4.2 Pertumbuhan Perusahaan (Growth) (X1)

Kesempatan pertumbuhan perusahaan yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang semakin baik di antara perusahaan lainnya. Nilai dari proksi kesempatan pertumbuhan perusahaan yang semakin besar membuat perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber dana. Pertumbuhan Perusahaan adalah perbandingan antara MVE (market value of equity) dan BVE (book value of equity). Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:


(47)

3.4.3 Tingkat Likuiditas (Liquidity) (X2)

Likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid

3.4.4 Ukuran Perusahaan (F irm Size) (X3)

Firm size adalah rasio yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oeh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tota aktiva. Daam penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan rumus:

Firm size = In Total Assets

3.4.5 Leverage (X4)

Rasio leverage adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Leverage dapat dihitung menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dengan rumus:

Identifikasi variabel dan definisi operasional secara terperinci disajikan dalam Tabel 3.1:


(48)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Dan sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi (Kuncoro, 2009:118).

Target populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 112 perusahaan dengan rentang waktu periode 2011-2013. Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011–2013.

2. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dan data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian periode tahun 2011 – 2013.

No .

Variabel Defenisi Pengukuran Skala

1. Aktivitas Hedging

Penggunaan instrument derivatif untuk sarana lindung nilai

Melakukan Hedging = 1 Tidak melakukan Hedging = 0

Rasio

2. Kesempatan Pertumbuhan Perusahaan

(Growth Opportunity)

Perbandingan antara MVE (market value of equity) dan BVE (book value of equity)

Rasio

3. Tingkat Likuiditas (Liquidity)

Perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang diproksikan melalui Current Ratio

Rasio

4. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Besar kecilnya suatu perusahaan ditunjukkan oleh total aktiva

Firm size = Ln Total Assets Rasio

5 Leverage Untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang


(49)

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dalam laporan keuangan periode tahun 2011 – 2013.

Berdasarkan pada kriteria, daftar perusahaan yang memenuhi kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.2:

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Sampel

NO PERUSAHAAN KODE KETERANGAN HEDG TAHUN

1. Astra International ASII Melakukan hedging 1 2011-2013 2. Astra Otopart AUTO Melakukan hedging 1 2011-2012 3. Primarindo Asia Infrastructure Tbk BIMA Melakukan hedging 1 2011-2013 4. Gajah Tunggal GJTL Tidak melakukan hedging 0 - 5. Indomobil Sukses International IMAS Melakukan hedging 1 2011-2013 6. KMI Wire and Cable Tbk KBLI Tidak melakukan hedging 0 - 7. Kabelindo Murni Tbk KBLM Tidak melakukan hedging 0 - 8. Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN Tidak melakukan hedging 0 - 9. Multistrada Arah Sarana Tbk MASA Tidak melakukan hedging 0 - 10. Nippres Tbk NIPS Tidak melakukan hedging 0 - 11. Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS Tidak melakukan hedging 0 - 12. Sat Nusa persada Tbk PTSN Tidak melakukan hedging 0 - 13. Ricky Putra Globalindo Tbk RICY Tidak melakukan hedging 0 - 14. Supreme Cable Manufacturing Tbk SCCO Tidak melakukan hedging 0 - 15. Selamat Sempurna SMSM Melakukan hedging 1 2011-2013 16. Voksel Electric Tbk VOKS Melakukan hedging 1 2011-2013 17 Indocement Tunggal INTP Melakukan hedging 1 2013 18. Holcim Indonesia Tbk SMCB Melakukan hedging 1 2011-2013 19. Asahimas Flat Glass Tbk AMFG Tidak melakukan hedging 0 - 20. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA Tidak melakukan hedging 0 - 21. Inti Keramik Alam Asri Industri

Tbk

IKAI Tidak melakukan hedging 0 - 22. Keramik Indonesia Assosiasi Tbk KIAS Tidak melakukan hedging 0 - 23. Mulia Industrindo Tbk MLIA Tidak melakukan hedging 0 - 24. Beton Jaya Manunggal Tbk BTON Tidak melakukan hedging 0 - 25. Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST Tidak melakukan hedging 0 - 26. Indal Alumunium Industry Tbk INAI Tidak melakukan hedging 0 - 27. Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk JKSW Tidak melakukan hedging 0 - 28. Jaya Pari Steel Tbk JPRS Tidak melakukan hedging 0 - 29. Lionmesh Prima Tbk LMSH Tidak melakukan hedging 0 - 30. Pelangi Indah Canindo Tbk PICO Tidak melakukan hedging 0 - 31. Budi Acid Jaya Tbk BUDI Tidak melakukan hedging 0 - 32. Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS Tidak melakukan hedging 0 - 33. Ekadharma EKAD Tidak melakukan hedging 0 - 34. Eterindo Wahanatama Tbk ETWA Tidak melakukan hedging 0 -


(50)

Lanjutan Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Sampel

NO PERUSAHAAN KODE KETERANGAN HEDG TAHUN

35. Indo Acitama SRSN Tidak melakukan hedging 0 - 36. Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI Tidak melakukan hedging 0 - 37. Asiaplast Industries Tbk APLI Tidak melakukan hedging 0 - 38. Berlina Tbk BRNA Tidak melakukan hedging 0 - 39. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR Tidak melakukan hedging 0 - 40. Sekawan Intipratama Tbk SIAP Tidak melakukan hedging 0 - 41. Fajar Surya Wasesa FASW Tidak melakukan hedging 0 - 42. Suparma Tbk SPMA Tidak melakukan hedging 0 - 43. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA Tidak melakukan hedging 0 - 44. Darya Varia DVLA Tidak melakukan hedging 0 - 45. Kimia Farma KAEF Tidak melakukan hedging 0 - 46. Kalbe Farma Tbk KLBF Melakukan hedging 1 2011-2013 47. Langgeng Makmur LMPI Tidak melakukan hedging 0 - 48. Merck Tbk MERK Tidak melakukan hedging 0 - 49. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI Tidak melakukan hedging 0 - 50. Mustika Ratu MRAT Melakukan hedging 1 2011-2013 51. Mayora Indah Tbk MYOR Melakukan hedging 1 2011-2013 52. Mandom Indonesia TCID Tidak melakukan hedging 0 - 53. Ultrajaya ULTJ Tidak melakukan hedging 0 - 54. Unilever Indonesia UNVR Tidak melakukan hedging 0 -

Sumber : data diolah, Laporan Keuangan dan Catatan atas Laporan Keuangan 3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berisi data variabel independen dan dependen yang dilakukan oleh perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI selama tahun 2011-2013. Data penelitian diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan tahunan dari masing-masing perusahaan yang diteliti.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi, dimana peneliti mengumpulkan data, teori, pendapat para pakar dan praktisi, dan berbagai


(51)

informasi lainnya yang mendukung dan relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dari berbagai literatur dan media internet seperti buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal penelitian, penelitian-penelitian terdahulu, dan data-data lainnya yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI): www.idx.co.id dan http://finance.yahoo.com.

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian peringkasan berbagai karakteristik data untuk memberikan informasi dan gambaran yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Analisis ini digunakan untuk melihat apakah data dari variabel yang digunakan terdistribusi secara normal atau tidak.

3.8.2 Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variable dependen (respon) merupakan variable dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variable terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Regresi logistik tidak mengasumsikan hubungan antara variable independen dan variabel dependen secara linier (Situmorang dan Muslich, 2011:209).

Regresi logistik digunakan karena memiliki beberapa aspek kelebihan, yang pertama regresi logistik mengandalkan ketelitian pertemuan asumsi


(52)

normalitas multivariate dan kesamaan varian-kovarian matrik semua kelompok, dimana situasi ini sulit ditemukan. Kedua, bahkan jika asumsi ini ditemukan, banyak peneliti lebih menyukai logit analisis karena logit analisis sama dengan regresi dengan uji statistic straight forward dan metode regresi logistik memiliki kemampuan untuk menggabungkan pengaruh nonlinier. Yang ketiga, regresi logistik sama dengan diskriminan analisis namun lebih tepat digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu seperti data tidak normal, terdapat multikolinieritas antar variabel independen dan pelanggaran asumsi klasik lainnya (Putro, 2012).

Kuncoro (2009) mengatakan bahwa regresi logistik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan teknik analisis lain yaitu:

1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas dan heteroskedastisitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model sehingga tidak diperlukan uji asumsi klasik walaupun variabel independen berjumlah lebih dari satu.

2. Variabel independen dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinu, distrik, dan dikotomis.

3. Regresi logistik tidak membutuhkan keterbatasan dari variable independennya. 4. Regresi logistik tidak mengharuskan variabel bebasnya dalam bentuk interval.

Secara umum model regresi logistik dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ln =b0+ b1 X1+b1X1+b2X2+…+bnXn… …

Keterangan:


(53)

 e = logaritma natural

 bo = konstanta regresi

 b1,b2, …, bn = koefisien regresi

 X1,X2, …, Xn = variabel independen

Analisis pengujian model regresi logistik Ghozali (2006) ; Kuncoro (2009); Gujarati (2003) dalam Putro (2012):

1. Menilai model regresi

Logistic regression adalah model regresi yang sudah mengalami modifikasi sehingga karakteristiknya sudah tidak sama lagi dengan model regresi sederhana atau berganda. Oleh karena itu penentuan signifikansinya secara statistic berbeda. Dalam menilai model regresi logistik (termasuk probit dan tobit) dapat dilihat dari pengujian Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit. Pengujian ini dilakukan untuk menilai model yang dihipotesiskan agar data empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Sedangkan jika nilainya lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak artinya model mampu memprediksi nilai observasinya atau cocok dengan data.

H0 = model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha = model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data 2. Menilai keseluruhan model (overall model fit)

Untuk menilai keseluruhan model ditunjukkan dengan log likehood value (nilai) yaitu dengan cara membandingkan antara nilai pada awal (block number = 0) dimana model hanya memasukkan konstanta dengan setelah mode memasukkan


(54)

variabel bebas (block number = 1). Apabila nilai block number = 0 > nilai block number = 1 maka menunjukkan model regresi yang baik. Log likehood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “sum of square error” pada model regresi sehingga penurunan log likehood menunjukkan model regresi semakin baik.

3. Menguji koefisien regresi

Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Hasil pengujian didapat dari program SPSS berupa tampilan table variables in the equation. Dari tabel tersebut didapat nilai koefisien nilai wald statistic dan signifikansi. Untuk menentukan penerimaan atau penolakan H0 dapat

ditentukan dengan menggunakan wald statistic dan nilai probabilitas (sig) dengan cara nilai wald statistic dibandingkan dengan chi square tabel sedangkan nilai probabilitas (sig) dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5% dengan kriteria:

a) H0 tidak dapat ditolak apabila wald statistic < chi square tabel dan nilai

probabilitas (sig) > tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti Ha ditolak atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat ditolak.

b) H0 dapat ditolak apabila wald statistic > chi square tabel dan nilai probabilitas

(sig) < tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti Ha diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat diterima.


(55)

4. Koefisien regresi dapat dilihat dari nilai B pada tampilan tabel variables in the equation. Tanda yang didapat dari nilai B tersebut menyatakan pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.


(1)

2012 468553 301829 155.2378996

2013 819251 305881 267.8332423

BTON 2011 26590 92124 28.86327124

2012 31921 113178 28.20424464

2013 37318 138817 26.88287458

BUDI 2011 1312254 811031 161.8007203

2012 1445537 854135 169.2398743

2013 1497754 885121 169.2146046

DPNS 2011 41153 131144 31.38000976

2012 28939 155593 18.59916577

2013 32944 223427 14.74486074

DVLA 2011 200373 727917 27.52690211

2012 233144 841546 27.70424908

2013 275351 914702 30.10280944

EKAD 2011 89946 147592 60.9423275

2012 81915 191977 42.66917391

2013 105893 237707 44.54769948

ETWA 2011 244753 375955 65.1016744

2012 523207 437749 119.5221463

2013 846050 445660 189.842032

FASW 2011 3134396 1801697 173.9690969

2012 3771344 1806989 208.7087414

2013 4134128 1557932 265.3599772

GJTL 2011 7123318 4430825 160.7673063

2012 7391409 5478384 134.9195128

2013 9626411 5724782 168.1533201

GDST 2011 232090 745367 31.13768117

2012 371046 792924 46.79464867

2013 307084 884412 34.72182648

GDYR 2011 83626 47175 177.2676206

2012 71185 52730 134.9990518

2013 54822 56225 97.50466874

IGAR 2011 64993 290586 22.36618419

2012 70313 242028 29.05159734

2013 89003 225742 39.42686784

IKAI 2011 259914 288875 89.97455647

2012 258539 248885 103.8788999

2013 276648 205408 134.6821935

INAI 2011 438219 106062 413.172484

2012 483005 129218 373.7908031

2013 639563 126317 506.3158561

IMAS 2011 7830586 5074843 154.3020346

2012 11869218 5708445 207.9238392

2013 15655152 6659870 235.0669307

INTP 2011 2417380 15733951 15.36410022

2012 3336422 19418738 17.18145639

2013 3629554 22977687 15.79599374


(2)

2012 677941 -399222 -169.815541

2013 670190 -407804 -164.341203

JPRS 2011 100029 337819 29.61023507

2012 51097 347509 14.70379184

2013 14019 362521 3.867086321

KBLM 2011 398590 244364 163.1132245

2012 458195 264746 173.0696592

2013 384632 269664 142.6337961

KAEF 2011 541736 1252505 43.25220259

2012 634813 1441533 44.03735468

2013 847584 1624354 52.17975885

KIAS 2011 979648 1069983 91.5573425

2012 168491 1975323 8.529794874

2013 223804 2047100 10.93273411

KLBF 2011 1758619 6515935 26.9895111

2012 2046313 7371643 27.75925258

2013 2815103 8499957 33.11902637

KBLI 2011 363595 719926 50.5044963

2012 316557 845141 37.45611679

2013 450372 886649 50.79484666

LMPI 2011 278775 407119 68.47506503

2012 405692 409460 99.07976359

2013 424769 397420 106.8816366

LMSH 2011 40815 57202 71.35240027

2012 31022 97525 31.80927967

2013 31228 110697 28.21033994

MERK 2011 90206 494181 18.25363581

2012 152688 416741 36.63858368

2013 184727 512218 36.06413675

MLBI 2011 690545 530268 130.2256595

2012 822195 329853 249.2610345

2013 794615 987533 80.46465283

MLIA 2011 5246609 -872575 -601.278859

2012 5321387 1237568 429.9874431

2013 5999787 1190112 504.1363334

MRAT 2011 64063 358429 17.87327476

2012 69586 385886 18.03278689

2013 61792 377791 16.35613342

MASA 2011 2969322 1767027 168.0405563

2012 252502 371982 67.88016624

2013 253786 375279 67.62595296

LPIN 2011 39115 118255 33.0768255

2012 37413 134855 27.74313151

2013 52980 143410 36.94303047

MYOR 2011 4175176 2424669 172.19571

2012 5234655 3067850 170.629431

2013 5771077 3938760 146.5201485


(3)

2012 322620 202073 159.6551741

2013 562461 235945 238.3864884

PICO 2011 373925 187914 198.9873027

2012 395502 199113 198.6319326

2013 406364 215034 188.976627

PRAS 2011 342114 139797 244.7219897

2012 297056 280293 105.9805275

2013 389182 406448 95.75197811

BIMA 2011 281966 -190441 -148.059504

2012 287919 -187818 -153.296809

2013 321975 -203967 -157.856418

PTSN 2011 295973 460945 64.21004675

2012 38558 53676 71.83471198

2013 27142 51488 52.71519577

RICY 2011 291842 350251 83.32367359

2012 475541 366957 129.590388

2013 497223 372002 133.6613782

SCCO 2011 936368 519252 180.3301672

2012 832876 654044 127.342503

2013 1054421 707611 149.0113919

SIAP 2011 60829 102403 59.40158003

2012 78573 105793 74.27050939

2013 172583 100014 172.5588418

SMCB 2011 3423241 7527260 45.47791627

2012 3750461 8418056 44.55257841

2013 6122043 8772947 69.78319828

SPMA 2011 800315 751461 106.5012023

2012 884860 779492 113.5175217

2013 1011571 755534 133.8882168

SRSN 2011 108941 252240 43.18942277

2012 132904 269204 49.36925157

2013 106406 314375 33.84683897

TCID 2011 100451 1020412 9.844160986

2012 164751 1096821 15.02077367

2013 282961 1182990 23.9191371

VOKS 2011 1076393 496645 216.7328776

2012 1095012 603066 181.5741561

2013 1354581 601249 225.2945119

ULTJ 2011 776734 1402446 55.38423583

2012 744273 1676519 44.39394961

2013 796474 2015146 39.52438186

UNVR 2011 6801375 3680937 184.772926

2012 8016614 3968365 202.0130205

2013 9093518 4254670 213.7302776

SMSM 2011 466245 670612 69.52529928

2012 646095 910119 70.99016722

2013 694304 1006799 68.96153055


(4)

2012 92460000 89814000 102.9460886

2013 107806000 106188000 101.5237127

AUTO 2011 2241333 4722894 47.45677121

2012 3396543 5485099 61.92309382

2013 3058924 9558754 32.00128385

LAMPIRAN 2

HASIL SPSS

Iteration Historya,b,c

Iteration

Coefficients -2 Log likelihood Constant

Step 0 1 156.515 -1.259

2 155.254 -1.468

3 155.250 -1.482

4 155.250 -1.482

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 155.250

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.


(5)

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Hedging

.00 1.00

Percentage Correct

Step 0 Hedging .00 132 0 100.0

1.00 30 0 .0

Overall Percentage 81.5

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 124.802a .171 .278

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


(6)

Classification Tablea

Observed

Predicted

Hedging

.00 1.00

Percentage Correct

Step 1 Hedging .00 129 3 97.7

1.00 22 8 26.7

Overall Percentage 84.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 -.043 .039 1.200 1 .273 .958

X2 -.001 .001 .761 1 .383 .999

X3 .756 .166 20.698 1 .000 2.130

X4 -.004 .003 2.332 1 .127 .996

Constant -11.623 2.421 23.047 1 .000 .000


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor yang Mempengarui Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar di LQ45 periode 2011-2014)

5 73 71

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Intrument Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

2 22 114

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN DERIVATIF (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012).

0 0 1

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 22

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 1 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 17