Metode Pengukuran Lebar Lengkung Gigi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi

Keberhasilan suatu perawatan ortodontik dapat dinilai berdasarkan stabilitas hasil perawatan. Salah satu hal yang mempengaruhi stabilitas adalah keberhasilan mempertahankan bentuk lengkung gigi.Perbedaan bentuk dan dimensi lengkung gigi dapat mempengaruhi perawatan secara klinis. 28 Setiap orang memiliki variasi lengku ng gigi oleh sebab itu dokter harus memperkirakan besarnya ruang yang tersedia, stabilitas, estetika gigi, prospek pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam merawat semua kasus.Selain itu bentuk lengkung gigi selalu diperhatikan karena prinsip dasar perawatan ortodonti adalah mempertahankan bentuk dasar lengkung gigi awal pasien sebelum dirawat. Bentuk lengkung gigi tersebut diharapkan menjadi stabil setelah perawatan selesai.

2.2.1 Metode Pengukuran Lebar Lengkung Gigi

28 Metode pengukuran lebar lengkung gigi ada 2 macam, yaitu lebar interkaninus dan intermolar. a. Lebar Interkaninus 28 Lewis dan Lehman juga menyatakan bahwa pertumbuhan lebar interkaninus berlangsung bersamaan dengan waktunya erupsi insisivus permanen dan kaninus permanen. Awalnya pertumbuhan interkaninus mulai aktif saat gigi insisivus permanen erupsi dan berlanjut pada erupsi gigi kaninus permanen. Salzman menyatakan bahwa ada dua kaninus pada sisi kanan dan sisi kiri dari rahang, terletak di sebelah distal dari gigi insisivus lateral kaninus permanen mandibula, aspek mesial dari insisal edge beroklusi dengan sebagian dari sepertiga insiso-lingual dari maksila bagian lateral. Gigi kaninus rahang atas merupakan gigi yang sering berkembang pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan gigi lain dan kemungkinan lebih besar untuk mengalami malposisi. Sayin et al, menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara lebar interkaninus adalah jarak horizontal yang diukur diantara puncak tonjol kaninus kiri ke kaninus kanan. Pengukuran jarak interkaninus dilakukan pada cusp tertinggi dari kedua kaninus rahang bawah. b. Lebar intermolar Sayin et al, menyatakan bahwa lebar intermolar adalah jarak horizontal yang diukur dari tonjol mesiobuka l molar pertama kanan atas ke tonjol mesiobuka l molar pertama kiri atas pada gigi permanen. Pertumbuhan jarak intermolar gigi posterior disebabkan oleh adanya pertumbuhan dari prosessus alveolaris serta pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Hasil penelitian menunjukkan lebar interkaninus dan lebar intermolar tidak mengalami perubahan setelah usia 13 tahun pada perempuan dan 16 tahun pada laki-laki. Dalam penelitiannya, Isik dan Narbantgil, melakukan pengukuran lebar lengkung gigi dimana pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak di empat regio yaitu interkaninus, interpremolar pertama, interpremolar kedua dan intermolar pertama Gambar 5. 29

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Lengkung Gigi

Gambar 5. Metode pengukuran lebar lengkung gigi menurut Isik dan Narbantgil 29 Universitas Sumatera Utara Perubahan dimensi lengkung gigi merupakan mekanisme kompensasi yang terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan dan diperlukan untuk menjaga keseimbangan fungsional, struktural wajah dan pertumbuhan gigi. Dimensi lengkung gigi berubah secara sistematis selama pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Van der Linden, faktor yang mempengaruhi karakteristik lengkung gigi antara lain: a. Fungsi Rongga Mulut 29 Fungsi rongga mulut dibedakan atas periode neonatal dan postnatal. Fungsi rongga mulut periode neonatal antara lain menyusui dan menelan, pemeliharaan jalan nafas, menangis, batuk dan gagging. Sedangkan fungsi rongga mulut postnatal adalah untuk mengunyah, ekspresi wajah, berbicara dan penelanan mature. b. Kebiasaan Oral 29 Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain mengisap ibu jari, bernafas melalui mulut, dan kebiasaan menjulurkan lidah. Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karakteristik lengkung tergantung dari frekuensi, intensitas, dan durasi. Aktivitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Aktivitas ini paling sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi, tetapi hal ini menjadi tidak normal apabila berlanjut hingga dewasa. Dampak perubahan dapat mengenai morfologi fasial yaitu mengenai gigi, rahang dan skeletal fasial. c. Otot Rongga Mulut 29 Otot pengunyahan yang kuat akan meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang, dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan rahang. Otot yang berperan terhadap perubahan karakter lengkung gigi adalah Universitas Sumatera Utara otot orofasial dan pengunyahan. Gangguan otot sering dihubungkan dengan kelainan neuromuskular, genetik dan penyakit.

2.3 Suku Tamil India Malaysia