tuanya dan mencari dukungan moril dari teman sebayanya, suatu perubahan yang didorong oleh perubahan-perubahan jasmani pada
masa puber, seperti perubahan bentuk dan tampang tubuh. Lebih dari itu karena perubahan-perubahan jasmaniah tersebut anak justru diberi
otonomi yang baik oleh orang tuanya maupun oleh gurunya, secara jasmaniah anak memang tampak lebih matang, maka sepantasnya
diberi tanggung jawab tertentu. b.
Faktor perubahan kognitif. Faktor perubahan kognitif juga berperan penting dalam perkembangan otonomi. Menjadi mandiri itu antara lain
melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan sendiri. Kalau remaja meminta pendapat dari orang lain, maka pendapat orang
lain itu akan berbeda-beda karena setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda pula. Kemampuan melihat perbedaan sudut
pandang tersebut, berpikir dengan cara yang lebih rumit dan membayangkan akibat-akibat yang bakal terjadi dari suatu tindakan
yang membantu remaja untuk menimbang-nimbang lebih efektif pendapat dan saran orang lain dan membuat keputusan secara mandiri.
5. Faktor yang Menghambat Kemandirian
Proses perkembangan tidak selalu berjalan dalam jalur yang linier, searah dengan potensi, harapan dan nilai yang dianut, karena ada
beberapa faktor yang menghambatnya. Dalam mencapai keinginannya untuk
mandiri, sering
remaja mengalami
hambatan-hambatan
yangdisebabkan masih adanya kebutuhan untuk tetap bergantung pada orang lain. Contohnya dalam suatu hal ia harrus mengikuti kehendak
orangtuanya atau dirinya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orangtuanya, dari segi ekonomi aka terjamin oleh orang tua. Sebaliknya, jika ia tidak
mengikuti kemauan orantuanya maka yang akan terjadi adalah sebaliknya. Situasi ini sering dikenal sebagai keadaan yang ambivalensi dan akan
menimbulakan konflik pada diri remaja. Faktor penghambat ini bisa bersifat internal dan eksternal. Faktor
penghambat yang bersifat eksternal adalah berasal dari lingkungan. Iklim lingkungan yang tidak kondusif itu, seperti ketidakstabilan dalam
kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, perceraian orang tua, sikap dan perlakuan orang tua yang otoriter atau kurang memberikan kasih sayang
dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat Yusuf, 2009: 209-210.
Hurlock 1999: 237 menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menghambat kemandirian.
a. Dasar yang buruk. Remaja yang tidak membentuk dasar yang baik
selama masa kanak-kanak tidak akan dapat menguasai tugas perkembangan masa remaja.
b. Terlambat matang. Remaja yang terlambat matang tidak mempunyai
waktu untuk menguasai tugas-tugas perkembangan masa remaja dibandingkan dengan remaja yang lebih awal atau anak yang normal.
Banyak di antara remaja yang terlambat matang baru menyelesaikan perubahan masa puber pada saat masa remaja hampir berakhir.
c. Terlampau lama diperlakukan seperti anak-anak. Remaja yang
terlambat matang sering diperlakukan seperti anak-anak pada teman- teman sebayanya diperlakukan sebagai orang yang hampir dewasa.
Akibatnya, remaja dapat mengembangkan perasaan kurang mampu untuk memikul hak, keistimewaan, dan tanggung jawab sejalan dengan
kedewasaan. d.
Perubahan peran. Remaja yang bekerja setelah menamatkan SMA atau setelah berhenti sekolah agar segera mengalami perubahan yang
drastis. Ia harus menjalankan peran dewasa lebih awal dibandingkan dengan teman-teman sebaya yang melanjutkan pendidikan, dan kurang
mempunyai kesempatan untuk mencegah peralihan yang lambat ke masa dewasa.
e. Ketergantungan yang terlampau lama. Keadaan ketergantungan yang
terlampau lama, seperti bila remaja melanjutkan pendidikan sampai masa awal dewasa, merupakan rintangan dalam membuat peralihan ke
masa dewasa. Anak perempuan, sebagai kelompok cenderung dipaksa berada dalam keadaan ketergantungan yang terlalu lama dibandingkan
dengan anak laki-laki, oleh karena itu mereka mengalami hambatan dalam melakukan peralihan ke masa dewasa.
6. Ciri-ciri Kemandirian