4
liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.
2. Permeabilitas sedang merupakan karakter tanah bertekstur sedang
atau tanah berlempung, terdiri dari: a. Tanah bertekstur sedang
tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir atau lempung berpasir halus.
b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur
lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu atau debu.
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus
mencakup lempung liat, lempung liat berpasir atau
lempung berdebu.
3. Permeabilitas cepat merupakan karakter tanah bertekstur kasar atau
tanah berpasir, yaitu tanah yang mengandung minimal 70 pasir
atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2. 3. Infiltrasi dan Lapisan Kedap pada Lahan Sawah
Infiltrasi Lahan sawah merupakan lahan
olahan, dimana struktur tanahnya sudah mengalami berbagai perlakuan. Lahannya
otomatis merupakan lahan yang terganggu tetapi proses infiltrasinya tetap harus
diketahui dan dengan kondisi seadanya pengukuran infiltrasi tetap dilakukan.
Purwanto 1994 menunjukkan adanya variabilitas yang tinggi dari rataan
infiltrasi pada lahan sawah yang bertipe terasering atau bertingkat pada awal musim
hujan dan pertengahan musim hujan di daerah tangkapan air Cikumutuk,
Malangbong, Jawa Barat. Hasil pengukurannya tersaji dalam Tabel 5.
Pengukurannya dilakukan pada dua level, bagian atas dan bawah. Pada masing-masing
level dilakukan pada tiga titik, yaitu bed bagian dasar petak sawah yang sudah
mendatar, riser bagian petak sawah yang masih miring dan gutter bagian pinggir
petak sawah dekat dengan tebing bagian atas biasanya merupakan saluran air.
Tabel 5. Laju infiltrasi selama musim hujan 9596
Lokasi n Laju
infiltrasi akhir
mmjam Waktu
setelah keadaan
setimbang menit
Bagian atas Beds
Awal musim hujan
1995 9 701±82
28±4 1994 4
497±90 22±6
Gutters
Pertengahan musim hujan
19951996 3 42±6
26±16
Risers
Pertengahan musim hujan
19951996 1 atas
734 19
2 bwh. 16±1
33±14
Bagian bawah
Beds Awal musim
hujan 1994 16
473±194 26±8
1995 2 578±78
12±1 Pertengahan
musim hujan 19951996 1
107 26
Gutters
Pertengahan musim hujan
19951995 5 34±10 63±
Risers
Pertengahan musim hujan
19951996 1 atas
1200 11
2 bwh. 145±39
37±6
Sumber: Purwanto, 1994 Namun demikian dalam Booker
Agricultural International BAI kriteria kapasitas infiltrasi konstan adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Kriteria laju infiltrasi konstan
Kls Kategori
Infiltrasi Laju
Infiltrasi Konstan
mmjam Keteranga
n 1
2 3
4 5
6 7
Sangat lambat Lambat
Agak lambat Sedang
Agak cepat Cepat
Sangat cepat 1
1-5 5-20
20-60 60-125
125-250 250
Non irigasi
Perlakuan khusus
Sumber: Haridjaja, 1990 Beberapa
penelitian menunjukkan
laju infiltrasi pada lahan sawah lebih kecil daripada lahan pertanian.
5
Tabel 7. Laju infiltrasi akhir pada beberapa penelitian
Lahan Laju Infiltrasi
mmjam Referensi
Pertanian 26-32
Agnihorti and Yadav 1995 Pertanian 257-102
Navar and Synnot 2000 Sawah 0,022-0,215
Liu 2001
Sawah 0.024 Susilowati
2004
Keadaan ini karena perlakuan pada lahan sawah lebih keras pencangkulan,
pembajakan, dan penggaruan daripada lahan pertanian.
Lapisan kedap air
Infiltrasi pada lahan sawah selain dipengaruhi oleh sifat fisik tanah juga akan
dipengaruhi oleh perlakuan petani terhadap lahan sawahnya seperti pembajakan dan
penggaruan baik dengan alat berat, tenaga manusia maupun oleh tenaga hewan.
Perlakuan ini membuat lahan sawah akan memiliki lapisan dimana lapisan itu
terbentuk dengan sendirinya. Lapisan pada lahan sawah akibat pembajakan biasa
disebut dengan lapisan kedap.
Situmorang dan Sudadi 2001 menyebutkan pembentukan lapisan kedap,
yaitu suatu lapisan yang padat, ketebalan 5- 10 cm, umumnya pada lahan yang telah
disawahkan. Dibandingkan dengan tanah permukaan, lapisan kedap mempunyai bobot
isi lebih tinggi dan pori total yang lebih rendah dan permeabilitasnya lebih rendah.
Lapisan kedap terbentuk karena beberapa faktor, antara lain:
1. Pemadatan selama pembajakan dalam keadaan basah lapisan olah
di atasnya ataupun karena pemadatan lain.
2. Penghancuran agregat akibat pengolahan tanah di atasnya.
3. Dipengaruhi oleh tekstur dan sifat mengembang dan mengkerut tanah.
4. Tanah berlempung halus optimal untuk pembentukkan tapak bajak.
5. Liat yang terlalu tinggi, tapak bajak kurang nyata.
6. Pada tanah dengan air tanah yang sangat dangkal atau selalu
tergenang air, lapisan tapak bajak juga tidak nyata terbentuk.
7. kondisi terbaik untuk pemadatan adalah pada tanah-tanah
berlempung halus. Lapisan kedap di satu sisi akan
mengganggu, pada musim hujan air yang banyak akan membuat lahan sawah cepat
jenuh air dan limpasan permukaan akan cenderung lebih besar namun di sisi lain
lapisan kedap ini membantu petani agar perkolasi dapat berkurang khususnya pada
saat musim kemarau. Pada lahan sawah, di saat ketersediaan air untuk tanaman
berkurang sedangkan tanaman masih membutuhkan air lapisan kedap membantu
menahan air dan mencegah air tesedia mendekati keadaan titik layu permanen.
Dengan demikian lapisan kedap sangat menguntungkan petani menjaga ketersediaan
air untuk tanaman. Susilowati 2004 menyatakan bahwa akibat sawah yang
tergenang maka pori-pori tanah berangsur- angsur terisi butir-butir sedimen halus yang
terbawa air. Oleh karenanya semakin tua umur sawah semakin kedap tanahnya. Pada
umumnya setelah sawah mencapai umur 4 sampai 5 tahun, kekedapan tanah di sawah
makin stabil, karena telah terbentuk lapisan kedap air yang sempurna.
III. METODOLOGI 3. 1. Tempat Penelitian