perhotelan. Kenaikan tingkat upah akan diikuti oleh turunnya tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran.
Demikian pula sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah maka akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan kerja, sehingga akan dikatakan bahwa kesempatan
kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah. Kenaikan tingkat upah yang disertai oleh penambahan tenaga kerja hanya akan terjadi bila suatu
perusahaan mampu meningkatkan harga jual barang Simanjuntak, 2001.
Menurut Sinungan 2005 upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danatau jasa yang telah atau akan dilakukan. Sedangkan Sumarsono 2003 mendefinisikan upah sebagai
suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha dengan tenaga kerja termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya.
Menurut Dewan Penelitian Perupahan Nasional: Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau
jasa yang telah atau akan dikerjakan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam
bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi dan
penerima kerja. Jadi, Upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja
atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan. Berdasarkan uraian tersebut terbentuklah kerangka
pemikiran untuk melakukan penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka pemikiran
Berdasarkan Gambar 3 maka yang menjadi variabel bebas adalah jumlah hotel, jumlah kamar, upah minimum dan variabel terikatnya adalah penyerapan tenaga
kerja pada industri perhotelan di Provinsi Lampung.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis kinerja yang diajukan adalah sebagai berikut: Diduga jumlah hotel, jumlah kamar, dan upah minimum
Jumlah Hotel X1
Jumlah Kamar X2
Upah Minimum X3 Penyerapan Tenaga
Kerja Hotel Y
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri perhotelan di Provinsi Lampung.
G. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Berisi dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Sistematika Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari Model Teoritis Penelitian, Tinjauan Teoritis, dan Tinjauan Empiris
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari Jenis dan Sumber Data, Operasionalisasi Variabel, Batasan Variabel, Metode Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari hasil perhitungan, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Terdiri dari simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja manpower sebagai seluruh penduduk dalam usia kerja 15 tahun keatas yang berpotensi
memproduksi barang dan jasa. BPS Badan Pusat Statistik membagi tenaga kerja employed, yaitu:
a. Tenaga kerja penuh full employed, adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam kerja 35 jam dalam seminggu dengan hasil
kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas; b. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran under
employed , adalah tenaga kerja dengan jam kerja 35 jam seminggu;
dan c. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja
unemployed , adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 1 jam per
minggu.
Menurut undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan
pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 8 mengenai perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan
meliputi: Kesempatan kerja, Pelatihan kerja, Produktivitas tenaga kerja, Hubungan industrial, Kondisi lingkungan kerja, Pengupahan dan
kesejahteraan tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga
pendidikan, masyarakat dan keluarga. Pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu bahkan sentral pembangunan nasional,
karena ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah tenaga pembangunan yang banyak sumbangannya terhadap keberhasilan pembangunan bangsa
termasuk pembangunan di sektor ketenagaan itu sendiri. Dimana pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk:
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum, b. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan pembangunan nasional, c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraannya, dan d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Dalam pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah diharapkan dapat menyusun dan menetapkan perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga
kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan acuan dalam