Karakter Hukum Perdata Dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan Antara Bank Dengan Nasabah

(1)

KARAKTER HUKUM PERDATA DALAM FUNGSI

PERBANKAN MELALUI HUBUNGAN ANTARA

BANK DENGAN NASABAH

Pidat o Pengukuhan

Jabat an Guru Besar Tet ap

dalam Bidang Ilmu Hukum Perdat a pada Fakult as Hukum,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universit as Sumat era Ut ara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 2 Sept ember 2006

Oleh:

TAN KAMELLO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Ya n g t e r h or m a t ,

Bapak Ment er i Pendidikan Nasional Republik I ndonesia, Bapak Ket ua dan Bapak/ I bu Anggot a Maj elis Wali Am anat Univer sit as Sum at er a Ut ar a,

Bapak Ket ua dan Bapak/ I bu Anggot a Senat Akadem ik Univer sit as Sum at er a Ut ar a,

Bapak Ket ua dan Anggot a Dew an Gur u Besar Univ er sit as Sum at er a Ut ar a, Bapak Rekt or Univer sit as Sum at er a Ut ar a,

Bapak/ I bu par a Pem bant u Rekt or Univer sit as Sum at er a Ut ar a,

Par a Dekan, par a Ket ua Lem baga dan Unit Ker j a, par a Dosen dan Pegaw ai di lingkungan Univ er sit as Sum at er a Ut ar a,

Bapak/ I bu par a pej abat sipil dan m ilit er , t okoh m asyar akat , alim ulam a, t okoh pem uda, dan par a cendikiaw an yang hadir di t em pat ini,

I bunda yang saya m uliakan beser t a keluar ga, t em an sej aw at , m ahasisw a, dan par a undangan yang hadir di r uangan yang ber bahagia ini.

Assa la m u ’a la ik u m w a r a h m a t u lla h i w a ba r a k a t u h

Sebelum saya m enyam paikan pidat o pengukuhan Gur u Besar , m ar ilah kit a sam a- sam a m engucapkan syukur ke hadir at Allah SWT yang t elah m em berikan rahm at dan karunia- Nya, sehingga pada pagi hari ini kit a dapat ber k um pul pada upacar a penguk uhan ini. Selanj ut ny a selaw at dan salam disam paik an k epada Nabi Besar Muham m ad SAW dan k eluar ga beser t a par a sahabat nya sekalian, sem oga k it a m endapat sy afaat di akhir at nant i.

Ber dasar k an Keput usan Ment er i Pendidikan Nasional Republik I ndonesia Nom or 58123/ A2.7/ KP/ 2005 t anggal 31 Okt ober 2005, m aka t er hit ung t anggal 1 Novem ber 2005 say a t elah diangkat sebagai Gur u Besar Tet ap dalam Bidang I lm u Hukum Per dat a pada Fakult as Hukum Univer sit as Sum at er a Ut ar a.

Kepada pem er int ah I ndonesia, k hususnya Ment er i Pendidikan Nasional, saya ucapkan t er im a kasih at as keper cayaan dan kehor m at an yang dilim pahkan kepada saya, dengan pengangkat an saya dalam j abat an akadem ik t er t inggi pada Univer sit as Sum at er a Ut ar a. Sem oga Allah m em ber ikan kekuat an lahir dan bat in ser t a pet unj uk kepada saya dalam m elaksanakan t ugas m ulia unt uk m encer daskan dan m encer ahkan ilm u huk um pada um um ny a dan ilm u huk um per dat a khususnya pada anak bangsa ini.


(3)

Hadir in yang saya hor m at i,

At as r ida Allah, izinkan saya m em bacakan di hadapan Bapak/ I bu dan par a hadir in sekalian pidat o ilm iah yang ber j udul:

KARAKTER H UKUM PERD ATA D ALAM FUN GSI PERBAN KAN M ELALUI H UBUN GAN AN TARA BAN K D EN GAN N ASABAH

PEN GAN TAR

Salah sat u pilar pem bangunan ekonom i I ndonesia t er let ak pada indust r i per bank an. Pengak uan secar a y ur idis for m al m engenai eksist ensi per bankan sudah ber langsung lebih kur ang 39 t ahun sej ak dilahir kannya Undang- Undang Nom or 14 Tahun 1967 t ent ang Pokok- Pokok Per bankan.1 Dalam undang- undang t er sebut t idak dij um pai per nyat aan yang t egas m engenai fungsi per bank an I ndonesia. Sesuai dengan dinam ika per ek onom ian nasional dan int er nasional diikut i per ubahan budaya yang ber ger ak cepat dengan t ant angan yang sem akin kom pleks dan m eluas, m aka Undang- Undang Nom or 14 Tahun 1967 per lu disusun kem bali dengan m engadak an pem bahar uan pada t at ar an idealist ik huk um sehingga m am pu m eny ahut i r ealist ik huk um . Pem bahar uan diaw ali dengan adany a indik asi per ubahan di bidang per bank an sej ak t ahun 1983 yang diikut i dengan kebij akan bar u di bidang m onet er dan per bankan yang dikenal dengan t ahap aw al der egulasi. Kebij akan selanj ut nya diikut i dengan Paket Juni ( Pak j un) 1983, disusul dengan Paket Ok t ober ( Pak t o) 1988, Pakj un 1990, Paket Febr uar i 1991, dan m encapai puncaknya pada t ahun 1992 dengan m elahir kan Undang- Undang Nom or 7 Tahun 1992 t ent ang Per bankan.2 Melalui undang- undang ini dinyat akan bahw a per bankan m em iliki fungsi ut am a sebagai penghim pun dan penyalur dana m asyar akat .3 Fungsi

1

Lahir nya Undang- Undang Nom or 14 Tahun 1967 didasar kan kepada pem ikiran dan j iw a Ket et apan Maj elis Per m usyaw ar at an Rakyat Sem ent ar a Nom or XVI I I / MPRS/ 1966 yang m enginginkan per lunya penilaian kem bali t er hadap Tat a Per bankan. Pengat ur an Tat a Per bankan dilandasi kepada hal- hal sebagai ber ikut : per t am a, t at a per bankan har us m er upakan suat u kesat uan sist em yang m enj am in adanya kesat uan pim pinan dalam m engat ur selur uh per bankan di I ndonesia ser t a m engaw asi pelaksanaan kebij aksanaan m onet er pem er int ah di bidang per bankan; kedua, m em obilisasik an dan m em per -kem bangkan selur uh pot ensi yang ber ger ak di bidang per bankan ber dasar kan asas- asas dem okr asi ekonom i; ket iga, m em bim bing dan m em anfaat kan segala pot ensi t er sebut bagi kepent ingan per baikan ekonom i r aky at . Lihat konsider ans bagian Menim bang dan Penj elasan Um um Undang- Undang Nom or 14 Tahun 1967.

2

Tan Kam ello, Him punan Undang- Undang Per bank an, Medan, Fak ult as Hukum USU, 2000, h. ii.

3 Lihat Konsiderans bagian Menim bang huruf b dan Pasal 3 Undang- Undang Nom or 7


(4)

per bankan t er sebut pada er a r efor m asi t et ap dikukuhkan dan t idak m engalam i per ubahan sebagaim ana t er lihat dalam Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998.4 Dengan fungsi per bankan yang dem ikian m aka kehadir an bank di dalam m asy ar ak at sebagai badan usaha m em ilik i ar t i y ur idis dan per an y ang sangat st r at egis dalam pr oses pem bangunan nasional.

Dalam agenda pem bangunan nasional t ahun 2004 – 2009 secar a polit is dik at ak an bahw a k ondisi per bank an dan lem baga k euangan lainny a belum m ant ap. Lem ahnya pengat uran dan pengawasan t erhadap produk perbankan dan keuangan yang sem akin ber v ar iasi dan kom pleks, ser t a dalam m engant isipasi globalisasi per dagangan j asa dan inovasi t eknologi infor m asi, t elah m eningkat kan ar us t r ansaksi keuangan m asuk dan keluar I ndonesia.5 Per ny at aan polit ik huk um6 ini pada t at ar an landasan t eknis oper asional m enghendaki adanya per ubahan Undang- Undang Per bankan di m asa yang akan dat ang. Beber apa hal yang har us disikapi adalah dengan m elet akkan asas hukum ( r echt sbeginsel, pr inciple of law ) per bankan yang sesuai dengan cit a- cit a m asyar akat t er kini dengan t et ap m em per t ahankan eksist ensi pr insip keper cayaan dan kehat i- hat ian ( pr udent ial banking) dalam m enj alank an usaha bank . Selain it u, pengelolaan bank har us didasar kan kepada asas- asas t at a pengelolaan per usahaan yang baik ( good

cor por at e gover nance) .

Pada saat ini pelaksanaan fungsi per bank an t er lihat dar i pengat ur an usaha bank yang dit et apkan dalam Undang- Undang Per bankan.7 Usaha bank yang

4

Dengan keluar nya Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998 sebagai penyem pur naan dar i Undang- Undang Nom or 7 Tahun 1992, m aka t er dapat pengelom pokan: pert am a, beber apa pasal yang m engalam i per ubahan yait u Pasal 1, Pasal 6 hur uf m , Pasal 7 hur uf c, Pasal 8, Pasal 11 ayat ( 1) dan ( 3) , Pasal 12, Pasal 13 hur uf c, Pasal 16, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 ayat ( 1) , Pasal 22, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 ayat ( 1) , Pasal 29, Pasal 31, Pasal 33, Pasal 37, Pasal 40, Pasal 41 ayat ( 1) , Pasal 42, Pasal 46 ayat ( 1) , Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51ayat ( 1) , Pasal 52 dan Pasal 55; kedua, beber apa pasal yang dicabut yait u Pasal 6 hur uf k, Pasal 17 dan Pasal 32; ket iga, beber apa pasal yang dit am bah y ait u Pasal 12 A, Pasal 31 A, Pasal 37 A, Pasal 37 B, Pasal 41 A, Pasal 42 A, Pasal 44 A, Pasal 47 A, Pasal 50 A, dan Pasal 59 A.

5

Lihat Per at ur an Pr esiden Republik I ndonesia Nom or 7 Tahun 2005 t ent ang Rencana Pem bangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009, Bab 24 t ent ang Pem ant apan St abilit as Ek onom i Mak r o.

6

Polit ik hukum yang dim aksudkan adalah akt ivit as m em ilih suat u t uj uan sosial dan hukum t er t ent u dengan kehar usan unt uk m enent ukan suat u pilihan m engenai t uj uan dan car a- car a yang hendak dipakai unt uk m encapai t uj uan t er sebut . Lihat Sat j ipt o Rahar dj o,

I lm u Hukum , Bandung: Alum ni, 1986, h. 334. Dalam kait annya dengan polit ik hukum

per bankan adalah bagaim ana ar ahan dar i kehendak pelaku polit ik yang m em iliki ber aneka kepent ingan hukum unt uk m ew uj udkan t uj uan negar a, dan dalam hal y ang k ongk r et polit ik hukum m er upakan alat unt uk m er espons per soalan per bankan m elalui pem buat an undang-undang dalam r angka m encapai t uj uan negar a. Bandingkan Sunar yat i Har t ono, Polit ik

Hukum Menuj u Sat u Sist em Hukum Nasional, Bandung: Alum ni, 1991, h. 1.

7 Lihat Pasal 6 dan Pasal 13 Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998 yang m engat ur


(5)

dim aksud tidak bersifat lim itatif m elainkan enum eratif,8 sehingga m em ungkinkan hubungan ant ar a bank dengan nasabahny a unt uk m elak uk an per j anj ian yang t idak bert ent angan dengan undang- undang, kesusilaan, dan ket ert iban um um .9 Dalam ar t i yur idis, fungsi per bankan sebagai penghim pun dan penyalur dana m asyarakat m erupakan esensi perj anj ian yang m eliput i 2 ( dua) hal yait u m enghim pun dana dar i m asyar akat , disebut sebagai per j anj ian sim panan, dan m enyalurkan dana ke m asyarakat , disebut sebagai perj anj ian kr edit bank.10 Kedua bent uk per j anj ian t er sebut akan dilihat dalam per spek t if huk um per dat a y ang m encak up huk um per j anj ian pada sat u sisi dan hukum benda pada sisi lainny a k hususny a huk um j am inan.

I st ila h H u bu n ga n H u k u m se b a ga i Pe r j a n j ia n

Mem bicarakan perj anj ian, t idak dapat dilepaskan dari KUH Perdat a. Menurut Pasal 1313 KUH Per dat a, per j anj ian dir um uskan sebagai suat u per buat an dengan m ana sat u orang at au lebih m engikat kan dirinya t erhadap sat u orang lain at au lebih.11 Kat a “ per j anj ian” adalah t er j em ahan dar i over eenkom st ,12 yang m erupakan salah sat u sum ber dari perikat an ( verbint enis) .13 Subst ansi dar i per j anj ian dalam pasal t er sebut adalah per buat an ( handeling) . Kat a “ per buat an” t elah dikr it ik oleh par a ahli hukum14 dengan alasan kur ang

8

Ket ent uan ini t idak ber laku bagi Usaha Bank Per kr edit an Rakyat , bahkan dinyat akan secar a t egas dalam Pasal 14 Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998 adanya lar angan-lar angan bagi bank t er sebut .

9

Lihat Pasal 1337 KUH Per dat a.

10

Per j anj ian sim panan dan per j anj ian kr edit bank pada bank k onvensional ber beda dengan per j anj ian sim panan dan per j anj ian pem biayaan pada bank syar iah. Per bedaan ini t er let ak pada filsafat yang dianut dar i kedua sist em bank yang ber sangkut an. Bank syar iah t idak m enggunakan sist em bunga, sedangkan bank konvensional m em akai sist em bunga dalam kegiat an usahanya. Di sam ping it u, t er dapat per bedaan pada aspek oper asional, sosial, dan or ganisasinya. Lihat Tim BPHN, Analisis dan Evaluasi Hukum t ent ang Pengat ur an

Per bankan Sy ar iah di I ndonesia, Jak ar t a: 2003, h. 32 – 40. Sebenar nya ist ilah bank

konvensional kur ang t epat j ika hendak diper sandingkan at au diper law ankan dengan bank syar iah. Lebih t epat dipakai fr ase “ bank non- syar iah” . Seolah- olah bank konvensional it u kuno, kolot , dan t idak m em baw a per ubahan. Kenyat aan yur idis dalam ius const it ut um , figur -figur hukum yang lahir dar i pr oduk bank non- syar iah lebih besar fr ekuensinya dibandingkan dengan bank syar iah.

11

Dalam bahasa Belanda pasal t er sebut ber bunyi “ Eene over eenkom st is eene

handeling w aar bij een of m eer per sonen zich j egens een of m eer ander e ver binden” .

Bandingkan Sect ion 1 of t he Am er ican Law I nst it ut e’s Second of t he Law of Cont r act , kont r ak dir um uskan “ a pr om ise or set of pr om ises for t he br each of w hich t he law giv es a r em edy, or

t he per for m ance of w hich t he la ini som e w ay r ecognizes as a dut y” . Lihat J.Beat son, Anson’s Law of Cont ract , New Yor k: Oxfor d Univer sit y Pr ess, 2002, h. 2.

12 Kat a ini ident ik dengan “ cont r act ” . A cont r act is a legally enfor ceable agr eem ent ,

expr ess or im plied. An agr eem ent is a m eet ing of t he m ind. Lihat Rober t W.Em er son, Business Law , Unit ed St at es Bar r on’s Educat ional Ser ies I nc., 2004, h. 75 – 76.

13

Pasal 1234 B.W ber bunyi “ Alle ver bindt enissen ont st aan of uit over eenkom st , of uit

de w et ” .

14 Lihat Sri Soedew i Masj chun Sofw an, 1980, h. 1; Mar iam Dar us Badr ulzam an, 1983,


(6)

m em uaskan, t idak lengkap, dan sangat luas. Sehar usny a per j anj ian adalah per buat an hukum ( r echt shandeling) . Per ubahan r um usan ini dapat dilihat dar i pandangan Fr anken dan Rut t en.15

Fr anken m er um uskan per j anj ian adalah per buat an huk um y ang ber sisi banyak ant ar a dua pihak at au lebih unt uk m engadak an per ikat an. Rut t en m engat ak an per j anj ian adalah sat u per buat an hukum unt uk m encapai per sesuaian k ehendak dengan t uj uan m enim bulk an ak ibat huk um t er t ent u. Dengan penam bahan kat a hukum ( r echt )16 m em baw a per ubahan ar t i bahw a t idak sem ua per buat an t er m asuk dalam penger t ian per j anj ian.

Dalam per kem bangannya, per j anj ian bukan lagi sebagai per buat an hukum m elaink an m er upak an hubungan huk um ( r echt sver houding) . Pandangan ini dik em uk ak an oleh v an Dunne y ang m engat ak an bahw a per j anj ian adalah per buat an hukum m er upakan t eor i klasik,17 at au t eor i konvensional.

Com m unis Opinio Doct or um selam a ini m em aham i ar t i per j anj ian adalah

sat u per buat an hukum yang ber sisi dua ( een t w eezij dige r echt shandeling) yait u perbuat an penawaran ( aanbod, offer) ,18 dan penerim aan ( aanvaarding,

accept ance) .19 Sehar usny a per j anj ian adalah dua per buat an huk um y ang m asing- m asing ber sisi sat u ( t w ee eenzij dige r echt handeling) yait u penaw ar an dan pener im aan yang didasar kan kepada kat a sepakat ant ar a dua or ang at au lebih y ang saling berhubungan unt uk m enim bulk an ak ibat hukum ( r echt sgevolg) . Konsep ini m elahir k an ar t i per j anj ian adalah hubungan hukum . I nilah alasan huk um ( legal r easoning) yang diper gunakan m engapa esensi per j anj ian yang dim aksudkan adalah sebagai hubungan hukum ant ar a nasabah dengan debit or .

Agar suat u per j anj ian sah m enurut huk um diper luk an 4 ( em pat ) per syar at an sebagaim ana yang dicant um kan dalam Pasal 1320 KUH Per dat a, yait u: sepakat m er eka yang m engikat k an dir inya; kecakapan unt uk m em buat suat u per ikat an; suat u hal t er t ent u; dan suat u sebab yang

15

Sudikno Mer t okusum o, Cat at an Kapit a Selekt a Huk um Per j anj ian, Penat ar an Dosen Hukum Per dat a/ Dagang, Yogyakar t a, 1992, h. 15.

16

Ist ilah hukum disebut j uga law ( I nggr is) , Geset z ( Jer m an) , loi ( Per ancis) , zakon ( Rusia) , ley ( Spanyol) , at au hok ( Yahudi) , lihat Geor ge P.Flet cher , Basic Concept s of Legal

Thought , New Yor k: Oxfor d Univ er sit y Pr ess, 1996, h. 28.

17

I bid., h. 16.

18

An offer is int im at ion, by w or ds or conduct , of a w illingness t o ent er a legally binding

cont r act . J.Beat son, op. cit ., h. 32.

19

Accept ance of an offer is t he expr ession, by w or ds or conduct , of assent t o t he t er m s

of t he offer in t he m anner pr escr ibed or indicat ed by t he offer or . Offer and Accept ance m ust cor r espond. ibid., h. 37.


(7)

halal. Per sy ar at an y ang dem ik ian j uga dik enal dalam set iap sist em hukum , m isalnya I nggr is, Per ancis, dan Jer m an.20

H u k u m Pe r ba n k a n se ba ga i Su b Sist e m H u k u m Pe r da t a

Jika hukum per bank an diar t ikan dengan Undang- Undang Per bankan, m aka diper oleh bat asan bahw a hukum per bankan adalah sekum pulan per at ur an huk um y ang m engat ur segala hal y ang m eny angk ut t ent ang bank , baik kelem bagaan, kegiat an usaha, ser t a car a dan pr oses dalam m elaksanakan usaha bank. Nam un j ika dilihat dalam per spekt if sist em sebagai ent it as, m aka hukum per bankan diar t ikan sebagai k um pulan per at ur an hukum yang m er upakan sat u kesat uan yang m asing- m asing unsur nya ber kait an sat u sam a lain dan beker j a sam a secar a akt if unt uk m encapai t uj uan k eselur uhan dar i huk um per bank an. Unsur sist em huk um per bank an y ang dim ak sudk an adalah per at ur an huk um ( nor m a) , asas- asas huk um , dan penger t ian- penger t ian hukum yang t er dapat di dalam nya. Unsur hukum t er sebut dibangun di at as t er t ib huk um , sehingga t er dapat k ehar m onisan di dalam at au di luar nya, dan dapat dihindar kan adanya t um pang t indih ( over lapping) di ant ar a unsur - unsur yur idis t er sebut . Kalau t er j adi konflik m engenai per soalan per bankan, m aka solusiny a adalah m elalui asas huk um y ang t er dapat dalam sist em huk um per bank an it u sendir i.

Kalau Undang- Undang Per bank an ingin diubah, m ak a pem bangunan sist em huk um per bank an har us dilak uk an dengan car a: per t am a, m em bangun kesadar an publik; kedua, m em per siapkan subt ansi hukum , ket iga, m elakukan sosialisasi hukum kepada sem ua st akeholder; keem pat , m em per siapkan apar at ur huk um ( st r uk t ur huk um ) ; kelim a, m eny ediak an sar ana dan pr asar ana huk um ; keenam , m elak sanak an huk um ; ket uj uh, m encipt ak an k ult ur huk um ; kedelapan, m elak uk an k ont r ol huk um ; dan

kesem bilan, m elahir kan kr ist alisasi hukum ( nilai hukum ) .

Eksist ensi Undang- Undang Per bankan har us dilihat sebagai subsist em dalam hukum yang lebih luas m eliput i hukum publik ( hukum pidana dan huk um adm inist r at if21) dan huk um per dat a.22 Tulisan ini lebih banyak

20

Selanj ut nya lihat P.D.V.Marsh, Com parat ive Cont ract Law England, France, Germ any, England: Gow er Publishing, 1996, h. 41.

21

Menur ut Rom li sebelum sanksi keper dat aan dan pidana dit er apkan, t indakan adm inist r at if dalam UU Per bankan m er upakan t indakan pencegahan yang ber sifat sem ent ar a.

22

Hukum Per dat a dalam penger t ian luas m eliput i hukum yang t er kodifik asi yait u KUH Per dat a dan KUH Dagang. Bahkan sem ua per at ur an per undang- undangan yang m engat ur hubungan hukum or ang- per seor angan yang bukan hukum t er kodifik asi ant ar a lain bidang hukum keluar ga ( UU Per kaw inan) , hukum benda ( UUPA sebagai bagian dar i hukum benda) , hukum bisnis ( UU Per lindungan Konsum en, UU Monopoli, UU Hak Cipt a, UU Pat en, UU Mer ek ,


(8)

m em usat kan per hat ian fungsi per bankan sebagai salah sat u nor m a hukum y ang m er upak an bagian t idak t er pisahk an dar i huk um per dat a. Sebagai subsist em huk um per dat a, fungsi per bank an m elalui hubungan huk um ant ar a bank dengan nasabah t unduk pada pengat ur an hukum per dat a. Hubungan hukum t er sebut dapat dikualifik asik an dalam 2 ( dua) bent uk.

Per t am a, hubungan huk um ant ar a bank dengan nasabah peny im pan23

disebut per j anj ian sim panan. Kedua, hubungan huk um ant ar a bank dengan nasabah debit or disebut per j anj ian k r edit bank . Kedua bent uk hubungan hukum t er sebut sangat er at k ait annya dengan j am inan sebagai unsur pengam an. Dalam bent uk hubungan hukum yang per t am a, dana yang disim pan oleh nasabah penyim pan har us dapat dij am in keam anannya oleh bank . Bent uk j am inan unt uk m elindungi dana nasabah peny im pan diat ur dalam Lem baga Penj am inan Sim panan, sedangkan bent uk j am inan unt uk m elindungi bank sebagai pem beri kredit adalah lem baga j am inan kebendaan dan j am inan per or angan.

Yang k ur ang m endapat per hat ian selam a ini adalah bagaim ana hubungan ant ar a nasabah penyim pan dana dengan nasabah debit or ? Hubungan t er sebut t idak dapat dik ualifik asik an sebagai hubungan huk um m elaink an hubungan m or al. Sebagai hubungan m or al, m aka per t anggungj aw abannya lebih t inggi di m at a huk um . Mor al m enj adi sum ber dan sek aligus j em bat an et is dalam t onggak hukum perbankan. Dengan dem ikian, dalam pelaksanaan fungsi per bankan t er dapat 2 ( dua) hubungan huk um dan 1 ( sat u) hubungan m or al yang dapat digam bar kan sebagai sebuah segi t iga sam a sisi sebagai ber ikut :

Bank

Hubungan Hukum Hubungan Hukum

Nasabah Nasabah

Debit or Hubungan Mor al Penyim pan

UU Desain I ndust r i, UU Per ser oan Ter bat as, UU BUMN, UU Hak Tanggungan, UU Jam inan Fidusia, dll.) dan hukum w ar is. Pem bagian hukum per dat a ( pr iv at e law ) dan hukum publik ( public law ) ser t a per bedaannya lebih lanj ut lihat David Kelly, cs., Business Law , London: Cavendish Publishing Lim it ed, 2002, h. 6.

23

Dalam Pasal 1 angka 17 UU Per bankan disebut kan bahw a Nasabah Penyim pan adalah nasabah yang m enem pat kan dananya di bank dalam bent uk sim panan ber dasar k an per j anj ian bank dengan nasabah yang ber sangkut an. Selanj ut nya dalam Pasal 1 angka 5 disebut kan penger t ian sim panan adalah dana yang diper cayak an oleh m asyar akat kepada bank ber dasar kan per j anj ian penyim panan dana dalam bent uk gir o, deposit o, ser t ifikat deposit o, t abungan, dan bent uk lainnya yang diper sam akan dengan it u.


(9)

Ber dasar kan bangunan hukum dan m or al t er sebut , m aka seor ang nasabah debit or yang t elah m em per oleh pinj am an kr edit dar i bank pada hakikat nya bukan saj a ber t anggung j aw ab t er hadap bank sebagai pem ber i kr edit , t et api j uga m em iliki t anggung j aw ab m or al t er hadap nasabah penyim pan dana. Di sini t er let ak m akna yang har us diinsafi oleh par a nasabah debit or sehingga penggunaan dana secar a benar dan t epat dalam bent uk - bent uk yang pr odukt if m em iliki per an dan m em ber ikan andil dalam pem bangunan sekt or ekonom i ser t a dapat m eningkat kan t ar af hidup r akyat . Kegagalan pengelolaan dana pinj am an kr edit secar a langsung dapat m er ugikan bank y ang ber sangk ut an dan secar a t idak langsung24 dapat pula m er ugikan kepent ingan nasabah penyim pan.

Pengalam an k r isis ek onom i25 beber apa t ahun yang lalu ket ika t er j adinya bank collapse, nasabah penyim pan t idak m em per oleh per lindungan huk um ( r echt sbescher m ing, legal pr ot ect ion) y ang sem pur na k ar ena pem bent uk Undang- Undang Per bank an sebelum nya t idak m engat ur ny a sehingga t idak t er dapat adanya kepast ian hukum .26 Dengan per k at aan lain, hak per dat a nasabah peny im pan k ur ang m endapat pengat ur an hukum yang m em adai. Keadaan dar i per ist iw a huk um ( r echt sfeit ) t er sebut m enim bulk an per soalan t er sendir i dalam bidang hukum per dat a. Solusi hukum yang dilakukan oleh pem er int ah pada w akt u it u adalah dengan m engeluar kan Sur at Keput usan Pr esiden Nom or 26 Tahun 1998, yang ber isikan penj am inan pem bayar an kepada nasabah penyim pan dana yait u par a deposan. Lahir nya Sur at Keputusan Presiden tersebut bukan berarti tidak m enim bulkan m asalah hukum . Krit ik hukum yang m uncul dan m endasar adalah m engapa pem erint ah harus m enanggung beban dar i per buat an hukum par a bankir dengan m enet apkan

24

Hubungan t ak langsung dapat saj a diper gunakan oleh nasabah penyim pan sebagai alasan unt uk m enunt ut nasabah debit or dan bank t elah m elakukan per buat an m elawan hukum kar ena t idak ber sik ap hat i- hat i m enggunakan dana sehingga m er ugikan nasabah penyim pan. Model t unt ut an ini dapat dilakukan dengan car a class act ion.

25

Kr isis ek onom i, lazim j uga disebut sebagai k r isis m onet er , y ang dialam i negar a Asia Tim ur t er m asuk I ndonesia t elah m eny ebabkan kem er osot an ekonom i yang m endalam dan diser t asi dengan penur unan kegiat an di pasar kr edit secar a dr ast is baik dar i per m int aan m aupun dar i sisi penaw ar an. Lihat S. Sundar i Arie, Tr ansaksi Kr edit dalam Maj alah Hukum

Nasional, Jakar t a: BPHN, 2002, h. 47; Kr isis ekonom i ber akibat pada per ubahan ekonom i

dan per ubahan hukum . Lihat Neil K. Kom esar , Law ’s Lim it , The Rule of Law and Dem and of

Right s, USA: Cam br igde Univ er sit y Pr ess, 2001, h. 180 – 182; Menur ut B. Ar ief Sidhar t a,

k r isis ek onom i y ang dim ulai dengan k r isis huk um y ang m encapai t it ik nadir pada t ahun 1997 yang m enyebabkan kehidupan r akyat m enj adi sangat t er pur uk , m engakibat kan hilangny a keper cayaan r akyat t er hadap pem er int ah ( kekuasaan polit ik) dengan selur uh apar at nya dan t er hadap hukum . Lihat Pusat Penelit ian Per kem bangan Hukum , Jur nal Hukum , Nom or Per dana: 1- 1999, Lem baga Penelit ian Univ er sit as Padj adj ar an, Depar t em en Pendidik an dan Kebudayaan, h. 13 – 1.

26

Undang- Undang Nom or 7 Tahun 1992 t idak m engat ur bagaim ana car any a bank dapat m enj am in uang m asyar akat yang disim pan pada bank apabila bank yang ber sangkut an dilikuidasi.


(10)

j um lah m aksim um pem bayaran yang diberikan kepada nasabah penyim pan.27 Dalam t at ar an nor m at if, pem er int ah t idak sehar usnya m em ber ikan j am inan dengan beban Anggar an Pendapat an Belanj a Negar a kar ena lem baga yang lebih ber hak adalah Dew an Per w ak ilan Rak y at . Sur at Keput usan Pr esiden t er sebut lebih ber nuansa sebagai pr oduk kebij akan ( policy )28 dalam r anah polit ik dan bukan sebagai bagian dari rangkaian hukum perdat a. Oleh karena it u sifat nya hanya sem ent ar a. Sehar usnya per t anggungj aw aban bank dan nasabah ( debit or dan penyim pan) diselesaikan dalam kerangka sist em hukum per dat a.

Asa s- Asa s H u k u m Pe r j a n j ia n M e n gu a sa i H u k u m Pe r ba n k a n

Sist em hukum29 per j anj ian dibangun ber dasar kan asas- asas hukum .30 Mar iam Dar us m engem uk ak an bahw a sist em huk um m er upak an k um pulan asas- asas huk um y ang t er padu di at as m ana dibangun t er t ib hukum .31 Pandangan ini m enunj ukkan ar t i sist em huk um dar i segi subst ant if. Dilihat dar i segi subst ant if, asas hukum per j anj ian adalah suat u pik ir an m endasar

27

Pem erintah m enj am in pem bayaran kem bali uang nasabah penyim pan sebesar m aksim um Rp 20 j ut a, dan t idak m enj elaskan r asio hukum m engenai j um lah pem bayar an di at as angka t er sebut . Lihat Sur at Keput usan Pr esiden Nom or 26 Tahun 1998.

28

Kebij akan di sini diar t ikan sebagai suat u t indakan pem er int ah unt uk m engat asi m asalah publik dan m enj aga t ingkat keper cayaan m asyar akat t er hadap dunia per bankan, sehingga gej olak m asyar ak at dapat diat asi unt uk t uj uan t idak t er j adi kekacauan sosial. Baca William N. Dunn, Pengant ar Analisis Kebij akan Publik, Yogyak ar t a: Gadj ah Mada Univ er sit y Pr ess, 2000, h. 109 – 112; M. I r fan I slam y, Pr insip- Pr insip Per um usan Kebij akan Negar a, Jakar t a: Bum i Ak sar a, 2002, h. 97 – 102.

29

Teor i sist em m er upakan alir an yang paling pent ing dalam posit ivism e hukum , yang int inya bahw a hukum adalah suat u st elsel dari at uran yang ber kait an sat u sam a lain secar a or ganis, secar a pir am ida dar i nor m a- nor m a yang t er bent uk secar a hier ar ki. Lihat N.E Algr a dan K.Van Duyvendij k, Mula Hukum , Jakar t a: Binacipt a, 1983, h. 139; We hav e alr eady

defined law as a syst em of r ules im posed by t he st at e or by t hose having aut hor it y w hich give r ise t o sanct ions or penalt ies w hen t he r ules ar e not com plied w it h. Lihat Mar y Collins, As Lev el Law , London: Cavendish Publishing Lim it ed, 2000, h. 14; The r ule of r ecognit ion of a legal syst em , accor ding t o Har t ,s Concept of Law , det er m ines w hich ot her r ules in t he syst em ar e valid as law . Lihat Roger Cot t er r eli, The Polit ics of Jur ispr udence, ( London:

But t er w or t hs, 1989) , h. 100; Mengenai penger t ian sist em , William A Schr ode dan Voich m enj elaskan bahw a: t he t er m “ syst em ” has t w o im por t ant connot at ions. The fir st is t he

not ion of syst em as an ent it y or t hing w hich has par t icular or der or st r uct ur al ar r angem ent of it s par t s. The second is t he not ion of syst em as a plan, m et hode, device, or pr ocedur e for accom plishing som et hing. Lihat Tat ang Am irin, Pokok- Pokok Teor i Sist em , Jak ar t a: Raj aw ali,

1986, h. 4.

30

Menur ut Henr y Cam pbell Black, pr inciple is a fundam ent al t r ut h or doct r ine, as of

law , a com pr ehensive r ule or doct r ine w hich fur nishes a basis or or igin for ot her s. Lihat

Henr y Cam pbell Black, Blacks Law Dict ionar y, Definit ions of The Ter m s and Phr ases of

Am er ican and English Jur ispr udence Ancient and Moder n, St .Paul Minn: West Publishing Co.,

1991, 828. Makna asas yang dikem ukakan oleh Black ini m asih dalam t ar af m em ber ik an ar ahan bagi ilm u hukum m engenai esensi asas hukum yakni suat u kebenar an yang m endasar unt uk pem bent ukan per at ur an hukum yang m enyeluruh.

31 Lihat Mar iam Dar us Badr ulzam an, Hukum Benda Nasional, Bandung: Alum ni, 1990,


(11)

t ent ang kebenar an ( w aar heid, t r ut h) unt uk m enopang nor m a huk um dan m enj adi elem en yur idis dar i suat u sist em hukum per j anj ian. Di depan, di dalam , dan di belakang pasal- pasal dar i huk um per j anj ian t er let ak cit a- cit a hukum dar i pem bent uk hukum per j anj ian. Jik a nor m a hukum per j anj ian bek er j a t anpa m em per hat ik an asas huk um ny a,32 m ak a nor m a huk um it u akan kehilangan j at i dir i dan sem akin m em ber ikan per cepat an bagi r unt uhny a nor m a huk um t er sebut .33

Hubungan ant ar a nor m a dan asas hukum per j anj ian sedem ikian er at seper t i bangunan r um ah dengan t iang- t iang sebagai penopangnya. Asas hukum per j anj ian m er upak an landasan t em pat m elahir k an nor m a huk um , sebagai r ohani huk um , sebagai t em pat m engany am sist em huk um per j anj ian, sebagai pedom an k er j a bagi hak im , dan pelak sana huk um lainny a. Secar a subst ant if filosofis, asas hukum perj anj ian m enj adi cit a- cit a huk um dan secar a aj ekt if m em ber ikan ar ah dan pat okan unt uk beker j a m enyelesaikan per ist iw a hukum per j anj ian yang kongkr et dalam m asy ar akat . Suat u nor m a hukum per j anj ian yang baik har us m em uat r um usan pasal yang past i ( lex

cer t a) , j elas ( concise) dan t idak m em bingungk an ( unam biguous) .34 Oleh kar ena it u, t idak dapat dit er im a secar a ut uh cit a- cit a hukum dar i paham liber al35 sebelum dapat diper t anggungj aw abkan sesuai dengan hukum kepr ibadian bangsa kit a ( nilai- nilai y ang sesuai dengan pandangan hidup yait u Pancasila) . Hal ini m enunj uk bet apa pent ingny a k eduduk an dan per anan asas hukum per j anj ian dalam suat u sist em huk um per bank an. Ber ikut ini dapat dikem ukakan sej um lah asas hukum dalam sist em hukum per j anj ian yait u asas konsensualism e, asas kepast ian hukum , asas keper cayaan, asas m or al, asas kebebasan ber kont r ak, asas per sam aan, asas keseim bangan, asas kepat ut an, asas k ebiasaan, asas per lindungan bagi golongan lem ah, asas k ekuat an m engikat , dan asas it ikad baik.

Dar i sej um lah asas t er sebut , t er dapat 3 ( t iga) asas yang m er upakan t onggak hukum perj anj ian dalam sist em hukum perbankan yang m eliput i asas konsensualism e, asas kebebasan ber kont r ak, dan asas kekuat an m engik at .

32

Lazim j uga disebut sebagai t at anan hukum int er nal dar i subst ansi hukum . Subst ansi hukum adalah elem en dar i sist em hukum . lihat B.Arief Sidhar t a, loc. cit , h. 14.

33

Nor m a hukum adalah obyek ilm u hukum . The obj ect of legal sicience is t o

under st and t he w ay in w hich law w or ks. Lihat Michael Doher t y ( ed.) , Jur ispr udence: The Philosophy of Law , London: Old Bailey Pr ess, 2001, h. 94.

34

Rom li At m asasm it a, Pengant ar Hukum Kej ahat an Bisnis, Jakar t a: Pr enada Medan, 2006, h. 17.

35

Liber al individualism , som et im es know n as classical liber alism or liber al r at ionalism .

We call a social or der , and t his includes econom ic, legal and polit ical phenom ena. Lihat

Nor m an Bar y, An I nt r oduct ion t o Moder n Polit ical Theor y, New Yor k: St Mar t in’s Pr ess I nc., 2000, h. 11.


(12)

Asas konsensualism e dilahir k an pada saat m om ent um aw al per j anj ian t er j adi yait u pada det ik par a pihak m encapai puncak kesepakat annya. Ket ik a par a pihak m enent uk an hak dan k ew aj iban ser t a hal- hal lain y ang m enj adi subst ansi per j anj ian, m aka par a pihak m em asuki r uang asas k ebebasan ber k ont r ak . Dalam asas ini par a pihak dapat m enent uk an bent uk dan isi dengan bebas sepanj ang dapat diper t anggungj aw abkan m elalui karakt er hukum kepribadian bangsa, bukan karakt er hukum liberal. Tekanan dar i salah sat u pihak m elalui posisi inequalit y of bar gaining pow er dapat m engak ibat k an pr est asi per j anj ian t idak seim bang, dan hal ini m elanggar asas iust um pr et ium . Per j anj ian y ang dem ik ian m enj adi cacat dan ak ibat ny a dapat dibat alkan ( ver niet igbaar , voidable) .36 Per set uj uan secar a t im bal balik t er hadap bent uk dan isi per j anj ian dit andai dengan adanya pem bubuhan t anda t angan at au yang dapat dipersam akan dengan it u. Tanda t angan yang diber ikan m enj adi pengakuan kehendak y ang sah t er hadap isi per j anj ian. Akibat nya per j anj ian t er sebut m engikat bagi kedua belah pihak dan har us dilaksanak an dengan it ikad baik ( t e geode t r ouw , in good fait h) .

Selain it u, dalam hubungan hukum ant ar a bank dengan nasabah debit or t er dapat sej um lah asas- asas dalam bidang huk um j am inan. Secar a gar is besar , hukum j am inan t er bagi dalam 2 ( dua) kelom pok yait u hukum j am inan kebendaan ( zakelij ke zeker heidsr echt ) , dan huk um j am inan per or angan ( per soonlij ke zeker heidsr echt ) .37 Hukum j am inan kebendaan adalah sub sist em dar i huk um benda y ang m engandung sej um lah asas hak kebendaan ( r eal r ight ) , sedangk an huk um j am inan per or angan m er upak an sub sist em dar i hukum per j anj ian y ang m engandung asas pr ibadi ( per sonal

r ight ) .38 Dengan dem ikian hukum j am inan yang oby eknya t er dir i dar i benda adalah sub sist em dar i sist em hukum benda yang m engandung sej um lah asas hukum kebendaan yait u asas absolut , dr oit de suit e, asas assesor ,

36

Cacat kehendak m eliput i 4 ( em pat ) hal yait u kekhilafan, paksaan, penipuan, dan penyalahgunaan keadaan ( m isbr uik van om st andigeheden, undue influence) . Yang t er akhir ini t idak diat ur dalam Pasal 1321 KUH Per dat a dan m er upakan per kem bangan hukum per j anj ian. Penyalahgunaan keadaan dapat dij adikan dasar unt uk m elum puhkan per j anj ian sehubungan dengan keunggulan ekonom is. Hal ini dapat dilihat dar i kasus Bovag I I , put usan HR t anggal 11 Januar i 1957; kasus Bum a/ Br inkm ann, put usan HR t anggal 24 Mei 1968; kasus Weduw enpensioen, put usan HR t anggal 29 Apr il 1972; kasus Brandwij k/ Bouwbur eau Brandwij k BV, put usan HR t anggal 2 Novem ber 1979. Lihat J.M. van Dunne dan Gr . v an der Bur ght , Penyalahgunaan Keadaan ( pener j em ah: Sudikno Mer t okusum o) , Dew an Ker j a sam a I lm u Hukum Belanda dengan I ndonesia Pr oyek Hukum Per dat a, Medan, 1987, h. 31 – 51. Dalam huk um anglo saxon, m enur ut David Kelly cs. dikat akan bahw a “ t he effect of undue

influence is t o m ake a cont r act voidable, but delay m ay bar t he r ight t o avoid t he agr eem ent ” . op. cit ., h. 176.

37

Lihat Sr i Soedew i Masj chun Sofw an, Hukum Jam inan di I ndonesia Pok ok- Pokok

Hukum Jam inan dan Jam inan Per or angan, Yogyak ar t a: Liber t y, 1980, h. 43; Kar t ono, Hak-Hak Jam inan Kr edit , Jakar t a: Pr adnya Par am it a, 1977, h. 5; R. Subekt i, Jam inan- Jam inan unt uk Pem ber ian Kr edit Menur ut Hukum I ndonesia, Bandung: Alum ni, 1982, h. 25.

38


(13)

asas assesi, asas pem isahan hor izont al, asas spesifik asi, asas t er buka, dan asas m udah dieksekusi.

Hukum j am inan kebendaan dalam t at ar an huk um posit if m eliput i huk um j am inan kebendaan yang diat ur dalam KUH Per dat a yait u gadai ( pand)39 dan hipot ek40, sedangk an y ang ber ada di luar KUH Per dat a adalah Hak Tanggungan41 dan Jam inan Fidusia.42 Dengan dem ik ian, m asih t er dapat asas- asas hukum j am inan k ebendaan yang ber sifat khusus sesuai dengan j enis j am inanny a.

Hukum j am inan per or angan m eliput i j am inan per or angan ( per sonal

guar ant ee) dan j am inan per usahaan ( cor por at e guar ant ee) . Di sam ping it u

dikenal secar a khusus j am inan pem er int ah ( gover nm ent guar ant ee) .

H u b u n ga n H u k u m a n t a r a Ba n k de n ga n N a sa b a h D e bit or

Dalam Undang- Undang Per bankan yang dim aksud dengan bank adalah badan usaha y ang m enghim pun dana dar i m asy ar akat dalam bent uk sim panan dan m eny alur k anny a k epada m asy ar ak at dalam bent uk k r edit dan at au bent uk- bent uk lainnya dalam r angk a m eningk at k an t ar af hidup r akyat banyak, sedangkan yang dikat ak an sebagai nasabah adalah pihak yang m enggunakan j asa bank, m eliput i nasabah debit or dan nasabah penyim pan. Nasabah debit or adalah nasabah yang m em per oleh fasilit as k r edit at au pem biay aan ber dasar k an pr insip sy ar iah at au y ang diper sam akan dengan it u ber dasar kan per j anj ian dengan nasabah yang ber sangkut an.

39

Lihat kar akt er hukum ( r echt skar akt er ) j am inan gadai yang diat ur dalam Pasal 1150 s.d. 1160 KUH Per dat a. Bandingkan dengan kar akt er hukum gadai pada Per usahaan Um um Pegadaian dan Gadai dalam hukum adat .

40 Lihat kar akt er hukum j am inan hipot ek yang diat ur dalam Pasal 1162 s.d. 1232 KUH

Per dat a j o Pasal 314 KUH Dagang. Set elah keluar ny a Undang- Undang Nom or 4 Tahun 1996, hipot ek hanya ber laku unt uk kapal laut . Hipot ek at as pesaw at t er bang diat ur dalam Undang-Undang Nom or 15 Tahun 1992.

41

Baca lebih lanj ut Hak Tanggungan yang diat ur dalam Undang- Undang Nom or 4 Tahun 1996; St . Rem y Sj ahdeini, Hak Tanggungan, Bandung: Alum ni, 1999.

42

Baca Yur ispr udensi Fiduciair e Eigendom s Ov er dr acht ( FEO) dan Undang- Undang Nom or 42 Tahun 1999. Bagaim ana per anan hakim dalam sum bangannya bagi pem bent ukan Undang- Undang Jam inan Fidusia. Apakah hukum sang hakim diam bil alih oleh pem bent uk undang- undang at au hukum sang hakim dibiar kan sedem ik ian rupa. Oliv er Wendell Holm es m engat akan bahw a “ t he law is w hat t he cour t s w ill do. I t is not a syst em of abst r act


(14)

Yang m enj adi fokus disam paikan pada har i ini adalah nasabah yang m em per oleh fasilit as kr edit bank bukan nasabah yang m em per oleh fasilit as pem biayaan ber dasar kan pr insip syar iah.43

Per j anj ian kr edit bank sam pai saat ini selalu m enar ik per hat ian publik dan m enj adi isu pem bicar aan baik di kalangan t eor it ik us m aupun pr ak t isi hukum . Hal ini kar ena belum dir asakan adanya kepast ian, apakah bent uk dan isi per j anj ian kr edit bank t er sebut t er m asuk dalam r uang lingkup per j anj ian yang diat ur dalam KUH Per dat a at au bukan, apakah sifat per j anj iannya dapat dikat egor ikan sebagai per j anj ian ber dim ensi publik, sehingga negar a dapat cam pur t angan k e dalam ny a k hususnya per j anj ian-per j anj ian kr edit yang t er j adi di lingkungan bank pem er int ah.

Hadir in yang saya hor m at i,

Jika dit elusur i pasal dem i pasal dalam Buku I I I KUH Per dat a yang m engat ur t ent ang Per ikat an pada um um nya dan Per j anj ian Khusus, t idak dij um pai ist ilah kr edit .44 Dalam kehidupan sehar i- har i, kat a kr edit selalu diident ikkan dengan ut ang at au pinj am an apakah ber upa uang at au bar ang. Or ang yang m em per oleh kr edit adalah or ang yang m endapat keper cayaan45 dar i or ang lain at au bank yang t elah m em ber ik an pinj am an unt uk j angk a w ak t u t er t ent u dan pihak y ang m em inj am ak an m engem balik an ut angny a sesuai dengan per j anj ian yang disepakat i. Dalam pr akt ik bisnis, pengem balian ut ang diikut i dengan bunga at au im balan t er t ent u.

Ber beda dengan penger t ian kr edit dalam pandangan hukum , Undang-Undang Nom or 10 Tahun 1998 m em ber ik an r um usan “ k r edit adalah penyediaan uang at au t agihan yang dapat diper sam akan dengan it u, ber dasar kan per set uj uan at au kesepakat an pinj am - m em inj am ant ar a bank

43

Hubungan ant ar a nasabah yang m em peroleh fasilit as pem biayaan ber dasar kan pr insip syariah sudah lam a dikenal dalam m asyar akat I slam , nam un bar u m endapat pengakuan dan dipopuler kan secar a y ur idis for m al dalam Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998 sebagai per ubahan dar i Undang- Undang Nom or 7 Tahun 1992. Dalam undang- undang t er sebut diper kenalkan ist ilah pem biayaan ber dasar kan pr insip syar iah. Selanj ut nya figur pem biayaan ber dasar kan pr insip syar iah sem akin har i ber kem bang ke ar ah yang sem ar ak dan digem ar i oleh m asyar akat .

44 Secar a et im ologi ist ilah k redit ber asal dar i bahasa Lat in “ creder e” , bahasa Belanda

“ ver t r ouw en” , bahasa I nggr is “ believe” at au “ t r ust of confidence” , yang ber ar t i keper cayaan. Kat a “ creder e” at au “ cr edit um ” ber asal dar i kat a “ credo” ber ar t i m em per cayakan. Lihat K. Pr ent , cm , dk k ., Kam us Lat in- I ndonesia, Sem ar ang: Yayasan Kanisius, 1969, h. 102.

45

Mengapa or ang diper cay ai? Secar a m or al, or ang t er sebut m em iliki t ingk ah lak u dan kepr ibadian yang baik ; secar a ekonom i, or ang t er sebut m am pu unt uk m em bayar ut angnya; secar a yur idis, or ang t er sebut ber t anggung j aw ab unt uk m elaksanakan kew aj ibannya.


(15)

dengan pihak lain yang m ew aj ibkan pihak pem inj am unt uk m elunasi ut angnya set elah j angka w akt u t er t ent u dengan pem ber ian bunga.”

Molenaar m engat ak an kr edit adalah “ het ver r icht en van een pr est at ie in r uil

voor een uit gest elde t egen pr est at ie” ( ar t inya m em ber ikan pr est asi unt uk

dit ukar dengan im balan pr est asi set elah j angk a w ak t u t er t ent u) . Jonhson m engat ak an “ cr edit is t he pow er t o obt ain goods or ser vice by giving a

pr om ise t o pay m oney ( or goods) on dem and or at a specified dat e in t he fut ur e.”46

Rum usan Molenaar lebih m enekankan kepada aspek per ikat an ( ver bint enis) yait u kredit sebagai obyek perikat an. Hal ini t erlihat dalam Pasal 1234 B.W47 y ang ber buny i “ Zij st r ekken om iet s t e geven, t e doen, of niet t e doen” .48 Jadi obyek per ikat an at au disebut j uga pr est asi ada 3 ( t iga) j enis yait u m em ber ik an sesuat u ( iet s t e geven) , ber buat sesuat u ( iet s t e doen) , dan t idak ber buat sesuat u ( iet s niet t e doen) . Penger t ian y ang diber ik an oleh Molenaar m asih ber sifat um um , belum m enunj ukkan adanya hal- hal khusus dar i kr edit it u sendir i t er m asuk ke dalam j enis pr est asi y ang m ana. Menur ut hem at penulis, kredit bank t erm asuk dalam j enis prest asi berbuat sesuat u.49 Rum usan yang lebih spesifik dapat dilihat dar i Undang- Undang Per bankan dengan m enit ikber at kan bahw a kr edit m er upakan suat u per j anj ian ant ar a bank dengan nasabah debit or . Di sini secar a j elas subyek hukum nya t elah dit ent ukan dan per j anj ian t er sebut lahir dar i kesepakat an pinj am m em inj am . Mom ent um yur idis yang m elat ar belak angi hubungan huk um ant ar a bank dengan nasabah debit or adalah asas konsensualism e, yang t er cer m in dalam Pasal 1320 angka 1 KUH Per dat a bahw a kat a sepakat m er upakan salah sat u syar at subyekt if unt uk m elahir kan per j anj ian,

46

Lihat Tan Kam ello, Tanah Belum Ber ser t ifikat sebagai Jam inan Kr edit dalam Pr akt ik

Bank Di Kot am adya Daer ah Tingkat I I Medan, Medan: Tesis, Fakult as Pascasar j ana UGM,

Pr ogr am KPK UGM- USU, 1992, h. 16. Bandingkan Henr y Cam pbell Black m engar t ikan “ credit

is t he abilit y of business or per son t o bor r ow m oney, or obt ain goods on t im e, in consequence of t he favorable opinon held by t he par t icular lender as t o solv ency and past hist or y of r eliabilit y.” Black’s Law Dict ionar y ( St . Paul. Minn: West Publishing Co., 1991,

h. 255.

47

Pasal 1234 KUH Per dat a ber bunyi “ Tiap- t iap per ikat an adalah unt uk m em ber ik an sesuat u, unt uk ber buat sesuat u, at au unt uk t idak ber buat sesuat u. Lihat t er j em ahan R. Subek t i dan R. Tj it r osdibio, Kit ab Undang- Undang Hukum Per dat a, Jakar t a: Pr adnya Par am it a, 1981, h. 291.

48 E.M.L. Engelbr echt , De Wet boek en Wet t en en Ver or diningen Benevens de Gr ondw et

v an 1945 v an de Republiek I ndonesie, Leiden: AW Sij t hoff’s Uit gever s Maat schappij NV,

1960, h. 353.

49

Pr est asi ber buat sesuat u diat ur dalam Pasal 1235 KUH Per dat a ber bunyi “ Tiap- t iap per ikat an ber buat sesuat u, at au unt uk t idak ber buat sesuat u, apabila si ber ut ang t idak m em enuhi kew aj ibannya, m endapat k an penyelesaiannya dalam kew aj iban m em ber ik an penggant ian biaya, r ugi, dan bunga” .


(16)

sedangkan uang at au yang diper sam akan dengan it u m er upakan obyek per j anj ian yang t idak boleh ber t ent angan dengan undang- undang, kesusilaan at au ket er t iban um um sebagaim ana yang dit egaskan dalam Pasal 1320 angka 4 j o Pasal 1337 KUH Per dat a.

Per soalan huk um lainny a, apak ah kat a kr edit dalam Undang- Undang Per bankan dapat diident ikkan dengan kat a pinj am m em inj am at au pinj am m enggant i dalam Pasal 1754 KUH Per dat a. Dalam r um usan kr edit yang t er cant um pada Pasal 1 angk a 11 Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998, kat a pinj am m em inj am m er upakan elem en yang dikhususkan t er j adi pada hubungan huk um ant ar a bank dengan nasabah debit or , sehingga m ak nany a lebih sem pit dar i penger t ian kr edit .

Ar t i yur idis dar i pinj am m em inj am at au pinj am m enggant i sebagai t er j em ahan dar i ver br uikleening dalam Pasal 1754 B.W adalah: “ Ver br uikleening is eene over eenkom st , w aar bij de eene par t ij aan de

ander e eene zeker e hoeveelheid van ver br uikbar e zaken afgeeft , onder voor w aar de dat de laat st gem elde haar even zo veel van gelij ke soor t en hoedanigheid t er ug geve.”50

( Pinj am m em inj am ialah per set uj uan dengan m ana pihak yang sat u m em ber ikan kepada pihak yang lain suat u j um lah t er t ent u bar ang- bar ang yang m enghabis kar ena pem akaian, dengan sy ar at bahw a pihak y ang belakangan ini akan m engem balikan sej um lah yang sam a dar i m acam dan keadaan yang sam a pula) .51

Dalam hukum per j anj ian dikenal beber apa sifat per j anj ian, salah sat unya adalah per j anj ian konsensuil per j anj ian r iil. Suat u per j anj ian dikat akan ber sifat konsensuil apabila per j anj ian it u sudah t er cipt a dengan kat a sepakat saj a, sedangkan per j anj ian r iil adalah per j anj ian y ang m enghendak i di sam ping kat a sepakat m asih diper lukan suat u per buat an nyat a yait u peny er ahan bar ang y ang m enj adi oby ek ny a.

Sifat hukum dar i per j anj ian pinj am m em inj am at au pinj am m enggant i adalah konsensuil dan r iil. Hal ini dapat dibukt ikan dengan r um usan pada aw al kalim at “ per set uj uan dengan m ana pihak yang sat u m em ber ikan kepada pihak yang lain” . Pada pr insipnya yang t er j adi bar u kesepakat an unt uk m em ber ikan sesuat u kepada pihak lain, sedangk an peny er ahanny a belum t er j adi. Secar a t eor et is, ant ar a t er cipt anya kesepakat an dengan

50 W.A. Engelbr echt , op. cit ., h. 426. 51


(17)

t er j adinya penyer ahan ( lever ing) dapat dipisahkan. Dapat saj a t er j adi penyer ahan bar ang dilakukan belakangan.

Bagaim ana kom ent ar ahli hukum ?

Menur ut Wir j ono Pr odj odik or o bahw a pem inj am an uang lazim ny a dianggap sebagai suat u per set uj uan yang ber sifat “ r eel” , t idak “ consensueel” .52

Mar iam Dar us m engat ak an bahw a per j anj ian k r edit adalah per j anj ian pendahuluan y ang ber sifat k onsensuil sedangk an peny er ah uangny a ber sifat r iil. Dalam aspek konsensuil dan r iil per j anj ian kr edit m em iliki ident it as sendir i dengan sifat - sifat um um sebagai ber ikut :53 per t am a, m er upak an per j anj ian pendahuluan ( v oor ov er eenkom st ) dar i per j anj ian penyer ahan uang; kedua, per j anj ian k r edit ber sifat k onsensuil; ket iga, per j anj ian peny er ahan uangnya ber sifat r iil; keem pat , per j anj ian k r edit t er m asuk dalam j enis per j anj ian st andar ; kelim a, per j anj ian kr edit bany ak dicam pur i pem er int ah; keenam , per j anj ian k r edit lazim ny a dibuat secar a r ekening kor an; ket uj uh, per j anj ian k r edit har us m engandung per j anj ian j am inan; kedelapan, per j anj ian kr edit dalam aspek r iil adalah per j anj ian sepihak; kesem bilan, per j anj ian kr edit dalam aspek konsensuil adalah per j anj ian t im bal balik.

Asser - Kleyn m engat ak an bahw a per j anj ian kr edit adalah per j anj ian pendahuluan dar i per j anj ian pinj am uang. Windscheid m engem uk ak an bahw a per j anj ian kr edit adalah per j anj ian dengan sy ar at t angguh ( condit ion

pot est at ive) . Felt ber pendapat bahw a per j anj ian pinj am m enggant i adalah

ber sifat r iil. Per j anj ian kr edit bar u lahir pada saat dilakukannya r ealisasi k r edit . Konsek uensiny a, per j anj ian k r edit ber sifat r iil. Goudek et m engat ak an bahw a per j anj ian kr edit yang di dalam nya t er dapat per j anj ian pinj am uang adalah per j anj ian yang ber sifat konsensuil.54

Rem y Sj ahdeini m engem ukak an bahw a per j anj ian kr edit t idak ident ik dengan per j anj ian pinj am uang dalam KUH Per dat a. Ada cir i k husus dar i per j anj ian kr edit yang m em bedakannya dar i per j anj ian pinj am uang biasa. Cir i k husus t er sebut adalah: ada beber apa bank y ang m em uat dalam per j anj ian kr edit nya k lausul yang dinam akan condit ion pr ecedent y ak ni per ist iw a at au kej adian yang har us dipenuhi at au t er j adi t er lebih dahulu set elah per j anj ian dit andat angani oleh par a pihak sebelum pener im a kr edit

52

Wir j ono Pr odj odikor o, Hukum Per dat a t ent ang Per set uj uan- Per set uj uan Ter t ent u, Bandung: Sum ur , 1981, h. 137.

53 Mar iam Dar us Badr ulzam an, Per j anj ian Kr edit Bank, Bandung: Alum ni, 1996, h. 179. 54


(18)

dapat m enggunakan kr edit nya. Per j anj ian kr edit yang m engandung

condit ion pr ecedent adalah per j anj ian konsensuil dan bukan per j anj ian r iil,

sedangkan per j anj ian kr edit yang t idak m em uat condit ion pr ecedent dikat akan per j anj ian r iil.55

Ber dasar kan pendapat di at as, dapat disim pulkan bahw a aj ar an t ent ang sifat perj anj ian kredit bank t erbagi at as 3 ( t iga) yait u: pert am a, aj aran yang m engat ak an per j anj ian kr edit bank dan per j anj ian pinj am uang m er upak an sat u per j anj ian yang ber sifat konsensuil- obligat oir ; kedua, aj ar an y ang m engat ak an per j anj ian kr edit bank dan per j anj ian pinj am uang m er upak an dua per j anj ian y ang ber sifat konsensuil dan r iil; ket iga, aj ar an yang m engat akan perj anj ian kredit bank m erupakan perj anj ian dengan syarat t angguh.

Pandangan penulis m engenai hal ini adalah bahw a per j anj ian kr edit bank adalah suat u pr oses per j anj ian unt uk m endapat k an pem inj am an uang y ang didahului dengan m engadakan perm ufakat an dan diakhiri dengan penyerahan. Mom ent um t er j adinya 2 ( dua) hubungan huk um t er sebut ber beda. Per j anj ian kr edit lahir pada saat dit andat angani for m ulir per j anj ian kredit bank, yang m em iliki sifat konsensuil- obligat oir, sedangkan penyerahan uang ( lever ing) m enyusul kem udian set elah ada per nyat aan dar i bank bahw a nasabah debit or dibolehkan m engam bil uang ( pinj am an) , yang sifat nya r iil. Jadi, ant ar a per m ufakat an dengan peny er ahan uang t er dapat w akt u t unggu yang m enangguhkan unt uk kesem pur naan per j anj ian k r edit bank seper t i yang diat ur dalam Pasal 1253 KUH Per dat a t ent ang per ikat an ber syar at dan Pasal 1263 KUH Per dat a t ent ang per ikat an dengan syar at t angguh. Dalam Pasal 1253 KUH Per dat a dit ent ukan syar at nya adalah per ist iw a yang m asih ak an dat ang dan m asih belum t ent u akan t er j adi, sedangkan dalam Pasal 1263 KUH Per dat a, pem enuhan per ik at an hany a dapat dit unt ut oleh kr edit or apabila syar at t angguh it u t elah t er penuhi. Selam a sy ar at it u belum t erpenuhi, m aka kewaj iban berprest asi oleh debit or belum lagi ada, walaupun hubungan huk um ant ar a par a pihak t et ap ada.56

Dilihat dar i j enis per j anj ian, per j anj ian kr edit bank m er upakan per j anj ian t im bal balik, ar t inya j ika pihak bank dan nasabah debit or t idak m em enuhi isi per j anj ian m ak a salah sat u pihak dapat m enunt ut pihak lainny a sesuai dengan j enis pr est asinya. Penyer ahan uang dalam per j anj ian kr edit bank m er upak an per j anj ian sepihak , ar t inya j ika pihak t idak m er ealisasikan

55

St .Rem y Sj ahdeini, Beber apa Masalah Hukum di Sekit ar Per j anj ian Kr edit Bank, Sim posium Per bankan, Medan, 1990, h. 10.

56Lihat Mar iam Dar us Badr ulzam an, Kom pilasi Hukum Per ikat an, Bandung: Adit ya


(19)

pinj am an uang m ak a nasabah debit or t idak dapat m enunt ut bank dengan alasan ingkar j anj i, dem ikian j uga sebaliknya kalau nasabah debit or t idak m au m engam bil pinj am an uang set elah diber it ahukan oleh bank m ak a bank t idak dapat m enunt ut nasabah debit or . Secar a y ur idis nor m at if, per j anj ian kr edit bank yang sudah disepakat i m enim bulkan akibat hukum ( r echt sgev olg) yang m engikat dan har us dij alankan dengan it ikad baik. Hal ini secar a t egas dinyat akan dalam Pasal 1320 j o Pasal 1338 KUH Per dat a. Dilihat dar i aspek j enis per j anj ian lainnya, per j anj ian kr edit bank t er golong dalam j enis per j anj ian t idak ber nam a ( onbenoem de over eenkom st ,

innom inaat cont r act en) . Hal ini didasar kan pada Pasal 1319 KUH Per dat a,

sedangkan per j anj ian pinj am m enggant i m er upakan per j anj ian ber nam a. Dilihat dar i bent uk per j anj ian, KUH Per dat a hanya m enent ukan pedom an um um bahw a per j anj ian har us dibuat dengan kat a sepakat kedua belah pihak. Kat a sepakat t er sebut dapat ber bent uk isyar at , lisan, dan t er t ulis. Dalam bent uk t er t ulis, per j anj ian dapat dilakukan dengan akt a di baw ah t angan dan akt a ot ent ik. Dalam pr akt ik bank, bent uk per j anj ian kr edit dapat dibuat dengan akt a di baw ah t angan dan akt a ot ent ik ( akt a not ar is) . Kedua bent uk per j anj ian kr edit t er sebut dibuat dalam bent uk per j anj ian baku, yait u suat u per j anj ian yang sebelum ny a t elah diper siapk an isi at au klausul- klausulnya oleh bank dalam suat u for m ulir t er cet ak.57 Dalam bent uk per j anj ian kr edit yang dem ikian, pada hak ik at ny a k ehendak y ang sebenar nya belum t er w uj ud dalam per j anj ian kr edit . Kehendak nasabah debit or hanya diber ikan secar a for m al disebabkan adanya ket er gant ungan ak an k ebut uhan k r edit . Di sinilah let aknya kedudukan nasabah debit or m enj adi lem ah secar a y ur idis- ek onom is dan k ur ang m engunt ungk an. Dengan kekuasaan ekonom i yang lem ah, nasabah debit or t idak m em puny ai pilihan lain dan t er paksa unt uk m ener im a per syar at an per j anj ian yang disodor kan kepadanya.58 Menur ut Ruit inga, kekuasaan ekonom is it u t er dir i dar i 2 ( dua) unsur yait u, per t am a, t er dapat ny a k ebut uhan bagi salah sat u pihak unt uk ber t r ansaksi; kedua, k ek uat an posisi ek onom is dar i pihak lainnya.59 J.M. v an Dunne dan Gr . v an der Bur ght m engat ak an bahw a kedudukan ekonom is yang lebih kuat ini ser ing t am pak pada per j anj ian-per j anj ian baku.60 Dilihat dar i sisi per lindungan hukum konsum en,

57

Lihat St . Rem y Sj ahdeini, Kebebasan Ber kont r ak dan Per lindungan yang Seim bang

Bagi Par a Pihak dalam Per j anj ian Kr edit Bank di I ndonesia, Jakar t a: I nst it ut Bankir

I ndonesia, 1993, h. 182.

58

Wahyono Har dj o, Masalah Kedudukan Pihak yang Lem ah Secar a Ekonom is dalam

Per j anj ian, Him punan Lapor an Hasil Pengkaj ian Bidang Hukum Per dat a Tahun 1982/ 1983

dan 1983/ 1984, Jakar t a: BPHN, 1985, h. 139.

59 Disit ir oleh Wahyono Har dj o, ibid., h. 140. 60


(20)

per j anj ian baku yang dit et apkan bank sebagai pelaku usaha, m aka klausul y ang diper lak ukan t er hadap debit or ( nasabah debit or ) dalam per j anj ian t er sebut adalah bat al dem i hukum ( niet ig, null and void) .61 Mengapa pem bent uk undang- undang m enyat akan bat al dem i hukum , bukan dapat dibat alkan ( ver niet igbaar) ? Ada alasan unt uk m em benar k an hal t er sebut ant ar a lain: per t am a, nor m a hukum nya diny at akan sebagai im per at if, dan

kedua, isinya t idak dibenar kan oleh undang- undang. Ber beda halnya dalam

pandangan t eor i huk um per j anj ian, apabila salah sat u pihak t idak m em puny ai k em am puan unt uk m eny at ak an kehendaknya kar ena ada fakt or penyalahgunaan keadaan seper t i keungulan ekonom is, m aka per j anj ian it u cacat suby ek t if dan akibat huk um ny a dapat dibat alk an.

Hadir in yang saya hor m at i,

Per kem bangan hukum per bankan khususny a bagi bank - bank pem er int ah y ang m enyalur k an k r edit pada ak hir - ak hir ini selalu dikait kan dengan t indak pidana kor upsi. Bank pem er int ah m em iliki st at us Badan Usaha Milik Negar a ( BUMN) , yait u badan usaha yang selur uh at au sebagian besar m odalnya dim iliki oleh negar a m elalui penyer t aan secar a langsung yang ber asal dar i kekayaan negar a yang dipisahkan.62 Cam pur t angan negar a t er hadap bank t er j adi ant ar a lain ket ika nasabah debit or yang m em per oleh fasilit as kr edit m engalam i kem acet an. Di kalangan ahli hukum m asih ber beda pendapat t ent ang apakah kr edit m acet t er m asuk dalam r uang lingkup per dat a at au pidana? Kalangan penegak hukum khususny a pihak k ej ak saan ber anggapan bahw a negar a t elah dir ugikan akibat k esalahan par a pengur us bank , sehingga har us dim int a per t anggungj aw abanny a secar a pidana.63 Anggapan

61

Lihat Pasal 18 ayat ( 3) Undang- Undang Nom or 8 Tahun 1999 t ent ang Per lindungan Konsum en.

62

Pasal 1 j o Pasal 4 Undang- Undang Nom or 19 Tahun 2003 t ent ang Badan Usaha Milik Negar a.

63

Lihat kasus- kasus kr edit m acet yang dibaw a ke pengadilan, ant ar a lain kasus Bank Mandir i. Dir ekt ur ut am anya dit unt ut oleh j aksa di Pengadilan Neger i Jakar t a Selat an, yang m endalilkan per buat an t er sebut dikualifik asi sebagai t indak pidana kor upsi kar ena negar a t elah dir ugikan. Put usan hakim adalah m em bebaskan t er dakw a. Baca Put usan PN Jakar t a Selat an No. 2068/ Pid.B/ 2005/ PN, t anggal 20 Febr uar i 2006. Hal m enar ik unt uk dicer m at i m engenai delik kor upsi adalah penguj ian beber apa pasal dar i Undang- Undang Nom or 31 Tahun 1999 yang t elah diubah dengan Undang- Undang Nom or 20 Tahun 2001 t ent ang Pem ber ant asan Tindak Pidana Kor upsi, yang dim ohonkan oleh I r .Daw ud Dj at m iko m elalui k uasany a Abdul Razak Dj aelani, S.H, dk k . k epada Mahkam ah Konst it usi. Dalam salah sat u per t im bangan hukum put usan Mahkam ah Konst it usi Nom or 003/ PUU- I V/ 2006, t anggal 25 Juli 2006 dikat akan bahw a dengan asas kepast ian hukum ( r echt szeker heid) dalam m elindungi hak seseor ang, hubungan kat a “ dapat ” dengan “ m er ugik an keuangan negar a” t er gam bar kan dalam 2 ( dua) hubungan yang ekst r em : ( 1) ny at a- nyat a m er ugikan negar a at au ( 2) kem ungkinan dapat m enim bulkan kerugian. Hal yang t er ak hir ini lebih dek at dengan m aksud m engkualifik asik an delik kor upsi m enj adi delik for m al. Put usannya m engat akan bahw a Penj elasan Pasal 2 ayat ( 1) Undang- Undang Pem ber ant asan Tindak


(21)

t er sebut didasar kan kepada pem aham an yang ber asal dar i m odal bank yang m er upakan kekayaan negar a yang dipisahkan. Secar a per dat a, j ika dicer m at i m akna yur idis dar i “ kekayaan negar a y ang dipisahk an” , ber ar t i bahw a negar a sehar usnya t idak dibenar kan m encam pur i pengelolaan kor por asi yang dilakukan oleh pengur us bank pem er int ah t er sebut . Apabila t er j adi kelalaian yang dilakukan pengur us dan m engakibat kan ker ugian bagi bank yang ber sangkut an, m aka per t anggungj aw aban dapat dim int akan secar a per dat a bukan pidana kecuali Rapat Um um Pem egang Saham m enent uk an lain. Ber beda j ik a fr ase t er sebut ber buny i “ kek ay aan negar a yang disisihkan” .64 Dalam hal ini, negar a m asih diper kenankan unt uk m elakukan cam pur t angan t er hadap pengelolaan kor por asi dar i usaha bank, dan at ur an t ent ang t indak pidana kor upsi dapat dit er apkan.

Dar i pandangan hukum per dat a, ket ika negar a m em isahkan m odalnya unt uk dikelola oleh pengur us bank, m aka per t anggungj aw aban secar a yur idis ber alih kepada kor por asi. Dalam hukum kor por asi, kepengur usan BUMN dilak uk an oleh dir ek si y ang ber t anggung j aw ab penuh at as pengur usan t er sebut unt uk kepent ingan dan t uj uan BUMN. Dalam m elaksanakan t ugas t er sebut , dir eksi ber pegang kepada pr insip Good

Cor por at e Gover nance. Tugas dir eksi diaw asi oleh kom isar is. Jika dir eksi

m elakukan kesalahan baik kar ena per buat an m elaw an huk um ( onr echt m at igedaad) m aupun k ar ena w anpr est asi y ang m engak ibat k an ker ugian bagi per usahaan at au pihak ket iga, m aka dir eksi akan m em per t anggungj aw abkan per buat an hukum nya secar a per dat a dalam Rapat Um um Pem egang Saham ( RUPS) . Masalah int er nal dalam per usahaan t idak dapat diint ervensi oleh pihak ekst ernal ( pihak kepolisian dan kej aksaan) , k ecuali hasil k eput usan RUPS m enghendak i hal t er sebut . Kepada pem egang saham m inor it as y ang dir ugik an dapat m em per gunak an hak ny a unt uk

Pidana Kor upsi sepanj ang fr ase yang ber bunyi “ Yang dim aksud dengan ‘secar a m elaw an hukum ’ dalam pasal ini m encakup per buat an m elaw an hukum dalam ar t i for m al m aupun dalam ar t i m at er ial, yakni m eskipun per buat an t er sebut t idak diat ur dalam per at ur an per undang- undangan, nam un apabila per buat an t er sebut dianggap t er cela kar ena t idak sesuai dengan r asa keadilan at au nor m a- nor m a kehidupan sosial dalam m asyar akat , m aka per buat an t er sebut dapat dipidana “ ber t ent angan dengan Undang- Undang Dasar Negar a Republik I ndonesia dan t idak m em punyai kekuat an hukum m engik at ” . Kesim pulan yang dapat diam bil bahw a konsep m elaw an hukum m at er ial yang m er uj uk kepada kepat ut an, kehat i- hat ian, dan kecer m at an sebagai suat u nor m a keadilan m er upakan ukur an yang t idak past i, sehingga t idak m em ber ik an per lindungan dan kepast ian hukum yang adil. Per soalan hukum akan m uncul j ika put usan Mahkam ah Agung yang m em er iksa per kar a kor upsi ber pendir ian lain m engenai pener apan Pasal 2 t er sebut .

64

Fr ase hukum ini digunakan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nom or 6 Tahun 1968 yang ber bunyi “ bagian dar i kekayaan m asyar akat I ndonesia, t er m asuk hak- hak dan benda- benda, baik yang dim iliki oleh negar a m aupun sw ast a nasional at au sw ast a asing yang ber dom isili di I ndonesia, y a n g disisih k a n a t a u dise dia k a n ( kur sif: penulis) guna m enj alankan sesuat u usaha sepanj ang m odal t er sebut t idak diat ur oleh ket ent uan- ket ent uan Pasal 2 Undang- Undang Nom or 1 Tahun 1967 t ent ang Penanam an Modal Asing” .


(22)

m enunt ut secar a per dat a ke Pengadilan Neger i.65 Pelapor an at as per buat an pidana yang dilakukan dir eksi at au kom isar is dapat diaj ukan secar a pr ibadi kepada apar at penegak hukum .66

H u b u n ga n H u k u m a n t a r a Ba n k de n ga n N a sa b a h Pe n y im pa n

Dalam ar t i seder hana, set iap or ang y ang m enyim pan uangny a di bank disebut nasabah penyim pan. Dalam ar t i yur idis, nasabah penyim pan adalah nasabah yang m enem pat kan dananya di bank dalam bent uk sim panan ber dasar kan per j anj ian bank dengan nasabah yang ber sangkut an.67 Yang dim aksud dengan sim panan adalah dana y ang diper cay ak an oleh m asyar akat kepada bank ber dasar kan per j anj ian penyim panan dana dalam bent uk gir o, deposit o, ser t ifik at deposit o, t abungan, dan bent uk lainny a y ang diper sam ak an dengan it u.68

Sebelum nya t elah dikat akan bahw a per j anj ian bank dengan nasabah peny im pan disebut per j anj ian sim panan. Dalam huk um per dat a, figur per j anj ian sim panan akan m enj adi per soalan hukum t er sendir i kar ena t idak t er dapat k ej elasan m engenai pengat ur an dan ident it as huk um ny a.

Jika dicer m at i obyek per j anj ian sim panan ber upa gir o, deposit o, ser t ifikat deposit o, dan t abungan, m aka t idak dit em ukan baik dalam KUH Per dat a m aupun dalam KUH Dagang. Nam un sebagai per j anj ian, t er dapat k et ent uan um um dalam Pasal 1319 KUH Per dat a y ang ber bunyi “ Sem ua per set uj uan, baik yang m em punyai suat u nam a khusus m aupun yang t idak t er kenal dengan suat u nam a t er t ent u, t unduk pada per at ur an- per at ur an um um yang t er m uat di dalam bab ini dan bab y ang lalu” .69

Sebelum m enent ukan t er m asuk ke dalam j enis per j anj ian apakah per j anj ian sim panan it u, dapat dikem ukakan beber apa pasal yang ada hubungannya dengan per j anj ian sim panan. Misalny a per j anj ian penit ipan ( bew aar geving) . Dalam Pasal 1694 KUH Per dat a dik at ak an bahw a “ Penit ipan adalah t er j adi, apabila seor ang m ener im a sesuat u bar ang dar i seor ang lain, dengan syar at bahw a ia akan m enyim pannya dan m engem balikannya dalam w uj udnya

65

Lihat Pasal 85 dan Pasal 98 Undang- Undang Nom or 1 Tahun 1995.

66 Lihat Kit ab Undang- Undang Hukum Acar a Pidana. 67

Pasal 1 angka 17 Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998.

68

Pasal 1 angka 5 Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998.

69

Dalam bahasa Belanda pasal t er sebut ber bunyi “ Alle over eenkom st en, het zij dezelv e

eene eigene benam ing hebben, het dij dezelv e onder gene bij zonder e benam ing bek end zij n, zij n onder w or pen aan algem eene r egelen, w elke het onder w er p van dezen en van den vor ige t it le uit m aken” .


(23)

asal” .70 Dar i segi sifat nya, per j anj ian penit ipan adalah ber sifat r iil. Sifat ini t er dapat j uga pada per j anj ian sim panan, seper t i deposit o at au t abungan. Nam un t er dapat per bedaan di ant ar a keduanya yait u pada per j anj ian penit ipan, bar ang y ang dit it ipk an ak an disim pan dan dik em balikan seper t i w uj ud sem ula ser t a t idak dibebani bunga. Tidak dem ikian dalam per j anj ian sim panan, pihak bank m enet apkan per syar at an um um t er t ent u dalam r ekening deposit o at au r ekening t abungan ant ar a lain pihak pener im a sim panan ( bank) dapat m em per gunakan uang si penyim pan dan dalam w ak t u t er t ent u bank ak an m em ber ik an bunga. Selain it u, Undang- Undang Per bankan secar a t egas m em bedakan ant ar a sim panan dan penit ipan. Yang dim aksud dengan penit ipan adalah penyim panan hart a berdasarkan perj anj ian at au k ont r ak ant ar a bank um um dengan penit ip, dengan k et ent uan bank um um y ang ber sangk ut an t idak m em puny ai hak k epem ilik an at as har t a t ersebut .71 Perj anj ian penit ipan yang diat ur dalam Undang- Undang Perbankan j uga t idak m em ber ik an k et egasan apak ah t unduk pada at ur an KUH Per dat a, nam un dalam pr ak t ik ny a selalu m em per gunak an KUH Per dat a.72 Menur ut R. Subekt i, per j anj ian sim panan ( deposit o) pada hakikat nya adalah suat u per j anj ian pinj am uang dengan bunga.73

Ket ent uan lain y ang dapat dij adik an dasar hubungan ant ar a bank dengan nasabah penyim pan adalah Per j anj ian Pem ber ian Kuasa ( Last geving) . Dalam Pasal 1792 KUH Per dat a dikat akan bahw a “ Pem ber ian kuasa adalah suat u per set uj uan dengan m ana seor ang m em ber ikan kekuasaan kepada seseorang lain, yang m enerim anya, unt uk at as nam anya m enyelenggarakan suat u ur usan” .74 Apakah dapat dik at akan bahw a nasabah penyim pan m em ber ikan kuasa kepada bank ket ika m enandat angani r ekening deposit o at au r ek ening t abungan at au r ek ening k or an. St aub y ang disit ir oleh G. de Gr oot h m engat akan bahw a per j anj ian r ekening kor an adalah novasi75, sedangkan Mar iam Dar us ber kesim pulan bahw a secar a ex pr essis ver bis,

70

Dalam bahasa Belanda pasal t er sebut ber bunyi “ Bew aar geving heeft plaat s, w anneer

m en het goed van een ander aannem ent , onder der voor w aar de van het zelve t e bew ar en en innat ur a t er ug t e geven” .

71 Pasal 1 angka 14 Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998. 72

Lebih lanj ut baca Rem y Sj ahdeini, op. cit ., h. 132 – 134.

73

Subek t i, op. cit ., h. 112.

74

Dalam bahasa Belanda pasal t er sebut ber bunyi “ Last geving is eene over eenkom st ,

w aar bij iem and aan eenen ander en de m agt geeft , en deze aanneem t , om eene zaak v oor den last gever , in dezelfs naam , t e ver r igt en” .

75

Novat ie dit er j em ahkan pem bahar uan ut ang. Dalam Pasal 1413 s.d. 1424 KUH Per dat a t idak dit em ukan penger t ian novasi. Dar i pasal t er sebut dapat disim pulkan bahw a novasi adalah per gant ian per ikat an lam a dengan per ikat an bar u. Dalam Pasal 1413 dapat diket ahui adanya 2 ( dua) j enis novasi yait u novasi obyekt if dan novasi subyekt if. St aub t idak m enent ukan lebih lanj ut , apakah per j anj ian r ekening kor an t er m asuk dalam novasi obyekt if at au subyekt if.


(24)

per j anj ian r ekening kor an di dalam Undang- Undang Per bankan m er upakan per j anj ian pem ber ian kuasa.76

Menur ut penulis, per j anj ian sim panan t idak ident ik dengan per j anj ian penit ipan dan j uga t idak dapat dikat akan sebagai per j anj ian pem ber ian k uasa. Per j anj ian sim panan m em ilik i ident it as sebagai per j anj ian t idak ber nam a ( onbenoem de over eenkom st , innom inaat conr act en)77 dengan cir i-cir i sebagai ber ikut : per t am a, per j anj ian sim panan ber sifat r iil, ar t inya lahir nya per j anj ian t idak cukup diper lukan kesepakat an saj a t et api nasabah peny im pan har us m eny er ahk an uang k epada bank unt uk disim pan; kedua, uang yang t elah diser ahkan m enj adi m ilik bank dan penggunaannya m enj adi w ew enang penuh dar i bank ; ket iga, hubungan huk um ny a adalah bank ber kedudukan sebagai debit or dan nasabah penyim pan ber kedudukan sebagai kr edit or ; keem pat , bank bukanlah sebagai pem inj am uang dar i nasabah peny im pan; kelim a, nasabah penyim pan bukan sebagai penit ip uang pada bank; keenam , bank akan m engem balik an sim panan nasabah dengan kont r apr est asi ber upa pem ber ian bunga.

H u k u m Ja m in a n da la m Pe r j a n j ia n Kr e dit Ba n k da n Pe r j a n j ia n Sim pa n a n

Pent ingnya j am inan dalam per j anj ian kr edit bank adalah sebagai salah sat u sar ana per lindungan huk um bagi k eam anan bank dalam m engat asi r isiko, yait u agar t er dapat suat u kepast ian bahw a nasabah debit or akan m elunasi pinj am annya. Dalam Penj elasan Pasal 8 Undang- Undang Nom or 10 Tahun 1998 disebut kan bahw a j am inan pem ber ian k r edit dalam ar t i k ey ak inan at as kem am puan dan kesanggupan nasabah debit or unt uk m elunasi kew aj ibannya sesuai dengan yang diper j anj ikan m er upakan fakt or pent ing yang har us diper hat ikan oleh bank. Unt uk m em per oleh keyakinan t er sebut , bank m elakukan penilaian at as j am inan ( collat er al)78 sebelum m em ber ik an kr edit kepada nasabah debit or dengan m em per hat ikan pr insip kehat i-hat ian. 79 Ada 2 ( dua) m asalah hukum yang har us dicer m at i yait u, per t am a, bagaim ana kalau nasabah debit or t idak m em ber ikan j am inan yang cukup;

76

Lihat Mar iam Dar us Badr ulzam an, op. cit ., h. 51.

77

Legal r easoning unt uk per j anj ian t idak ber nam a t er cant um dalam Pasal 1319 KUH Per dat a.

78 Collat er al is t he pr over t y subj ect t o a secur it y int er est , and includes account s and

chat t el paper w hich have been sold. Lihat St even Em anuel, Secur ed Tr ansact ion, Lar chm ont

NY: Har var d Law School, 1976, h. 5.

79

Di Aust r alia, ada 3 ( t iga) pr insip dasar dalam pem inj am an uang di bank yait u pr insip pengam anan ( safet y) , pr insip keser asian ( suit abilit y ) , dan pr insip keunt ungan ( pr ofit abilit y ) . Lihat W.S.Weer asoor ia, Banking Law and Financial Syst em in Aust r alia, Aust r alia: But t er w or t hs, 1993, h. 554.


(25)

kedua, bagaim ana pula kalau bank kur ang hat i- hat i m engucur kan kr edit nya

sehingga m engak ibat k an k er ugian. Di Am er ik a, t er hadap per soalan per t am a, per buat an hukum dar i nasabah debit or dapat dikat egor ikan sebagai penipuan.80 Unt uk per soalan kedua, per buat an hukum yang dilakukan bank t elah m elanggar k epat ut an dan j ant ungny a huk um per bank an sehingga dik at egor ik an sebagai per buat an m elaw an huk um . Ker angk a huk um j am inan dalam KUH Per dat a diat ur dalam Buku I I ( Hukum Benda) , Bab ke- 19, Bagian Kesat u, Pasal 1131 y ang ber bunyi “ Segala kebendaan si ber ut ang, baik yang ber ger ak m aupun yang t idak ber ger ak, baik y ang sudah ada m aupun y ang bar u ak an ada di k em udian har i, m enj adi t anggungan unt uk segala per ikat anny a per seor angan” . Selanj ut ny a Pasal 1132 ber bunyi “ Kebendaan t er sebut m enj adi j am inan ber sam a- sam a bagi sem ua or ang yang m engut angkan padanya; pendapat an penj ualan benda- benda it u dibagi- bagi m enur ut keseim bangan, y ait u m enur ut besar kecilnya piut ang m asing- m asing, kecuali apabila di ant ar a par a ber piut ang it u ada alasan- alasan y ang sah unt uk didahuluk an” .81

Dalam Pasal 1131 KUH Per dat a t er j em ahan R. Subekt i dan Tj it r osudibio t er sebut di at as, kat a “ t anggungan” adalah t er j em ahan dar i “ aanspr akelij k” . Sebenar ny a yang lebih t epat dipakai bukan t anggungan m elainkan t anggung j aw ab at au t anggung gugat ,82 Dem ikian j uga kat a “ w aar bor g” sehar usnya dit er j em ahkan sebagai penj am in at au penanggung bukan j am inan. 83 Adakalanya kat a “ bor g”84 dapat diar t ikan sebagai agunan yang sam a m aknanya dengan j am inan.85 Jadi “ bor g” t idak sam a m aknanya dengan “ w aar bor g” .

80

Put usan Pengadilan dalam FDI C v. W.R. Gr ace Co., 877. Fed 2d 614 ( 7t h Cir . 1989) m enyat akan bahw a debit or dinyat akan t elah m elakukan kecur angan ( fr aud) kar ena t idak m em ber it ahukan kepada kr edit or bahw a j am inan yang diber ikannya t idak cukup. Lihat Zulk ar nain Sit om pul, Per lindungan Dana Nasabah Bank, Jak ar t a: Fak ult as Huk um Univ er sit as I ndonesia, 2002, h. 6.

81

Dalam bahasa Belanda Pasal 1131 t er sebut ber bunyi “ Alle de roerende en

onr oer ende goeder en van den schuldenaar , zoo w el t egenw oor dige als t oekom st ige, zij n voor deszelfs per soonlij ke ver bint enissen aanspr akelij k e” . Pasal 1132 ber bunyi “ Die goeder n st r ekken t ot gem eenschappelij ken w aar bor g voor zij ne schuldeischer s; delzelver opbr engst w or dt onder hen, pondspondsgelij k, naar evenr edigheid van eens eider s inschuld, ver deeld, t en w ar e er t usschen de schuldeischer s w et t ige r edenen van voorr ang m ogt en best aan” .

82

Mar j anne Ter m or shuizen, Kam us Huk um Belanda I ndonesia, ( Jakar t a: Dj am bat an, 1999) , h. 6.

83 I bid., h. 524. 84

I bid., h. 69.

85

Lihat Depar t em en Pendidik an dan Kebudayaan, Kam us Besar Bahasa I ndonesia, Jakar t a: Balai Pust aka, 1990, h. 11 dan 348. I st ilah “ j am inan” dij um pai dalam Pasal 24 ay at ( 1) Undang- Undang Nom or 14 Tahun 1967 yang diar t ikan har us ber sifat kebendaan ( zakelij k) , yang m em punyai akibat kebendaan yang dinam akan hak pr efer ensi ( dr oit de


(1)

Pe n ga ca r a :

Tahun 1984 – 1988

Sa k si Ah li:

1. Pengadilan Neger i Medan

2. Pengadilan Neger i Jakar t a Selat an 3. Pengadilan Neger i Sim alungun 4. Pengadilan Neger i Belaw an 5. Pengadilan Neger i Bat am 6. Polda Sum at er a Ut ar a 7. Kapolsek Per dagangan 8. Kant or Bea Cuk ai Belaw an

D . PEN ATARAN , LOKAKARYA, SEM I N AR, D AN SI M POSI UM

1. Peser t a Penat ar an Dosen Hukum Per dat a/ Dagang, 1992, Yogy ak ar t a.

2. Peser t a Per t em uan I lm iah t ent ang Usaha Fr anchise dalam Menunj ang Pem bangunan Ek onom i, BPHN–Depar t em en Kehak im an, 1993, Jakar t a.

3. Peser t a Sim posium Japan–ASEAN Sym posium on I nt ellect ual Pr iper t y, 1997, Jakar t a.

4. Peser t a Pencangk okan Hukum Ekonom i, Ker j asam a Fakult as Hukum UI fan Econom ic Law And I m pr ov ed Pr ocur em ent Sy st em ( ELI PS) Pr oect , Teaching Mat er ials, 1997, Depok.

5. Peser t a Pelat ihan Alt er nat if Disput e Resolut ion ( ADR) , 1997, Depok. 6. Pencer am ah pada Pendidik an dan Pelat ihan Manaj em en dan Huk um

Per dagangan, 1998, Medan.

7. Pencer am ah pada Dik lat Konsult an Huk um dalam Rangk a Peny elesaian Per selisihan Per dagangan, 1999, Medan.

8. Pem ak alah Sem inar Undang- Undang Per bank an pada Dies Nat alis Fakult as Hukum ke- 45 dan PPS Not ar iat k e- 30 USU, 1999, Medan. 9. Pencer am ah pada Pendidikan Calon Panit er a Penggant i Pengadilan

Agam a Se- Sum at er a Ut ar a, 2000, Medan.

10. Peser t a Penat ar an Pelat ih Unt uk Pelat ih ( ToT) Pem bahar uan Kebij akan Pengelolaan I r igasi, 2000, Yogy ak ar t a.

11. Pencer am ah pada Pelat ihan dan Penyuluhan Manaj em en Ser ik at Peker j a di PT PLN ( Per ser o) Unit Bisnis Pem bangkit an dan Penyalur an Sum at er a Bagian Ut ar a, 2001, Medan.

12. Pem bicar a dalam Konsult asi Publik Naskah Akadem ik Konsep Per at ur an Daer ah t ent ang Pengelolaan Sum ber Daya Air dan


(2)

Pengelolaan I r igasi, LPPM- USU beker j asam a dengan Bappeda Sum at er a Ut ar a, 17 Januar i 2002, Medan.

13. Pem bicar a dalam Sem inar “ Kont r over si Kasus Syahr il Sabir in Tinj auan Huk um dan Et ik ” , 2002, Medan.

14. Pem bicar a dalam Sem inar Sehar i “ Et ik a Pr ofesi Apar at Penegak Huk um dalam Rangk a Penegak an Huk um “ , I KADI N, 2002, Medan. 15. Pem bicar a dalam Tem u I lm iah “ PERDA t ent ang Paj ak dan Ret r ibusi

Daer ah” , 2002, Medan.

16. Pencer am ah “ Aspek Hukum Pelayanan PDAM” , 2002, Medan.

17. Pem bicar a dalam Per t em uan Ker j asam a FH–USU dan Fakult i Undang UKM, t ent ang Sist em Hukum Jam inan di I ndonesia, 21 Apr il 2003, Malaysia.

18. Pem bicar a dalam Sem iloka “ Tr anspar ansi dan Akunt abilit as Pr oses Pengadaan Bar ang Pem er int ah di Lingkungan Pem er int ah Pr ovinsi Sum at er a Ut ar a, 24 – 25 Apr il 2003, Medan.

19. Fasilit at or dalam Sem iloka/ Wor kshop Per an Pengaw asan Masy ar ak at ( St akeholder ) Melalui Lem baga Pengaw asan Pengelolaan Per usahaan dalam Menduk ung Pelaksanaan Good Cor par at e Gover nance di Sum at er a Ut ar a, Ker j asam a I nst it ut e for Cor par at e Gor v er nance Wat ch dan Kem it r aan Bagi Pem bar uan Tat a Pem er int ahan di I ndonesia, 30 Apr il 2003, Medan.

20. Pem bicar a dalam Sem inar Sosialisasi Naskah Akadem is Per da Sum ut t ent ang Tender Pengadaan Bar ang I nst ansi Pem er int ah di Lingkungan Pem er int ah Pr ovinsi Sum at er a Ut ara, 19 Mei 2003, Medan.

21. Pem bicar a dalam Sem inar Nasional “ Cyber Law ” , Fakult as Hukum Univer sit as Jam bi, 22 Mei 2003, Jam bi.

22. Fasilit at or / Peser t a dalam Lokakar ya dan Konsult asi Regional Tat a Pem er int ah y ang Baik , Ker j asam a Bappenas dan Kem it r aan Bagi Pem bar uan Tat a Pem er int ahan di I ndonesia, 12 – 13 Juni 2003, Medan.

23. Pem bicar a dalam Sem inar “ I nt er aksi Ant ar a Dir ek si, Kom isar is, dan Pem egang Saham unt uk Mener apk an Pr insip Pengelolaan Per usahaan y ang Baik ” Ker j asam a FCGI Jak ar t a dan Per gur uan Tinggi Gr aha Kir ana, 24 Juni, Medan.

24. Pencer am ah Kehidupan Kam pus Bagi Mahasisw a Bar u Fak ult as Hukum USU, 6 Agust us 2003/ 2004, Medan.

25. Pem bicar a dalam Sem inar Mult ist akeholder t ent ang APBD dan Pengadaan Bar ang/ Jasa, Novem ber 2003, Medan.

26. Pencer am ah t ent ang Elekt r onik Com m er ce Dit inj au dar i Hukum Per dat a dalam Acar a I nfor m asi dan Kom unikasi ( I NFOKOM) Pr ovinsi Sum at er a Ut ar a, 17 Desem ber , 2003, Ber ast agi.


(3)

27. Pem bicar a dalam Sem inar Hasil Revisi Keppr es No.18 Tahun 2000 ( Keppr es No.80 Tahun 2003) Menuj u Ter w uj udny a Pr oses Pengadaan Bar ang/ Jasa Ser t a Bebas dar i Kor upsi, Kolusi, dan Nepot ism e, 18 Desem ber , 2003, Medan.

28. Pem bicar a dalam Revisi dan Tanggapan at as Naskah Akadem ik dan Dr aft Penyem pur na UU No.33 dan No.34 t ahun 1964, Januar i 2004, Medan.

29. Pem bicar a dalam Sem inar Nasional “ Signifikasi Hukum I slam dalam Mer espons I su- I su Global” , 19 Juni 2004, Medan.

30. Pem bicar a dalam Diskusi Koper asi dan Usaha Kecil Menengah se- Sum at er a Ut ar a, Juni 2004, Ber ast agi.

31. Pem bicar a dalam Sem inar “ Ranper da Koper asi dan Usaha Kecil Menengah” , Juli 2004, Medan.

32. Pem bicar a dalam Lokakar ya “ Masa Depan Koper asi dalam Kait anny a dengan Ek sist ensi Paj ak” , 10 Agust us 2004, Medan.

33. Pem bicar a dalam Debat Paj ak “ Sadar dan Peduli Paj ak” dalam Rangka Dies Nat alis USU, Agust us 2004, Medan.

34. Pem bicar a dalam Diskusi Ter bat as “ Pelaksanaan UU No.40 Tahun 1999 t ent ang Per s unt uk Pengem bangan Per s I ndonesia, 26 Sept em ber 2004, Medan.

35. Pem bicar a dalam Sar asehan di Kej aksaan Tinggi Sum at er a “ Delik Per s dalam Kont ek s Pem ber it aan di Media Massa” , 4 Nov em ber 2004, Medan.

36. Pem bicar a dalam Tem u Usaha Ant ar - Koper asi, “ Sosialisasi Per da No.7 Tahun 2004 t ent ang Pengem bangan Koper asi dan UKM di Sum at er a Ut ar a, 23 Novem ber 2004, Medan.

37. Pem bicar a dalam Sem inar pada HUT Fakult as Hukum USU, “ PI LKADA dan Masalahny a” , Januar i 2005, Medan.

38. Pem bicar a pada Sosialisasi Naskah Akadem ik RUU Kepem udaan dan Dr aft RUU Kepem udaan, 15 Desem ber 2005, Medan.

39. Pem bicar a dalam Pem bahasan Rancangan Undang- Undang t ent ang Kepem udaan, Mei 2006, Bogor .

40. Peser t a dalam Sem inar Nasional “ Ar ah Pem bangunan Huk um Menur ut UUD 1945 Hasil Am andem en” , Badan Pem binaan Hukum Nasional, 29 s.d. 31 Mei 2006, Ancol Jakar t a.

41. Peser t a dalam Sem inar Nasional “ Refor m ulasi Sist em Ek onom i Sy ar iah dan Legislasi Nasional” , Badan Pem binaan Huk um Nasional, 6 s.d. 8 Juni 2006, Sem ar ang.

42. Peser t a dalam Dialog Nasional Hukum dan Non- Hukum , Badan Pem binaan Hukum Nasional, 17 s.d. 19 Juli 2006, Sem ar ang.


(4)

43. Pem bicar a dalam Pem bahasan Rancangan Per at ur an Daer ah Per ser oan Ter bat as Pem ber day aan Ekonom i Sum at er a Ut ar a, Juli 2006, Medan.

44. Peser t a dalam Sem inar t ent ang Aspek Hukum Pem bent ukan Kaw asan Pelabuhan dan Per dagangan Bebas, 8 – 10 Agust us 2006, Medan.

45. Nar a Sum ber t ent ang I m plikasi Undang- Undang Yayasan pada Per gur uan Sw ast a dalam Muk er da BMPS, 11 – 13 Agust us 2006, Par apat .

E. PEN ELI TI AN D AN PEN GABD I AN M ASYARAKAT

1. Tenaga Penelit i Nasional t ent ang Hipot ek dan Beli Sew a, 1988, Wilay ah Bar at .

2. Tenaga Penelit i Nasional Fidusia, 1989, Wilayah Bar at .

3. Ket ua Penelit i t ent ang Tanah Belum Ber ser t ifikat sebagai Jam inan Kr edit , 1992.

4. Ket ua Penelit i t ent ang Analisis Per j anj ian Kr edit Bank dengan Jam inan Rum ah y ang Dibeli dar i Per um nas, 1994, Medan.

5. Tenaga Penelit i t ent ang Pener apan I npr es No.1 Tahun 1991 Di Pengadilan Agam a Medan, 1995.

6. Penelit i t ent ang Jam inan Fidusia dalam Put usan Pengadilan Sum at er a Ut ar a, 1999 – 2001.

7. Ket ua Penelit i t ent ang Tr anspar ansi dan Akunt abilit as dalam Pelak sanaan Tender Pengadaan Bar ang Pem er int ah di Lingk ungan Pem er int ah Pr ovinsi Sum at er a Ut ar a, 2003, Medan.

8. Pencer am ah t ent ang Meningk at kan Kesadar an Huk um Masy ar ak at dan Keam anan Lingk ungan di Kelur ahan Helv et ia, Kecam at an Medan Sunggal, 1995.

9. Pencer am ah t ent ang Fakt or - Fak t or yang Mem pengar uhi Per geser an Sekt or Mat a Pencahar ian Hidup Suku Melayu di Kecam at an Fir daus Kabupat en Deli Ser dang, 1995.

10. Pencer am ah t ent ang Pent ingnya Akt a sebagai Alat Bukt i di Desa Pant ai Geni, Kecam at an St abat Kabupat en Langkat , 1996.

11. Pencer am ah t ent ang Per anan Huk um dalam Pem bangunan di Kecam at an Tanj ung Mor aw a Kabupat en Deli Ser dang, dalam Rangk a Ulang Tahun ke- 50 ( HUT Em as) Fakult as Hukum USU, 2004, Medan. 12. Pem bicar a dalam Acar a Public Hear ing “ Ranper da Pengelolaan

I r igasi, APU, dan Hidr ologi, 28 Desem ber 2005, Medan.

13. Per ancang Beber apa Per at ur an Daer ah Pr ovinsi Sum at er a Ut ar a ( Ranper da Sum ber Daya Air , Ranper da Air Per m ukaan Tanah, Ranper da I r igasi, Ranper da Koper asi dan UKM, Ranper da PT Pem ber dayaan Ekonom i Rakyat ) .


(5)

14. Nar a Sum ber pada Pr ogr am Pendidik an Khusus Pr ofesi Adv ok at , pada Univer sit as Dar m a Agung, Univer sit as Dhar m aw angsa, Univer sit as Nom ensen, 2005, Medan.

15. Ket ua Lem baga Kr eat iv it as dan Solidar it as Huk um , t ahun 2002. 16. Wak il Ket ua Badan Ar bit r ase Nasional I ndonesia Medan- Sum ut ,

t ahun 2003.

17. Wakil Ket ua For um for Cor par at e Gover nance I ndonesia Per w akilan Sum ut , t ahun 2003.

18. St af Ahli Badan Legislasi DPR – RI , 2005 – 2006.

19. Nar a Sum ber dalam Gelar Per kar a Kasus “ Menem pat kan Ket er angan yang Tidak Benar dalam Suat u Akt e Aut ent ik” , 15 Agust us 2006, Polda Sum ut .

F. BUKU- BU KU/ BAH AN AJAR

1. Hukum Bisnis Masalah Hukum Per bankan, Per k r edit an, dan Jam inan ( Ser i I ) , Kum pulan Ker t as- Ker t as Pr of. Dr . Mar iam Dar us, S.H., Fakult as Hukum USU, Medan, 21 Apr il 1998.

2. Him punan Undang- Undang di Bidang Huk um Per usahaan, Fak ult as Hukum USU, Medan, 21 Apr il 1998.

3. Undang- Undang t ent ang Hak Tanggungan dan Jam inan Fidusia, Fakult as Hukum USU, Medan, 21 Apr il 2000.

4. Him punan Undang- Undang Per bank an, Fak ult as Huk um USU, Medan, 21 Apr il 2000.

5. Dasar - Dasar Hukum Dagang ( Buku Aj ar ) , Fakult as Hukum USU, Medan, 21 Apr il 2001.

6. Undang- Undang t ent ang Kepailit an, Fakult as Hukum USU, Medan, 21 Apr il 2001.

7. Et ika dan Hukum Per bankan ( Buku Aj ar ) , Fakult as Hukum USU, Medan, 21 Apr il 2002.

8. Huk um Per dat a dan Per k em bangannya, ( Ser i I I ) , Kum pulan Ker t as-Ker t as Pr of. Dr . Mar ium Dar us, S.H., Fak ult as Huk um USU, Medan, 21 Apr il 2002.

9. Teor i Hukum , ( Bahan Aj ar pada Pr ogr am Pascasar j ana) , Fakult as Hukum USU, Medan, 21 Apr il 2003.

10. But ir - But ir Pem ikir an Hukum Gur u Besar dar i Masa ke Masa ( Pidat o Penguk uhan Jabat an Gur u Besar Fakult as Hukum USU 1979–2001) , Pust aka Bangsa Pr ess, Medan, 2003.

11. Huk um Jam inan Fidusia: Suat u Kebut uhan Huk um y ang Didam bak an, Alum ni, Bandung, 2004.


(6)

G. KURSUS BAH ASA

1. Bahasa I nggr is pada St andar d English Cour se t ahun 1978 – 1980. 2. Bahasa I nggr is pada Lem baga I ndonesia Am er ika t ahun 1981 – 1984. 3. Bahasa Belanda pada Er am us Huis di Medan t ahun 1987 – 1988.

4.

Bahasa Belanda per Sem est er pada Er am us Huis di Jak ar t a t ahun 1997, 1998, 1999.