tanggapanpertanyaan terhadap kelompok yang sedang melakukan presentasi. Pada tahap ini juga siswa akan diberi lembar kerja siswa LKS individu untuk
dapat mengembangkan kemapuan pengetahuan dan imajinasinya setelah melalui fase eksplorasi-imajinasi, sehingga model mental siswa akan meningkat.
Tahap keempat adalah guru mengevaluasi kemajuan belajar siswa dan mereviu
hasil kerja siswa LKS individu, sedangkan siswa menyimak hasil reviu dari guru dan menyampaikan hasil kerjanya serta bertanya tentang pembelajaran yang akan
datang. Pembelajaran kimia yang demikian memberikan pengalaman belajar pada siswa
sebagai proses dengan menggunakan sikap ilmiah agar mampu memiliki pema- haman makroskopik, submikroskopik, dan simbol kimia, sehingga dapat menemu-
kan produk kimia, yang berupa konsep, hukum, dan teori, serta mengkaitkan dan menerapkannya pada konteks kehidupan nyata dan tidak mengarahkan siswa pada
penguasaan terhadap mata pelajaran kimia yang cenderung bersifat akumulatif dan menghafal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa apabila pembelajaran model
SiMaYang tipe II diterapkan pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat menumbuhkan model mental siswa dan meningkatkan penguasaan konsep
siswa.
G. Anggapan Dasar
Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan
kompetensi kimia; 2.
Perbedaan model mental dan penguasaan konsep pada materi ikatan kimia semata-mata karena perlakuan dalam proses pembelajaran; dan
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan model mental dan
penguasaan konsep pada materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung diabaikan.
H. Hipotesis
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran SiMaYang tipe
II efektif dalam meningkatkan model mental dan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran materi pokok ikatan kimia.
III. METODOLOGI PENELITIAN A.
Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 20152016 dan tersebar dalam sepuluh kelas. Sampel diambil secara
acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan satu kelas penelitian sebagai sampel. Kelas yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah
kelas X
4
yang terdiri atas 38 siswa.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design Fraenkel, 2012. Pada desain penelitian ini melihat
perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subjek penelitian dari satu kelas kemudian
diobservasi. Tabel 2. Desain Penelitian
Kelas Pretes
Perlakuan Postes
X
4
O
1
X O
2
Keterangan: O
1
: Kelas replika diberi pretes X
: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model SiMaYang tipe II O
2
: Kelas replika diberi postes Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.
Menurut Sugiyono 2012, analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi pendahuluan
Prosedur observasi pendahuluan: a.
Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 7 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.
b. Menentukan subjek penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a.
Tahap persiapan Mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, lembar
kerja siswa LKS, serta instrumen tes penguasaan konsep dan model mental untuk pretes dan postes.