-0 2 Pengaruh perbedaan perlakuan awal (sebelum kayu diawetkan) terhadap penetrasi dan retensi diffusol cb pada kayu mindi
Penetrasi masing-masing senyawa aktif dihitung dengan rumus:
P = P
1
+ P
2
+ P
3
+ P
4
4
dimana: P
= Penetrasi rata-rata P
1
= Rata-rata penetrasi pada sisi atas P
2
= Rata-rata penetrasi pada sisi bawah P
3
= Rata-rata penetrasi pada sisi kiri P
4
= Rata-rata penetrasi pada sisi kanan
-6 2
Data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan rancangan percobaan faktorial acak lengkap dengan persamaan:
Yijk = µ + Ai + Bj + ε ijk
dimana: Y
ijk
= Hasil pengamatan pengaruh perlakuan awal sebelum kayu diawetkan pada taraf ke-i, konsentrasi bahan pengawet ke-j, dan ulangan ke-k
µ = Nilai rataan umum
A
i
= Pengaruh perlakuan awal sebelum kayu diawetkan pada taraf ke-i B
j
= Pengaruh konsentrasi bahan pengawet pada taraf ke-j k
= Ulangan Ε
ijk
= Galat percobaan Analisis ragam untuk mengetahui pengaruh tiap faktor maupun interaksi
antar faktor terhadap retensi dan penetrasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0. Selanjutnya, untuk hasil analisis ragam yang menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata dilakukan uji lanjut Duncan dengan selang kepercayaan 95
24,
Pada semua kombinasi perlakuan yang dilaksanakan diketahui bahwa hanya senyawa boron yang secara nyata masuk ke dalam kayu Gambar 1. Unsur
tembaga hanya terdapat di bagian terluar permukaan kayu dengan penetrasi yang sangat dangkal Gambar 2. Kondisi ini terjadi karena tembaga sangat cepat
berfiksasi sehingga sulit masuk ke dalam kayu, sebaliknya boron yang tidak mudah berfiksasi dapat menembus kayu dengan lebih dalam Padlinurjaji
. 1977.
Gambar 1. Penetrasi boron Gambar 2. Penetrasi tembaga Hasil pengukuran penetrasi boron pada berbagai kombinasi perlakuan
disajikan pada Gambar 3, sedangkan rekapitulasinya disajikan pada Lampiran 1. Tabel 2 memuat hasil analisis sidik ragamnya.
Gambar 3. Rata-rata nilai penetrasi boron pada berbagai kombinasi perlakuan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan perebusan yang dilanjutkan dengan pengawetan menggunakan bahan pengawet berkonsentrasi 3
memberikan nilai penetrasi boron yang paling dalam 4,14 mm, sedangkan kontrol tanpa perlakuan awal: tidak direbustidak dikukus yang diawetkan
menggunakan bahan pengawet berkonsentrasi 5 memberikan nilai penetrasi yang paling dangkal 2,69 mm. Diketahui pula bahwa perlakuan awal sebelum
kayu diawetkan secara umum cenderung meningkatkan nilai penetrasi, namun peningkatan konsentrasi bahan pengawet dari 3 ke 5 cenderung
mengakibatkan berkurangnya nilai penetrasi boron. Keadaan yang pertama membuktikan bahwa perebusan dan atau pengukusan meningkatkan permeabilitas
kayu, sedangkan hal yang kedua terkait dengan viskositas larutan bahan pengawet. Hal ini sesuai dengan hasil analisis sidik ragamnya Tabel 2.
Perebusan akan mengakibatkan rusaknya selaput noktah sehingga noktah menjadi terbuka, sedangkan pengukusan mengakibatkan berkurangnya daerah
amorph Ishikawa . 2004; Hill 2006. Dampak perebusan lebih tinggi
dibandingkan dengan pengukusan karena pada pengukusan tidak semua mulut noktah akan terbuka. Mulut noktah yang masih tersumbat akan menghalangi
masuknya bahan pengawet. Itulah sebabnya, permeabilitas pada kayu mindi yang direbus akan lebih tinggi dibandingkan dengan permeabilitas pada kayu yang
dikukus. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Syarif 2010 maupun
hasil penelitian Apriyanto 2010 yang menggunakan kayu durian sebagai contoh uji dimana perebusan maupun pengukusan meningkatkan nilai penetrasi,
sedangkan peningkatan konsentrasi bahan pengawet cenderung menurunkan nilai penetrasi.
Tabel 2. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan awal sebelum kayu diawetkan, konsentrasi bahan pengawet, serta interaksi keduanya terhadap penetrasi
boron