2.2.3.3 Adjektiva Adj
Adjektiva Adj merupakan kata yang menunjukkan makna sifat. Dalam kalimat, Adj menempati fungsi dominannya V, yaitu P, sedangkan dalam tataran
frasa Adj dapat menyertai N, menyifati N, dan menempati fungsi atribut Sudaryanto 1997:71. Adj dapat dinegasi dengan bentuk ora
„tidak‟, dan dapat diikuti dengan partikel rada
„agak‟, luwih „lebih‟, paling „paling‟, dan banget „sangat‟.
Adj juga dapat menjadi bentuk dasar bagi kata yang berafiks ke--en yang bermakna „terlalu‟, misalnya kecepeten „terlalu cepat‟.
2.2.3.4 Pronomina Pron
Pronomina Pron adalah kata ganti yang dapat menggantikan kategori N. Sesuatu yang digantikan disebut antiseden. Antiseden ada yang terdapat di dalam
wacana, ada pula yang di luar wacana. Pron tidak bisa berafiks, tetapi bisa direduplikasikan.
Ciri lain Pron adalah acuannya yang dapat berpindah-pindah tergantung kepada siapa yang menjadi pembicarapenulis, pendengarpembaca, atau siapaapa
yang dibicarakan. Kata ganti ini terbagi menjadi tiga , yaitu pronomina persona dan pronomina
demonstratif, dan pronomina interogatif Sudaryanto 1992:92. a.
Pronomina persona adalah Pron yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri pronomima persona
pertama, mengacu pada orang yang diajak bicara pronomina persona kedua,
dan mengacu pada orang yang dibicarakan pronomina persona ketiga. Contoh dari masing-masing Pron adalah
aku „saya‟, kowe „kamu‟,dan dheweke „dia‟.
b. Pronomina demonstratif atau kata ganti tunjuk. Pron ini dibedakan menjadi
berikut. 1
Pronomina demonstratif substantif dengan substansi tertentu, misal; iki „ini‟, kuwi „itu‟.
2 Pronomina demonstratif lokatif dengan tempat tertentu, misal; kene
„sini‟, kono „situ‟, kana „sana‟. 3
Pronomina demonstratif deskriptif dengan perian tertentu, misal; ngene, mangkene
„begini‟, ngono, mangkono „begitu‟. 4
Pronomina demonstratif temporal dengan waktu tertentu, misal; saiki „sekarang, mengko „nanti‟.
5 Pronomina demonstratif dimensional dengan ukuran tertentu, misal;
semene „sekian ini‟, semono „sekian itu‟.
c. Pronomina yang ketiga yaitu pronomina interogatif, atau kata ganti tanya,
misal; sapa „siapa‟, apa „apa‟, dan ngapa „mengapa‟.
2.2.3.5 Numeralia Num
Numeralia Num adalah kata yang menunjukkan kata bilangan. Num memiliki ciri sebagai berikut.
a. Num dapat mendampingi N dalam konstruksi sintaksis.
b. Num mempunyai potensi untuk mendampingi Num lain.
c. Num tidak dapat digabung dengan ora dan banget.
Menurut Sudaryanto 1992:102-103 Num dalam bahasa Jawa hanya ada satu, yaitu numeralia pokok. Numeralia pokok dibedakan menjadi dua
subkategori, yaitu sebagai berikut. a.
Numeralia pokok tentu Numeralia pokok tentu mengacu pada bilangan dan menjawab pertanyaan yang
menggunakan pronominal interogatif pira „berapa‟ dengan jumlah yang positif
pasti. Contoh dari Num pokok tentu adalah sewu „seribu‟, sekilo „satu kilo‟,
seprapat „seperempat‟.
b. Numeralia pokok tak tentu
Numeralia tak tentu merupakan kebalikan dari numeralia tentu, misalnya; sithik „sedikit‟, akeh „banyak‟, dan kabeh „semua‟.
2.2.3.6 Adverbia Adv