EFEKTIVITAS BENZIL ALKOHOL 1,5% v/v SEBAGAI PENGAWET SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA (Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus)

(1)

SKRIPSI

DEWI PUSPITASARI

EFEKTIVITAS BENZIL ALKOHOL 1,5% v/v

SEBAGAI PENGAWET SEDIAAN INJEKSI

DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS

GANDA

(Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

Lembar Pengesahan

EFEKTIFITAS BENZIL ALKOHOL 1,5% v/v

SEBAGAI PENGAWET SEDIAAN INJEKSI

DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA

(Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus)

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2016

Oleh :

DEWI PUSPITASARI NIM : 201110410311025

Disetejui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sugiyartono, MS., Apt Dian Ermawati, M.Farm., Apt NIP 19541004 198103 1 003 NIP UMM 11209070481


(3)

Lembar Pengujian

EFEKTIFITAS BENZIL ALKOHOL 1,5% v/v

SEBAGAI PENGAWET SEDIAAN INJEKSI

DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA

(Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada Tanggal 6 Februari 2016

Oleh :

DEWI PUSPITASARI NIM : 2011104103111025

Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Drs. Sugiyartono, MS., Apt Dian Ermawati, M.Farm., Apt NIP 19541004 198103 1 003 NIP UMM 11209070481

Penguji III Penguji IV

Drs. Achmad Inoni, Apt. Arina Swastika M., S.Farm., Apt. NIDN 0020124205


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberika rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : EFEKTIVITAS BENZIL ALKOHOL 1,5% V/V SEBAGAI PENGAWET SEDIAAN INJEKSI (Terhadap Bakteri Staphycoccus aureus). Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana farmasi pada program studi fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Pana penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari kekurangan cobaan, dan hambatan yang di temui. Atas doa, bimbingan, bantuan, dukungan, dan kerjasamanya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sugiyartono, MS., Apt selaku Pembimbing I dan Dian Ermawati, M.Farm., Apt selaku Pembimbing IIyang selalu memberi bimbingan serta waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Drs. H. Achmad Inoni, Apt dan Arina Swastika Maulita, S.Farm.,Apt Selaku Dosen Penguji yang selalu memberikan nasehat, saran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Kedua Orang tua, kakak saya atas doa, bimbingan, didikannya, dan semangat serta jasa-jasa yang telah diberikan untuk saya dan tidak henti nya memberi semangat, cinta dan kasih sayang selama pengerjaan skripsi ini. 4. Para dosen pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah

Malang yang telah mendidik saya selama hingga menjadi seorang sarjana farmasi.

5. Para staf Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu saya selama berada di Universitas Muhammadiyah Malang. 6. Para staf laboran Farmasi dan pak Joko sebagai laboran fakultas kedokteran

yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini

7. Teman-teman seperjuangan saya dalam penelitian dan penulisan skripsi Ayu Mega Yustania, Annisa Lutfiana W, Richa Elfira atas bantuan, serta kerjasamanya dalam penelitian dan penulisan skripsi atas.


(5)

8. Sahabat perjuangan sarjana farmasi Rohimatus Sa’diyyah, Binti Durotun N, Baiq Febriyolla Shinta Rahayu, Pratika Nurantari Timur, dan Hasna Cipta Saniy. Teman-teman angkatan 2011 Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang terutama farmasi B atas bantuan dan kerjasamanya selama menempuh sarjana farmasi.

9. Sahabat saya Putri Umami , Dilla Lutfita , Aiik Subagya, Helga Yosinda Violetta, Muhammad Safiudin, Ayu Yunita Wardhani, terimakasih atas perhatian nya selama ini.

Semoga atas doa, bimbingan, bantuan, dukungan, dan kerjasamanya diterima oleh Allah SWT sebagai amal perbuatan yang baik. Selain itu Skripsi ini masih jauh dari sempurna apabila ada kritik dan saran penulis terima dengan senang hati guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan formulasi sediaan injeksi, dan para pembaca.

Malang, 14 Februari 2016

Dewi Puspitasari 201110410311025


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...   1 

1.2 Rumusan Masalah ...   3 

1.3 Tujuan Penelitian ...   3 

1.4 Manfaat Penelitian ...   3 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Injeksi ...   4 

2.1.1 Definisi Sediaan Injeksi ... 4

2.1.2 Karakteristik dan Persyaratan Sediaan Injeksi ... 5

2.1.3 Keuntungan Pemberian Obat Secara Parental ... 5

2.1.4 Kelemahan Pemberian Obat Secara Parenteral ... 6

2.1.5 Bahaya (resiko) yang dapat terjadi selama dan sesudah pemberian sediaan parenteral ... 6

2.1.6 Bentuk Sediaan Injeksi ... 7

2.1.7 Wadah Sediaan Injeksi ... 8

2.2 Tinjauan Difenhidramin Hidroklorida ...   8 

2.2.1 Tinjauan Sifat Fisika Kimia Difenhidramin Hidroklorida ...   8 

2.2.2 Tinjauan Farmakologi Difenhidramin Hidroklorida ...   9  


(7)

2.3.1 Definisi Pengawet ...   11  2.3.2 Deskripsi Benzil Alkohol ...   12  2.3.3 Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan ...   13  2.3.4 Inkompaktibilitas ...   13  2.3.5 Toksisitas ...   13  2.3.6 Mekanisme Kerja ...   14  2.3.7 Kadar Toksik ...   14 

2.4 Tinjauan Tentang Mikrobiologi ...   15 

2.4.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan  Mikroorganisme ...   15 

2.4.2 Sumber – Sumber Kontaminasi Organisme ...   17 

2.4.3 Mikroorganisme Percobaan ...   19 

2.5 Tinjauan Sterilisasi ...   20 

2.5.1 Alasan Melakukan Sterilisasi ...   20 

2.5.2 Macam – Macam Sterilisasi ...   20 

2.6 Tinjauan Sterilitas ...   22 

2.6.1 Prosedur Umum ...   22 

2.6.2 Metode Uji Sterilitas ... 24

2.6.3 Media Untuk Uji Sterilitas ... 25

2.6.4 Kontrol Uji Sterilitas ... 27

2.6.5 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas ... 28

2.7 Tinjauan Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba ...   28 

2.7.1 Kategori Produk ...   29  2.7.2 Mikroba Uji ...   29  2.7.3 Media ...   30  2.7.4 Pembuatan Inokula ...   30  2.7.5 Prosedur ...   32  2.7.6 Metode Perhitungan Mikroba ...   33  2.7.7 Kriteria Efektivitas Antimikroba ...   34 

2.8 Teknik Aseptik ...   35 

2.8.1 Ruang Kerja  ...   35 

2.8.2 Peralatan ...   37 

2.8.3 Personalia ...   38 

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ...   40 

3.1 Uraian Kerangka Konseptual ...   40 

3.2 Keranka Konseptual Uji Efektivitas Sediaan Injeksi ...   42 

BAB IV METODE PENELITIAN ...   43 

4.1 Desain Penelitian ...   43 

4.2 Lokasi Penelitian ...   43 


(8)

4.4 Sterilisasi Alat dan Bahan ...   43 

4.4.1 Alat ...   43 

4.4.2 Bahan  ...   44 

4.4.3 Sterilisasi Alat ...   44 

4.5 Identifikasi Bahan Penelitian ... 44

4.5.1 Benzil Alkohol ...   44 

4.5.2 Difenhidramin Hidroklorida ...   45 

4.6   Sterilisasi Ruangan ...   45 

4.7   Preparasi Sediaan ...   45 

4.7.1 Formulasi ...   45 

4.7.2 Prosedur Kerja ...   45 

4.8 Uji Sterilitas Sediaan Injeksi ... 49

4.8.1 Penyiapan Unit LAFC ...   49 

4.8.2 Kontrol Lingkungan LAFC ...   49 

4.8.3 Kontrol Lingkungan Suhu dan Kelembapan di luar LAFC ...   49 

4.8.4 Penyimpanan Media ...   49 

4.8.5 Pemeriksaan Pendahuluan ...   50 

4.8.6 Perlakuan ...   51 

4.9 Uji Efektivitas Pengawet ... 51

4.9.1  Kontrol Lingkungan LAFC ...   52 

4.9.2 Kontrol Lingkungan Suhu dan Kelembapan di LAFC ...   53 

4.9.3 Penyiapan Media ...   53 

4.9.4 Perlakuan ...   55 

4.10 Skema Kerangka Operasional ... 56

BAB V HASIL PENELITIAN ... 57

5.1 Hasil Uji Kontrol Lingkungan pada LAFC ... 58

5.1.1 Hasil Uji Kontrol Lingkungan Didalam dan Luar LAFC pada Pembuatan Sediaan Injeksi ... 58

5.1.2 Hasil Uji Kontrol Lingkungan LAFC pada Uji Inaktivasi Pengawet Sediaan Injeksi ... 60

5.1.3 Hasil Uji Kontrol Lingkungan pada LAFC pada Uji Sterilitas Sediaan Injeksi ... 61

5.1.4 Hasil Uji Kontrol Ruangan LAFC pada Uji Efektifitas Sediaan Injeksi ... 62

5.2 Hasil Uji Fertilitas Media Tioglikolat dan Media Kasamino (Kontrol Positif) ... 62


(9)

5.3 Hasil Uji Sterilitas Media Tioglikolat dan Kasamino (Kontrol

Negatif) ... 63

5.4 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Benzil Alkohol pada Sediaan Injeksi ... 64

5.5 Hasil Uji Sterilitas Sediaan Injeksi Zink Sulfat ... 65

5.6 Hasil Uji Efektivitas Pengawet Benzil Alkohol 2% v/v ... 66

BAB VI PEMBAHASAN ... 68

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

7.1 Kesimpulan ... 72

7.2 Saran…… ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II. 1 Pengawet yang Lazim Digunakan dalam Formulasi Sediaan

Parental ... 12

II.2 Jumlah Volume dan Media untuk Bahan Cair ... 24

II.3 Kategori Produk ... 29

II.4 Kondisi Kultur Preparasi Inokula ... 31

II.5 Kriteria Mikroba yang diuji ... 35

II.6 Klasifikasi Ruangan Bersih (Akers, 2005) ... 37

IV.1 Tabel Pengambilan Sampel ... 52

V.1 Hasil Uji Kontrol Ruangan LAFC dengan Media Agar Nutrein pada Pembuatan Sedian Injeksi ... 59

V.2 Hasil Uji Kontrol Lingkungan LAFC Sebelum dan Selama Uji Inaktivasi Pengawet dengan Media Agar Nutrein ... 60

V.3 Hasil Uji Kontrol Ruangan LAFC dengan Media Agar Nutrein pada Uji Sterilitas Sedian Injeksi ... 61

V.4 Hasil Uji Kontrol Ruangan LAFC dengan Media Agar Nutrein pada Uji Efektivitas Pengawet Sedian Injeksi ... 62

V.5 Hasil Uji Fertilitas Media Tioglikolat dan Kasamino (Kontrol Positif) ... 63

V.6 Hasil Uji Fertilitas Media Tioglikolat dan Kasamino (Kontrol Negatif) ... 64

V.7 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet pada Sediaan Injeksi ... 65

V.8 Hasil Uji Sterilitas Sediaan Injeksi ... 66

V.9 Jumlah Awal Rata-Rata Mikroba Uji dalam cfu per ml pada Uji Efektivitas Pengawet Benzil Alkohol 2% v/v ... 67

V.10 Hasil Jumlah Mikroba dalam cfu per ml pada Uji Efektivitas Pengawet Benzil Alkohol 2% v/v ... 67


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Kimia Difenhidramin HCL ... 8

2.2 Struktur Benzil Alkohol ... 13

3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 42

4.1 Letak Media Agar dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) ... 48

4.2 Skema Letak Media Agar dalam Unit LAFC Saat Uji Efektivitas ... 53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 75

2. Surat Anti Plagiat ... 76

3. Perhitungan Bahan ... 77

4. Perhitungan Bakteri ... 78

5. Sertifikat Bahan Aktif ... 79

6. Sertifikat Pengawet ... 80

7. Sertifikat Bakteri dan Jamur ... 85

8 Skema Pembuatan Sediaan Injeksi ... 88

9. Skema Kerja Uji Inaktivasi Pengawet ... 89

10. Skema Kerja Uji Sterilitas Sediaan Injeksi Difenhidramin Hidroklorida 90 11. Skema Kerja Pengenceran Bakteri ... 91

12. Skema Kerja Uji Efektivitas Pengawet ... 92

13. Kontrol Pembuatan Sediaan ... 93

14. Kontrol Uji Inaktivasi ... 95

15. Kontrol Uji Sterilitas ... 97

16. Kontrol Uji Efektivitas ... 99

17. Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas ... 101

18. Hasil Uji Inaktivasi ... 102

19. Hasil Uji Sterilitas ... 105

20. Jumlah Awal Mikroba ... 107

21. Hasil Uji Efektivitas ... 109


(13)

DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri

ATCC : American Type Culture Collection

ATP : Adenosine triphosphate

cfu : Colony Form Unit

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia FDA : Food And Drugs Administration

HEPA : High Efficiency Particulate Air

LAFC : Laminar Air Flow Cabinet

MPN : Most Probable Number

NA : Nutrient Agar

NaCl : Natrium Chloride

pH : Potential of Hydrogen

TSA : Trypticase Soy Agar

USP : United State Pharmacopoeia

UV : Ultraviolet


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2009. Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung: Penerbit ITB

Akers, M.J., 2005. Parenteral Preparations. Remington’S Pharmaceutical The Science and Practice in Pharmacy !"!"

Edition. Pennsylvania : Lippincott Williams & Wilkins. Halaman : 815

Anonim. 2008. United State Pharmacopoeia. Edisi ke-32, Rockville : USP Convention, Inc.

Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim). Edisi keempat, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 399, 404 – 405, 411 – 418, 423, 426, 433.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jilid ke-2, Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi ke-5, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Goldman, E., Green, L.H., 2009. Practical Handbook of Microbiology. Edisi ke-2, Boca Raton : CRC Press Taylor & Francis Group

Guun’s and Cooper., 1975. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth Edition. Pitman Medical, pp : 300 – 549.

Hugo, W.B., Russel, A.D., 1998. Pharmaceutical Microbiology. Edisi ke-6, Oxford : Blackwell Science

Jawetz, E., Melnick J.L, Adelberg E.A., 2005. Review of Medical Microbiology, 14th edition. Lange Medical Publications, Los Altos-California, pp 284 – 425.

Kar, Ashutosh, 2008. Pharmaceutical Microbiology. New Delhi : New Age International Publishers

Katzung, Betram.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 271


(15)

Kumar, Surinder, 2012. Textbook of Microbiology. Edisi ke-1, New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers

Lukas, Stefanus, 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi Publisher

Nair B; Int J Toxicol 20, NLM (National Library of Medicine), concentration toxic of Benzyl alcohol , Bethesda (Maryland) 20894, USA (United State of America), suppl 3 :23-50 (2001)

Pratiwi Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga, hal. 2.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale Thirty-Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Rowe, C. Raymond, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi ke-6, London : Pharmaceutical Press

Turco, S., 1979. Sterile Dosage Forms. 2nd Edition. Philadelphia : LEA & FEBIGER, hal 11.

Voight, R. 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiuologi. Malang : UMM Press

World Health Organization. 2007. Quality Assurance of Pharmaceutical : A Compendium of Guidelines and Related Materials. Vol. 2, Good Manufacturing Practices and Inspection. Edisi ke 2, Avenue Appia : WHO Press


(16)

 

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi,karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachmanhal 1992)

Injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(Depkes RI 1995). Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan. (Depkes RI 1995).

Benzil alkohol merupakan salah satu pengawet yang digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi. Benzil alkohol bersifat bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri Gram-positif, jamur, kapang dan khamir. Laporan efek samping dari benzil alkohol dalam penggunaannya sebagai eksipien termasuk toksisitas setelah pemberian intravena, neurotoksisitas pada pasien yang diberikan benzil alkohol dalam preparasi intratekal, hipersensitivitas meskipun jarang terjadi, dan sindromtoksik yang fatal pada bayi prematur (Rowe et al, 2009)


(17)

 

 

Adanya mikroorganisme dalam suatu sediaan obat dapat menyebabkan perubahan sediaan obat yang tidak dikehendaki, disamping itu dapat menyebabkan terjadinya bulukan, kekeruhan, pembentukan bau, dan fermentasi dan bahaya terjadinya infeksi oleh mikroorganisme pathogen dan kemungkinan terbentuknya produk metabolism yang dihasilkan oleh mikroorganisme pencemar tersebut. Usaha yang penting mengurangi kandungan mikroorganisme dapat dilakukan pencegahan (produksihigienis), menghilangkan seperti penyaringan, inaktivitas (dengancarafisika, kimia). Untuk mempertahankan kemurnian suatu sediaan obat selama dalam penyimpanan dan penggunaan, maka dibutuhkan suatu penstabilisasi dengan bahan anti microbial yang disebut pengawet. Pengawet digunakan untuk wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat masuk dengan tidak sengaja selama atau setelah proses produksi (Natsir, 2008).

Pengawet benzil alkohol cukup aktif terhadap bakteri gram positif, dan kurang aktif terhadap bakteri gram negative. Pengawet benzil alkohol bekerja dengan cara merusak mikroorganisme, terhadap toksisitas primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding sel atau juga pada bagian dalam sel. Salah satu mekanisme kerja pengawet benzil alkohol terhadap konsentrasi yang digunakan konsentrasi pengawet mikrobiosid, merupakan pengawet dengan konsentrasi yang menyebabkan kematian sel yaitu majunya permeabilitas dari membrane sel sehingga bahan pengawet yang didesak kedalam bagian sel mengakibatkan suatu pengacauan sistem koloid – fisika (desemulsifikasi, koagulasi dan presipitasi).

Kadar toksik dalam benzil alkohol yaitu diatas 2% , dimana pada suatu penelitian menunjukkan konsentrasi pada kadar 3% atau lebih besar benzil alkohol menyebabkan efek samping mengiritasi pada kulit. Sedangkan pada percobaan konsentrasi 0,65% benzil alkohol tidak menghasilkan iritasi pada kulit. Sehingga apabila kadar meningkat maka akan terjadi toksisitas sedangkan untuk kadar menurun tidak menimbulkan toksisitas. (Nair B et al, 2001)

Frekuensi pengambilan yang dilakukan secara berturut-turut

memungkinkan sediaan terkontaminasi sehingga perlu ditambahkan zat pengawet.Pengawet merupakan agen antimikroba yang ditambahkan kedalam


(18)

 

 

formulasi sediaan untuk mengontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroba (Lukas, 2006).Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroba yaitu seperti nutrisi, kelembaban, udara, suhu, pH, dan cahaya.Untuk pertumbuhan bakteri membutuhkan nutrisi yang memenuhi syarat antara lain karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, besi, sengdan Cu. Bakteri memerlukan kelembaban tertentu untuk menggunakan makanannya, biasanya media pertumbuhan bakteri mengandung 20% air (Cooper and Gunn’s, 1975). Suhujugamerupakansalahsatufaktor yang penting dalam kehidupan mikroba.Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang bersifat irreversible, sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti (Pratiwi, 2008).

Uji efektivitas pengawet antimikroba bertujuan untuk menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda dengan dasar atau bahan pembawa air yang dicantumkan pada etiket (Depkes RI, 1995). Uji dan kriteria untuk efektivitas berlaku untuk produk dalam kemasan asli dan wadah yang belum dibuka. Uji efektivitas pengawet dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu, yaitu Candida albicans (ATCC No. 10231), Aspergillus niger (ATCC No. 16404), Escherichia coli (ATCC No. 8739), Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027), dan Staphylococcus aureus (ATCC No. 6538) (Anonim, 2008).

Cara pengujian efektivitas pengawet. Bila kemasan sediaan dapat ditembus dengan menggunakan jarum suntik, maka disiapkan 5 wadah asli dari sediaan.Tetapi bila wadah tidak dapat ditembusi secara aseptic, maka pindahkan 20 ml contoh kedalam tabung reaksi yang bertutup sebanyak 5 buah.Selanjutnya dilakukan inokulasi suspense mikroorganisme uji sebanyak 0,1 ml yang setara dengan 20 ml sediaan. Dilakukan penetapan jumlah mikroorganisme hidup pada setiap suspense inokulum. Hitung angka awal mikroorganisme per ml sediaan yang di uji dengan metode taburan atau pour plate. Dilakukan pengamatan pada hari ke 0, 7, 14 dan 28 setelah dilakukan inokulasi (Natsir, 2008)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas benzil alkohol yang diuji pada sediaan injeksi


(19)

 

 

difenhidramin hidroklorida. Dengan melihat rentang penggunaan benzil alkohol yaitu 1% - 2%, maka konsentrasi yang dipilih sebagai model pada penelitian yaitu 1,5 % karena diambil dari pertengahan rentang benzil alkohol dan efektivitasnya ditetapkan dengan menghitung jumlah satuan pembentuk koloni mikroba tiap ml dari preparasi inokula pada hari ke 0, 7, 14 dan 28.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, bagaimana efektivitas benzil alkohol 1,5% v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida terhadap bakteri

Staphylococcus aureus

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas pengawet benzil alkohol 1,5% v/v terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada sediaan injeksi difenhidramin klorida.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mendapat hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang efektivitas pengawet dari suatu sediaan dan dapat dilakukan pengembangan formulasi difenhidramin hidroklorida dengan pengawet benzil alkohol 1,5% pada sediaan injeksi


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2009. Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung: Penerbit ITB

Akers, M.J., 2005. Parenteral Preparations. Remington’S Pharmaceutical The

Science and Practice in Pharmacy !"!"

Edition. Pennsylvania :

Lippincott Williams & Wilkins. Halaman : 815

Anonim. 2008. United State Pharmacopoeia. Edisi ke-32, Rockville : USP Convention, Inc.

Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim). Edisi keempat, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 399, 404 – 405, 411 – 418, 423, 426, 433.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jilid ke-2, Jakarta : Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Dasar Dispensing

Sediaan Steril. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi ke-5, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Goldman, E., Green, L.H., 2009. Practical Handbook of Microbiology. Edisi ke-2, Boca Raton : CRC Press Taylor & Francis Group

Guun’s and Cooper., 1975. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth Edition. Pitman Medical, pp : 300 – 549.

Hugo, W.B., Russel, A.D., 1998. Pharmaceutical Microbiology. Edisi ke-6, Oxford : Blackwell Science

Jawetz, E., Melnick J.L, Adelberg E.A., 2005. Review of Medical Microbiology, 14th edition. Lange Medical Publications, Los Altos-California, pp 284 – 425.

Kar, Ashutosh, 2008. Pharmaceutical Microbiology. New Delhi : New Age International Publishers

Katzung, Betram.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 271


(2)

Lukas, Stefanus, 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi Publisher

Nair B; Int J Toxicol 20, NLM (National Library of Medicine), concentration toxic of Benzyl alcohol , Bethesda (Maryland) 20894, USA (United State of America), suppl 3 :23-50 (2001)

Pratiwi Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga, hal. 2.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale Thirty-Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Rowe, C. Raymond, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi ke-6, London : Pharmaceutical Press

Turco, S., 1979. Sterile Dosage Forms. 2nd Edition. Philadelphia : LEA & FEBIGER, hal 11.

Voight, R. 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiuologi. Malang : UMM Press

World Health Organization. 2007. Quality Assurance of Pharmaceutical : A

Compendium of Guidelines and Related Materials. Vol. 2, Good

Manufacturing Practices and Inspection. Edisi ke 2, Avenue Appia : WHO Press


(3)

 

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi,karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachmanhal 1992)

Injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.(Depkes RI 1995). Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan. (Depkes RI 1995).

Benzil alkohol merupakan salah satu pengawet yang digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi. Benzil alkohol bersifat bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri Gram-positif, jamur, kapang dan khamir. Laporan efek samping dari benzil alkohol dalam penggunaannya sebagai eksipien termasuk toksisitas setelah pemberian intravena, neurotoksisitas pada pasien yang diberikan benzil alkohol dalam preparasi intratekal, hipersensitivitas meskipun jarang terjadi, dan sindromtoksik yang fatal pada bayi prematur (Rowe et al, 2009)


(4)

Adanya mikroorganisme dalam suatu sediaan obat dapat menyebabkan perubahan sediaan obat yang tidak dikehendaki, disamping itu dapat menyebabkan terjadinya bulukan, kekeruhan, pembentukan bau, dan fermentasi dan bahaya terjadinya infeksi oleh mikroorganisme pathogen dan kemungkinan terbentuknya produk metabolism yang dihasilkan oleh mikroorganisme pencemar tersebut. Usaha yang penting mengurangi kandungan mikroorganisme dapat dilakukan pencegahan (produksihigienis), menghilangkan seperti penyaringan, inaktivitas (dengancarafisika, kimia). Untuk mempertahankan kemurnian suatu sediaan obat selama dalam penyimpanan dan penggunaan, maka dibutuhkan suatu penstabilisasi dengan bahan anti microbial yang disebut pengawet. Pengawet digunakan untuk wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat masuk dengan tidak sengaja selama atau setelah proses produksi (Natsir, 2008).

Pengawet benzil alkohol cukup aktif terhadap bakteri gram positif, dan kurang aktif terhadap bakteri gram negative. Pengawet benzil alkohol bekerja dengan cara merusak mikroorganisme, terhadap toksisitas primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding sel atau juga pada bagian dalam sel. Salah satu mekanisme kerja pengawet benzil alkohol terhadap konsentrasi yang digunakan konsentrasi pengawet mikrobiosid, merupakan pengawet dengan konsentrasi yang menyebabkan kematian sel yaitu majunya permeabilitas dari membrane sel sehingga bahan pengawet yang didesak kedalam bagian sel mengakibatkan suatu pengacauan sistem koloid – fisika (desemulsifikasi, koagulasi dan presipitasi).

Kadar toksik dalam benzil alkohol yaitu diatas 2% , dimana pada suatu penelitian menunjukkan konsentrasi pada kadar 3% atau lebih besar benzil alkohol menyebabkan efek samping mengiritasi pada kulit. Sedangkan pada percobaan konsentrasi 0,65% benzil alkohol tidak menghasilkan iritasi pada kulit. Sehingga apabila kadar meningkat maka akan terjadi toksisitas sedangkan untuk kadar menurun tidak menimbulkan toksisitas. (Nair B et al, 2001)

Frekuensi pengambilan yang dilakukan secara berturut-turut

memungkinkan sediaan terkontaminasi sehingga perlu ditambahkan zat pengawet.Pengawet merupakan agen antimikroba yang ditambahkan kedalam


(5)

 

 

formulasi sediaan untuk mengontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroba (Lukas, 2006).Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroba yaitu seperti nutrisi, kelembaban, udara, suhu, pH, dan cahaya.Untuk pertumbuhan bakteri membutuhkan nutrisi yang memenuhi syarat antara lain karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, besi, sengdan Cu. Bakteri memerlukan kelembaban tertentu untuk menggunakan makanannya, biasanya media pertumbuhan bakteri mengandung 20% air (Cooper and Gunn’s, 1975). Suhujugamerupakansalahsatufaktor yang penting dalam kehidupan mikroba.Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang bersifat irreversible, sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti (Pratiwi, 2008).

Uji efektivitas pengawet antimikroba bertujuan untuk menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda dengan dasar atau bahan pembawa air yang dicantumkan pada etiket (Depkes RI, 1995). Uji dan kriteria untuk efektivitas berlaku untuk produk dalam kemasan asli dan wadah yang belum dibuka. Uji efektivitas pengawet dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu, yaitu Candida albicans (ATCC No. 10231), Aspergillus niger (ATCC No. 16404), Escherichia coli (ATCC No. 8739), Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027), dan Staphylococcus aureus (ATCC No. 6538) (Anonim, 2008).

Cara pengujian efektivitas pengawet. Bila kemasan sediaan dapat ditembus dengan menggunakan jarum suntik, maka disiapkan 5 wadah asli dari sediaan.Tetapi bila wadah tidak dapat ditembusi secara aseptic, maka pindahkan 20 ml contoh kedalam tabung reaksi yang bertutup sebanyak 5 buah.Selanjutnya dilakukan inokulasi suspense mikroorganisme uji sebanyak 0,1 ml yang setara dengan 20 ml sediaan. Dilakukan penetapan jumlah mikroorganisme hidup pada setiap suspense inokulum. Hitung angka awal mikroorganisme per ml sediaan yang di uji dengan metode taburan atau pour plate. Dilakukan pengamatan pada hari ke 0, 7, 14 dan 28 setelah dilakukan inokulasi (Natsir, 2008)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas benzil alkohol yang diuji pada sediaan injeksi


(6)

difenhidramin hidroklorida. Dengan melihat rentang penggunaan benzil alkohol yaitu 1% - 2%, maka konsentrasi yang dipilih sebagai model pada penelitian yaitu 1,5 % karena diambil dari pertengahan rentang benzil alkohol dan efektivitasnya ditetapkan dengan menghitung jumlah satuan pembentuk koloni mikroba tiap ml dari preparasi inokula pada hari ke 0, 7, 14 dan 28.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, bagaimana efektivitas benzil alkohol 1,5% v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida terhadap bakteri

Staphylococcus aureus

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas pengawet benzil alkohol 1,5% v/v terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada sediaan injeksi difenhidramin klorida.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mendapat hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang efektivitas pengawet dari suatu sediaan dan dapat dilakukan pengembangan formulasi difenhidramin hidroklorida dengan pengawet benzil alkohol 1,5% pada sediaan injeksi