STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1% v/vPADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCI DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

SKRIPSI
DIAS PERMEISARI

STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL
ALKOHOL 1% v/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HCI DOSIS GANDA
DENGAN METODE PENGENCERAN

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

i

Lembar Pengesahan

STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL
ALKOHOL 1% v/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HCI DOSIS GANDA DENGAN
METODE PENGENCERAN


SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012

Oleh:

DIAS PERMEISARI
NIM : 08040056

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

M. Agus Syamsur Rijal M.Si., Apt


Drs.H. Achmad Inoni, Apt

ii

Lembar Pengujian

STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL
ALKOHOL 1% v/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HCI DOSIS GANDA DENGAN
METODE PENGENCERAN

SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal 18 juli 2012

Oleh:

DIAS PERMEISARI
NIM : 08040056


Tim Penguji
Penguji I

Penguji II

M. Agus Syamsur Rijal M.Si., Apt.

Drs.H. Achmad Inoni, Apt.

Penguji III

Dian Ermawati, S.Farm, Apt.

Penguji IV

Arina Swastika Maulita, S.Farm, Apt.

iii

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbilalamin penulis ucapkan karena skripsi yang berjudul
berjudul “STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1% v/v
PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCI DOSIS GANDA
DENGAN METODE PENGENCERAN” telah terselesaikan. Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada

Program

Studi

Farmasi

Fakultas

Ilmu

Kesehatan


Universitas

Muhammadiyah Malang. Dengan penuh rasa syukur dan hormat penulis ucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Adapun pihak-pihak tersebut adalah :
1. Bapak M. Agus Syamsur Rijal, S,Si, M.Si, Apt., sebagai pembimbing I
dan bapak Drs. H. Achmad Inoni, Apt sebagai pembimbing II yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
2. Ibu Arina Swastika Maulita, S.Farm, Apt.dan Ibu Dian Ermawati, S.Farm,
Apt. sebagai tim penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun.
3. Ibu Tri Lestari Handayani, M.Kep, Sp.Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, serta PD I, II, dan III.
4. Ibu Siti Rofida, S.Si, Apt., sebagai Dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan banyak masukan dengan penuh kasih sayang.
5. Semua Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang dan Dosen dari Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga yang telah memberikan banyak ilmu selama proses belajar di
Program Studi Farmasi.

6. Para Laboran : Mas Sigit, Mba’ Susi, Mba’ Fat yang telah banyak
membantu selama penelitian skripsi ini berlangsung.
7. Keluarga tercinta : Bapak, Ibu, Kak Okta, dan Adek Rafa atas semua
bantuan materi, doa, dan semangat dengan tulus dan ikhlas, serta Fandy
Maulana atas inspirasi dan motivasi yang diberikan.

iv

8. Tim skripsi sediaan steril : Fandy, Ucip, Liby, Fatkia, Putu, dan Yayan
yang telah bersama-sama menghadapi suka duka dan bermalam di
Laboraturium Formulasi Sediaan Steril Universitas Muhammadiyah
Malang.
9. Semua teman-teman farmasi 2008 dan pihak yang tidak disebutkan satupersatu.
10. Teman-teman kos pink cikampek : Tita, Yasmin, Erma, Zulia, Farahin,
dan Liana atas segala waktu untuk saling bertukar pikiran dan
persahabatan selama kurang lebih 4 tahun ini semoga tetap terbina
walaupun nanti kalian telah kembali ke Negara asal (Malaysia), Amin.
Akhir kata, penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan dalam sikap dan ucapan selama ini.


Malang, 18 Juli 2012

Penulis

v

RINGKASAN
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1% v/v PADA
SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCI DOSIS GANDA DENGAN
METODE PENGENCERAN
Dias Permeisari
Sediaan steril secara umum adalah sediaan farmasi yang mempunyai
kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme. Berdasarkan kemasan
sediaan steril ada dua macam, yakni berupa dosis tunggal (single dose) dan dosis
ganda (multiple dose). Pada sediaan steril dosis ganda diperlukan penambahan
pengawet karena digunakan lebih dari sekali sehingga meningkatkan resiko
terkontaminasi mikroorganisme. Dalam formulasi sediaan injeksi difenhidramin
HCl dosis ganda ini digunakan pengawet benzil alkohol 1% v/v dan sediaan
disterilkan dengan panas basah (autoklaf) yang mana akan di uji daya inaktivasi
pengawet terhadap bakteri dan jamur dengan metode pengenceran dan uji

sterilitas sediaan dengan metode inokulasi langsung yang dilakukan dalam LAFC.
Kontrol LAFC dilakukan pada sebelum pengujian dan pada saat dilakukan
pengujian. Tujuan dilakukan kontrol lingkungan LAFC adalah untuk menjamin
fungsi kerja dari LAFC yang digunakan. Kontrol yang digunakan berupa plate
yang berisi agar padat sebanyak 2 plate untuk sebelum pengujian dan 1 plate pada
saat dilakukan pengujian.
Untuk dapat melakukan uji sterilitas terhadap sediaan yang mengandung
bahan pengawet maka diperlukan data tentang tingkat inaktivasi dari pengawet
yang digunakan. Dalam melakukan uji inaktivasi pengawet diperlukan
mikroorganisme (dalam penelitian ini digunakan bakteri Bacillus subtilis dan
jamur Candida albicans) sebagai indikator bahwa pengawet sudah tidak
mempunyai daya hambat terhadap mikroorganisme. Uji inaktivasi dilakukan
dengan tiga kali replikasi yang mana dalam satu kali replikasi dilakukan
pengenceran mulai 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, sampai 1:5 dan tanpa pengenceran. Media
yang digunakan dalam pengamatan selama 14 hari adalah media thioglikolat
untuk perbenihan bakteri Bacillus subtilis yang di inkubasi pada suhu 30ᴼC-35ᴼC
dan media kasamino untuk perbenihan jamur Candida albicans yang disimpan
pada suhu 20ᴼC-25ᴼC (suhu kamar). Berdasarkan hasil uji inaktivasi pengawet
maka didapatkan hasil konsentrasi 1:1 untuk media kasamino dan 1:0 (tanpa
pengenceran) untuk media thioglikolat.

Data uji inaktivasi pengawet tersebut dapat digunakan untuk uji
selanjutnya yaitu uji sterilitas sediaan. Uji sterilitas perlu dilakukan untuk
menjamin bahwa sediaan injeksi telah steril. Dari 60 vial sediaan difenhidramin
HCl dibutuhkan 6 vial untuk uji sterilitas sesuai dengan syarat uji sterilitas
Farmakope Indonesia edisi III. Uji sterilitas diamati selama 14 hari dalam media
thioglikolat dengan suhu penyimpanan 30ᴼC-35ᴼC dan dalam media kasamino
dengan suhu penyimpanan 20ᴼC-25ᴼC. Hasil uji sterilitas dinyatakan steril karena
tidak menunjukkan kekeruhan/pertumbuhan mikroorganisme dalam kedua media.

vi

ABSTRACT
INACTIVATION STUDY OF BENZYL ALCOHOL 1% V/V AS
PRESERVATIVE IN MULTIPLE DOSE OF DIPHENHYDRAMIN HCl
INJECTION PREPARATION BY DILUTION METHOD
In an injection preparation, the sterility of its preparation is the most
significant part condition. It caused by using of its preparation was injected into
their body tissue intravenaly, intramuscularly, subcutanly, etc. Injection
preparation multiple doses may need added preservative agent to prevent
microorganism growth up.

The method in which used for sterility of preparation test is direct
inoculation. Based on dilution sample of that preparation, its concentration 1:1,
1:2, 1:3, 1:4, 1:5, and undilution sample (three times replications) was resulted
level of inactivation of benzyl alcohol as preservative agent is undilution sample
in thioglikolat medium and 1:1 in kasamino medium. Bacteria was which used as
indicator of bacterial growth in thioglikolat medium is Bacillus subtilis on 30ᴼC35ᴼC and Candida albicans as an indicator of fungal growth in kasamino medium
on 20ᴼC-25ᴼC, any one of both thioglikolat and kasamino medium was observed
for 14 days. Inactivation of preservative and sterility test was conducted in LAFC
and it may need some controls of LAFC environment to avoid false positive
result.
According to the result of sterility test was indicated that injection
preparation of diphenhydramin HCl over a period of 14 days observation is
sterile.
Keywords : sterile preparation, preservative agent, sterility test, benzyl
1% v/v, diphenhydramine HCl

vii

alcohol


ABSTRAK
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1% v/v PADA
SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCI DOSIS GANDA DENGAN
METODE PENGENCERAN
Dalam sediaan injeksi, sterilitas dari sediaan tersebut merupakan syarat
yang penting. Hal tersebut dikarenakan sediaan injeksi digunakan dengan cara
menyuntikkan ke dalam jaringan tubuh secara intravena, intramuskular, subkutan,
dll. Dalam sediaan injeksi dosis ganda, maka perlu penambahan bahan pengawet
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Metode yang digunakan untuk uji sterilitas sediaan adalah inokulasi
langsung. Berdasarkan sampel sediaan yang telah diencerkan dari konsentrasi 1:0
(tanpa pengenceran), 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, sampai 1:5 (dilakukan tiga kali replikasi)
didapatkan tingkat inaktivasi pengawet yaitu 1:0 (tanpa pengenceran) dalam
media thioglikolat dan 1:1 dalam media kasamino. Bakteri yang digunakan
sebagai indikator adanya pertumbuhan bakteri dalam media thioglikolat adalah
Bacillus subtilis pada suhu 30ᴼC-35ᴼC dan Candida albicans digunakan sebagai
indikasi adanya pertumbuhan jamur dalam media kasamino pada suhu 20ᴼC25ᴼC, masing-masing diamati sampai 14 hari. Uji inaktivasi pengawet dan uji
sterilitas dilakukan dalam LAFC sehingga memerlukan kontrol lingkungan LAFC
untuk menghindari hasil positif palsu.
Berdasarkan hasil uji sterilitas menunjukkan bahwa sediaan injeksi
difenhidramin HCl adalah steril setelah pengamatan selama 14 hari.
Kata kunci : sediaan steril, uji sterilitas, benzil alkohol 1% v/v, difenhidramin HCl

viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii
LEMBAR PENGUJIAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
RINGKASAN............................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................. vii
ABSTRAK.................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
2.1 Tinjauan Tentangn Steril....................................................... 4
2.1.1 Definisi steril............................................................... 4
2.1.2 Proses Aseptik............................................................. 4
2.2 Tinjauan Bahan Pengawet..................................................... 5
2.2.1 Definisi Pengawet........................................................ 5
2.2.2 Klasifikasi macam-macam pengawet.......................... 5
2.3 Bahan Penghambat Pertumbuhan.......................................... 6
2.3.1 Bakteriostatik............................................................... 6
2.3.2Bakterisidal................................................................... 6
2.4 Mekanisme Pengawet............................................................ 7
2.5 Monografi Bahan................................................................... 8
2.5.1 Struktur Kimia Benzil alkohol.................................... 8
2.5.2 Aktivitas Pengawet/Antimikroba................................ 9

ix

2.5.3 Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas........... 10
2.5.4 Tinjauan Bahan Aktif (Difenhidramin HCl).............. 10
2.5.5 Water For Injection..................................................... 11
2.6 Wadah Sediaan Injeksi.......................................................... 12
2.6.1 Dosis Tunggal (Single doses)...................................... 12
2.6.2 Dosis Ganda (Multiple doses)..................................... 12
2.7 Tinjauan mikrobiologi........................................................... 12
2.7.1 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
dan Perkembangbiakan Bakteri.................................... 13
2.7.2 Pewarnaan Bakteri....................................................... 16
2.7.3 Bacillus subtilis........................................................... 17
2.7.4 Candida albicans......................................................... 18
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk Steril.............. 19
2.8.1 Personel....................................................................... 19
2.8.2 Fasilitas........................................................................ 19
2.8.3 Bahan Baku................................................................. 20
2.8.4 Peralatan..................................................................... 20
2.8.5 Air................................................................................ 20
2.8.6 Sanitasi........................................................................ 21
2.9 Metode Sterilisasi.................................................................. 21
2.9.1 Sterilisasi Uap (Autoklaf)............................................ 21
2.9.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sterilisasi Uap..... 22
2.9.3 Teknik Aseptik............................................................ 23
2.10 Tinjauan Uji Sterilitas.......................................................... 25
2.10.1 Metode Uji Sterilisasi................................................ 26
2.10.2 Kontrol dalam Uji Sterilitas...................................... 27
2.10.3 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas................................... 28
2.10.4 Media Untuk Uji Sterilitas........................................ 29
2.10.5 Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi............. 31
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL...................................................... 32
3.1 Uraian Kerangka Konseptual................................................ 32
3.2 Skema Kerangka Konseptual............................................... 33

x

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 34
4.1 Desain Penelitian................................................................... 34
4.2 Bahan dan Alat yang Digunakan........................................... 34
4.2.1 Bahan........................................................................... 34
4.2.2 Alat.............................................................................. 34
4.3 Skema Metodologi Penelitian................................................ 36
4.4 Prosedur Penelitian................................................................ 39
4.4.1 Pencucian Alat............................................................. 39
4.4.2 Pengeringan dan Pembungkusan................................. 39
4.4.3 Sterilisasi Alat............................................................. 40
4.4.4 Menyiapkan Unit Laminar Air Flow dan
Memasukkan Semua Bahan dan Alat......................... 41
4.4.5 Kontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet.......... 41
4.5 Formulasi................................................................................ 42
4.6 Uji Fertilitas Media................................................................. 43
4.7 Uji Sterilitas Media................................................................. 43
4.8 Penyiapan Media..................................................................... 43
4.9 Uji Inaktivasi Dengan Metode Pengenceran........................... 44
4.10 Uji Sterilitas Sampel..............................................................45
BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................... 47
5.1 Kontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)...... 47
5.2 Hasil Uji Fertilitas Media Saat Pengenceran.......................... 48
5.3 Hasil Uji Sterilitas Media Saat Pengenceran.......................... 49
5.4 Hasil Uji Fertilitas Media Saat Uji Sterilitas Sediaan............ 49
5.5 Hasil Uji Sterilitas Media Saat Uji Sterilitas Sediaan............. 50
5.6 Hasil Pengamatan Sampel Sediaan......................................... 50
5.7 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet................................................ 51
5.8 Hasil Uji Sterilitas Sediaan..................................................... 53
BAB VI PEMBAHASAN........................................................................... 54
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN..................................................

57

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 58
LAMPIRAN................................................................................................. 60

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

II.1 Kelarutan Benzil alkohol....................................................................... 8
II.2 Aktivitas Antimikroba........................................................................... 9
II.3 Persyaratan Kelas Partikel (ISO)........................................................... 20
II.4 Klasifikasi Ruangan Bersih................................................................... 24
II.5 Perlengkapan dan Kandungan Kuman Dari Manusia........................... 24
II.6 Batas Mikroba Area Bersih................................................................... 25
II.7 Jumlah Bagian Sampel yang Diambil Dalam Bets................................ 26
II.8 Volume Untuk Uji Sterilitas Cara Inokulasi Langsung......................... 26
II.9 Jumlah Minimum yang Digunakan Untuk Tiap Media......................... 31
V.1 Hasil Uji Efektivitas LAFC Sebelum Uji Inaktivasi Pengawet.............. 47
V.2 Hasil Uji Efektivitas LAFC Saat Uji Inaktivasi Pengawet.................... 47
V.3 Hasil Uji Efektivitas LAFC Sebelum Pengujian Sterilitas..................... 48
V.4 Hasil Uji Efektivitas LAFC Pada saat Pengujian Sterilitas................... 48
V.5 Hasil Uji Fertilitas Media Saat Pengenceran.......................................... 48
V.6 Hasill Uji Sterilitas Media Saat Pengenceran........................................ 49
V.7 Hasil Uji Fertilitas Media Saat Uji Sterilitas.......................................... 50
V.8 Hasill Uji Sterilitas Media Saat Uji Sterilitas......................................... 50
V.9 Hasil Pengamatan Sampel Sediaan Vial................................................ 51
V.10 Hasil Uji Inaktivasi dalam Media Kasamino....................................... 51
V.11 Hasil Uji Inaktivasi dalam Media Thioglikolat.................................... 52
V.12 Hasil Uji Sterilitas Sampel................................................................... 53

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Struktur Benzil Alkohol.......................................................................... 8
2.2 Struktur Difenhidramine HCl................................................................. 10
3.1 Skema Kerangka Konseptual.................................................................. 33
4.1 Skema Metodologi Penelitian................................................................. 36
4.2 Skema Kontrol Uji.................................................................................. 37
4.3 Skema Uji Sterilitas Sampel.................................................................... 38
4.4 Tahap Uji Inaktivasi................................................................................ 44
4.5 Tahap Uji Sterilitas pada Media Thioglikolat......................................... 45
4.6 Tahap Uji Sterilitas pada Media Kasamino............................................ 46

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1 Riwayat Hidup.......................................................................................... 60
2 Surat Pernyataan....................................................................................... 61
4 Hasil Pemeriksaan Spektrum Infra Red Sampel Benzil alkohol............... 62
5 Hasil Pemeriksaan Benzil alkohol Standart.............................................. 64
6 Laporan Hasil Uji Bakteri dan Jamur....................................................... 65
7 Serifikat Difenhidramin HCl..................................................................... 67
8 Hasil Foto.................................................................................................. 68

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan farmasi steril, Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Terjemahan Farida ibrahim.
Jakarta: Universitas Indonesia press. Edisi keempat.
Baird, R.M and Denyer, S.P. 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceuticals and Medical Devices. CRC Press.
BPOM. 2006. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
Collins EB and Hardt P. 1980. Inhibition of Candida albicans by Lactobacillus
acidophilus. Pubmed May;63(5):830-2.
Cooper, J.W and Gunn Colin. 1975. Dispending For Pharmaceutical Students 12
th Edition. Tunbridge Wells: Pitmal Medical.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat, Jakarta.
Dwidjoseputro, D.
Djambatan.

1978.

Dasar-Dasar

Mikrobiologi,

Jakarta:

Penerbit

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Gamar, L. Blondeau, K. and Simonet, J. M. 1997. Physiological approach to
extracellular polysaccharide production by Lactobacillus rhamnosus
strain C83. J. Appl. Microbiol.
Graumann, Peter. 2007. Bacillus Cellular and Molecular Biology, Germany :
Caister Academic Press.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta: Gramedia.
Jawetz et all. 2005. Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta: Buku Kedokteran ECG.
Lachman, L. et all. 1992.
Pharmaceutical Dosage Forms Parenteral
Medications. New York : Marcel Dekker. Second Edition.

xv

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi steril, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Pelczar and Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2, Jakarta: UI Press.
Pratiwi Sylvia, T. 2008. Mikrobiologi farmasi, Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Reynolds, J.E.F. 1989. Martindale The Extra Pharmacopoeia, London: The
Pharmaceutical Press. Twenty ninth edition.
Rowe, R.C. et all. 2006. Handbook of pharmaceutical excipients, London: The
Pharmaceutical Press. Fifth edition.
Strickley, R.G. 2004. Solubilizing excipients in oral and injectable formulations.
california: pharmaceutical research.
Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitan, Bandung: Alfabeta.
Sweetman, S.C. 2007. Martindale the Complete Drug Reference, London: The
Pharmaceutical Press. Thirty five edition.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale the Complete Drug Reference, London: The
Pharmaceutical Press. Thirty sixth edition.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitngan Farmasi, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi
medik, Malang: Bayumedia publishing.
Voight, R.1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi Edisi V, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Volk, W.A. dan M.F. Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar, Editor Soenartono.
Jakarta. Penerbit Erlangga. Edisi ke-5.

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sediaan steril sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus,

disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati, dan sebagainya. Semuanya
sangat membutuhkan kondisi steril karena pengobatan yang langsung bersentuhan
dengan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dan dimasukkan langsung ke
dalam cairan atau rongga tubuh sangat memungkinkan terjadinya infeksi bila
obatnya tidak steril (Lukas, 2006).
Untuk menghasilkan sediaan yang steril memerlukan pengetahuan
tambahan selain pengetahuan tentang pembuatan bentuk sediaan, yaitu ada
jaminan bahwa selama produksi dan setelah produksi, sediaan bebas dari cemaran
mikroba (Lukas, 2006).
Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau melalui selaput lendir (Depkes RI, 1979). Sediaan injeksi steril
dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Sediaan injeksi vial adalah salah satu
wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan
memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml dan juga dapat digunakan untuk
mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5
mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam
yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan
injeksi (Voight, 1994).
Wadah satuan ganda memungkinkan dapat diambil isinya beberapa kali
tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian sisa zat dalam
wadah tersebut (Depkes RI, 1995). Sehingga salah satu hal yang harus
diperhatikan dalam formulasi sediaan injeksi dalam wadah dosis ganda adalah
memerlukan bahan pengawet. Kadar zat pengawet harus mampu mencegah
pertumbuhan mikroorganisme (Anief, 1998). Penggunaan pengawet terutama

1

2

pada wadah dosis ganda untuk menghambat mikroba yang masuk secara tidak
sengaja selama atau setelah proses produksi (Depkes RI, 1995).
Beberapa contoh pengawet yang sering digunakan dalam sediaan
parenteral adalah golongan fenol dan turunan fenol (Kresol, metilhidroksiben,
propilhidroksibenzoat, klorkresol, heksaklorofen), alkohol alifatik dan aromatik
(klorbutanol, benzil alkohol, fenilpropanol, klorbenzil alkohol dan diklorbenzil
alkohol), senyawa air raksa organik (fenilraksa asetat, fenilraksa borat, fenilraksa
nitrat, thiomersal), dan senyawa amonium kuartener (Voight, 1994).
Benzil alkohol merupakan pengawet yang sering digunakan dalam sediaan
parenteral golongan alifatik aromatik. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk
pengawet benzil alkohol adalah 1%, 1,5%, hingga 2%. Salah satu keuntungan
menggunakan benzil alkohol sebagai pengawet adalah dapat mempunyai efek
anestesi lokal pada konsentrasi 10% b/v ( Rowe, 1989 ). Salah satu contoh sediaan
injeksi yang menggunakan benzil alkohol 1% adalah injeksi sianokobalamin/
vitamin B12 dengan benzil alkohol 10 ml dalam 1 liter (Agoes, 2009).
Salah satu sediaan injeksi dosis ganda yang banyak beredar dipasaran
yaitu diphenhydramine HCl. Difenhidramin HCl merupakan sedatif antihistamin
dengan antimuskarinik dan dapat digunakan untuk kondisi alergi seperti urticaria
and angioedema, rhinitis, conjunctivitis, kulit gatal-gatal, antiemetik, dan juga
sebagai profilaksis motion sickness (Reynolds, 1989).
Sediaan injeksi difenhidramin HCl pada umumya di rumah sakit ataupun
puskesmas masih banyak dijumpai dalam wadah dosis ganda. Salah satu syarat
mutlak pada sediaan dalam wadah vial adalah perlu ditambahkan pengawet
(Ansel, 2005). Suatu sediaan yang mengandung bahan pengawet dan antibiotika
sebelum dilakukan proses uji sterilitas terlebih dahulu dihilangkan zat pengawet
atau antibiotika yaitu dengan cara proses pengenceran. Bahan pengawet yang
digunakan dalam formulasi sediaan parenteral diharapkan penggunaanya
seminimal mungkin sehingga dapat mencegah terjadinya toksisitas dari bahan
pengawet yang digunakan. Dengan adanya proses pengenceran didapatkan data
tingkat pengenceran yang dapat menghilangkan efek zat antimikroba yang
ditambahkan yang terdapat dalam sediaan. Oleh karena itu maka perlu dilakukan
proses pengenceran dari bahan antimikroba.

3

1.2

Rumusan Masalah
Berapakah pengenceran yang diperlukan untuk menginaktivasi pengawet

benzil alkohol 1% v/v terhadap daya bakteriostatik dalam sediaan injeksi
difenhidramin HCl dosis ganda ?
1.3

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tentang tingkat pengenceran pengawet benzil alkohol

dengan kadar 1% v/v yang dibutuhkan untuk menginaktivasi daya bakteriostatik
dari pengawet benzil alkohol dalam sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis
ganda.
1.4

Manfaat Penelitian
Sebagai pedoman untuk melakukan uji sterilitas sediaan injeksi dosis

ganda difenhidramin HCl yang sesuai dengan Farmakope Indonesia.