STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN
SKRIPSI
RALIBY ROUDLATUL ATHFAL
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL
2 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN
HIDROKLORIDA DOSIS GANDA DENGAN METODE
PENGENCERAN
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
53
Lembar Pengesahan
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL
ALKOHOL 2 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA
DENGAN METODE PENGENCERAN
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012
Oleh:
RALIBY ROUDLATUL ATHFAL
NIM: 08040089
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
M. Agus Syamsur Rijal, S. Si, M. Si, Apt
Drs. Achmad Inoni, Apt
54
Lembar Pengujian
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL
ALKOHOL 2 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA
DENGAN METODE PENGENCERAN
SKRIPSI
Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji
pada Tanggal 14 Juli 2012
Oleh :
RALIBY ROUDLATUL ATHFAL
NIM : 08040089
Disetujui Oleh:
Penguji I
Penguji II
M. Agus Syamsur Rijal, S. Si, M. Si, Apt
Penguji III
Dian Ermawati, S.Farm., Apt.
Drs. Achmad Inoni, Apt.
Penguji IV
Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt
55
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselenggarakan dengan
sebaik-baiknya. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Studi Inaktivasi
Pengawet Benzil Alkohol 2% v/v Pada Sediaan Injeksi Difenhidramin Dosis
Ganda Dengan Metode Pengenceran” maka perkenankanlah saya mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Allah swt. yang tlah melancarkan dan memudahkan pengerjaan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua saya Moh. Taufik dan Urwatul Wusqo yang tiada henti
slalu memberikan dorongan yang luar biasa baik secara moral maupun
materi serta kakak saya Hasbi Ash Shiddiqy dan adik saya Norma Farizah
Fahmi yang selalu memberikan smangat tiada henti saat saya menghadapi
hambatan-hambatan dalam pengerjaan skripsi ini.
3. M. Agus Syamsur Rijal, S. Si, M. Si, Apt sebagai Pembimbing I dan Drs.
H. Achmad Inoni, Apt., sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas
dan penuh kesabaran dalam membimbing dan memberi dorongan kepada
saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Dian Ermawati, S.Farm., Apt. dan Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada saya demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. selaku Kepala Laboraturium Sediaan
Steril yang telah mengijinkan saya melakukan penelitian di laboraturium
tersebut.
6. Sovia Aprina Basuki, S.Farm., Apt. sebagai dosen wali yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan selama mengikuti pendidikan di
Program Studi Farmasi Universita Muhammadiyah Malang.
7. Tri Lestari Handayani, M.Kep, Sp.Mat sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan.
56
8. Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M.Kes. sebagai Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
9. Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universita Muhammadiyah
Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan hingga
saya dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.
10. Para laboran Laboraturium Formulasi Sediaan Steril, mas Sigit, mbak
Susi, dan mbak Fat yang telah banyak membantu saya.
11. Ibu Ferial (PT. Aditama Raya Farmindo, Surabaya) yang tlah memberikan
sumbangan bagi penelitian saya berupa bahan aktif Difenhidramin HCl
dan Bapak Saleh (PT. Altinex, Bandung) yang tlah menyediakan
alumunium cap sehingga penelitian ini menjadi sempurna.
12. Teman-teman skripsi steril : Fatkia, Clusive, Yayan, Putu, Fandi, Dias,
Djahra, Fela, Ufi, Arin, Bagus, dan Aldi yang selama kurang lebih enam
bulan kami bersama dalam pengerjaan skripsi kami. Terima kasih atas
bantuan, semangat, tenaga, waktu dan segalanya yang telah diberikan pada
saya. Tanpa kalian, skripsi saya tidak akan berjalan dengan lancar.
13. Teman-teman kos Beta 28 : Kia, Silvi, Fika dan Damas (tetangga kos)
yang selalu menjadi teman sekaligus sahabat dalam suka maupun duka
saat menjalani lika-liku perkuliahan.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas
bantuan, dukungan, semangat dan doa yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, hanya Allah yang mampu membalas segala kebaikan Bapak,
Ibu dan Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
kefarmasian.
Malang, Juli 2012
Penyusun,
Raliby Roudlatul Athfal
57
RINGKASAN
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2% v/v PADA
SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS
GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN
Sterilitas merupakan salah satu syarat sediaan injeksi terutama sediaan
injeksi dosis ganda seperti injeksi Difenhidramin Hidroklorida dimana rentan
terkontaminasi mikroba karena pemakaian berulang. Oleh sebab itu sediaan
injeksi dosis ganda ditambah dengan bahan pengawet salah satunya Benzil
alkohol 2% v/v. Namun adanya bahan pengawet tersebut akan mempengaruhi
hasil uji sterilitas sehingga harus di inaktivasi terlebih dahulu. Salah satu cara
untuk melakukan inaktivasi pengawet adalah dengan metode pengenceran.
Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi pengaruh
pengawet Benzil Alkohol pada sediaan injeksi Difenhidramin Hidroklorida dosis
ganda. Semua pengujian dilakukan secara aseptis di Laminar Air Flow Cabinet
meliputi uji fertilitas media, uji sterilitas media, uji inaktivasi pengawet dan uji
sterilitas media dengan meletakkan media agar ditempat tertentu sebagai kontrol
lingkungan.
Pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan sediaan sampel dengan
pelarutnya dimulai dari tingkatan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5 dengan
menambahkan bakteri Bacillus subtilis untuk media Thioglikolat dan jamur
Candida albicans untuk media Kasamino kemudian diinkubasi pada suhu 30o-32o
C untuk media Thioglikolat dan suhu 22o-25o C untuk media Kasamino serta
amati perubahan yang terjadi selama 14 hari dengan melihat kekeruhan yang
terbentuk kemudian dibandingkan dengan indikator pembanding. Hasilnya
pengawet Benzil alkohol 2% inaktiv setelah diencerkan dengan perbandingan
pengenceran 1:1 untuk media Thioglikolat dan pengenceran 1:3 untuk media
Kasamino. Perbedaan konsentrasi pengenceran yang didapatkan antara media
Thioglikolat dengan media kasamino dapat disebabkan diantaranya karena
komposisi dari tiap media berbeda dan juga penggunaan bakteri tertentu yang
ditambahkan kedalam media uji karena pengawet Benzil alkohol memiliki
aktivitas yang berbeda-beda terhadap tiap mikroba. Dimana hasil dari uji
inaktivasi pengawet Benzil alkohol ini kemudian dipakai untuk uji sterilitas
sediaan sampel.
Sampel berupa sediaan injeksi Difenhidramin Hidroklorida dosis ganda
bervolume 15 ml dimana untuk uji sterilitas sampel diambil secara acak dengan
replikasi sebanyak 6 kali dan sebelum diinokolasi terlebih dahulu diencerkan
dengan pelarutnya berdasarkan tingkat pengenceran yang didapatkan dari uji
inaktivasi pengawet yang tlah dilakukan kemudian media diinkubasi dan diamati
pada suhu yang sesuai untuk masing-masing media selama 14 hari. Hasilnya tidak
ada satupun dari 6 replikasi terjadi pertumbuhan bakteri atau dapat dikatakan hasil
uji sterilitas sebanding dengan kontrol negatif dimana media uji tetap jernih baik
pada media Thioglikolat maupun media Kasamino yang mana hal ini
menunjukkan bahwa sediaan sampel yang digunakan adalah setril.
58
ABSTRACT
STUDY OF INACTIVATION OF PRESERVATIVE AGENT OF BENZYL
ALCOHOL 2% v/v IN PREPARATION OF DIPHENHYNDRAMINE
HYDROCHLORIDE INJECTION MULTIPLE-DOSAGE WITH
DILUTION METHOD.
Being sterile is one requirement of preparation for injection particularly
preparation of injection with multiple-dosage since it experiences repetitive usage
so that it is susceptible for being microbial contaminated so that the preparation
will be added with preservative agent such as Benzyl Alcohol 2% v/v.
Nevertheless the existing preservative agent will influence the results of
sterilization so that it has to be inactivated firstly, one of them is by dilution
method.
The research was aimed to know the dilution rate needed to inactivate the
impacts of Benzyl Alcohol in preparation of Dyphenhydramine Hydrochloride
injection multiple- dosage. The preparation of sample was diluted with it’s
preservative agent from the composition rate 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, and 1:5 by adding
bacteria Bacillus subtilis for medium Thioglikolat and fungus Candida albicans
for medium Kasamino then incubated at temperature of 30 - 32° C for medium
Thioglikolat and at the temperature of 22°-25° C for medium Kasamino and also
do observe the changes existing along 14 days by viewing the turbidity formed
and then it was compared to comparative indicator. The result was that the
Benzyl Alcohol became inactive after it was diluted as 1:1 for medium of
Thioglikolat and 1: 3 for medium of Kasamino. All works were conducted by
aseptic in Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) using work cloths and media in
order as a controlling media for environment when it was worked. When the
results of the inactivation test for preservative of Benzyl alcohol then used to test
the sterility of sample preparation.
After it was conducted a sterilization it was obtained that there is nothing
of 6 replications that existed a virtual microbial growth, so that it could be
concluded that the sample preparation used was sterile.
Key words : Diphenhyndramine Hydrochloride injection multiple-dosage, Benzyl
Alcohol 2%, inactivation of preservative, sterilization.
59
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
LEMBAR PENGUJIAN ..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
RINGKASAN ..................................................................................................
v
ABSTRACT .....................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ....................................................................
4
1.3
Tujuan Penelitian .....................................................................
4
1.4
Manfaat Penelitian ..................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
5
2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Injeksi ...........................................
5
2.1.1 Definisi Sediaan Injeksi ................................................
5
2.1.2 Keuntungan dan Kelemahan Pemberian Obat
Secara Parenteral .............................................................
5
2.1.3 Persyaratan Sediaan Parenteral .......................................
6
2.1.4 Wadah Sediaan Injeksi ....................................................
7
2.2 Tinjauan Difenhidramin HCl ....................................................
8
2.2.1 Farmakologi Difenhidramin HCl ....................................
8
2.2.2 Sifat Fisiko Kimia Difenhidramin HCl ...........................
10
2.3 Tinjauan Benzil Alkohol ..........................................................
11
2.4 Tinjauan Pelarut (Water For Injection) ....................................
12
2.5 Tinjauan Mikrobiologi..............................................................
12
2.5.1 Jenis mikroorganisme yang umum terdapat
sebagai kontaminan .........................................................
60
13
2.5.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi
BAB III
Pertumbuhan Mikroorganisme ........................................
14
2.5.3 Bahan Penghambat Pertumbuhan ...................................
17
2.5.4 Sumber – sumber Kontaminasi Mikroorganisme ...........
17
2.5.5 Mikroorganisme Percobaan ............................................
20
2.6 Pengenceran ..............................................................................
21
2.7 Tinjauan Tentang Uji Sterilitas ................................................
22
2.7.1 Media Untuk Uji Sterilitas ..............................................
22
2.7.2 Prosedur Umum ..............................................................
24
2.7.3 Metode Uji Sterilisasi......................................................
26
2.7.4 Kontrol Dalam Uji Sterilitas ...........................................
27
2.8 Tinjauan Tentang Teknik Aseptis ............................................
28
2.9 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas ..................................................
31
KERANGKA KONSEPTUAL .......................................................... 32
3.1
Uraian Kerangka Konseptual ...................................................
32
3.2
Skema Kerangka Konseptual ...................................................
34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.........................................................
35
4.1
Desain Penelitian ......................................................................
35
4.2
Bahan dan Alat yang Digunakan ..............................................
35
4.2.1 Bahan...............................................................................
35
4.2.2 Alat ................................................................................
35
4.3
Skema Metodologi Penelitian...................................................
37
4.4
Skema Kontrol Uji ....................................................................
38
4.5
Prosedur Penelitian ...................................................................
39
4.5.1 Sterilisasi Alat .................................................................
39
4.5.2 Penyiapan “Laminar Air Flow” ......................................
39
4.5.3 Kontrol Lingkungan Laminar Air
Flow Cabinet (LAFC) .....................................................
39
4.5.4 Pembuatan Sediaan .........................................................
40
4.5.5 Uji Fertilitas Media .........................................................
40
4.5.6 Uji Sterilitas Media .........................................................
41
4.5.7 Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................
41
61
BAB V
4.5.8 Uji Sterilitas Sediaan.......................................................
41
HASIL PENELITIAN ...................................................................
42
5.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) sebelum
Pengujian ..................................................................................
42
5.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) saat
Pengerjaan ...............................................................................
43
5.3 Hasil Uji Fertililas Media (Kontrol Positif) ..............................
43
5.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ............................
44
5.5 Hasil Pengamatan Mutu Sediaan ..............................................
45
5.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................
46
5.7 Hasil Uji Sterilitas Sediaan .......................................................
47
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................
48
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
53
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
54
62
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1 Jumlah Volume Bahan dan Media untuk Bahan Cair ............................. 25
II.2 Jumlah Minimum yang Digunakan untuk Tiap Media..............................
26
II.3 Jumlah Minimum Bahan yang Diuji Sesuai dengan Jumlah Bahan
dalam Bets .................................................................................................
26
II.4 Klasifikasi Ruangan Bersih ......................................................................
29
II.5 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ...............................
29
II.6 Batas Mikroba yang Disarankan untuk Pemantauan Area Bersih Selama
Kegiatan Berlangsung ..............................................................................
30
V.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Sebelum Pengujian ...................
43
V.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Saat Pengerjaan ........................
43
V.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) .............................................
44
V.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ............................................
44
V.5 Hasil Pengamatan Mutu Sediaan ..............................................................
45
V.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................................
43
V.7 Hasil Uji Sterilitas Sampel ......................................................................
47
63
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Struktur Formula Benzil alkohol ...............................................................
11
3.1 Skema Kerangka Konseptual ....................................................................
34
4.1 Skema Metodologi Penelitian ....................................................................
37
4.2 Skema Kontrol Uji ....................................................................................
38
64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup ................................................................................
56
2 Surat Pernyataan ..........................................................................................
57
3 Sertifikat Bahan Aktif Difenhidramin HCl .................................................
58
4 Sertifikat Bakteri Bacillus subtilis ..............................................................
59
5 Sertifikat Jamur Candida albicans ..............................................................
60
6 Gambar Hasil Pengujian IR Benzil Alkohol ................................................
61
7 Gambar IR Benzil Alkohol dari Pustaka .....................................................
62
8 Perhitungan Bahan Untuk Pembuatan Sediaan Injeksi
Difenhidramin HCl Dosis Ganda ................................................................
64
9 Foto Hasil Kontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet........................
65
10 Foto Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas Media ......................................
67
11 Foto Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ............................................................
68
12 Foto Hasil Uji Sterilitas Sampel .................................................................
71
13 Foto Alat – alat yang Digunakan dalam Penelitian .....................................
72
65
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri Farmasi Industri 4, Bandung :
ITB, hal 1- 16.
Akers, M.J., Larrimore, D.S., 2005. Parenteral Quality Control : Sterility,
pyrogen, Particulate, and Package Integrity Testing. 3th edition,
Revised and Expanded, New York : Marcel Dekker, Inc. pp : 14 – 25, 50 –
57.
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim).
Edisi keempat, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 176 – 177, 399
– 400, 411 – 417, 423, 433 – 434.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik, Jakarta : Badan POM, pp : 126 – 129.
Baird, M. R., Denyer, P. S., Guide to Microbiological Control In
Pharmaceuticals and Medical Devices. Second Edition, Chapter 5A.
Cooper and Gunn’s, 1972. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Ptman Medical, pp : 300 – 549.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran – Universitas
Indonesia, 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta. hal 277 –
281.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Jakarta, hal 889–890.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta, hal 1512 – 1519, 1537.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Suplemen I Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta, hal 9 – 10, 855 – 862, 891.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978. Formularium Nasional. Edisi
II. Jakarta, hal 114, 317 – 324.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000.
Jakarta. hal 111 – 118.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New York : CRC
Press, pp : 92 – 94.
Dolan, S.A. et al., 2010. AJIC Special Article APIC Position Paper : Safe
Injection, Infution, and Vial Practices in Health Care. Washington DC,
pp : 168 –170.
66
54
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, hal 102 – 140.
Jawetz, E., Melnick, J.L, Adelberg, E.A., 1992. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan (Alih bahasa : Gerard Bonang). Edisi ke-16, Jakarta : EGC,
hal 263-264, 382 – 385.
Johnson, A.G., 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta : Binarupa Aksara,
hal 1.
Lachman, H.A., Leon, L., 1993. Pharmaceutical Dosage Forms. 2nd Edition.
New York : MARCEL DEKKER, INC, pp : 24.
Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga. hal 105 –
117.
Remington, J.P., 1995. The Sience and Pharmacy. Easton, Pennsylvania : Mack
Publishing Company, pp: 1482.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Owen, S.C., 2006. Pharmaceutical Excipients. 5th
edition, Washington, DC : Pharmaceutical Press and American Pharmacist
Association.
Salle, J.A., 1974. Fundamental Principles Of Bacteriology. 7th Edition. New
Delhi : Tata Mcgraw – Hill Publishing Company Ltd, pp : 224 – 229.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi, Jakarta : Binarupa Aksara
Sugioyono, 2008. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Klualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABeta. hal 72.
Sweetman,S.C., 2007. Martindale : The Complete Drug Reference. 35th edition,
London : Pharmaceutical Press. Electronic version.
Tim
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003.
Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing. hal 12 – 13, 31 –
34.
Turco, S., 1979. Sterile Dosage Forms. 2nd Edition. Philadelphia : LEA &
FEBIGER, hal 302 – 305.
Voight, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, hal 755, 761, 974 – 977
lvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaaan farmasi yang banyak
dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat
membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka
yang harus diobati, dan sebagainya (Lukas, 2006).
Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik bervolume
kecil atau besar, cairan irigasi yang dimaksudkan untuk merendam luka atau
lubang operasi, larutan dialisa dan sediaan biologis seperti vaksin, toksoid,
antitoksin, produk penambah darah dan sebagainya. Sterilitas sangat penting
karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh
yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah (Ansel, 1989) .
Parenteral menunjukkan pemberian lewat suntikan seperti berbagai
sediaan yang diberikan dengan disuntikkan (Ansel, 1989). Sediaan parenteral
adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk infus. Injeksi adalah
pemakaian dengan cara penyemprotan larutan atau suspensi ke dalam tubuh untuk
tujuan terapeutik atau diagnostik. Injeksi dapat dilakukan langsung ke dalam
aliran darah, jaringan, atau organ (Lukas, 2006).
Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila
diinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak
dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan
menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif
dengan cara pemberian lain. Hampir semua suntikan dilakukan oleh dokter atau
asisten dokter atau perawat dalam pemberian pengobatan. Bearti, suntikansuntikan terbanyak dilakukan di rumah sakit, rumah perawatan dan klinik, sangat
sedikit dilakukan dirumah. Ahli farmasi menyediakan sediaan-sediaan yang
disuntikkan untuk dokter dan perawat sesuai dengan yang dibutuhkan mereka di
lembaga, klinik, kantor, atau program perawatan rumah (Ansel, 1989).
1
2
Salah satu contoh sediaan injeksi dosis ganda yang banyak beredar di
pasaran ialah Difenhidramin HCl. Di beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit,
sediaan injeksi Difenhidramin HCl dosis ganda masih sering dijumpai
penggunaanya untuk keadaan alergi, mual, muntah, batuk dan anafilaktik. Dengan
dosis pemakaian intravena atau intramuskular 1-5 ml tiap kali suntik dan
mengandung Difenhidramin HCl 10 mg/ ml.
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, pembuatan sediaan yang akan
digunakan untuk injeksi harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
juga mempersyaratkan tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu per satu secara
fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat
secara visual harus ditolak (Depkes RI, 1995).
Oleh karena sediaan farmasi merupakan subjek kontaminasi mikroba yang
dapat membahayakan kesehatan manusia, menyebabkan kerusakan produk,
perubahan estetika, dan kemungkinan kehilangan efikasi sediaan. Maka sumbersumber kontaminasi mikroorganisme dapat berasal dari bahan baku dan eksipien,
peralatan yang digunakan, operator, udara atau ruang kerja, dan
material
pengemasan. Kontaminasi mikroorganisme yang mungkin terdapat dalam sediaan
farmasi antara lain bakteri, ragi, dan jamur (Agoes, 2009).
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui
berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat
mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi dalam kondisi
biasa pada
waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan
penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan
terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam
masing-masing monografi. Penutup
wadah
dosis
ganda memungkinkan
pengambilan isi tanpa membuka atau merusak penutup. Penutup dapat ditembus
oleh jarum suntik dan pada saat penarikan jarum, segera menutup kembali hingga
mencegah pencemaran (Depkes RI, 1995).
Beberapa usaha yang dilakukan untuk menjaga sterilitas sediaan dengan
wadah dosis ganda antara lain dengan penambahan antimikroba, digunakan alat
suntik yang steril dan volume wadah dosis berganda tidak boleh lebih dari 30 ml
3
(Ansel, 2005). Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin tercapainya bebas
kuman juga pada pengambilan berulang dari takaran tunggal melalui pensterilan
tutup (Voigt, 1994).
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan
mikroba harus ditambahkan dalam injeksi yang dikemas dalam wadah dosis ganda
apapun metode sterilisasi yang digunakan, kecuali dinyatakan lain dalam masingmasing monografi, atau kecuali bahan aktifnya sendiri sudah berupa bahan
antimikroba. Bahan tambahan seperti ini digunakan dalam kadar tertentu yang
dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh mikroba dalam sediaan injeksi
(Depkes RI, 1995).
Zat pengawet yang dapat ditambahkan pada produk parenteral meliputi:
Benzalkonium chloride 0,01 %, Benzyl alkohol 1-2 %, Chlorobutanol 0,25-0,5 %,
Metacresol 0,1-0,3 %, Phenol 0,25-0,5, Thimerosal 0,01 % (Lukas, 2006).
Berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient , Benzil alkohol merupakan
pengawet antimikroba yang digunakan pada kosmetik, makanan dan sebagian
besar pada formulasi sediaan farmasi termasuk sediaan oral dan parenteral,
dengan konsentrasi sebesar 2,0% v/v.
Sterilitas merupakan salah satu syarat sediaan injeksi terutama injeksi
dosis ganda karena kemungkinan kontaminasi mikroba pada saat pengambilan
berulang. Sehingga diperlukan uji sterilitas sediaan untuk menetapkan ada
tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup dalam sediaan. Namun adanya bahan
antimikroba dalam sediaan akan mempengaruhi uji sterilitas yang akan dilakukan.
Sehingga sebelum dilakukan uji sterilitas zat pengawet harus dihilangkan dengan
cara pengenceran hingga daya anti mikrobanya sudah tidak bekerja lagi.
Seperti yang disebutkan dalam Suplemen 1 FI edisi IV, bahwa jika bahan
uji mempunyai aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan
bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah
media yang cukup.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka hal yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah berapakah pengenceran yang
dibutuhkan untuk menginaktivasi pengaruh pengawet Benzil alkohol pada sediaan
injeksi Difenhidramin HCl dosis ganda.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengenceran yang
dibutuhkan untuk menginaktivasi pengaruh pengawet Benzil alkohol pada sediaan
injeksi Difenhidramin HCl dosis ganda serta untuk mengetahui sterilitas dari
sediaan sampel.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini didapatkan suatu informasi tentang tingkat
pengenceran yang dibutuhkan untuk mengaktivasi pengaruh pengawet Benzil
alkohol pada sediaan injeksi Difenhidramin HCl, dan dapat dijadikan sebagai
bahan pedoman untuk melakukan uji sterilitas sediaan yang memenuhi
persyaratan. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi ilmiah bagi
mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya.
RALIBY ROUDLATUL ATHFAL
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL
2 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN
HIDROKLORIDA DOSIS GANDA DENGAN METODE
PENGENCERAN
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
53
Lembar Pengesahan
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL
ALKOHOL 2 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA
DENGAN METODE PENGENCERAN
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012
Oleh:
RALIBY ROUDLATUL ATHFAL
NIM: 08040089
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
M. Agus Syamsur Rijal, S. Si, M. Si, Apt
Drs. Achmad Inoni, Apt
54
Lembar Pengujian
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL
ALKOHOL 2 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA
DENGAN METODE PENGENCERAN
SKRIPSI
Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji
pada Tanggal 14 Juli 2012
Oleh :
RALIBY ROUDLATUL ATHFAL
NIM : 08040089
Disetujui Oleh:
Penguji I
Penguji II
M. Agus Syamsur Rijal, S. Si, M. Si, Apt
Penguji III
Dian Ermawati, S.Farm., Apt.
Drs. Achmad Inoni, Apt.
Penguji IV
Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt
55
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselenggarakan dengan
sebaik-baiknya. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Studi Inaktivasi
Pengawet Benzil Alkohol 2% v/v Pada Sediaan Injeksi Difenhidramin Dosis
Ganda Dengan Metode Pengenceran” maka perkenankanlah saya mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Allah swt. yang tlah melancarkan dan memudahkan pengerjaan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua saya Moh. Taufik dan Urwatul Wusqo yang tiada henti
slalu memberikan dorongan yang luar biasa baik secara moral maupun
materi serta kakak saya Hasbi Ash Shiddiqy dan adik saya Norma Farizah
Fahmi yang selalu memberikan smangat tiada henti saat saya menghadapi
hambatan-hambatan dalam pengerjaan skripsi ini.
3. M. Agus Syamsur Rijal, S. Si, M. Si, Apt sebagai Pembimbing I dan Drs.
H. Achmad Inoni, Apt., sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas
dan penuh kesabaran dalam membimbing dan memberi dorongan kepada
saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Dian Ermawati, S.Farm., Apt. dan Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada saya demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. selaku Kepala Laboraturium Sediaan
Steril yang telah mengijinkan saya melakukan penelitian di laboraturium
tersebut.
6. Sovia Aprina Basuki, S.Farm., Apt. sebagai dosen wali yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan selama mengikuti pendidikan di
Program Studi Farmasi Universita Muhammadiyah Malang.
7. Tri Lestari Handayani, M.Kep, Sp.Mat sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan.
56
8. Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M.Kes. sebagai Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
9. Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universita Muhammadiyah
Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan hingga
saya dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.
10. Para laboran Laboraturium Formulasi Sediaan Steril, mas Sigit, mbak
Susi, dan mbak Fat yang telah banyak membantu saya.
11. Ibu Ferial (PT. Aditama Raya Farmindo, Surabaya) yang tlah memberikan
sumbangan bagi penelitian saya berupa bahan aktif Difenhidramin HCl
dan Bapak Saleh (PT. Altinex, Bandung) yang tlah menyediakan
alumunium cap sehingga penelitian ini menjadi sempurna.
12. Teman-teman skripsi steril : Fatkia, Clusive, Yayan, Putu, Fandi, Dias,
Djahra, Fela, Ufi, Arin, Bagus, dan Aldi yang selama kurang lebih enam
bulan kami bersama dalam pengerjaan skripsi kami. Terima kasih atas
bantuan, semangat, tenaga, waktu dan segalanya yang telah diberikan pada
saya. Tanpa kalian, skripsi saya tidak akan berjalan dengan lancar.
13. Teman-teman kos Beta 28 : Kia, Silvi, Fika dan Damas (tetangga kos)
yang selalu menjadi teman sekaligus sahabat dalam suka maupun duka
saat menjalani lika-liku perkuliahan.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas
bantuan, dukungan, semangat dan doa yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, hanya Allah yang mampu membalas segala kebaikan Bapak,
Ibu dan Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
kefarmasian.
Malang, Juli 2012
Penyusun,
Raliby Roudlatul Athfal
57
RINGKASAN
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2% v/v PADA
SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS
GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN
Sterilitas merupakan salah satu syarat sediaan injeksi terutama sediaan
injeksi dosis ganda seperti injeksi Difenhidramin Hidroklorida dimana rentan
terkontaminasi mikroba karena pemakaian berulang. Oleh sebab itu sediaan
injeksi dosis ganda ditambah dengan bahan pengawet salah satunya Benzil
alkohol 2% v/v. Namun adanya bahan pengawet tersebut akan mempengaruhi
hasil uji sterilitas sehingga harus di inaktivasi terlebih dahulu. Salah satu cara
untuk melakukan inaktivasi pengawet adalah dengan metode pengenceran.
Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi pengaruh
pengawet Benzil Alkohol pada sediaan injeksi Difenhidramin Hidroklorida dosis
ganda. Semua pengujian dilakukan secara aseptis di Laminar Air Flow Cabinet
meliputi uji fertilitas media, uji sterilitas media, uji inaktivasi pengawet dan uji
sterilitas media dengan meletakkan media agar ditempat tertentu sebagai kontrol
lingkungan.
Pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan sediaan sampel dengan
pelarutnya dimulai dari tingkatan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5 dengan
menambahkan bakteri Bacillus subtilis untuk media Thioglikolat dan jamur
Candida albicans untuk media Kasamino kemudian diinkubasi pada suhu 30o-32o
C untuk media Thioglikolat dan suhu 22o-25o C untuk media Kasamino serta
amati perubahan yang terjadi selama 14 hari dengan melihat kekeruhan yang
terbentuk kemudian dibandingkan dengan indikator pembanding. Hasilnya
pengawet Benzil alkohol 2% inaktiv setelah diencerkan dengan perbandingan
pengenceran 1:1 untuk media Thioglikolat dan pengenceran 1:3 untuk media
Kasamino. Perbedaan konsentrasi pengenceran yang didapatkan antara media
Thioglikolat dengan media kasamino dapat disebabkan diantaranya karena
komposisi dari tiap media berbeda dan juga penggunaan bakteri tertentu yang
ditambahkan kedalam media uji karena pengawet Benzil alkohol memiliki
aktivitas yang berbeda-beda terhadap tiap mikroba. Dimana hasil dari uji
inaktivasi pengawet Benzil alkohol ini kemudian dipakai untuk uji sterilitas
sediaan sampel.
Sampel berupa sediaan injeksi Difenhidramin Hidroklorida dosis ganda
bervolume 15 ml dimana untuk uji sterilitas sampel diambil secara acak dengan
replikasi sebanyak 6 kali dan sebelum diinokolasi terlebih dahulu diencerkan
dengan pelarutnya berdasarkan tingkat pengenceran yang didapatkan dari uji
inaktivasi pengawet yang tlah dilakukan kemudian media diinkubasi dan diamati
pada suhu yang sesuai untuk masing-masing media selama 14 hari. Hasilnya tidak
ada satupun dari 6 replikasi terjadi pertumbuhan bakteri atau dapat dikatakan hasil
uji sterilitas sebanding dengan kontrol negatif dimana media uji tetap jernih baik
pada media Thioglikolat maupun media Kasamino yang mana hal ini
menunjukkan bahwa sediaan sampel yang digunakan adalah setril.
58
ABSTRACT
STUDY OF INACTIVATION OF PRESERVATIVE AGENT OF BENZYL
ALCOHOL 2% v/v IN PREPARATION OF DIPHENHYNDRAMINE
HYDROCHLORIDE INJECTION MULTIPLE-DOSAGE WITH
DILUTION METHOD.
Being sterile is one requirement of preparation for injection particularly
preparation of injection with multiple-dosage since it experiences repetitive usage
so that it is susceptible for being microbial contaminated so that the preparation
will be added with preservative agent such as Benzyl Alcohol 2% v/v.
Nevertheless the existing preservative agent will influence the results of
sterilization so that it has to be inactivated firstly, one of them is by dilution
method.
The research was aimed to know the dilution rate needed to inactivate the
impacts of Benzyl Alcohol in preparation of Dyphenhydramine Hydrochloride
injection multiple- dosage. The preparation of sample was diluted with it’s
preservative agent from the composition rate 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, and 1:5 by adding
bacteria Bacillus subtilis for medium Thioglikolat and fungus Candida albicans
for medium Kasamino then incubated at temperature of 30 - 32° C for medium
Thioglikolat and at the temperature of 22°-25° C for medium Kasamino and also
do observe the changes existing along 14 days by viewing the turbidity formed
and then it was compared to comparative indicator. The result was that the
Benzyl Alcohol became inactive after it was diluted as 1:1 for medium of
Thioglikolat and 1: 3 for medium of Kasamino. All works were conducted by
aseptic in Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) using work cloths and media in
order as a controlling media for environment when it was worked. When the
results of the inactivation test for preservative of Benzyl alcohol then used to test
the sterility of sample preparation.
After it was conducted a sterilization it was obtained that there is nothing
of 6 replications that existed a virtual microbial growth, so that it could be
concluded that the sample preparation used was sterile.
Key words : Diphenhyndramine Hydrochloride injection multiple-dosage, Benzyl
Alcohol 2%, inactivation of preservative, sterilization.
59
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
LEMBAR PENGUJIAN ..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
RINGKASAN ..................................................................................................
v
ABSTRACT .....................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ....................................................................
4
1.3
Tujuan Penelitian .....................................................................
4
1.4
Manfaat Penelitian ..................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
5
2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Injeksi ...........................................
5
2.1.1 Definisi Sediaan Injeksi ................................................
5
2.1.2 Keuntungan dan Kelemahan Pemberian Obat
Secara Parenteral .............................................................
5
2.1.3 Persyaratan Sediaan Parenteral .......................................
6
2.1.4 Wadah Sediaan Injeksi ....................................................
7
2.2 Tinjauan Difenhidramin HCl ....................................................
8
2.2.1 Farmakologi Difenhidramin HCl ....................................
8
2.2.2 Sifat Fisiko Kimia Difenhidramin HCl ...........................
10
2.3 Tinjauan Benzil Alkohol ..........................................................
11
2.4 Tinjauan Pelarut (Water For Injection) ....................................
12
2.5 Tinjauan Mikrobiologi..............................................................
12
2.5.1 Jenis mikroorganisme yang umum terdapat
sebagai kontaminan .........................................................
60
13
2.5.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi
BAB III
Pertumbuhan Mikroorganisme ........................................
14
2.5.3 Bahan Penghambat Pertumbuhan ...................................
17
2.5.4 Sumber – sumber Kontaminasi Mikroorganisme ...........
17
2.5.5 Mikroorganisme Percobaan ............................................
20
2.6 Pengenceran ..............................................................................
21
2.7 Tinjauan Tentang Uji Sterilitas ................................................
22
2.7.1 Media Untuk Uji Sterilitas ..............................................
22
2.7.2 Prosedur Umum ..............................................................
24
2.7.3 Metode Uji Sterilisasi......................................................
26
2.7.4 Kontrol Dalam Uji Sterilitas ...........................................
27
2.8 Tinjauan Tentang Teknik Aseptis ............................................
28
2.9 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas ..................................................
31
KERANGKA KONSEPTUAL .......................................................... 32
3.1
Uraian Kerangka Konseptual ...................................................
32
3.2
Skema Kerangka Konseptual ...................................................
34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.........................................................
35
4.1
Desain Penelitian ......................................................................
35
4.2
Bahan dan Alat yang Digunakan ..............................................
35
4.2.1 Bahan...............................................................................
35
4.2.2 Alat ................................................................................
35
4.3
Skema Metodologi Penelitian...................................................
37
4.4
Skema Kontrol Uji ....................................................................
38
4.5
Prosedur Penelitian ...................................................................
39
4.5.1 Sterilisasi Alat .................................................................
39
4.5.2 Penyiapan “Laminar Air Flow” ......................................
39
4.5.3 Kontrol Lingkungan Laminar Air
Flow Cabinet (LAFC) .....................................................
39
4.5.4 Pembuatan Sediaan .........................................................
40
4.5.5 Uji Fertilitas Media .........................................................
40
4.5.6 Uji Sterilitas Media .........................................................
41
4.5.7 Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................
41
61
BAB V
4.5.8 Uji Sterilitas Sediaan.......................................................
41
HASIL PENELITIAN ...................................................................
42
5.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) sebelum
Pengujian ..................................................................................
42
5.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) saat
Pengerjaan ...............................................................................
43
5.3 Hasil Uji Fertililas Media (Kontrol Positif) ..............................
43
5.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ............................
44
5.5 Hasil Pengamatan Mutu Sediaan ..............................................
45
5.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................
46
5.7 Hasil Uji Sterilitas Sediaan .......................................................
47
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................
48
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
53
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
54
62
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1 Jumlah Volume Bahan dan Media untuk Bahan Cair ............................. 25
II.2 Jumlah Minimum yang Digunakan untuk Tiap Media..............................
26
II.3 Jumlah Minimum Bahan yang Diuji Sesuai dengan Jumlah Bahan
dalam Bets .................................................................................................
26
II.4 Klasifikasi Ruangan Bersih ......................................................................
29
II.5 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ...............................
29
II.6 Batas Mikroba yang Disarankan untuk Pemantauan Area Bersih Selama
Kegiatan Berlangsung ..............................................................................
30
V.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Sebelum Pengujian ...................
43
V.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Saat Pengerjaan ........................
43
V.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) .............................................
44
V.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ............................................
44
V.5 Hasil Pengamatan Mutu Sediaan ..............................................................
45
V.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................................
43
V.7 Hasil Uji Sterilitas Sampel ......................................................................
47
63
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Struktur Formula Benzil alkohol ...............................................................
11
3.1 Skema Kerangka Konseptual ....................................................................
34
4.1 Skema Metodologi Penelitian ....................................................................
37
4.2 Skema Kontrol Uji ....................................................................................
38
64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup ................................................................................
56
2 Surat Pernyataan ..........................................................................................
57
3 Sertifikat Bahan Aktif Difenhidramin HCl .................................................
58
4 Sertifikat Bakteri Bacillus subtilis ..............................................................
59
5 Sertifikat Jamur Candida albicans ..............................................................
60
6 Gambar Hasil Pengujian IR Benzil Alkohol ................................................
61
7 Gambar IR Benzil Alkohol dari Pustaka .....................................................
62
8 Perhitungan Bahan Untuk Pembuatan Sediaan Injeksi
Difenhidramin HCl Dosis Ganda ................................................................
64
9 Foto Hasil Kontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet........................
65
10 Foto Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas Media ......................................
67
11 Foto Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ............................................................
68
12 Foto Hasil Uji Sterilitas Sampel .................................................................
71
13 Foto Alat – alat yang Digunakan dalam Penelitian .....................................
72
65
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri Farmasi Industri 4, Bandung :
ITB, hal 1- 16.
Akers, M.J., Larrimore, D.S., 2005. Parenteral Quality Control : Sterility,
pyrogen, Particulate, and Package Integrity Testing. 3th edition,
Revised and Expanded, New York : Marcel Dekker, Inc. pp : 14 – 25, 50 –
57.
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim).
Edisi keempat, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 176 – 177, 399
– 400, 411 – 417, 423, 433 – 434.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik, Jakarta : Badan POM, pp : 126 – 129.
Baird, M. R., Denyer, P. S., Guide to Microbiological Control In
Pharmaceuticals and Medical Devices. Second Edition, Chapter 5A.
Cooper and Gunn’s, 1972. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Ptman Medical, pp : 300 – 549.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran – Universitas
Indonesia, 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta. hal 277 –
281.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Jakarta, hal 889–890.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta, hal 1512 – 1519, 1537.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Suplemen I Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta, hal 9 – 10, 855 – 862, 891.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978. Formularium Nasional. Edisi
II. Jakarta, hal 114, 317 – 324.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000.
Jakarta. hal 111 – 118.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New York : CRC
Press, pp : 92 – 94.
Dolan, S.A. et al., 2010. AJIC Special Article APIC Position Paper : Safe
Injection, Infution, and Vial Practices in Health Care. Washington DC,
pp : 168 –170.
66
54
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, hal 102 – 140.
Jawetz, E., Melnick, J.L, Adelberg, E.A., 1992. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan (Alih bahasa : Gerard Bonang). Edisi ke-16, Jakarta : EGC,
hal 263-264, 382 – 385.
Johnson, A.G., 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta : Binarupa Aksara,
hal 1.
Lachman, H.A., Leon, L., 1993. Pharmaceutical Dosage Forms. 2nd Edition.
New York : MARCEL DEKKER, INC, pp : 24.
Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga. hal 105 –
117.
Remington, J.P., 1995. The Sience and Pharmacy. Easton, Pennsylvania : Mack
Publishing Company, pp: 1482.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Owen, S.C., 2006. Pharmaceutical Excipients. 5th
edition, Washington, DC : Pharmaceutical Press and American Pharmacist
Association.
Salle, J.A., 1974. Fundamental Principles Of Bacteriology. 7th Edition. New
Delhi : Tata Mcgraw – Hill Publishing Company Ltd, pp : 224 – 229.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi, Jakarta : Binarupa Aksara
Sugioyono, 2008. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Klualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABeta. hal 72.
Sweetman,S.C., 2007. Martindale : The Complete Drug Reference. 35th edition,
London : Pharmaceutical Press. Electronic version.
Tim
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003.
Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing. hal 12 – 13, 31 –
34.
Turco, S., 1979. Sterile Dosage Forms. 2nd Edition. Philadelphia : LEA &
FEBIGER, hal 302 – 305.
Voight, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, hal 755, 761, 974 – 977
lvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaaan farmasi yang banyak
dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat
membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka
yang harus diobati, dan sebagainya (Lukas, 2006).
Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik bervolume
kecil atau besar, cairan irigasi yang dimaksudkan untuk merendam luka atau
lubang operasi, larutan dialisa dan sediaan biologis seperti vaksin, toksoid,
antitoksin, produk penambah darah dan sebagainya. Sterilitas sangat penting
karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh
yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah (Ansel, 1989) .
Parenteral menunjukkan pemberian lewat suntikan seperti berbagai
sediaan yang diberikan dengan disuntikkan (Ansel, 1989). Sediaan parenteral
adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk infus. Injeksi adalah
pemakaian dengan cara penyemprotan larutan atau suspensi ke dalam tubuh untuk
tujuan terapeutik atau diagnostik. Injeksi dapat dilakukan langsung ke dalam
aliran darah, jaringan, atau organ (Lukas, 2006).
Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila
diinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak
dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan
menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif
dengan cara pemberian lain. Hampir semua suntikan dilakukan oleh dokter atau
asisten dokter atau perawat dalam pemberian pengobatan. Bearti, suntikansuntikan terbanyak dilakukan di rumah sakit, rumah perawatan dan klinik, sangat
sedikit dilakukan dirumah. Ahli farmasi menyediakan sediaan-sediaan yang
disuntikkan untuk dokter dan perawat sesuai dengan yang dibutuhkan mereka di
lembaga, klinik, kantor, atau program perawatan rumah (Ansel, 1989).
1
2
Salah satu contoh sediaan injeksi dosis ganda yang banyak beredar di
pasaran ialah Difenhidramin HCl. Di beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit,
sediaan injeksi Difenhidramin HCl dosis ganda masih sering dijumpai
penggunaanya untuk keadaan alergi, mual, muntah, batuk dan anafilaktik. Dengan
dosis pemakaian intravena atau intramuskular 1-5 ml tiap kali suntik dan
mengandung Difenhidramin HCl 10 mg/ ml.
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, pembuatan sediaan yang akan
digunakan untuk injeksi harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
juga mempersyaratkan tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu per satu secara
fisik dan tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat
secara visual harus ditolak (Depkes RI, 1995).
Oleh karena sediaan farmasi merupakan subjek kontaminasi mikroba yang
dapat membahayakan kesehatan manusia, menyebabkan kerusakan produk,
perubahan estetika, dan kemungkinan kehilangan efikasi sediaan. Maka sumbersumber kontaminasi mikroorganisme dapat berasal dari bahan baku dan eksipien,
peralatan yang digunakan, operator, udara atau ruang kerja, dan
material
pengemasan. Kontaminasi mikroorganisme yang mungkin terdapat dalam sediaan
farmasi antara lain bakteri, ragi, dan jamur (Agoes, 2009).
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui
berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat
mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi dalam kondisi
biasa pada
waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan
penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan
terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam
masing-masing monografi. Penutup
wadah
dosis
ganda memungkinkan
pengambilan isi tanpa membuka atau merusak penutup. Penutup dapat ditembus
oleh jarum suntik dan pada saat penarikan jarum, segera menutup kembali hingga
mencegah pencemaran (Depkes RI, 1995).
Beberapa usaha yang dilakukan untuk menjaga sterilitas sediaan dengan
wadah dosis ganda antara lain dengan penambahan antimikroba, digunakan alat
suntik yang steril dan volume wadah dosis berganda tidak boleh lebih dari 30 ml
3
(Ansel, 2005). Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin tercapainya bebas
kuman juga pada pengambilan berulang dari takaran tunggal melalui pensterilan
tutup (Voigt, 1994).
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan
mikroba harus ditambahkan dalam injeksi yang dikemas dalam wadah dosis ganda
apapun metode sterilisasi yang digunakan, kecuali dinyatakan lain dalam masingmasing monografi, atau kecuali bahan aktifnya sendiri sudah berupa bahan
antimikroba. Bahan tambahan seperti ini digunakan dalam kadar tertentu yang
dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh mikroba dalam sediaan injeksi
(Depkes RI, 1995).
Zat pengawet yang dapat ditambahkan pada produk parenteral meliputi:
Benzalkonium chloride 0,01 %, Benzyl alkohol 1-2 %, Chlorobutanol 0,25-0,5 %,
Metacresol 0,1-0,3 %, Phenol 0,25-0,5, Thimerosal 0,01 % (Lukas, 2006).
Berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient , Benzil alkohol merupakan
pengawet antimikroba yang digunakan pada kosmetik, makanan dan sebagian
besar pada formulasi sediaan farmasi termasuk sediaan oral dan parenteral,
dengan konsentrasi sebesar 2,0% v/v.
Sterilitas merupakan salah satu syarat sediaan injeksi terutama injeksi
dosis ganda karena kemungkinan kontaminasi mikroba pada saat pengambilan
berulang. Sehingga diperlukan uji sterilitas sediaan untuk menetapkan ada
tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup dalam sediaan. Namun adanya bahan
antimikroba dalam sediaan akan mempengaruhi uji sterilitas yang akan dilakukan.
Sehingga sebelum dilakukan uji sterilitas zat pengawet harus dihilangkan dengan
cara pengenceran hingga daya anti mikrobanya sudah tidak bekerja lagi.
Seperti yang disebutkan dalam Suplemen 1 FI edisi IV, bahwa jika bahan
uji mempunyai aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan
bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah
media yang cukup.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka hal yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah berapakah pengenceran yang
dibutuhkan untuk menginaktivasi pengaruh pengawet Benzil alkohol pada sediaan
injeksi Difenhidramin HCl dosis ganda.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengenceran yang
dibutuhkan untuk menginaktivasi pengaruh pengawet Benzil alkohol pada sediaan
injeksi Difenhidramin HCl dosis ganda serta untuk mengetahui sterilitas dari
sediaan sampel.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini didapatkan suatu informasi tentang tingkat
pengenceran yang dibutuhkan untuk mengaktivasi pengaruh pengawet Benzil
alkohol pada sediaan injeksi Difenhidramin HCl, dan dapat dijadikan sebagai
bahan pedoman untuk melakukan uji sterilitas sediaan yang memenuhi
persyaratan. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi ilmiah bagi
mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya.