KARAKTERISASI FISIK, ASEPTABILITAS DAN PELEPASAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM EMULGEL HPMC (Konsentrasi Parafin Cair sebagai Fase Minyak dalam Emulgel 5%, 7% dan 10%)

SKRIPSI
MARISSA RAHMAN

KARAKTERISASI FISIK, ASEPTABILITAS
DAN PELEPASAN KLORFENIRAMIN
MALEAT DALAM EMULGEL HPMC
(Konsentrasi Parafin Cair sebagai Fase Minyak dalam Emulgel
5%, 7% dan 10%)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

Lembar Pengesahan

KARAKTERISASI FISIK, ASEPTABILITAS DAN
PELEPASAN KLORFENIRAMIN MALEAT
DALAM EMULGEL HPMC
(Konsentrasi Parafin Cair sebagai Fase Minyak dalam
Emulgel 5%, 7% dan 10%)


SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012

Oleh:
MARISSA RAHMAN
NIM: 08040067

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Esti Hendradi, Apt., M.Si., Ph.D
NIP UMM.


Dra. UswatunChasanah, M.Kes., Apt
NIP UMM.

ii

Lembar Pengujian

KARAKTERISASI FISIK, ASEPTABILITAS
DAN PELEPASAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM
EMULGEL HPMC
(Konsentrasi Parafin Cair sebagai Fase Minyak dalam Emulgel 5%, 7%
dan 10%)

SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012
Oleh:


MARISSA RAHMAN
NIM : 08040067
Disetujui oleh :

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Esti Hendradi, Apt., M.Si., Ph.D
NIP UMM.

Dra. UswatunChasanah, M.Kes., Apt
NIP UMM.

Penguji III

Penguji IV

Drs. H. Achmad Inoni, Apt
NIP UMM.


Dian Ermawati, S.Farm., Apt
NIP UMM.
iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas rahmat,
hidayah dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik –
baiknya. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Karakterisasi Fisik,
Aseptabilitas dan Pelepasan Kloramfeniramin Maleat dalam Emulgel HPMC
(Konsentrasi Parafin Cair sebagai Fase Minyak dalam Emulgel 5%, 7% dan
10%)” ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada:
1. ALLAH SWT, tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan
hidayahnya kepada umatnya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun kita
menuju jalan yang lurus.
2. Dra. Esti Hendradi, Apt., M.Si., Ph.D,sebagai Pembimbing I dan Dra.
Uswatun Chasanah, Apt.,M.Kes, sebagai Pembimbing II yang dengan tulus
ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan memberi dorongan moral

maupun materi kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Drs. H. Achmad Inoni, Apt., dan Dian Ermawati, S.Farm, Apt., sebagai Tim
Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun
terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.
4. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Tri
Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat., atas kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti program sarjana.
5. Ketua Program Studi Farmasi, Dra. Uswatun Chasanah, Apt.,M.Kes ., yang
senantiasa dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat dan semangat
kepada saya untuk lebih baik lagi dalam menimba ilmu.
6. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS., sebagai Kepala Laboratorium Teknologi
Sediaan Farmasi dan Kimia Terpadu II, yang telah memberikan kesempatan
untuk menggunakan fasilitas laboratorium dalam menyelesaikan skripsi saya.
7. Siti Rofida, S.Si, Apt., sebagai Dosen Wali yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat selama mengikuti pendidikan di Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
iv

8. Enggrid Juni Astuti, S.Farm., Apt., dan Arina Swastika Maulita M, S.Farm.,
Apt yang telah memberikan saran dan masukan kepada saya dalam

mengerjakan skripsi ini.
9. Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan hingga saya
dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.
10. Para laboran Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi dan Laboratorium
Kimia Terpadu II: Mas Ferdi, Mbak Susi, Mas Sigit dan Mas Fendi yang
banyak membantu saya.
11. Kedua orang tuaku tercinta Syaiful Rahman dan Saniah, yang dengan penuh
kasih sayang dan kesabaran selalu memberikan semangat, nasehat, dukungan
moral dan materi, serta doa sehingga saya dapat menjalani studi saya dengan
baik dan menyelesaikan skripsi ini.
12. Acus, Mya, Taya atas doa, semangat dan kasih sayangnya yang selalu saya
rindukan.
13. Ophaku Mursal Irwandi yang selalu memberi semangat, doa, nasehat dan
kasih sayangnya.
14. Teman-teman semisolida CTM (Anugerah Rizkiatul Awaliyah, Meilyda Frisa
Kautsar, Riesha Permana Dewi) atas semangat, saran, masukan, hiburan,
setia kawananya, bantuan dan kerjasamanya.
15. Teman-teman Farmasi 2008 yang sangat saya cintai terimakasih atas
persahabatan yang telah kita bina selama 4 tahun ini, semoga bisa selalu

seperti ini & lebih dekat lagi walau terpisah oleh jarak dan waktu.
16.Teman-teman Kavila 27C (Ifa, Gilang, Pipit, Agnes, Delis, Mbak Rin, Mbak
Dini), terimakasih atas persahabatan selama 4 tahun di Malang.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimaksih atas
bantuan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi ini.

v

Akhir kata, semoga Allah S.W.T. membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan
Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian bagi kita semua.
Amin.
Malang, 25 Juli 2012
Penyusun

Marissa Rahman

vi


RINGKASAN
KARAKTERISASI FISIK, ASEPTABILITAS DAN PELEPASAN
KLORFENIRAMINE MALEAT DALAM EMULGEL HPMC
(Konsentrasi Parafin Cair sebagai Fase Minyak dalam Emulgel 5%,
7% dan 10%)
Marissa Rahman
Bentuk sediaan obat telah berkembang pesat di pasaran. Emulgel merupakan
salah satu bentuk sediaan yang digunakan secara topikal. Klorfeniramin maleat
(CTM) merupakan antihistamin golongan antagonis H1 yang banyak di pasarkan
dalam bentuk oral untuk mengurangi gejala alergi. Penggunaan CTM secara oral
dapat menyebabkan beberapa efek samping berupa sedasi, gangguan saluran
cerna, stimulasi saraf pusat dan nyeri kepala (Martin, 2009).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik,
aseptabilitas dan pelepasan CTM dari sediaan emulgel HPMC dengan konsentrasi
parafin cair (5%, 7% dan 10%). Penelitian ini dilakukan menggunakan
metodologi penelitian eksperimental dengan membandingkan pengaruh
konsentrasi parafin cair dalam emulgel CTM terhadap karakteristik fisik,
aseptabilitas dan pelepasan CTM dari sediaan dengan gelling agent HPMC.
Pada penelitian dibuat sediaan dengan 3 macam formula yaitu CTM 3 g, ,
HPMC 5,25 g, propilen glikol 22,5 g, tween 20 1,5 g, aquades bebas CO2 ad 150

g. Parafin cair, pada F1 7,5 g, F2 10 g, dan F3 15 g dari masing-masing formula
emulgel CTM. Evalusi sediaan meliputi karakteristik fisik sediaan (organoleptis,
pH, viskositas, daya sebar), aseptabilitas, dan pelepasan obat dari sediaan.
Tahap awal dilakukan pemeriksaan organoleptis, didapatkan bahwa sediaan
sediaan emulgel CTM pada sediaan formula I, II dan III memiliki tekstur yang
kental dan lembut. Pada pengamatan warna dan bau formula I, II dan III berwarna
putih dan berbau parafin cair.
Pada pemeriksaan pH rata-rata didapatkan formula I (4,98 ± 0,07), formula
II (5,00 ± 0,01), dan formula III (5,01 ± 0,02). Kemudian diuji statistik dengan
menggunakan One Way Anova diperoleh F hitung 0,253) < F tabel (5,1432).
dengan derajat kepercayaan α = 0,05, berarti tidak terdapat perbedaan bermakna
antar ketiga formula.
Berdasarkan pemeriksaan viskositas didapatkan hasil rata-rata viskositas
didapatkan formula I (300 ± 0,00), formula II (306,67 ± 4,71) dan formula III
(290 ± 14,14). Kemudian diuji statistik dengan menggunakan One Way Anova
diperoleh F hitung (1,900) < F tabel (5,1432) dengan derajat kepercayaan α =
0,05, berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar ketiga formula.
Pada pengukuran daya sebar didapatkan hasil rata-rata daya sebar
menunjukkan formula I (0,16 ± 0,05), formula II (0,13 ± 0,06) dan formula III
(0,14 ± 0,00). Kemudian diuji statistik One Way Anova diperoleh F hitung (0,679)

< F tabel (5,1432). dengan derajat kepercayaan α = 0,05, berarti tidak terdapat
perbedaan bermakna antar ketiga formula.
Dari hasil uji aseptabilitas yang dilakukan didapat bahwa formula I dan II
mempunyai persentase kelembutan yang lebih tinggi dari formula III. Formula II
mempunyai persentase sensasi dingin paling tinggi. Sensasi dingin disebabkan
vii

oleh bentuk sediaan yang digunakan adalah emulgel yang mengandung cukup
banyak air. Sedangkan formula III mempunyai persentase kemudahan dicuci
paling tinggi. Dapat disimpulkan formula II mempunyai kriteria aseptabilitas yang
paling besar dari formula I dan III.
Pada uji pelepasan bahan obat dari sediaan emulgel CTM kemudian
dihitung fluks harga slope persamaan garis linier yaitu plot antara jumlah
kumulatif CTM persatuan luas membran (µg/cm2) terhadap akar waktu (menit1/2)
pada masing-masing formula. Dari hasil pengamatan diperoleh formula I (284,10
± 31,30), formula II (267,73 ± 18,50) dan formula III (268,32 ± 6,48).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan One Way Anova diperoleh F
hitung (0,379) < F tabel (5,1432) dengan derajat kepercayaan α = 0,05, berarti
tidak terdapat perbedaan bermakna antar ketiga formula.
Berdasarkan karakteristik fisik (pH, viskositas, daya sebar,), aseptabilitas

dan pelepasan obat dari ketiga formula yang dibuat, formula dengan konsentrasi
parafin cair 10% yaitu formula III merupakan formula yang terbaik karena
memberikan karakteristik fisik, aseptabilitas dan pelepasan obat yang baik yang
tidak berbeda dengan hasil uji formula lain yang kemungkinan mempunyai proses
penetrasi lebih baik dengan kadar parafin cair yang tinggi.

viii

ABSTRACT
PHYSICAL CHARACTERISTICS, ACCEPTABILITY AND
RELEASE OF CHLORPHENIRAMINE MALEATE IN EMULGEL HPMC
(Concentration of Paraffin liquidum 5%, 7% and 10%)
The form of medicine has been progressing so fast recently. Emulgel is an
example form of medicine which is used topically. Chlorpheniramine maleat is an
H1 antihistamine which is trade in oral form to reduce allergic. The use of
chlorpheniramine maleat orally can cause several side effect as in sedation,
digestion disturbances, stimulation of CNS and headache.
This research was conducted to determine the physical characteristics,
acceptability and release of chlorpheniramine maleate in emulgel HPMC with
various concentration of paraffin liquidum 5%, 7% and 10%. Evaluation included
organoleptics, pH, viscosities, power of spread, acceptability, and drug release of
the preparations.
The results of organoleptic examination was found that preparations of
formula I, II and III had soft texture, odor of parafin liquidum, and white. From
the analysis One Way Anova found that there were no significant differences for
the evaluation of pH, viscosities, power of spread, acceptability and drug release.
From the three formula that have been made, formula with concentration of
paraffin liquidum 10% that formula III was a formula that was chosen because it
provided the physical characteristics, acceptability of good preparations and good
release.
Keywords : chlorpheniramine maleate, emulgel, HPMC, paraffin liquidum

ix

ABSTRAK
KARAKTERISASI FISIK, ASEPTABILITAS DAN PELEPASAN
KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM EMULGEL HPMC
(Konsentrasi parafin cair sebagai fase minyak dalam emulhel 5%, 7%
dan 10%)
Bentuk sediaan telah berkembang dengan pesat. Emulgel merupakan contoh
bentik sediaan topical. Klorfeniramin maleat merupakan antagonis H1 yang pada
penggunaan oral digunakan untuk mengatasi alergi. Penggunaan secara oral dapat
menimbulkan efek samping sedasi, gangguan pencernaan, stimulasi SSP dan nyeri
kepala.
Pada penelitian ini ingin diketahui bagaimana karekterisasi fisik,
aseptabilitas dan pelepasan Klorfeniramin maleat dalam emulgel HPMC dengan
konsentrasi pafarin berbeda yaitu 5%, 7% dan 10%. Evaluasi meliputi
organoleptis, pH, viskositas, daya sebar, aseptabilitas dan pelepasan obat dari
sediaan.
Hasil uji organoleptis didapat bahwa formula I, II dan III bertekstur lembut,
berbau parafin cair dan berwarna putih. Pada uji One Way Anova tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna pada uji pH, viskositas, daya sebar, aseptabilitas dan
pelepasan obat.
Pada hasil karakteristik fisik (pH, viskositas daya sebar), aseptabilitas dan
pelepasan CTM dari ketiga formula yang dibuat, formula dengan konsentrasi
parafin cair 10% yaitu formula III merupakan formula yang terpilih karena
memberikan karakteristik fisik, aseptabilitas sediaan yang baik dan pelepasan obat
baik.
Kata kunci : klorfeniramin maleat, emulgel, HPMC, parafin cair

x

DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGUJIAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
RINGKASAN ............................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1 CTM ...................................................................................................... 5
2.1.1. Sifat Fisikokimia CTM ................................................................ 5
2.1.2. Farmakologi CTM ....................................................................... 5
2.2 Emulgel .................................................................................................. 6
2.3 Kulit ....................................................................................................... 7
2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit ........................................................ 7
2.3.2. Fungsi Kulit ................................................................................. 8
2.4 Evaluasi Sediaan Setengah Padat ............................................................ 9
2.4.1. Uji Karakteristik Fisik Sediaan ..................................................... 9
2.4.2. Uji Pelepasan obat ........................................................................ 9
2.4.3. Uji Aseptabilitas ........................................................................... 14
2.5 Bahan-bahan Penyusun Formula ........................................................... 15
2.5.1. Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC)...................................... 15
xi

2.5.2. Propilen glikol .............................................................................. 15
2.5.3. Parafin cair ................................................................................... 16
2.5.4. Tween 20 ....................................................................................... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 20
4.1 Bahan dan Alat ...................................................................................... 20
4.1.1. Bahan – bahan ............................................................................ 20
4.1.2. Alat – alat ................................................................................... 20
4.2 Metode Kerja ......................................................................................... 20
4.3 Identifikasi CTM ................................................................................... 23
4.3.1. Pemeriksaan Organoleptis CTM ................................................ 23
4.3.2. Penentuan Uji Kualitatif ............................................................ 23
4.3.3. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Infra Merah (IR) ......... 23
4.4 Pembuatan Kurva Baku CTM ............................................................... 23
4.4.1. Pembuatan Larutan Dapar Fosfat .............................................. 23
4.4.2. Pembuatan Larutan Baku Induk CTM ....................................... 24
4.4.3. Pembuatan Baku Kerja .............................................................. 24
4.4.4. Penentuan λ maks CTM ............................................................. 24
4.4.5. Pembuatan Kurva Baku .............................................................. 25
4.5 Rancangan Formula Emulgel ................................................................ 25
4.5.1. Rancangan Formula ................................................................... 25
4.5.2. Cara Pembuatan Formula Emulgel ............................................ 25
4.5.3. Skema Pembuatan Emlgel CTM ............................................... 26
4.6 Uji Homogenitas ................................................................................... 26
4.7 Penentuan Tipe Emulgel ....................................................................... 27
4.8 Uji Karakteistik Fisik Sediaan .............................................................. 27
4.8.1. Uji Organoleptis ......................................................................... 27
4.8.2. Uji pH ........................................................................................ 27
4.8.3. Uji Viskositas ............................................................................ 27
4.8.4. Uji Daya Sebar ........................................................................... 28
4.9 Uji Pelepasan Obat dari Sediaan ............................................................ 28
4.9.1. Uji Pelepasan CTM dari Basis Emulgel .................................... 28
xii

4.9.2. Penentuan Jumlah Kumulatif CTM ........................................... 30
4.9.3. Penentuan Fluks Pelepasan (J) .................................................. 30
4.10 Uji Aseptabilitas Sediaan .................................................................... 30
4.11 Analisa Data ......................................................................................... 31
BAB 5 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 33
5.1 Identifikasi CTM ................................................................................... 33
5.1.1 Hasil Pemeriksaan Organoleptis .................................................. 34
5.1.2. Hasil Penentuan Uji Kualitatif .................................................... 34
5.1.3. Hasil Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Infra Merah ......... 34
5.2. Penentuan Kurva Baku CTM ............................................................... 35
5.2.1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ...................... 35
5.2.5. Hasil Penentuan Kurva Baku CTM ............................................. 36
5.3 Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 38
5.4 Hasil Penentuan Tipe Emulgel .............................................................. 39
5.5 Hasil Uji Karakteristik Fisik Sediaan ................................................... 39
5.5.1 Hasil Pengamatan Organoleptiss Sediaan ................................... 39
5.5.2. Hasil Pengukuran pH Sediaan ................................................... 40
5.5.3. Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan ....................................... 41
5.5.4 Hasil Pengukuran Daya Sebar Sediaan ....................................... 43
5.6

Uji Pelepasan Obat dari Sediaan ......................................................... 45
5.6.1. Profil Pelepasan CTM ............................................................... 45
5.6.2. Hasil Uji Pelepasan CTM .......................................................... 47
5.6.3 Hasil Penentuan Fluks CTM ....................................................... 51

5.5 Uji Aseptabilitas ................................................................................... 52
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................... 55
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN .................................................................................................. 61

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

IV.1. Rancangan formula sediaan emulgel CTM ............................................ 25
IV.2. Kriteria penilaian uji aseptabilitas .......................................................... 31
V.1. Tabel V.1 Hasil pemeriksaan kualitatif CTM ....................................... 35
V.2. Nilai serapan CTM dengan berbagai kadar dalam larutan dapar
fosfat pH 6,0±0,05 pada panjang gelombang maksimum
262 nm ................................................................................................... 37
V.3 Hasil penentuan homogenitas sediaan emulgel CTM ............................ 38
V.4 Hasil pengamatan organoleptis sediaan pengukuran daya sebar
sediaan ................................................................................................... 40
V.5 Hasil pengukuran pH sediaan ................................................................ 41
V.6 Hasil pengukuran viskositas sediaan ..................................................... 42
V.7 Hasil pengukuran daya sebar sediaan .................................................... 43
V.8 Hasil jumlah kumulatif CTM yang terlepas dari sediaan emulgel
CTM ± SD formula I, II dan III ............................................................ 45
V.9. Hasil jumlah kumulatif CTM yang terlepas dari sediaan emulgel
CTM formula I replikasi 1, 2 dan 3 ....................................................... 47
V.10 Hasil jumlah kumulatif CTM yang terlepas dari sediaan emulgel
CTM formula II replikasi 1, 2 dan 3 ..................................................... 48
V.11 Hasil jumlah kumulatif CTM yang terlepas dari sediaan emulgel
CTM formula III replikasi 1, 2 dan 3 ..................................................... 50
V.12 Persamaan regresi linier hubungan antara akar waktu dengan
jumlah kumulatif CTM yang terlepas dari sediaan
emulgel .................................................................................................. 51
V.13 Fluks CTM proses pelepasan CTM dari basis emulgel ........................ 52
V.14 Perbandingan persentase parameter aseptabilitas ................................. 53

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1

Rumus bangun CTM ........................................................................... 5

2.2

Anatomi kulit ....................................................................................... 7

2.3

Proses difusi suatu zat dari kompartemen donor masuk ke dalam
kompartemen reseptor ........................................................................ 11

2.4

Perbedaan konsentrasi zat dalam kompartemen donor (C1) dan
dalam

kompartemen reseptor (C2) yang dibatasi oleh suatu

membran dengan tebal h ..................................................................... 12
2.5

Skema pelepasan obat dari suatu matriks untuk menggambarkan
pelepasan obat dari basis yang diasumsikan sebagai matriks
homogen .............................................................................................. 12

3.1

Diagram kerangka konseptual ............................................................. 19

4.1

Skema metode kerja ........................................................................... 22

4.2

Skema pembuatan emulgel CTM ....................................................... 26

4.3

Apparatus 5-Paddle Over Disk ........................................................... 28

4.4

Sel difusi ............................................................................................. 29

5.1

Hasil pemeriksaan spektrofotometer infra merah CTM bahan penelitian ..... 34

5.2

Hasil pemeriksaan spektrofotometer infra merah CTM pustaka ........ 34

5.3

Spektrogram nilai serapan CTM dengan berbagai kadar larutan
dapar fosfat pH 6,0 ± 0,05 pada panjang gelombang 262 nm .............. 36

5.4

Kurva hubungan antara kadar dan serapan CTM pada berbagai
kadar dalam dapar fosfat pH 6,0±0,05 pada panjang gelombang
262 nm .................................................................................................. 37

5.5

Penampakan mikroskop dari metode pewarnaan dengan larutan
sudan III pada tipe emulgel M/A ....................................................... 39

5.6

Sediaan emulgel CTM pada berbagai formula .................................... 40

5.7

Histogram harga pH formula sediaan emulgel CTM pada formula
I, II dan III. Data merupakan rata-rata dari 3 kali
xv

replikasi ± SD ...................................................................................... 41

5.8

Hisogram harga viskositas sediaan emulgel CTM pada formula I,
II dan III. Data merupakan rata-rata dari 3 kali replikasi ± SD ......... 42

5.9

Histogram harga daya sebar sediaan emulgel CTM pada formula
I, II dan III. Data merupakan rata-rata dari 3 kali replikasi ± SD ....... 44

5.10 Kurva hubungan antara akar waktu (menit1/2) dengan rata-rata
jumlah kumulatif CTM yang lepas persatuan luas membran
(µg/cm2) ± SD formula I, II dan III ...................................................... 46
5.11 Kurva hubungan antara akar waktu (menit1/2) dengan jumlah
kumulatif CTM yang lepas persatuan luas membran (µg/cm2)
formula I replikasi 1, 2 dan 3 ............................................................... 48
5.12 Kurva hubungan antara akar waktu (menit1/2) dengan jumlah
kumulatif CTM yang lepas persatuan luas membran (µg/cm2)
formula II replikasi 1, 2 dan 3 ............................................................. 49
5.13 Kurva hubungan antara akar waktu (menit1/2) dengan jumlah
kumulatif CTM yang lepas persatuan luas membran (µg/cm2)
formula III replikasi 1, 2 dan 3 ............................................................ 50
5.14 Histogram nilai persentase kelembutan sediaan emulgel CTM pada
formula I, II dan III ............................................................................ 53
5.15 Histogram nilai persentase sensasi dingin sediaan emulgel
CTM pada formula I, II dan III ........................................................... 54
5.16 Hisogram nilai persentase kemudahan dibersihkan sediaan
emulgel CTM pada formula I, II dan III ............................................. 54

xvi

LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................... 61

2

Surat Pernyataan .................................................................................. 62

3

Sertifikat Analisis CTM ........................................................................ 63

4

Data Pengukuran Penyebaran Sediaan Emulgel CTM.......................... 64

5

Form Informed Consent untuk Uji Aseptabilitas ................................. 70

6

Prosedur Uji Aseptabilitas .................................................................... 71

7

Hasil Pengukuran Jumlah Kumulatif CTM yang Terlepas dari
Sediaan Emulgel CTM ......................................................................... 72

8

Hasil Pengamatan Aseptabilitas Sediaan Emulgel CTM ..................... 82

9

Hasil Penentuan Homogenitas Sediaan Emulgel CTM ........................ 84

10

Hasil Uji Statistik Viskositas ................................................................ 87

11

Hasil Uji Statistik Prngukuran pH ....................................................... 88

12

Hasil Uji statistic Pengukuran Daya Sebar .......................................... 89

13

Hasil Uji Statistik Fluks Pengukuran Jumlah Kumulatif CTM ............ 90

14

Tabel Distribusi r.................................................................................. 91

15

F Tabel ................................................................................................. 92

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Agung, pras. http://prasagung.wordpress.com/2010/08/17/dermatologi-tentangkulit-mengenai-fungsi-dan-adneksa-nyaai/. Wordpress.com.
Diakses
tanggal 6 Januari 2012.
Andronis, V., Mesiha, M.S., 2000. Design and Evaluation of Transdermal
Chlorpheniramine Maleate Drug Delivery System. Pharmaceutica Acta
Helvetiate, p 301-306.
Anief, M., 2002. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press, hal 1-8.
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi ke-4. Jakarta.
Universitas Indonesia Press, hal 493.
Ceschel, G.C., Meffei, P., Gentile, M., 1999. Design and Evaluation of a New
Transdermal Formulating Containing Chlorpheniramine Maleate.
Informa Healthcare, p 1035-1039.
Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan RI.
Jakarta, hal 7, 211, 1000.
Florey K., 1978. Analytical Profiles of Drugs Substance Volume 7. New
Brunswick. Academic Press, p 53-54.
Gunadi, S.B., 2009. Uji Daya Antiinflamasi Krim Tipe A/M Ekstrak Etanolik
Jahe 10% (Zingiber officinale Roscoe) yang Diberikan Topikal Terhadap
Udem Kaki Tikus yang Diinduksikan Karagenin. Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gan., S.G., 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi ke-5, Jakarta. Gaya Baru, hal
278.
Inayah, 2011. Uji Karakteristik Fisik, Aseptabilitas dan Efektivitas perasan Jeruk
Nipis (10%, 20% dan 30%) sebagai Antioksidan dalam Basis Gel CMC
Na. Skripsi. Malang, UMM.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri II Terjemahan Siti Suyatmi , edisi ke-3. Jakarta,
Universitas Indonesia Press, hal 1096-1099.
Madan, J., Singh, R., 2010. Formulation and Evaluation of Aloe Vera Topical
Gels.International Journal of Pharmaceutical Sciences. P 551-555.
Martin, A.N., Swarbick, J., Cammarta, A., 1993. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar
Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik, edisi ke-3, Jakarta. Universitas
Indonesia Press, hal 827-897.
xviii

Martin, J., 2009, British National Formulary, 57th edition. London : BMJ Group
and PRS Publishing.
Mills, T., Roberson, J.C., Matchett, C.C., Simon, M.S and Ollis, R.J., 2006,
Instrumental Data for Drug Analysis, 3th edition, vol.6. CRC Press,
Prancis, p 4297-4335.
Rowe, 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed., American
Pharmacists Association, Washington DC, p 346, 474, 580,624.
Siswandono., Soekardjo, Bambang., 2000, Kimia Medisinal, edisi ke-2.
Surabaya. Airlangga University Press, hal 186-193.
Society of Japanese Pharmac., 2002, Japanese Pharmacopeia Vol.XV. Japan.
Society of Japanese Pharmac, p 498.
Soegiartono, O., Masri, M., Sumarno., 1988. Pengaruh Surfaktan Nonionik
yang Dicampurkan dalam Basis Salep Hidrofil (USP) terhadap
Pelepasan Asam Salisilat Secara In Vitro. Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale, The Complate Drug Reference. 36th
edition. London: Pharmaceutical Press.
Tas, C., Ozkan, Y., Savaser, A., Baykara, T., 2004. In Vitro and Ex Vivo
Permeation Studies of Chlorpheniramine Maleate Gels Prepared by
Carbomer Derivatives. PubMed. P 637-647.
United

States Pharmacopoeia Convention, 1995. The United States
Pharmacopoeia XXIV and The National Formulary XIX, The United
States Pharmacopoiea Convention Inc, Philadelphia, p 432.

Voigt, Rudolf., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal 784-830.
Wahyuningsih, M.S., 1996. Pengaruh Variasi Formula Semi Solid natrium
Diklofenak terhadap Absorpsi Perkutan dan Korelasinya secara In
Vitro-In Vivo. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada.
Wijaya, A.F., 2006. Penentuan Parameter Termodinamika Proses Pelepasan
Klorfeniramin Maleat dari Basis Cold Cream. Skripsi, Universitas
Airlangga, Surabaya.

xix

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak dijumpai bentuk-bentuk sediaan obat di pasaran, misalnya
sediaan untuk penggunaan oral, rektal, parenteral, topikal, okular, dan nasal. Obatobat yang diberikan secara topikal atau pada kulit ditujukan untuk bekerja pada
tempat pemakaian atau untuk efek sistemik dari obat. Sediaan topikal yang dijual
bebas umumnya mengandung bahan obat yang digunakan dalam pengobatan
kondisi tertentu seperti infeksi kulit yang ringan, gatal-gatal, luka bakar, sengatan
dan gigitan serangga, kutu air, ketombe, jerawat, penyakit kulit kronis dan eksim
(Ansel, 2005).
Obat yang digunakan secara topikal dapat memberi aksi, apabila obat dapat
lepas dari pembawanya, selanjutnya berada pada permukaan kulit dan atau
menembus sampai ke dalam epidermis serta dapat sampai di peredaran darah yang
dikenal dengan absopsi perkutan (Wahyuningsih, 1996). Pelepasan obat sediaan
topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisikokimia zat aktif,
konsentrasi zat, teknik pembuatan, dan bahan-bahan tambahan (Soegiartono,
1988).
Klorfeniramin maleat (CTM) merupakan antagonis H1 (AH1) golongan
alkilamin yang bekerja secara kompetitif inhibitor dengan reseptor histamin dan
dapat menembus sawar darah otak. Reseptor histamin ditemukan pada berbagai
jaringan tubuh dan paling banyak terdapat di kulit, mukosa usus dan paru-paru
(Gan, 2007). CTM digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau
cuaca seperti radang selaput lendir hidung, bersin, gatal pada mata, hidung dan
tenggorokan dan gejala alergi pada kulit seperti urtikaria, ekzem (Siswandono,
2000). Pada penggunaan oral CTM dapat menimbulkan beberapa efek samping
antara lain sedasi, gangguan saluran cerna, stimulasi sistem saraf pusat dan nyeri
kepala (Martin, 2009). Selain itu CTM peroral mengalami first pass effect
sehingga bioavaibilitasnya hanya 25%-45% (Tas, 2004). CTM mempunyai
kelarutan dalam air 1:4 dan bersifat lipofil (Rowe, 2006; Siswandono, 2000).

1

2

Untuk mengoptimalkan kerja CTM dan untuk menghindari adanya efek samping,
maka dalam penelitian ini CTM dicoba dikembangkan dalam bentuk sediaan
topikal sebagai pilihan lain bentuk sediaan peroral. Pemberian obat secara topikal
bertujuan untuk menghindari berbagai masalah absorbsi pada saluran cerna,
seperti deaktivasi oleh enzim pencernaan, iritasi lambung dan dapat meningkatkan
bioavaibilitas dan efikasi obat dengan menghindari first pass effect pada hati
(Gunadi, 2009), selain itu penggunaan CTM topikal juga dapat meningkatkan
kenyamanan pemakainya (Ceschel, 1999). Untuk dosis pemakaian topikal CTM
adalah 2% (Wijaya, 2006).
Bentuk sediaan topikal yang banyak di pasaran adalah salep, krim, pasta,
suspensi dan gel (Ansel, 2005). Dalam penelitian ini dipilih sediaan gel. Gel
merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang
tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar
dan saling diresapi cairan (Ansel, 2005). Emulgel dapat digunakan untuk terapi
dan sebagai pembawa macam-macam obat untuk kulit. Emulgel mempunyai daya
penetrasi yang tinggi pada kulit (Magdy, 2004).
Emulgel merupakan sediaan setengah padat yang dicampur dengan gelling
agent. Gelling agent dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan cara perolehannya
yaitu : dari bahan alam (tragakan, pektin, agar, asam alginat) semi sintetis dan
sintetis (metil selulosa, Hydroxypropyl cellulose (HPC), Hydroxypropyl
methylcellulose (HPMC), Carboxymethyl cellulose (CMC-Na)) (Lackman, 1994).
Dipilih HPMC sebagai gelling agent karena stabil pada range pH yang luas yaitu
3-11, tidak menyebabkan toksik dan iritasi, dapat mencegah menggumpalnya
partikel dan tetesan air dan menghambat terjadinya sedimentasi dari sediaan gel
(Rowe, 2006). HPMC digunakan karena mempunyai tingkat viskos yang lebih
baik dari pada carbopol, metil selulosa dan asam alginat pada gel lidah buaya
(Madan, 2010). HPMC yang digunakan yaitu sebanyak 3,5%.
Pada sediaan emulgel yang mengandung cukup banyak air yang dapat
menyebabkan adanya kontaminasi mikroba maka diperlukan bahan pengawet
yaitu propilen glikol yang pada konsentrasi 15% dapat berfungsi sebagai
humektan dan pengawet (Voigt, 1994; Rowe, 2006). Selain itu air yang
terkandung dalam gel juga berfungsi sebagai enhancer yang dapat meningkatkan

3

permeabilitas obat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan
permanen struktur permukaan kulit (Gunadi, 2009). Pada pembuatan emulgel
dibutuhkan fase minyak, dipilih parafin cair sebanyak 5%, 7% dan 10% yang
berguna sebagai emolien (Rowe, 2006). Penambahan tween 20 sebagai surfaktan
sebanyak 1%.
Penetrasi perkutan dimulai dari proses terdispersinya obat dalam bahan
pembawa dan kemudian bahan obat lepas dari pembawanya (Martin, 1993).
Lepasnya bahan obat dari pembawa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya
viskositas dan pH. Viskositas berbanding terbalik dengan pelepasan obat, semakin
viskos sediaan maka pelepasan obat dari pembawa akan semakin kecil dan proses
penuangan ke dalam dan keluar wadah sediaan akan semakin sulit (Voigt, 1994).
Sedangkan pH sediaan berpengaruh pada pelepasan obat karena membran biologis
atau kulit bersifat lipofilik dan hanya

zat yang tidak terionkan yang dapat

melaluinya, sehingga pH sediaan sedapat mungkin dibuat sama dengan pH kulit
(4,5-6,5) (Martin, 1993). Penetrasi obat perkutan juga dapat dipengaruhi oleh
pembawa yang dapat dengan mudah menyebar di permukaan kulit (Ansel, 2005).
Ukuran partikel obat yang dihasilkan harus homogen karena dapat mempengaruhi
kecepatan melarutnya obat yang juga mempengaruhi penetrasi, homogenitas obat
dapat dilihat dari tekstur, warna dan bau. Dari pemeriksaan visual ini juga dapat
diketahui stabilitas dari sediaan (Voigt, 1994). Oleh karenanya dilakukan uji
karakteristik fisik sediaan yang mencakup uji organoleptis, uji pH, uji viskositas
dan daya sebar.
Emulgel bersifat sebagai emolien (Magdy, 2004) yang mengandung minyak
yang dapat digunakan sebagai penghalus kulit dan lapisan minyak yang terbentuk
pada stratum korneum dapat mencegah penguapan air (Gan, 2007). Karena sifat
minyak tersebut maka perlu dilakukan uji aseptabilitas mengenai kelembutan,
sensasi dingin dan kemudahan dicuci dari sediaan tersebut. Selain uji diatas juga
dilakukan uji pelepasan obat dari pembawa yang sangat berpengaruh pada proses
penetrasi obat perkutan (Anief, 2002). Uji ini dilakukan dengan teknik in vitro
yang cara dan alatnya sederhana yaitu menggunakan membran selofan dan hasil
uji pelepasan obat dianalisis dengan alat spektrofotometer UV-Vis (Voigt, 1994).

4

Pada penelitian ini ingin diketahui karakteristik fisik (organoleptis, pH,
viskositas, dan daya sebar), aseptabilitas dan pelepasan CTM dari basis emulgel
HPMC dengan parafin cair 5%, 7% dan 10%.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka pada penelitian ini rumusan masalahnya
adalah :
a. Bagaimana karakteristik fisik dan aseptabilitas sediaan dalam emulgel
HPMC dengan konsentrasi parafin cair 5%, 7% dan 10%.
b. Bagaimana pelepasan CTM dari sediaan emulgel HPMC dengan
konsentrasi parafin cair 5%, 7% dan 10%.

1.3. Tujuan Penelitian
a. Menentukan karakteristik dan aseptabilitas sediaan dalam emulgel HPMC
dengan konsentrasi parafin cair 5%, 7% dan 10%.
b. Menentukan pelepasan CTM dari sediaan sediaan emulgel HPMC dengan
konsentrasi parafin cair 5%, 7% dan 10%.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah untuk
pengembangan formulasi emulgel CTM dalam basis HPMC sehingga dihasilkan
suatu emulgel dengan kualitas yang optimal.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN MENTOL TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, ASEPTABILITAS DAN PELEPASAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM GEL HPMC (Konsentrasi Mentol sebagai Enhancer dalam Gel 0,5%, 0,75%, dan 1%)

0 6 24

KARAKTERISASI FISIK, ASEPTABILITAS DAN PELEPASAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM EMULGEL CMC Na (Konsentrasi Paraffin liquid sebagai Fase Minyak dalam Emulgel 5%, 7% dan 10%)

0 3 22

Pengaruh Konsentrasi Polimer Karbopol 940 sebagai Gelling Agent terhadap Sifat Fisik Emulgel Gamma-Oryzanol

3 29 114

Optimasi carbopol sebagai gelling agent dan virgin coconut oil sebagai fase minyak dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya dengan metode desain faktorial.

2 7 89

Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh (oleum caryophylli) sebagai obat jerawat dengan variasi suhu dan lama pencampuran.

1 3 108

Formulasi emulgel minyak cengkeh (Oleum caryophylli) sebagai anti bau kaki : pengaruh carbopol 940 dan sorbitol terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik.

1 11 106

Pengaruh kecepatan putar dan suhu pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh ( Oleum caryophylli).

0 1 107

Formulasi emulgel minyak cengkeh (Oleum caryophylli) sebagai anti bau kaki pengaruh carbopol 940 dan sorbitol terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik

1 7 104

Pengaruh kecepatan putar dan suhu pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh ( Oleum caryophylli)

0 0 105

Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh (oleum caryophylli) sebagai obat jerawat dengan variasi suhu dan lama pencampuran

0 0 106