b a a Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E dalam produk puyuh melalui suplementasi dalam ransum serta potensi telur puyuh sebagai bahan pembuat juice telur kaya selenium

Konversi ransum ransum terbaik pada perlakuan ppm. Analisa uji statistik bentuk inorganik mempunyai dibandingkan dengan selenium dalam bentuk o Keterangan :Huruf superskrip yang berbeda menunjukka nyata P0.05. T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 13 Rataan konversi ransum dengan pe dan vitamin E selama 22 Perlakuan T 5 , T 8 ini karena penggunaan selenium organik sedangkan Paton et al. 2000 bahwa organik tidak berpengaruh melihat konversi ransum dibandingkan dengan penelitian berkisar antara 4.03 – 4.73, 4.31 – 10.18, Lubis 2007 2.30 2.50 2.70 2.90 3.10 T0 T1 2.89ab±0.13 2.77 b ± F C R ransum berkisar antara 2.72 – 3.08 Gambar 13. pada perlakuan T 3 Se inorganik 0.92 ppm + vitamin uji statistik lebih lanjut menunjukkan bahwa selenium mempunyai pengaruh yang lebih baik dalam hal konversi ngan selenium dalam bentuk organik Lampiran 6. Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0.05. komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm konversi ransum dengan pengkayaan Se organik, inorganik dan vitamin E selama 22 minggu. 8 berbeda nyata P0.05 dengan perlakuan T 1 penggunaan jenis selenium yang berbeda, T 5 , T 8 menggunakan sedangkan T 1 , T 3 menggunakan selenium inorganik. 2000 bahwa pada pakan ayam petelur yang mengandung berpengaruh nyata pada performa produksi. Selanjutnya ransum yang diperoleh pada penelitian ini jauh lebih dengan penelitian Mufti 1997 dilaporkan konversi ransum 4.73, Nur 2001 konversi ransum puyuh berkisa Lubis 2007 melaporkan konversi ransum puyuh berkisa T2 T3 T4 T5 T6 T7 ±0.08 2.80 ab±0.13

2.72 b

±0.12 2.97 ab±0.05

3.06 a

±0.25 2.95ab±0.12 2.86 ab±0.18 3.08 Perlakuan . Konversi vitamin E 43.50 selenium dalam konversi pakan da menunjukkan hasil yang berbeda n Se organik, inorganik 1 , T 3 . Hal menggunakan inorganik. Menurut mengandung selenium Selanjutnya jika jauh lebih baik konversi ransum puyuh berkisar antara berkisar antara T8

3.08 a

±0.32 3.05 – 3.71 dan Subekti berkisar antara 5.36 – 5.87. 1961 bahwa konversi ransum puyuh 3.0 yang dicapai Pengkayaaan selenium selenium daging dada. secara deskriptif berkisar T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 T 6 : Ransum + Se organik T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 14 Kandungan sel inorganik dan vitami Gambar 14 menunjukkan perlakuan T 7 Se organik kontrol dan perlakuan lainnya, yang diberikan. Selenium inorganik serta penggunaan 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 T0 T1 18.63 18.8 S e d a g in g d ad a µ g 1 g ra m Subekti et al 2006 melaporkan konversi ransum burung 5.87. Namun lebih baik yang dilaporkan oleh Wilson konversi ransum puyuh 3.0 yang dicapai pada umur 175 – Selenium Daging Pengkayaaan selenium organik, inorganik dan vitamin E meningk ada. Konsentrasi selenium daging dada dalam penelitian ini erkisar antara 18.55 – 20.24 µg100 g Gambar 14. komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm andungan selenium daging dada dengan pengkayaan Se organik, dan vitamin E. 14 menunjukkan kandungan selenium daging tertinggi organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm dibandingkan perlakuan lainnya, hal ini disebabkan perbedaan bentuk dari Selenium organik lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan selenium inorganik terbatas karena dapat T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 18.88 18.55 19.78 19.64 19.73 19.23 20.24 Perlakuan burung puyuh Wilson et al. – 224 hari. meningkatkan dalam penelitian ini Se organik, daging tertinggi pada dibandingkan dengan bentuk dari selenium dengan selenium karena dapat bersifat T8 20.14 59 racun, penyimpanan rendah, efisiensi transfer ke susu dan daging rendah dan kemampuan untuk mempertahankan cadangan selenium tubuh rendah, sehingga sebagian besar selenium yang dikonsumsi dieksresikan Surai 1999. Peningkatan kandungan selenium daging pada perlakuan T 7 karena respon dari sumber selenium yaitu selenium dalam bentuk organik, hal ini seiring pendapat Down 2000 bahwa peningkatan level selenium pada pektoralis mayor dada sebagai respon dari selenium organik yang dibandingkan dengan selenium inorganik atau tanpa selenium. Hal lain yang menyebabkan selenium organik lebih banyak dideposit di daging dada dibandingkan dengan selenium inorganik karena keduanya mempunyai mekanisme absorbsi yang berbeda. Selenium organik diabsorbsi secara aktif melalui suatu mekanisme transpor asam amino dan langsung menyebar keseluruh bagian tubuh, akan tetapi selenium inorganik diserap secara pasif, dimana selama absorbsi selenium inorganik direduksi menjadi selenid dan untuk memudahkan absorbsi perlu oksidasi tinggi, selanjutnya selenium berikatan dengan protein plasma yang kemudian ditransport ke hati untuk menjadi cadangan selenium dalam pembentukan selenoprotein Groof dan Sareen 2005, hal inilah yang menyebabkan selenium organik lebih banyak dideposit di daging dada. Pada penelitian ini bentuk selenium inorganik yang dipakai adalah sodium selenite sedangkan selenium bentuk organik yang dipakai dalam bentuk selenomethionine. Sodium selenite akan diubah menjadi selenate +6 lalu menjadi selenite +4 kemudian selenide -2 dan jika berlebih akan dieksresikan melalui urine selenium yang hilang dan selanjutnya menjadi selenoprotein aktif. Selanjutnya selenium organik dalam bentuk selenomethionine -2 diproses menjadi selenoprotein aktif, hal ini juga diperkuat oleh Kobayashi et al. 2001 bahwa retensi selenium organik di dalam tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan selenium inorganik. Dalam tubuh, selenometionin nampaknya mengikuti pola dari metionin, jika metionin rendah, maka pool metionin akan menekan atau mengurangi katabolisme, sebaliknya jika kadar metionin tinggi ketersediaannya, maka pool akan mengkatabolisir metionin dalam jumlah lebih besar, dan jika bentuknya selenometionin secara biologis nampaknya selenium tidak aktif dan bukan pusat 60 pengaturan selenium, akan tetapi hasil katabolisme dari selenometioninlah yang masuk ke dalam pool Se, yang mana dapat digabungkan kedalam selenoprotein sebagai komponen GSH – Px atau dieksresikan. Dalam bentuk selenosistein, tidak dapat bergabung secara langsung kedalam protein melainkan dikatabolisasi terlebih dahulu, sehingga dihasilkan Se siap pakai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15. Selenometionin Protein sebagai selenometionin Katabolisme Selenite GSH-Px sebagai selenosistein Selenate Katabolisme Selenosistein Yang dieksresi Bentuk beracun Gambar 15 Hubungan antara bentuk Se yang dikonsumsi dan Se dalam jaringan Burk, 1986 Berbeda dengan Se dalam bentuk inorganik yang biasa diberikan atau dalam bentuk suplementasi, maka Se tersebut langsung masuk ke pool Se. Apabila Se inorganik yang masuk ke pool tadi melebihi kebutuhan sintetis selenoprotein, maka unsur Se tersebut akan dikeluarkan, jika sekiranya berlebihan, maka terjadi bentuk toksik Se dalam jaringan. Sebagai implikasinya bahwa makanan yang mengandung Se dalam bentuk selenometionin akan menghasilkan kadar Se jaringan lebih tinggi daripada makanan yang mengandung Se dalam jumlah yang sama tetapi dalam bentuk selenosistein atau Se inorganik. Selenium Telur Kandungan selenium albumin telur pada penelitian pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E tertinggi pada perlakuan T 7 Ransum yang mengandung Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm. Selenium albumin Pusat Pool Selenium 61 telur burung puyuh pada penelitian ini berkisar antara 12.45 – 14.05 µg100 gram. Peningkatan konsentrasi selenium dalam albumin disebabkan peningkatan kandungan selenium dan bentuk selenium yang diberikan yakni selenium dalam bentuk organik. Selenium organik memiliki ketersediaan biologis yang lebih tinggi, diabsorbsi secara aktif dibandingkan dengan selenium inorganik yang ketersediaan biologisnya rendah dan diserap secara pasif. Bentuk selenium organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah selenomethionine dimana diketahui bahwa dalam bentuk selenomethionine lebih nyata dideposit dalam otot dan hal ini sangat penting untuk meningkatkan selenium dari telur dan embrio, sedangkan selenium inorganik yang dipakai dalam penelitian ini adalah sodium selenit dimana diketahui bahwa selenit tidak mampu menyediakan selenium yang dideposit pada jaringan, hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Leng et al. 2003 bahwa selenit tidak mampu menyediakan selenium yang dideposit pada jaringan, namun ketika disuplai dalam bentuk organik, jaringan otot lebih nyata menyimpan selenium dalam bentuk selenomethionin. Penggunaan selenomethionine oleh protein otot merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan selenium dari telur dan embrio, selanjutnya jika pakan disuplementasi dengan selenium akan berpengaruh pada kandungan selenium komponen-komponen telur, sehingga peningkatan konsentrasi selenium akan meningkat juga pada albumin telur. Hal ini didukung oleh Surai et al 2006 yang menyatakan bahwa konsentrasi selenium di dalam komponen-komponen telur meningkat sebagai hasil suplementasi selenium di dalam pakan. Peningkatan konsentrasi selenium tertinggi 8.8 kali ditemukan pada putih telur dan peningkatan 2 kali pada kerabang dan kuning telur bila dibandingkan konsentrasi selenium dengan pemakaian selenit, demikian pula yang disampaikan oleh Roch 2007 bahwa suplementasi selenium organik pada ayam petelur meningkatkan selenium telur dibandingkan dengan selenit dan berkorelasi linear antara selenium yeast dalam pakan dan kandungan selenium telur. Interaksi antara selenium dan vitamin E juga memiliki peran penting dalam mekanisme ini, dimana diketahui bahwa jika didalam tubuh selenium sudah cukup maka selenium dapat menggantikan fungsi vitamin E, hal ini terjadi jika vitamin E didalam tubuh tidak tercukupi. Kandungan selenium albumin telur dapat dilihat pada Gambar 16 T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitam T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 16 Kandungan selenium albumi inorganik dan vitami Kandungan seleni organik, inorganik dan vitamin ppm + vitamin E 43.50 penelitian ini secara deskriptif Gambar 17. Peningkatan karena peningkatan kandungan sel diberikan yakni selenium kandungan selenium konsentrasi selenium akan et al 2006 menyatakan komponen telur meningkat 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 T0 12.82 S e a lb u m in µ g 1 g ra m komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm Kandungan selenium albumin telur dengan pengkayaan Se organik, inorganik dan vitamin E. selenium kuning telur pada penelitian pengkayaan dan vitamin E tertinggi pada perlakuan T 7 Se organik E 43.50 ppm. Selenium kuning telur burung puyuh secara deskriptif berkisar antara 16.77 – 19.72 µg100 Peningkatan konsentrasi selenium dalam kuning telur disebabkan peningkatan kandungan selenium dalam ransum dan bentuk selenium yang selenium dalam bentuk organik. Selenium berpengaruh selenium komponen-komponen telur, sehingga peningkata selenium akan meningkat juga pada kuning telur. Sebagaimana menyatakan bahwa konsentrasi selenium didalam komponen eningkat sebagai hasil suplementasi selenium didalam T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 12.87 12.45 13.55 13.24 12.94 12.65 14.05 Perlakuan nium albumin telur dengan pengkayaan Se organik, pengkayaan selenium Se organik 0.92 burung puyuh pada g100 gram telur disebabkan bentuk selenium yang berpengaruh pada sehingga peningkatan Sebagaimana Surai didalam komponen- didalam pakan. T8 13.51 T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 17 Kandungan selenium inorganik dan vitami Pada prinsipnya penyimpanan memiliki mekanisme yang pada albumin telur, hal ini bahwa selenium organik dalam level selenium pada telur dibandingkan dengan selenium i Pengkayaan seleni kandungan vitamin E kuning secara deskriptif berkisar antara 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 T0 16.77 S e k u n in g t el u r µ g 1 g ra m komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm Kandungan selenium kuning telur dengan pengkayaan Se organik, inorganik dan vitamin E. prinsipnya penyimpanan atau deposit selenium didalam kuning mekanisme yang sama seperti pada penyimpanan atau deposit telur, hal ini sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh Cantor organik dalam bentuk selenium yeast lebih efektif meningkatkan level selenium pada telur dibandingkan dengan selenium inorganik. Vitamin E Kuning Telur Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E meningkatkan vitamin E kuning telur. Rataan kandungan vitamin E kuning berkisar antara 0.76 – 0.81 mg100 gram Gambar 18. T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 18.31 17.91 19.50 18.96 18.58 17.55 19.72 Perlakuan pengkayaan Se organik, didalam kuning telur sit selenium oleh Cantor 2000 efektif meningkatkan E meningkatkan E kuning telur . T8 19.07 T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 18 Kandungan vitam inorganik dan vitami Kandungan vitamin perlakuan T 7 Se organik didapat dari perlakuan T Peningkatan vitamin E kuning tinggi dalam ransum, Penggunaan selenium konsentrasi vitamin E pada menggambarkan level vitamin pakan pembibitan dan dianggap efektif untuk meningkatkan konsentrasi 0.72 0.74 0.76 0.78 0.80 0.82 T0 T1 0.78 0.77 V it E k u n in g te lu r m g 1 g ra m komersial sum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm Kandungan vitamin E kuning telur dengan pengkayaan Se organik, inorganik dan vitamin E. vitamin E tertinggi 0.81 mg100 gram didapatkan organik 0.92 ppm+ itamin E 43.50 ppm dan yang perlakuan T 2 Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 vitamin E kuning telur ini disebabkan karena level selenium ransum, walaupun level vitamin E dalam ransum selenium pada pakan pembibitan berpengaruh meningkatkan min E pada kuning telur. Akumulasi vitamin E pada level vitamin tersebut pada level suplementasi selenium pembibitan dan peningkatan suplementasi vitamin E dalam ktif untuk meningkatkan konsentrasi vitamin E dalam kuning T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 0.77 0.76 0.79 0.78 0.79 0.78 0.81 Perlakuan pengkayaan Se organik, didapatkan dari dan yang terendah E 87.00 ppm. level selenium yang ransum rendah. meningkatkan vitamin E pada telur selenium dalam E dalam pakan kuning telur. T8 0.80 65 Suplementasi selenium organik meningkatkan level vitamin E pada kuning telur Surai 2003. Selain daripada itu selenium dapat menggantikan fungsi vitamin E dalam tiga hal yaitu : 1. Diperlukan untuk menjaga integritas kelenjar pankreas agar terjadi pencernaan lemak secara normal, pembentukan garam empedu micelle secara normal dan absorbsi vitamin E secara normal pula. 2. Karena mineral selenium merupakan bagian integral dari sistem enzim glutathione peroksidase, yang merubah bentuk reduksi glutathione menjadi bentuk oksidase glutathione dan pada waktu yang bersamaan merusak peroksida dengan cara konversi peroksida menjadi bentuk alkohol yang tidak berbahaya. Reaksi tersebut mencegah terjadinya proses peroksidasi terhadap asam-asam lemak yang tidak jenuh pada membran sel, dan oleh karena itu menurunkan jumlah vitamin E yang diperlukan untuk menjaga integritas sel-sel membran. 3. Mineral selenium, dengan cara yang tidak diketahui membantu retensi vitamin E dalam plasma Piliang 2006. Aktivitas Enzim glutathion Peroksidase GSH-Px Darah Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E dalam ransum menghasilkan aktivitas GSH – Px yang berbeda pada darah masing-masing perlakuan. Rataan GSH – Px darah yang diperoleh dalam penelitian pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E ini secara deskriptif berkisar antara 0.21- 1.21 unit100 gram Gambar 19. Rataan GSH – Px darah yang diperoleh dalam penelitian pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E ini adalah 0.21- 1.21 unit100 gram. Aktivitas GSH-Px tertinggi didapatkan dari perlakuan T 7 Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm, aktivitas GSH – Px lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Ransum yang diperkaya dengan selenium organik aktivitas GSH-Px lebih tinggi dibandingkan dengan ransum yang diperkaya dengan selenium inorganik. Pada penelitian ini bentuk selenium organik yang digunakan adalah selenomethionine, dimana diketahui bahwa jika selenium dalam bentuk selenomethionine akan menghasilkan kadar selenium jaringan lebih tinggi daripada makanan yang mengandung selenium dalam jumlah yang sama tetapi dalam bentuk selenium inorganik, pada perlakuan T 7 lebih tinggi, oleh ketersediaan selenium pula sintesis enzim tersebut. T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitam T 6 : Ransum + Se organik 0.46 p T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 19 Aktivitas glutathion peroksidase GSH organik inorganik da Tingginya aktivitas pengkayaan selenium dalam puyuh lebih besar dibandingkan dengan selenium inorganik, cadangan selenium sehingga tersedia Surai 2003. 0.00 0.50 1.00 1.50 T0 T1 0.81 0.97 A k ti v it as G S H - P x d ar ah u n it selenium inorganik, hal inilah yang menyebabkan aktivitas lebih tinggi, karena sintesis enzim tersebut sangat dipengaruhi selenium didalam tubuh, semakin tersedia maka semakin pula sintesis enzim tersebut. komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm e organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm Gambar 19 Aktivitas glutathion peroksidase GSH-Px dengan pengkayaan organik inorganik dan vitamin E. aktivitas GSH-Px pada perlakuan T 7 juga didukung dalam ransum menyebabkan ketersediaan selenium tubuh besar dibandingkan dengan kontrol dan ransum yang di inorganik, dimana selenium tersebut akan disimpan sehingga selenium yang dibutuhkan untuk sintesis T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 0.97 0.88 1.18 1.09 0.97 0.93 1.21 Perlakuan aktivitas GSH-Px sangat dipengaruhi maka semakin tinggi Px dengan pengkayaan Se didukung oleh ketersediaan selenium tubuh ng diperkaya disimpan sebagai is GSH-Px T8 1.04 67 Surai et al 2006 menyebutkan, selenium berperan dalam pertahanan antioksidan merupakan bagian penting dari GSH-Px dan ketersediaan selenium merupakan kunci efektif sintesis GSH-Px. Kandungan slenium 0.2 mgkg pada pakan induk menyediakan selenium yang cukup untuk telur dan jaringan embrio serta memenuhi syarat untuk aktivitas GSH-Px. Yang menarik bahwa ternyata dalam mekanisme ini selenium dalam bentuk organik, dalam hal ini selenomethionine akan mengisi pool selenium dengan sejumlah unsur selenium yang dimakan, dan sebagian unsur tersebut akan didaur ulang serta terikat dengan protein dalam pool metionin, sehingga tercipta pool selenomethionine dalam protein jaringan, dimana besarnya pool yang terbentuk proporsional dengan konsumsi selenomethionine, dan makanan yang mengandung selenium inorganik tidak dapat atau tidak mempunyai jalur untuk masuk kedalam pool tersebut, sehingga dengan demikian menyebabkan ketersediaan selenium yang tinggi untuk sintesis enzym GSH-Px dibandingkan dengan dalam bentuk selenium inorganik sodium selenit. Hal ini diperkuat oleh Burk 1986 yang melaporkan bahwa pada kondisi “steady –state” selenomethionine akan mengisi pool selenium dengan sejumlah unsur selenium yang dimakan. Makanan yang mengandung selenosistein atau selenium inorganik, tidak dapat atau tidak mempunyai jalur untuk masuk ke pool metionin, tetapi dapat menyebabkan selenium teregulasi dalam jaringan membentuk selenoprotein yang nantinya akan mempengaruhi aktivitas GSH-Px. Tahap II : Penetasan dan Pemeliharaan anak Fertilitas Rataan fertilitas yang diperoleh pada penelitian pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E berkisar antara 84.89 - 93.68 Gambar 20. Dosis selenium berpengaruh nyata terhadap fertilitas P0.05. Uji analisis statistik lebih lanjut menunjukkan bahwa umur berpengaruh tehadap fertilitas, dalam arti bahwa seiring dengan bertambahnya umur penetasan fertilitas juga akan menurun Lampiran 7. Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan ha nyata P0.05 T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 20 Rataan fertilitas telur de inorganik dan vitamin Hal ini sesuai pendapat akan menurun apabila induk bulan. Fertilitas tertinggi ppm + vitamin E 87.00 sedangkan fertilitas yang dicapai hanya 89.44 T6: Perlakuan T , T perlakuan T 2 dan T 6 tidak perlakuan T , T 1 , T 3 , T perlakuan T 2 berbeda dengan Perla Penelitian pengk menunjukkan bahwa semakin diperoleh walaupun dosis peranan dari vitamin E 78 80 82 84 86 88 90 92 94 T0 T1 87.88 b ±5.31 87.24 b F er ti li ta s te lu r Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda 0.05. komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm 20 Rataan fertilitas telur dengan pengkayaan Selenium organik, k dan vitamin E. sesuai pendapat Woodard dan Abplanap 1967 bahwa apabila induk dan pejantan puyuh telah berusia lebih dari tertinggi 93.68 diperoleh pada perlakuan T 2 Se inorganik 87.00 ppm yang diperkaya dengan selenium inorganik, fertilitas yang diperkaya dengan selenium organik fertilitas 89.44 T6: Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm , T 1 , T 3 , T 4 , T 5 , T 7 dan T 8 tidak menunjukkan perb tidak menunjukkan perbedaan, demikian pula T6 , T 4 , T 5 , T 7 tidak menunjukkan ada perbedaan, berbeda dengan Perlakuan T , T 1 , T 3 , T 4 , T 5 , T 7 dan T 8. pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin bahwa semakin tinggi dosis vitamin E semakin tinggi fertilitas yang walaupun dosis selenium rendah, hal ini disebabkan fungsi vitamin E bukan hanya sebagai antioksidan akan tetapi T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 b ±3.69 93.68 a ±2.36 85.91 b ±4.30 84.89 b ±6.08 86.28 b ±2.93 89.44 ab ±4.92 86.89 b ±3.24 85.01 Perlakuan ukkan hasil yang berbeda engkayaan Selenium organik, bahwa fertilitas lebih dari enam Se inorganik 0.46 nium inorganik, fertilitas yang + vitamin E 87.00 ppm. menunjukkan perbedaan, pula T6 dengan perbedaan, namun dan vitamin E tinggi fertilitas yang disebabkan fungsi serta akan tetapi juga T8 85.01 b ±2.97 mempunyai peranan penting dengan adanya suplementasi konsentrasi vitamin E peningkatan fertilitas. Fertilitas dengan apa yang dilaporkan , Lubis 2007 berkisar antara 86.60 Pengkayaan sele P0.01 mempengaruhi diperoleh selama penelitian tetas tertinggi pada perlakuan ppm. Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan ha sangat nyata P0.01. T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitam T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 21 Rataan daya tetas inorganik dan vitami 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 T0 T1 73.00 b± 4.32 73.57b D ay a t et as t el u r peranan penting dalam hal peningkatan fertilitas, disamping suplementasi vitamin E dalam pakan menyebabkan peningkatan vitamin E pada kuning telur dan ini akan berpengaruh . Fertilitas yang diperoleh dalam penelitian ini dilaporkan oleh Nur 2001 yaitu berkisar antara 84.33 berkisar antara 86.60 – 97.56 Daya Tetas Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E sangat mempengaruhi daya tetas Lampiran 8. Rataan daya tetas penelitian berkisar antara 71.92 - 82.91 Gambar pada perlakuan T 7 Se organik 0.92 ppm + vitamin Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata P0.01. komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm aya tetas telur dengan pengkayaan Selenium organik, inorganik dan vitamin E. T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 b± 7.02 71.92 b± 6.98 72.50 b± 3.93 76.79 ab± 3.57 72.79 b± 5.47 73.13 b± 6.04 82.71 a± 5.46 73 Perlakuan disamping itu juga menyebabkan peningkatan berpengaruh pada penelitian ini berbeda antara 84.33 – 98.33 sangat nyata daya tetas yang Gambar 21. Daya vitamin E 43.50 ukkan hasil yang berbeda lenium organik, T8 73.84 b± 2.61 70 Perlakuan T 7 berbeda sangat nyata dengan perlakuan lain kecuali dengan perlakuan T 4 . Daya tetas yang tertinggi diperoleh dari perlakuan yang diperkaya dengan selenium organik sebesar 82.71 T 7 sedangkan untuk perlakuan yang diperkaya dengan selenium inorganik hanya mencapai daya tetas paling tinggi 76.79 T 4 . Peningkatan daya tetas telur dengan pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E karena kandungan selenium dan vitamin E pada telur tetas meningkat Gambar 16, 17 dan 18, kandungan nutrisi antioksidan pada telur tetas mencukupi untuk perkembangan embrio. Ini berhubungan dengan proses embriogenesis, selenium dan vitamin E melindungi perkembangan embrio dari kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh radikal bebas dan meningkatkan daya tahan hidupnya sampai menetas. Surai 2000 melaporkan manfaat penting dari selenium berhubungan dengan kemampuannya untuk melindungi perkembangan embrio burung dari peroksidasi selama embriogenesis. Peningkatan selenium dalam jaringan bertanggung jawab terhadap peningkatan pertahanan antioksidan di dalam jaringan puyuh melawan stres oksidasi tinggi yang mengganggu proses penetasan. Peningkatan level selenium potensial memperbaiki ekspresi berbagai selenoprotein yang bermanfaat bagi penetasan. Penggunaan selenium dalam pakan puyuh 0.5 mgkg potensial sebagai sumber selenium tambahan untuk perkembangan embrio Surai et al. 2006. Usaha paling efektif meningkatkan konsentrasi selenium telur adalah melalui penggunaan selenium dalam pakan induk. Suplementasi selenium 0.5 mgkg ransum signifikan meningkatkan konsentrasi selenium komponen-komponen telur, albumin meningkat 8.8 kali dari kontrol, dimana selenium kontrol 41.8 ŋgg meningkat menjadi 0.368 mcgg sedangkan konsentrasi kuning telur meningkat dua kali yaitu selenium kontrol 0.459 mcgg setelah disuplementasi meningkat menjadi 0.865 mcgg Surai 2006. Selanjutnya Renema 2004 mendapatkan perbaikan daya tetas sebagai hasil penggantian sodium selenit dengan selenium organik. Daya tetas yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Nur 2001 yaitu berkisar antara 74.94 – 89.52 dan Lubis 2001 yaitu berkisar antara 81.45 – 93.48 . Pengkayaan seleni analisis uji statistik tidak bobot tetas dalam penelitian 22. T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitam T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 22 Rataan bobot tetas de dan vitamin E. Bobot tetas tertinggi vitamin E 43.50 ppm selenium inorganik sebesar organik bobot tetas yang bahwa pengkayaan dengan berat tetas puyuh yang tinggi. Tingginya berat tetas E 43.50 ppm disebabkan demikian akan berpengaruh 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 T0 T1 7.82a ± 0.51 7.72 B o b o t t et as an ak g ra m e k o r Bobot Tetas Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E berdasarkan tidak nyata mempengaruhi bobot tetas Lampiran 9. dalam penelitian ini berkisar antara 7.48 – 8.21 gramekor mersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm obot tetas dengan pengkayaan Selenium organik, inorganik dan vitamin E. tetas tertinggi diperoleh dari perlakuan T 7 Se organik 0.92 ppm sebesar 8.21 gramekor. Bobot tetas yang diperoleh organik sebesar 8.06 gramekor T 2 sedangkan untuk tetas yang diperoleh sebesar 8.21 gramekor T 7 ini menunjukkan pengkayaan dengan menggunakan selenium organik mampu menghasilkan berat tetas puyuh yang tinggi. berat tetas dari perlakuan T 7 Se organik 0.92 ppm + disebabkan oleh kecukupan nutrisi yang ada dalam telur berpengaruh terhadap bobot tetas. Tingginya kandungan T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 7.72 a ±0.74 8.06a ± 0.63 7.79 a ± 0.97 7.48 a ± 0.60 7.67 a ± 0.62 7.81a ± 1.22 8.21 a ± 0.39 Perlakuan berdasarkan hasil Lampiran 9. Rataan gramekor Gambar Selenium organik, inorganik organik 0.92 ppm + yang diperoleh dari untuk selenium ini menunjukkan ampu menghasilkan 0.92 ppm + vitamin dalam telur, dengan kandungan nutrisi T8 7.55a ± 0.61 didalam telur ini juga dip T7 mengkonsumsi ransum tetas Lampiran 9 menunjukkan akan semakin bertambah telur maksimal diumur 76 minggu. Secara umum pengkayaan vitamin E berpengaruh sangat pemeliharaan dua minggu pemeliharaan berkisar antara Keterangan :Huruf superskrip yang berbeda menunjukka sangat nyata P0.01. T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitam T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 23 Mortalitas selama pengkayaan sele Mortalitas terendah diperoleh pada perlakuan yang mengguna organik T 7 : Se organik 5 10 15 20 25 30 T0 T1 25.75 a±5.28 23.34 a± M o rt al it as ga dipengaruhi oleh konsumsi induk Wilson 1997. ransum lebih tinggi dari T 2 . Pengaruh umur terhadap menunjukkan bahwa semakin bertambah umur, bobot bertambah karena ukuran telur juga akan bertambah sampai imal diumur 76 minggu. Mortalitas umum pengkayaan selenium organik, selenium inorganik berpengaruh sangat nyata P0.01 terhadap mortalitas anak minggu Lampiran 10. Rataan mortalitas selama dua berkisar antara 10.97 – 26.00 Gambar 23. Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata P0.01. komersial Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm Gambar 23 Mortalitas selama dua minggu pemeliharaan setelah menetas dengan pengkayaan selenium organik,inorganik dan vitamin E. Mortalitas terendah diperoleh pada perlakuan yang menggunakan sel Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm yaitu sebesar 10. T2 T3 T4 T5 T6 T7 ±7.74 26.00 a±7.33 22.68a±4.73 18.92 a±5.97 23.43a±5.13 21.89 a±1.20 10.97b±4.02 23.94 Perlakuan lson 1997. Perlakuan terhadap bobot umur, bobot tetas bertambah sampai berat inorganik dan mortalitas anak selama selama dua minggu da menunjukkan hasil yang berbeda h menetas dengan roleh pada perlakuan yang menggunakan selenium itu sebesar 10.97 T8 23.94a±5.38 73 , sedangkan yang menggunakan selenium inorganik diperoleh mortalitas sebesar 26.00 T 2 : Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm. Rendahnya mortalitas yang diperoleh pada perlakuan T 7 , disebabkan pengaruh bentuk selenium, dimana selenium organik lebih efisien dibandingkan dengan selenium inorganik. Transfer selenium dari telur ke embrio berpengaruh pada pertahanan antioksidan tidak hanya pada saat penetasan tapi juga kehidupan setelah menetas. Pakan induk berpengaruh terhadap level selenium jaringan hasil tetas. Konsentrasi selenium pada kuning dan putih telur berpengaruh pada peningkatan selenium jaringan puyuh yang baru menetas Gambar 16 17. Jaringan puyuh yang baru menetas nyata diperkaya dengan selenium sebagai hasil manipulasi pakan induk Surai et al. 2006. Kehidupan awal setelah menetas pada ayam, ada perubahan strategi pertahanan antioksidan dari akumulasi antioksidan alami selama embriogenesis menjadi sintesis tambahan enzim antioksidan seperti GSH-Px Surai 2003. Pappas et al. 2005 melaporkan pemakaian selenium 0.4 mgkg dalam pakan menurunkan mortalitas 3.1 sampai 6.2 . Surai et al. 2006 melaporkan bahwa sistem kekebalan unggas yang baru menetas belum stabil dan tidak sempurna karena sistem kekebalan utama berasal dari antibodi induk yang ditransfer melalui telur. Peningkatan konsentrasi selenium dalam jaringan puyuh selama 2 minggu pertama setelah menetas bermanfaat untuk perkembangan sistem kekebalan. Peningkatan konsentrasi selenium dan pertahanan antioksidan pada puyuh diawal kehidupan setelah menetas dapat berpengaruh sebagai perlindungan anti stres. Keadaan ini dapat dicapai dengan suplementasi selenium pada pakan induk. Selanjutnya Huang dan Cheng 1996 melaporkan bahwa penggunaan 0.6 mgkg selenium dalam pakan ayam akan meningkatkan kemampuan menghancurkan radikal bebas oksigen dan peroksida lemak sehingga dapat mencegah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen serta dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas dari penyakit mareks. Speake et al. 1998 melaporkan bahwa jaringan embrio unggas mengandung asam-asam lemak tidak jenuh di dalam fraksi lemak, karena itu perlu perlindungan antioksidan yang efektif, pertahanan antioksidan jaringan unggas yang baru menetas tersusun atas antioksidan alami vitamin E, karotenoids, asam askorbat dan glutathione glutathione peroksidase dan Absorbsi selenium kehidupan awal unggas dan terakumulasi selama embriogenes Pengkayaan selenium organik, anak puyuh selama 2 minggu anak puyuh selama dua minggu Keterangan :Huruf superskrip yang sama nyata. T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.0 T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitam T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 24 Konsumsi ransum anak selenium organik, inorganik dan 32 34 36 38 40 42 T0 T1 39.98 a±2.10 37.75a K o n su m si g ra m e k o r glutathione dan enzim antioksidan Superoxide dismutase, glutathione peroksidase dan katalase. selenium yang berasal dari pakan tidak mencukupi unggas dan anak harus bergantung pada cadangan mineral terakumulasi selama embriogenesis Surai 2003. Konsumsi Anak Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E terhadap selama 2 minggu dapat dilihat pada Gambar 24. Ratan anak puyuh selama dua minggu berkisar antara 34.93 – 40.19 gramekor. Huruf superskrip yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm Konsumsi ransum anak selama dua minggu dengan pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E. T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 a±4.72 38.05 a±4.44 36.70 a±5.00 40.19 a±5.64 37.75 a±3.29 37.50 a±1.86 34.93 a±4.10 Perlakuan Superoxide dismutase, mencukupi untuk ngan mineral yang rhadap konsumsi Ratan konsumsi 40.19 gramekor. menunjukkan hasil yang tidak berbeda pengkayaan T8 4.10 37.16 a±4.15 75 Hasil analisis uji statistik Lampiran 11 menunjukkan bahwa pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E terhadap konsumsi anak tidak berpengaruh nyata. Konsumsi ransum paling rendah sebesar 34.93 gramekor diperoleh dari perlakuan T 7 Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm dan paling tinggi diperoleh dari perlakuan T 4 Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm. Besarnya konsumsi ransum anak puyuh selama dua minggu pemeliharaan disebabkan beberapa faktor, seperti faktor lingkungan eksternal maupun internal tubuh puyuh. Faktor eksternal dapat berupa stres panas yang dapat menurunkan konsumsi sedangkan internal berupa pengaturan fungsi fisiologis tubuh yang berpengaruh terhadap konsumsi, misalnya enzim pencernaan. Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E dapat mencegah stres pada ternak sehingga ternak tetap mengkonsumsi pakan dengan baik. Rendahnya konsumsi menunjukkan bahwa efisiensi dalam penggunaan ransum, hal ini disebabkan selenium dan vitamin E berperan melindungi jaringan pankreas dari kerusakan oksidatif, sehingga pankreas dapat berfungsi dengan baik menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang akan meningkatkan daya cerna nutrisi MacPherson 1994. Meningkatnya daya cerna akan mempercepat proses metabolisme nutrisi sehingga konsumsi ternak meningkat, akan tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa konsumsi yang tinggi menghasilkan performa yang lebih baik, karena tidak efisien dalam mengkonsumsi ransum. Pertambahan Bobot Badan PBB Rataan pertambahan berat badan dalam penelitian pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E selama dua minggu berkisar antara 36.1 – 39.38 gramekor Gambar 25. Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan Lampiran 12. Pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh dari perlakuan T 7 Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm dan pertambahan bobot badan terendah diperoleh dari perlakuan T 2 Se organik 0.46 pp + vitamin E 87.00 ppm. Keterangan :Huruf superskrip yang sama menunjukkan nyata. T o : Ransum komersial T 1 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.5 T 2 : Ransum + Se inorganik 0.46 ppm + vitam T 3 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.5 T 4 : Ransum + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.0 T 5 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + vitam T 6 : Ransum + Se organik 0.46 ppm + T 7 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 T 8 : Ransum + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 Gambar 25 Pertambahan bobot bada pengkayaan sele Walaupun pada penelitian namun menunjukkan bahwa badan yang lebih tinggi induk yang tinggi tinggi tinggi akan ditransfer secara memperbaiki pertahanan Adanya perbaikan status berpengaruh juga terhadap pertambahan bobot badan 34 35 36 37 38 39 40 T0 T1 37.43a 2.40 38.03 a B o b o t b ad an a n ak g ra m e k o r Huruf superskrip yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda komersial + Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm Se inorganik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se inorganik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.46 ppm + vitamin E 87.00 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm + Se organik 0.92 ppm + vitamin E 87.00 ppm Pertambahan bobot badan anak selama dua minggu dengan pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E. pada penelitian ini tidak memperlihatkan perbedaan yang menunjukkan bahwa selenium organik memberikan pertambahan Perlakuan T 7 . Hal ini disebabkan kandungan tinggi tinggi Gambar 14, 16 dan 17. Kandungan selenium ditransfer secara efisien melalui telur dan jaringan embrio yang aka pertahanan antioksidan anak serta daya tahan hidup anak lebih status pertahanan antioksidan dan daya tahan hidup berpengaruh juga terhadap pertambahan bobot badan. Hal ini didukung oleh apa T2 T3 T4 T5 T6 T7 a ± 2.51 36.21a ± 4.31 38.52a ±3.18 38.51a ±3.83 38.76a ± 3.69 37.43a ± 2.17 39.38 a± 1.59 Perlakuan hasil yang tidak berbeda perbedaan yang nyata pertambahan bobot kandungan selenium Kandungan selenium yang embrio yang akan anak lebih baik. hidup akan . Hal ini didukung oleh apa T8 1.59 38.55a ± 1.89 77 yang telah dilaporkan oleh Surai 2003 bahwa kelebihan selenium organik dibandingkan dengan selenium inorganik adalah dapat berakumulasi pada jaringan dalam menyediakan cadangan selenium. Cadangan selenoaminoacid akan digunakan pada kondisi stres untuk sintesis selenoprotein dan pengaruh buruk radikal bebas. Transfer yang efisien dari pakan induk ketelur dan jaringan embrio yang dapat memperbaiki pertahanan antioksidan anak yang baru menetas dan meningkatkan resistensi terhadap penyakit serta memperbaiki daya tahan hidup anak. Disamping itu juga selenium mempunyai peran penting dalam metabolisme tiroksin sebagai bagian dari enzim iodothyronine deiodinase. Enzim deiodinase untuk konversi tiroksin T 4 ke triiodothyronine T 3 membutuhkan selenium Bredbenner et al. 2009. Tiroksin berperan untuk pertumbuhan, sehingga pada penelitian ini menunjukkan pertambahan bobot badan lebih tinggi pada perlakuan T 7 karena ketersediaan selenium untuk mendukung proses reaksi tersebut. Tahap III : Pembuatan Juice Telur Uji Mikrobiologi Telur Uji mikrobiologi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan terhadap total plate count TPC dari telur puyuh dan dilanjutkan lagi dengan pengujian yang lebih spesifik terhadap Coliform Count, Salmonella, Pseudomonas, Escherichia coli serta Staphylococcus pada telur yang menjadi pilihan untuk dijadikan sebagai bahan utama pembuatan juice kaya selenium Perlakuan T 7 : Se organik 0.92 ppm + vitamin E 43.50 ppm. Pengujian ini perlu dilakukan karena telur utuh dengan kulit akan dijadikan komponen utama pembuat juice, dimana telur tersebut harus bersih dan tidak tercemar bakteri patogen baik dari jumlah koloni maupun ditinjau dari jenis bakteri yang ada pada telur. Hasil pengamatan total plate count, Salmonella, Pseudomonas, Escherichia coli serta Staphylococcus telur puyuh dapat dilihat pada Tabel 8. 78 Tabel 8 Hasil pengamatan mutu mikroba telur puyuh perlakuan T 7 . Source Ulangan TPC Exp 10 n CC Exp 10 n S P EC ST Yolk + Albumin Tidak dibersihkan 1 N N N N 2 N N N N 3 1.0 1 N N N N 4 N N N N 5 2.0 1 N N N N 6 N N N N Yolk + Albumin Dibersihkan dengan air hangat dan alcohol 70 1 N N N N 2 N N N N 3 N N N N 4 N N N N 5 N N N N 6 N N N N Egg Shell Tidak dibersihkan 1 - - - - N - - - 2 - - - - N - - - 3 - - - - N - - - 4 - - - - N - - - 5 - - - - N - - - 6 - - - - N - - - Egg Shell Dibersihkan dengan air hangat dan alcohol 70 1 - - - - N - - - 2 - - - - N - - - 3 - - - - N - - - 4 - - - - N - - - 5 - - - - N - - - 6 - - - - N - - - Hasil Analisa Laboratorium Animal Health PT.CPI 2008 Keterangan : TPC: Total Plate Count, CC: Coliform Count, S: Salmonella, P: Pseudomonas, EC: Escherichia coli, ST: Staphylococcus, N : Negatif, ─ : Tidak diamati. Hasil pengamatan Total Plate Count Tabel 8 menunjukkan bahwa telur yang dicuci dengan air hangat dan alkohol 70 tidak ditemukan sejumlah mikroba berdasarkan uji Total Plate Count, dibandingkan dengan telur yang tidak dibersihkan dengan air hangat dan alkohol 70. SNI 01 – 6366 – 2000 SNI bahan asal hewan, telur segar menetapkan bahwa telur yang layak dikonsumsi dengan batas maksimun total plate count 1 x 10 5 CFUgram. Pada penelitian ini diharapkan tidak ditemukan sejumlah bakteri karena telur akan digunakan sebagai bahan baku juice termasuk kulit telur. 79 Pengujian Total Plate Count menunjukkan Tabel 8 telur yang dicuci dengan air hangat dan alkohol 70 efektif membersihkan telur yang akan dijadikan sebagai komponen juice telur. Uji Coliform count Tabel 8 menunjukkan tidak ditemukan bakteri Coliform pada telur puyuh yang diuji dari kedua metode pembersihan telur. SNI 01 – 6366 – 2000 SNI bahan asal hewan, telur segar memberikan batas maksimun untuk telur dilihat dari Coliform count sebesar 1 x 10 2 CFUgram. Coliform dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gangguan pencernaan, oleh karena itu diharapkan telur tidak tercemar, mengingat telur akan digunakan sebagai bahan baku juice termasuk kulit telur. Uji Salmonella pada telur Tabel 8 menunjukkan bahwa pada telur uji tidak ditemukan Salmonella, hal ini sesuai dengan SNI 01 – 6366 – 2000 SNI bahan asal hewan, telur segar bahwa Salmonella pada telur harus negatif. Salmonella dapat menyebabkan penyakit seperti diare akibat dari enterotoksin yang dihasilkan Zein 2004. Uji terhadap Pseudomonas juga menunjukkan hasil negatif. Hasil ini menguatkan keamanan mikrobiologis telur sebagai bahan baku produk pangan. Uji Escherichia coli Tabel 8 menunjukkan bahwa pada telur puyuh tidak ditemukan adanya Escherichia coli. Berdasarkan SNI 01 – 6366 – 2000 SNI bahan asal hewan, telur segar bahwa batas maksimun Escherichia coli adalah 1 x 10 1 CFUgram. Mengingat telur akan dijadikan bahan baku juice termasuk kulit telur maka diinginkan agar telur bebas Escherichia coli. Hasil Uji Staphylococcus pada Tabel 8 menunjukkan bahwa telur puyuh tidak mengandung bakteri tersebut. SNI 01 – 6366 – 2000 SNI bahan asal hewan, telur segar memberikan batas maksimun bahwa untuk telur 1 x 10 2 CFUgram, namun kriteria ini dapat digunakan mengingat telur akan dijadikan bahan baku juice termasuk kulit telur. Telur yang dibersihkan dengan air hangat dan alkohol 70 dapat menekan keberadaan mikroba-mikroba yang tidak dikehendaki. 80 Uji Mikrobiologi Juice Telur Hasil uji mikrobiologi juice dari telur kaya selenium dengan menggunakan metode Total Plate Count TPC dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Total plate count TPC juice telur Kode Juice Total Place Count CFUml 101 1.2 x 10 4 121 2.5 242 1.4 x 10 1 434 2.5 565 1.4 x 10 1 Keterangan : Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Pangan – IPB 2008 Keterangan : -kode 101 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 100 -kode 121 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 45 10 30 15 -kode 242 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 50 10 30 10 -kode 434 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 45 10 30 15 -kode 565 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 50 10 30 10 Hasil pengamatan Total Plate Count Tabel 9 Juice telur berkisar antara 2.5 – 1.2 x 10 4 CFUml. Kode juice 121, kode juice 434 memiliki Total Plate Count yang paling rendah 2.5 CFUml dan yang paling tinggi juice dengan kode 101 1.2 x 10 4 . Kode juice 121, 242, 434 dan 565 memiliki total plate count yang rendah dibandingkan dengan kode juice 101 mungkin disebabkan adanya tambahan dari bahan-bahan lain, terutama dari white grape dan wine. Kandungan alkohol dari bahan tersebut yang menjadi penyebab rendahnya total plate count dari juice yang mengandung bahan-bahan tersebut, karena alkohol dan formula yang mengandung alkohol 70 menurunkan E. Coli dan rotavirus Ansari et al. 1989. Alkohol efektif membunuh bakteri dan cendawan, tetapi tidak dapat merusak spora bakteri. 81 Mekanisme kerja alkohol adalah merusak protein, mengganggu membran dan melarutkan lemak Tortora et al. 1998. Hasil total plate count dari semua juice masih dapat diterima berdasarkan SNI 01 – 3141 – 1998 SNI susu segar yang mensyaratkan total kuman maksimum 10 6 CFUml. SNI 01 – 3141 – 1998 SNI susu segar ini digunakan karena belum ada standar SNI khusus juice telur. Komposisi Juice Telur Hasil analisa komposisi juice telur dari lima formula juice telur, masing- masing memiliki kandungan nutrisi yang berbeda, hal ini disebabkan karena perbedaan komponen penyusun dari masing-masing juice telur. Komposisi nutrisi dari berbagai formula juice dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Komposisi nutrisi juice telur No Kode Juice Nutrisi Kadar Air Abu bk Lemak bk Protein bk KH bk 1 101 74.08 4.59 38.93 49.77 6.71 2 121 60.30 1.51 5.21 13.50 79.77 3 242 59.04 1.56 5.03 14.26 79.15 4 434 63.66 1.84 9.66 15.80 72.70 5 565 64.64 2.06 12.30 18.24 67.39 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Pangan – IPB 2008 Keterangan : -kode 101 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 100 -kode 121 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 45 10 30 15 -kode 242 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 50 10 30 10 -kode 434 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 45 10 30 15 -kode 565 : telur : lemon : madu : white grape sparkling : red wine 50 10 30 10 Kadar Air Kadar air yang diperoleh dari juice telur berkisar antara 59.04 – 74.08 , formula juice telur kode 101 memiliki kandungan air yang paling tinggi 74.08 dan yang paling rendah formula juice telur kode 242 59.04 . Dalam bahan 82 makanan, air merupakan komponen yang penting karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan Winarno 1992. Formula juice telur yang mengandung white grape Kode formula 121 dan 242 kadar air lebih rendah dibandingkan dengan formula juice telur yang mengandung red wine Kode formula 434 dan 565. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan air white grape lebih rendah dari red wine sebagai komponen penyusun juice. White grape memiliki kandungan kadar air sebesar 86.2 gram per 100 gram sedangkan red wine memiliki kandungan kadar air 88.5 per 100 gram AnneCollins Weight Loss Program 2008 , Food Standards 2006. Kadar Abu Kadar abu juice telur berkisar antara 1.51 - 4.59, formula juice telur kode 101 mengandung kadar abu paling tinggi 4.59 bk dan yang paling rendah formula juice telur kode 121 1.51 bk. Pada proses pengolahan pada umumnya mineral tidak terpengaruh Muchtadi 1997. Tingginya kadar abu juice telur kode 101 dibandingkan dengan formula lainnya disebabkan komponen penyusun juice telur kode 101 semua dari telur sebagai komponen utama penyusun juice, diketahui bahwa telur kaya dengan makro dan mikro mineral Riana 2000. Formula juice telur yang mengandung red wine Kode formula 434 dan 565 memiliki kandungan kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula juice telur yang mengandung white grape Kode formula 121 dan 242, ini disebabkan karena red wine memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan white grape AnneCollins Weight Loss Program 2008 , Food Standards 2006. Kadar Lemak Kandungan kadar lemak juice telur berkisar antara 5.03 - 38.93, kode formula 101 memiliki kandungan kadar lemak yang paling tinggi dibandingkan dengan formula juice 121, 242, 434 dan 565. Tingginya kandungan lemak juice telur kode formula 101 karena terbuat dari telur tanpa tambahan komponen lain, di mana telur kaya dengan asam-asam lemak. Telur puyuh mengandung lemak 83 13.05 mg per 100 gram Riana 2000. Hasil kandungan lemak yang diperoleh dari masing-masing formula juice telur dapat dipakai untuk menghitung energi yang dapat diperoleh dari juice telur. Kadar Protein Kandungan kadar protein juice telur berkisar antara 13.50 - 49.77. Formula juice telur kode formula 101 mengandung protein yang tertinggi. Tingginya kadar protein formula juice telur kode 101 karena terbuat dari telur secara tanpa adanya tambahan komponen lain. Telur merupakan sumber protein yang tinggi, yakni sebesar 663 mg per 100 gram Riana 2000. Hasil kandungan protein yang diperoleh dari masing-masing formula juice telur dapat dipakai untuk menghitung energi yang dapat diperoleh dari juice telur. Kadar Karbohidrat Kadar karbohidrat juice telur berkisar antara 6.71 - 79.77 , formula juice telur kode 121 memiliki kandungan karbohidrat yang paling tinggi yaitu sebesar 79.77 dan yang terendah formula juice telur kode 101. Rendahnya kandungan karbohidrat dari juice telur formula kode 101 disebabkan karena tidak adanya tambahan komponen lain yang mengandung karbohidrat. Hal ini terlihat dengan jelas dengan formula juice telur yang mengandung madu Formula juice telur kode 121, 242, 434 dan 565 .Madu mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sebesar 76 Suharjo et al. 1985. Tambahan karbohidrat diperoleh dari penambahan komponen white grape, karena itu formula juice telur yang mengandung white grape Formula juice telur kode 121 dan 242 kandungan karbohidratnya lebih tinggi dari formula juice telur yang mengandung red wine formula juice telur kode 434 dan 565. White grape mengandung karbohidrat 13.7 gram Lampiran 21 sedangkan untuk red wine tidak ada data AnneCollins Wight Loss Program 2008 , Food Standards 2006. Hasil kandungan karbohidrat yang diperoleh dari masing-masing formula juice telur dapat dipakai untuk menghitung energi yang dapat diperoleh dari juice telur. Kekentalan merupakan menyusun suatu fluida. gesek-menggesek ketika telur dari berbagai formula Gambar 26 . Keterangan : -kode 101 : telur : lemon 100 -kode 121 : telur : lemon 45 10 -kode 242 : telur : lemon 50 10 -kode 434 : telur : lemon 45 10 -kode 565 : telur : lemon 50 10 Gambar 26 Hasil pengukuran visko Kekentalan tertinggi dan yang terendah formula formulasi Juice telur 121 hanya mengandung telur formula yang mengandung madu. Madu 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 101 12.50 K ek en ta la n c P Kekentalan Juice Telur merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul fluida. Molekul-molekul yang membentuk suatu fluida ketika fluida mengalir. Hasil pengukuran kekentalan berbagai formula berkisar antara 12.50 – 21.00 cP dapat dilihat : lemon : madu : white grape sparkling : : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 15 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 10 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 Hasil pengukuran viskositas dari masing-masing formula juice tertinggi diperoleh pada juice telur dengan formula formula juice telur dengan kode 101. Tingginya kekentalan telur 121, 242, 434 dan 565 dibandingkan dengan juice telur formula kode 101 dapat dijelaskan dari komposisi mengandung madu. Madu memiliki viskositas sebesar 101 121 242 434 565 12.50 18.50 21.00 18.00 18.00 Kode Juice Telur molekul yang suatu fluida saling kekentalan juice dapat dilihat pada red wine red wine red wine red wine 15 red wine 10 juice telur formula kode 242 inya kekentalan juice telur yang dari komposisi 3.86 Pa s 565 18.00 85 3860 Cp pada temperatur 24.8 ºC Steffe 1983. Sedangkan telur memiliki viskositas sebesar 20 Cp temperatur 5ºC, 7 Cp temperatur 60ºC, Stadelman dan Cotteril 1995. Hal inilah yang membuat formula juice yang mengandung madu memiliki kekentalan yang lebih tinggi. Aktivitas Antioksidan Hasil pengukuran aktivitas antioksidan komposisi penyusun juice telur dengan menggunakan metode DPPH 1,1 – diphnyl-2picrylhydrazil radical- scavenging dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Aktivitas antioksidan komponen penyusun juice telur No Nama bahan Aktivitas Antioksidan µgAEAml 1 Telur 961.13 2 Lemon 496.18 3 Madu 4 White grape 180.58 5 Red Wine 1809.18 Hasil analisa Laboratorium Ilmu Pangan – IPB 2009 Pemilihan penggunaan metode penangkapan senyawa radikal bebas stabil DPPH karena metode ini dapat mengukur aktivitas antioksidan semua jenis substrat dalam sampel, baik substrat yang bersifat hidrofilik maupun lipolifik sehingga diharapkan dapat menghasilkan hasil pengukuran yang lebih baik dibandingkan metode pengukuran aktivitas antioksidan lainnya Vankar et al. 2006. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan berbagai bahan penyusun juice telur Tabel 11 berkisar antara 0 – 1809.18 µgAEAml. Aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh dari red wine dan terendah adalah madu. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan komponen penyusun juice digunakan untuk menghitung aktivitas antioksidan berdasarkan formula juice telur kaya selenium dapat dilihat pada Gambar 27. Keterangan : -kode 101 : telur : lemon 100 -kode 121 : telur : lemon 45 10 -kode 242 : telur : lemon 50 10 -kode 434 : telur : lemon 45 10 -kode 565 : telur : lemon 50 10 Gambar 27 Hasil perhitungan komponen penyusun Aktivitas antioksidan dan formula juice telur Formula juice telur kode tinggi dan yang paling renda Formula juice telur tinggi disebabkan karena berasal dari burung puyuh selenium dan vitamin E, cukup tinggi lihat Tabel Selenium di dalam suplementasi selenium bahwa konsumsi nutrisi antioksidan alami ternak Formula juice telur 565 terhitung memiliki 0.00 500.00 1,000.00 A .A an ti o k si d an ju ic e µ g A E A m l : lemon : madu : white grape sparkling : : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 15 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 10 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 erhitungan aktivitas antioksidan berdasarkan formula penyusun juice. antioksidan berdasarkan hasil perhitungan komponen berkisar antara 509.21 – 961.13 µgAEAml Gambar telur kode 101 memiliki nilai aktivitas antioksidan yang tinggi dan yang paling rendah formula juice telur kode 121. telur kode 101 memiliki aktivitas antioksidan yang karena komponen penyusunnya hanya dari telur. Telur burung puyuh yang pakannya telah diperkaya dengan antioksidan vitamin E, sehingga aktivitas antioksidan didalam telur Tabel 11 namun Surai et al 2006 menyatakan konsentra dalam komponen-komponen telur meningkat sebagai selenium didalam pakan. Selanjutnya Surai 2003 mengatakan nutrisi antioksidan pada pakan dapat memelihara ternak. telur yang mengandung red wine formula kode memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan 101 121 242 434 565 961.13 509.21 548.24 753.50 711.10 Kode Juice Telur red wine red wine red wine red wine 15 red wine 10 berdasarkan formula dan komponen penyusun Gambar 27. antioksidan yang paling idan yang paling telur. Telur tersebut dengan antioksidan didalam telur terukur konsentrasi meningkat sebagai hasil 2003 mengatakan memelihara status formula kode 434 dan tinggi dibandingkan 711.10 87 dengan juice telur yang mengandung white grape formula kode 121 dan 242 hal ini dapat dipahami mengingat aktivitas antioksidan red wine lebih tinggi tinggi dari white grape. Kondo et al 1999 menyatakan bahwa red wine memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari rose dan white wine. Selanjutnya Skrede dan Wrostald 2002 menyatakan bahwa tingginya aktivitas antioksidan karena tingginya konsentrasi polyphenol seperti anthocyanin dan flavanol dalam red wine. Hal inilah yang mengakibatkan juice telur yang mengandung red wine memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Hasil perhitungan aktivitas antioksidan Gambar 27 yang diperoleh jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan dari beberapa minuman fungsional seperti minuman segar rasa lemon 900.11 ppm AEAC, minuman jahe 379.56 ppm AEAC, minuman temulawak 337.33 ppm AEAC, minuman kunyit asam 366.78 ppm AEAC, minuman segar berbasis Zingiberaceae 439.56 ppm AEAC dan minuman segar rasa jeruk sebesar 391.78 ppm AEAC Herold 2007 masih masuk dalam kisaran memiliki kandungan aktivitas antioksidan yang cukup baik. Sebetulnya aktivitas antioksidan akan lebih akurat dengan pengukuran langsung pada produk, hingga penelitian berakhir belum didapatkan cara pengukuran yang tepat. Kekeruhan produk mempersulit pengukuran dengan spektrometer, perlu dilanjutkan dengan mencari cara pengukuran aktivitas antioksidan yang lebih tepat. Kandungan Selenium Juice Telur Hasil pengukuran kandungan selenium dari berbagai komponen- komponen penyusun juice telur dapat dilihat pada Tabel 12 kandungan selenium berkisar antara 10.51 – 33.77 µg100 gram. Tabel 12 Kandungan selenium komponen penyusun juice telur No Nama bahan Selenium µg100grm 1 Telur 33.77 2 Lemon 10.72 3 Madu 20.37 4 White grape 10.51 5 Red Wine 12.63 Hasil Analisa Laboratorium Pasca Panen 2009 Kandungan selenium 101 yaitu sebesar 33.77 telur yang diperoleh dari yang telurnya diambil menyatakan konsentrasi meningkat sebagai hasil selenium telur ini lebih tinggi yaitu sebesar 27.35 µg100 kandungan selenium juice Gambar 28. Keterangan : -kode 101 : telur : lemon 100 -kode 121 : telur : lemon 45 10 -kode 242 : telur : lemon 50 10 -kode 434 : telur : lemon 45 10 -kode 565 : telur : lemon 50 10 Gambar 28. Hasil perhitungan kandungan sele dan komponen masing 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 101 33.77 K an d u n g an S e µ g 1 g ra m selenium tertinggi juice terdapat pada telur saja 33.77 µg100 gram. Tingginya kandungan Se dari kontribusi diperoleh dari penambahan selenium pada ransum burung diambil sebagai bahan utama juice. Surai et al konsentrasi selenium di dalam komponen-komponen sebagai hasil suplementasi selenium didalam pakan. Kandungan lebih tinggi dari kandungan rata-rata selenium telur komersial µg100 gram Lampiran 23. Selanjutnya hasil perhitungan juice telur berdasarkan formula juice dapat dilihat : lemon : madu : white grape sparkling : : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 15 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 10 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 Hasil perhitungan kandungan selenium juice berdasarkan formula dan komponen masing-masing penyusun juice telur. 101 121 242 434 565 33.77 23.96 25.12 24.27 25.3 Kode Juice Telur telur saja Kode Se dari kontribusi burung puyuh et al 2006 komponen telur Kandungan telur komersial perhitungan dilihat pada red wine red wine red wine red wine 15 red wine 10 berdasarkan formula 565 25.33 89 Rata-rata kandungan selenium juice telur berkisar antara 23.96 µg – 33.77 µg100g berdasarkan hasil perhitungan komponen penyusun dan formula. Kandungan selenium yang tertinggi diperoleh dari juice telur formula kode 101, sedangkan pada formula juice telur hampir sama. Tingginya kandungan selenium juice kode 101 karena tidak ada tambahan komponen bahan lain. Kandungan selenium juice walaupun dalam jumlah kisaran antara 23.96 µg – 33.77 µg100g menunjukkan bahwa juice tersebut dapat digunakan sebagai sumber selenium didalam tubuh. RDA merekomendasikan kebutuhan selenium sebesar 70 µgday Bredbenner et al. 2009. Jika dipersentasekan berdasarkan Recomendation Daily Allowance RDA maka dengan mengkonsumsi salah satu juice telur dari kelima formula sebesar 100 gram, maka akan diperoleh selenium sebesar 34.22 – 48.24 dari kebutuhan. Selenium merupakan mikronutrien esensial bagi hewan dan manusia, menyusun asam amino selenosistin dan selenometionin. Selain dari itu selenium merupakan penyusun enzim tertentu serta selenium sangat diperlukan pada fungsi sel untuk semua mahluk hidup. Selenium berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim yang terlibat dalam oksidasi asam lemak dan penghancuran asam amino, mampu melakukan detoksifikasi melalui penghambatan oksidasi lemak, khususnya oleh enzim GSH – Px dan bahkan juga mampu menghambat perkembangan kanker Djujic et al. 2005. Penerimaan terhadap Atribut Sensori Juice Telur a. Uji Hedonik terhadap Warna Juice Telur Rataan nilai kesukaan terhadap warna juice telur berkisar antara 3.08 – 4.01 untuk 5 skala kisaran kesukaan yang berarti dari segi warna, tingkat kesukaan panelis terhadap juice telur adalah netral sampai suka. Hasil uji hedonik terhadap warna juice telur dari beberapa formula dapat dilihat pada gambar 29. Keterangan : skala hedonik 1:sangat tidak su -kode 101 : telur : lemon 100 -kode 121 : telur : lemon 45 10 -kode 242 : telur : lemon 50 10 -kode 434 : telur : lemon 45 10 -kode 565 : telur : lemon 50 10 Gambar 29 Skor rata-rata penerimaan panelis terhadap warna Hasil analisis sidik perbedaan antar juice Lampiran 15 formula berbeda nyata pada selang nyata dengan sampel 101, berbeda nyata dengan sampe Skor rata-rata penerimaan warna te juice telur formula 242 sebesar sebesar 3.08. Melihat hasil mengandung white grape dibandingkan dengan formula Penambahan white warna juice telur formula pengaruh warna dari white formula kode 434 dan 565 0.00 2.00 4.00 6.00 101 3.33 T in g k at k es u k aa n te rh ad ap w ar n a la hedonik 1:sangat tidak suka,2:tidak suka, 3:netral, 4: suka, 5: sangat suka. : lemon : madu : white grape sparkling : : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 15 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 10 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 : lemon : madu : white grape sparkling : 10 30 rata penerimaan panelis terhadap warna juice telur sidik ragam menunjukkan warna kelima juice telur te pada taraf 5 P0.05. Hasil uji lanjut formula juice telur kode 101, kode 434 dan kode 565 selang kepercayan 95. Selanjutnya sampel 121 sampel 101, 434, 565 dan 121, demikian pula dengan sampel berbeda nyata dengan sampel 101,434,565 dan 121. rata penerimaan warna terhadap juice telur tertinggi dimiliki ole sebesar 4.01 dan terendah dimiliki juice telur formula Melihat hasil skor ini menunjukkan bahwa formula juice grape tingkat penerimaan panelis terhadap warna lebih ngan formula juice yang mengandung red wine. white grape meningkatkan skor kesukaan panelis formula kode 121 dan 242, hal ini mungkin disebabkan white grape yang lebih cerah. Penambahan 434 dan 565 tidak meningkatkan skor tingkat kesukaan 101 121 242 434 565 3.33 a 3.72 b 4.01 c 3.24 a 3.08 a Kode Juice t suka. red wine red wine red wine red wine 15 red wine 10 telur telur terdapat lanjut Duncan kode 565 tidak sampel 121 berbeda sampel 242 tertinggi dimiliki oleh formula 565 formula juice yang lebih tinggi panelis terhadap disebabkan karena enambahan red wine kesukaan panelis a terhadap warna juice telur, lebih gelap, sehingga mempengaruhi warna Warna merupakan panelis. Warna bahan yang selera, maka bahan tersebut dan faktor lainnya normal S

b. Uji Hedonik terhadap