Aktivitas Antioksidan Aktivitas antioksidan dan Identitas florotanin .1 Rendemen

50 banyaknya ikatan hidrogen pada senyawa tersebut, dan 4 energi interaksi antara bahan terlarut dengan pelarut dalam keadaan berkeseimbangan dan perbedaan indeks Hildebrand antar solut dan solvent kurang dari 7 Snyder 1974; Barwick 1997; Houghton dan Raman 1998; Tantishaiyakul et al. 2006; Xu dan Redman- Furey 2007. Tabel 5 memperlihatkan aseton 70 dapat melarutkan florotanin lebih optimal dibanding pelarut lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pelarut ini dapat mengurangi interaksi antara florotanin dengan protein dan bahkan dapat memutus ikatan hidrogen yang terbentuk antara florotanin dengan protein struktur sel. Koivikko et al. 2005 menyatakan florotanin mempunyai sifat yang sama dengan tanin yaitu berkemampuan membentuk banyak ikatan hidrogen dengan protein.

4.2.3 Aktivitas Antioksidan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak S. echinocarpum dipengaruhi sangat nyata oleh jenis pelarutnya p 0,01 Lampiran 4. Tabel 5 memperlihatkan aktivitas antioksidan ekstrak S echinocarpum hasil pelarutan dengan metanol paling kuat dibanding pelarut lainnya. Chandini et al. 2008 melaporkan hasil serupa bahwa aktivitas antioksidan ekstrak S. marginatum, P. tetrasomatica dan T. conoides hasil ekstraksi dengan metanol lebih kuat dibanding pelarut lainnya. Valgimigli et al. 1995, Litwinienko dan Ingold 2003, dan Nielsen dan Ingold 2006 menjelaskan bahwa metanol mempunyai sifat mudah memposisikan atom hidrogen atau gugus hidroksil senyawa untuk membentuk ikatan hidrogen. Adanya ikatan ini mengakibatkan perpindahan proton ke radikal bebas akan lebih mudah Wright et al. 2001. Litwinienko dan Ingold 2004 menambahkan bahwa efisiensi laju pemindahan hidrogen ke radikal bebas dipengaruhi oleh kemampuan pelarut untuk menerima atom hidrogen. Bila suatu pelarut tidak mampu menerima atom hidrogen maka abstraksi atom hidrogen ke radikal bebas tidak terjadi. Kuatnya aktivitas antioksidan florotanin dalam ekstrak juga dipengaruhi oleh banyaknya gugus hidroksilnya. Sanchez-Moreno et al. 1998 dan Pinelo et al . 2004 menjelaskan aktivitas pemungutan radikal bebas oleh senyawa fenol mengikuti aturan hubungan struktur-aktivitas. Senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksil lebih banyak akan lebih mudah membentuk ikatan hidrogen e 51 Eta no l p .a. M etan ol p .a. As eto n 70 Et ano l 8 M etan ol 8 Aku ade s 5 10 15 200 400 600 800 Florotanin Akt. Antioksidan Fl or ot ani n e q m g f lor ogl us inol g e ks tra k Akt . A nt ioks ida n S eta ra T okof erol m g g e ks tra k dengan radikal bebas dan selanjutnya akan lebih mudah juga dalam memindahkan protonnya ke radikal bebas. Villano et al. 2007 menggambarkan bahwa senyawa polifenol yang mempunyai gugus hidroksil lebih banyak akan memiliki stoikiometri antioksidan yang lebih besar, artinya total radikal bebas yang direduksi oleh antioksidan akan lebih banyak. Kuatnya aktivitas antioksidan florotanin dalam ekstrak juga dipengaruhi oleh konformasi strukturnya. Hal ini berkaitan dengan karakteristik stabilisasi internal florotanin sesaat setelah mendonorkan protonnya. Florotanin mempunyai struktur sebagai polifenol, yaitu senyawa yang kaya elektron. Keberadaan gugus hidroksil yang menempel pada cincin aromatis polifenol berperan sangat penting dalam kemampuan pereduksian radikal bebas. Polifenol bila ada radikal bebas cenderung mendonorkan elektronnya untuk menjadi radikal fenoksil PhO. Radikal ini selanjutnya distabilisasi secara internal melalui mekanisme: 1. delokalisasi resonansi elektron radikal fenoksil tidak berpasangan ke posisi orto dan para cincin, 2. stabilisasi melalui ikatan hidrogen antara radikal fenoksil dengan gugus hidroksil, dan 3. stabilisasi radikal ini melalui dimerisasi antar radikal fenoksil untuk menghasilkan ikatan CC atau CO baru Nakai et al. 2006; Kang et al. 2006; Shibata et al. 2008; Li et al. 2009. Tabel 5 memperlihatkan bahwa kandungan florotanin terbanyak didapat dalam ekstrak aseton 70 dan aktivitas antioksidan terkuat didapatkan pada ekstrak metanol. Hubungan kadar florotanin dan aktivitas antioksidan ekstrak S. echinocarpum dalam berbagai pelarut dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Hubungan kadar florotanin dan aktivitas antioksidan ekstrak S. echinocarpum dalam berbagai pelarut 52 Gambar 7 menunjukkan bahwa florotanin dalam ekstrak metanol mempunyai aktivitas antioksidan yang paling kuat. Lopez et al. 2011 melaporkan bahwa makin tinggi kadar polifenol rumput laut maka makin kuat aktivitas antioksidannya, namun Nakai et al. 2006, Shibata et al. 2008, dan Li et al . 2009 melaporkan bahwa yang berperan kuat terhadap aktivitas antioksidan rumput laut coklat adalah struktur konformasi florotaninnya. Hal ini menunjukkan bahwa florotanin yang terlarut dalam metanol mempunyai konformasi struktur yang mudah mengabstraksi hidrogen. Shibata et al. 2008 menjelaskan bahwa keberadaan gugus hidroksil yang menempel pada cincin aromatis berperan sangat penting dalam kemampuan pereduksian radikal bebas. Kuatnya aktivitas antioksidan florotanin dalam ekstrak juga dipengaruhi oleh entalpi disosiasi ikatan hidrogennya. Bila entalpi disosiasi ikatan hidrogen suatu polifenol kecil, maka pemindahan hidrogen ke radikal bebas akan lebih mudah Nielsen dan Ingold 2006. Berdasar penjelasan di atas tampak bahwa florotanin dalam ekstrak metanol S. echinocarpum mempunyai gugus hidroksil yang lebih banyak, konformasinya lebih mudah dalam menstabilisasi struktur, dan mempunyai entalpi disosiasi ikatan hidrogen yang lebih kecil dibanding florotanin dalam ekstrak S. echinocarpum dalam pelarut lainnya.

4.2.4 Identitas florotanin