Keadaan I menunjukan suatu lapisan yang belum terjadi perubahan bentuk geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus-menerus, maka akan
terdapat stress yang lama kelamaan akan terakumulasi dan mampu merubah bentuk geologi dari lapisan batuan.
Keadaan II menunjukan suatu lapisan batuan telah mendapat dan mengandung stress dimana telah terjadi perubahan bentuk geologi. Untuk daerah A mendapat
stress ke atas, sedang daerah B mendapat stress ke bawah. Proses ini berjalan terus sampai stress yang terjadi atau dikandung di daerah ini cukup besar untuk
merubahnya menjadi gesekan antara daerah A dan daerah B. Lama kelamaan karena lapisan batuan sudah tidak mampu lagi untuk menahan stress maka akan terjadi suatu
pergerakan atau perpindahan yang tiba-tiba sehingga terjadilah patahan. Peristiwa pergerakan secara tiba-tiba ini disebut gempa bumi.
Keadaan III menunjukan lapisan batuan yang sudah patah karena adanya pergerakan yang tiba-tiba dari batuan tersebut. Gerakan perlahan-lahan sesar ini akan
berjalan terus sehingga seluruh proses diatas akan diulangi lagi dan sebuah gempa akan terjadi lagi setelah beberapa waktu lamanya demikian seterusnya [11].
2.3. Parameter Gempa Bumi
Dari kejadian gempa bumi dapat dihasilkan informasi seismik berupa rekaman sinyal berbentuk gelombang setelah melalui proses manual atau non manual akan
menjadi data bacaan fase phase reading data. Informasi seismik selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
mengalami proses pengumpulan, pengolahan dan analisis sehingga menjadi parameter gempa bumi. Parameter gempa bumi tersebut meliputi:
a. Waktu kejadian gempa bumi Origin Time
Waktu kejadian gempa bumi Origin Time adalah waktu terlepasnya akumulasi tegangan stress yang berbentuk penjalaran gelombang gempa bumi dan
dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit, detik. b.
Epicenter Epicenter adalah titik seismik pada permukaan bumi yang ditarik tegak lurus
dari titik fokus terjadinya gempa bumi hypocenter. Lokasi episenter dibuat dalam sistem koordinat kartesian bola bumi atau sistem koordinat geografis dan dinyatakan
dalam derajat lintang dan bujur. c.
Kedalaman sumber gempa Kedalaman sumber gempa depth adalah jarak dari titik fokus gempa
hypocenter dengan permukaan di atas fokus epicenter. Kedalaman dinyatakan oleh besaran jarak dalam satuan kilometer. Berdasarkan kedalaman sumber gempa
[26], gempa bumi dapat dikelompokan menjadi: 1.
Gempa bumi dalam yaitu gempa bumi yang mempunyai kedalaman sumber gempa lebih dari 300 Km.
2. Gempa bumi menengah yaitu gempa bumi yang mempunyai kedalaman
sumber gempa antara 80 Km sampai dengan 300 Km.
Universitas Sumatera Utara
3. Gempa bumi dangkal yaitu gempa bumi yang mempunyai kedalaman sumber
gempa kurang dari 80 Km. d.
Kekuatan gempa bumi Kekuatan gempa bumi atau Magnitudo Magnitude adalah ukuran kekuatan
gempa bumi, menggambarkan besarnya energi yang terlepas pada saat gempa bumi terjadi dan merupakan hasil pengamatan Seismograph. Berdasarkan kekuatan atau
magnitudonya [10], gempa bumi dapat dikelompokan menjadi: 1.
Gempa bumi sangat besar, dengan skala magnitude lebih besar dari 8. 2.
Gempa bumi besar, dengan skala magnitude antara 6 sampai 8. 3.
Gempa bumi sedang, dengan skala magnitude antara 4 sampai 6. 4.
Gempa bumi kecil, dengan skala magnitude antara 3 sampai 4. 5.
Gempa bumi mikro, dengan skala magnitude antara 1 sampai 3. 6.
Gempa bumi ultra mikro, dengan skala magnitude lebih kecil dari 1. e.
Intensitas gempa bumi Intensitas Intensity gempa bumi adalah skala kekuatan gempa bumi
berdasarkan hasil pengamatan efek gempa bumi terhadap manusia, struktur bangunan, dan lingkungan pada tempat tertentu. Intensitas gempa bumi umumnya
dinyatakan dengan Modified Mercalli Intensity MMI.
2.4. Teori Penjalaran Gelombang Seismik