Hasil Analisis Data Seismik Gempa Tarutung 19 Mei 2008 Sensor GSI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis Data Seismik Gempa Tarutung 19 Mei 2008 Sensor GSI

Analisis dekomposisi spektral data seismik dengan transformasi wavelet kontinu memperlihatkan bahwa adanya perubahan amplitudo maksimum dan skala untuk setiapa rekaman sensor yang diteliti. Perubahan ini berdasarkan jenis wavelet yang digunakan untuk menganalisa sinyal seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008. Gambar 4.1 merupakan hasil spektral data seismik gempa Tarutung sensor GSI dengan wavelet Gauss 4. Dari gambar tersebut terlihat spektogram amplitudo maksimum gempa Tarutung 19 Mei 2008 dengan wavelet Gauss 4 sensor GSI terletak sekitar waktu 2000 ms dilingkari dengan warna merah. Pada gambar tersebut juga memberikan informasi spektrum waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 1800 ms. Garis horizontal pada gambar tersebut menunjukkan nilai skala yang dihasilkan dari hasil transformasi wavelet kontinu. Hasil skala bernilai 104 satuan skala Tabel 3.2. Hal ini menunjukkan frekuensi sinyal seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 dengan wavelet Gauss 4 cukup tinggi, waveletnya diperpanjang. Skala yang cukup besar ini menunjukkan resolusi frekuensinya cukup baik. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Hasil spektral data seismik gempa Tarutung sensor GSI dengan wavelet Gauss 4 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 terlihat bahwa skala yang dihasilkan dari pengolahan data seismik dengan wavelet Mexh adalah 52 satuan skala. Skala yang dihasilkan dengan wavelet Mexh cukup kecil, dalam hal ini waveletnya dipendekkan. Skala kecil ini menunjukkan frekuensi nya tinggi dan resolusi waktu yang dihasilkan cukup baik. Hasil spektrum data seismik gempa Tarutung sensor GSI dengan wavelet Mexh menujukkan spektrum amplitudo gempa terjadi pada 2000 ms dilingkari dengan warna merah. Dan spektrum informasi perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 1800 ms. Gambar 4.2. Hasil spektral data seismik gempa Tarutung sensor GSI dengan wavelet Mexh Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 merupakan hasil spektral data seismik sensor GSI dengan wavelet Morlet. Dari gambar tersebut didapat informasi spektrum amplitudo maksimal berada pada kisaran waktu 2000 ms dilingkari dengan warna merah dan skala yang dihasilkan dengan wavelet Morlet yaitu 128 satuan skala. Skala yang dihasilkan cukup besar ini menunjukkan bahwa resolusi frekuensinya baik. Dalam hal ini wavelet dipanjangkan, dan frekuensinya rendah. Pada gambar tersebut juga memberikan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 1800 ms. Gambar 4.3. Hasil spektral data seismik sensor GSI dengan wavelet Morlet Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 merupakan hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor GSI dengan wavelet Haar. Pada gambar tersebut menunjukkan informasi spektrum amplitudo maksimum berada pada kisaran 2000 ms dilingkari dengan warna merah. Skala yang dihasilkan dengan wavelet Haar cukup besar, hal ini menunjukkan resolusi frekuensi yang baik untuk sinyal seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 dengan wavelet Haar, dan frekuensinya rendah. Wavelet yang di panjangkan ini juga memberikan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 1800 ms. Gambar 4.4. Hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor GSI dengan wavelet Haar Universitas Sumatera Utara Dari hasil analisis data seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 dengan menggunakan wavelet Gauss 4, wavelet Mexh, wavelet Morlet dan wavelet Haar, memberikan gambaran frekuensi yang bervariasi terhadap waktu. Hal ini sesuai dengan sifat sinyal non stasioner. Dari hasil analisa sinyal seismik dengan wavelet Mexh menunjukkan tingkat kejelasan warna yang baik dibanding dengan jenis wavelet Gauss 4, Morlet dan Haar. 4.2. Hasil analisis data seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 sensor SISI Analisis dekomposisi spektral data seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 menunjukkan adanya perubahan fase gelombang P dan amplitudo sinyal. Perubahan itu berdasarkan jenis wavelet yang digunakan baik wavelet Gauss 4, wavelet Mexh, wavelet Morlet dan wavelet Haar. Pada Gambar 4.5 merupakan hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung 19 Mei 2008 sensor SISI dengan wavelet Gauss 4. Pada gambar tersebut menunjukkan spektrum amplitudo maksimumnya sekitar 5000 ms dilingkari dengan warna merah. Pada gambar tersebut juga memberikan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 3000 ms. Hasil skala yang diperoleh dengan wavelet Gauss 4 menunjukkan adanya perpanjang wavelet pada spektral data seismiknya. Nilai skala yang dihasilkan 104 satuan skala. Skala yang cukup besar menunjukkan frekuensi sinyal ini rendah dan resolusi frekuensinya cukup baik. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5. Hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor SISI dengan wavelet Gauss 4 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 merupakan hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor SISI dengan wavelet Mexh. Pada gambar tersebut terlihat skala yang dihasilkan rendah yaitu 52 satuan skala, ini artinya resolusi waktu yang dihasilkan dari sinyal seismik ini baik. Skala kecil yang dihasilkan dengan wavelet Mexh juga menggambarkan wavelet dipendekkan dan frkuensi tinggi. Spektrum amplitudo maksimum terletak sekitar 4500 ms dilingkari dengan warna merah. Pada gambar ini juga memberikan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 3000 ms. Gambar 4.6. Hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor SISI dengan wavelet Mexh Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 merupakan hasil spektral data seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 sensor SISI dengan wavelet Morlet. Pada gambar tersebut terlihat informasi spektral amplitudo maksimum gempa terletak sekitar 8000 ms dilingkari dengan warna merah. Dan informasi spektrum perkiraan waktu tiba terlokalisir oleh kotak warna merah. Dari hasil analisa sinyal seismik dengan wavelet Morlet menghasilkan nilai skala yang cukup besar yaitu 128 satuan skala. Ini artinya resolusi frekuensinya baik, dimana wavelet dipanjangkan dan frekuensi sinyal gempa rendah. Pada gambar ini juga menghasilkan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 3000 ms. Gambar 4.7. Hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor SISI dengan wavelet Morlet Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8 merupakan hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor SISI dengan wavelet Haar. Pada gambar tersebut terlihat spektrum amplitudo maksimumnya sekitar 4000 ms dilingkari dengan warna merah. Skala yang dihasilkan cukup besar 128 satuan skala. Hal ini menunjukkan resolusi frekuensinya baik. Dari hasil analisis sinyal juga menunjukkan adanya perpanjangan wavelet dan frekuensi sinyal yang rendah. Pada gambar ini juga memberikan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir oleh kotak warna merah sekitar 3000 ms. Gambar 4.8. Hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor SISI dengan wavelet Haar Universitas Sumatera Utara 4.3. Hasil analisis data seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 sensor PSI Analisis dekomposisi spektral data seismik dengan transformasi wavelet kontinu menghasilkan spektrum amplitudo yang bervariasi. Pada Gambar 4.9 merupakan hasil spektral data seismik gempa Tarutung 19 Mei 2008 dengan wavelet Gauss 4. Pada gambar tersebut spektrum warna terletak di sekitar 4000 ms dilingkari dengan warna merah dan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir pada kotak warna merah sekitar 3500 ms. Pada gambar ini wavelet di perpanjang, ini menunjukkan frekuensi yang dihasilkan dengan wavelet Mexh cukup rendah dan resolusi frekuensinya baik. Hal ini menggambarkan hasil skala yang dihasilkan cukup besar. Gambar 4.9. Hasil spektral data seimik gempa bumi Tarutung sensor PSI dengan wavelet Gauss 4 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10 merupakan spektral data seismik gempa Tarutung sensor PSI dengan wavelet Mexh. Dari hasil transformasi wavelet sinyal didapat informasi spektral yaitu amplitudo maksimum berkisar antara 4500 ms dilingkari dengan warna merah dan informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir pada kotak warna merah sekitar 3500 ms. Gambar 4.10 terlihat wavelet dipendekkan, hal ini berkaitan dengan skala yang dihasilkan dengan wavelet Mexh bernilai 53 satuan skala. Skala kecil dengan analisa wavelet Mexh ini menunjukkan frekuensinya tinggi, dan resolusi waktu yang dihasilkan cukup baik. Gambar 4.10. Hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor PSI dengan wavelet Mexh Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 merupakan hasil transformasi wavelet dengan Morlet. Pada gambar tersebut memperlihatkan waktu puncak amplitudo gempa antara 3800 ms dilingkari dengan warna merah. Informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir pada kotak warna merah sekitar 2500 ms. Analisis sinyal seismik dengan wavelet Morlet menghasilkan skala yang cukup besar. Skala besar ini menunjukkan frekuensinya rendah. Pada gambar juga terlihat jelas wavelet diperpanjang dan resolusi frekuensi yang dihasilkan baik. Gambar 4.11. Hasil spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor PSI dengan wavelet Morlet Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12 merupakan hasil analisa spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor PSI dengan wavelet Haar. Pada gambar tersebut terlihat bahwa spektrum amplitudo maksimum dilingkari dengan warna merah terletak sekitar 3500 ms. Informasi spektrum perkiraan waktu tiba gelombang P terlokalisir pada kotak warna merah sekitar 2500 ms. Hasil skala yang dihasilkan cukup besar, ini menunjukkan resolusi frekuensinya baik, dan frekuensi sinyal rendah. Gambar 4.12. Hasil analisa spektral data seismik gempa bumi Tarutung sensor PSI dengan wavelet Haar Universitas Sumatera Utara

4.4. Pembahasan Hasil Spektral Data Seismik Gempa Bumi Tarutung 19 Mei