Hubungan Kejadian Fotofobia Dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata Pada Pekerja Las Di Kelurahan Tanjung Selamat

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Dedi Imanuel Depari

Tempat / Tanggal Lahir :Metro, 11 Maret 1994
Agama

: Kristen

Alamat

: Jalan Sakura III No.64 B Medan

Riwayat Pendidikan

:

1.


Sekolah Dasar BPK Penabur Metro (2000-2006)

2.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Metro (2006-2009)

3.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Metro (2009-2012)

4.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-sekarang)

Riwayat Organisasi
1.

:

Anggota Komisi Doa UKM Kebaktian Mahasiswa Kristen USU Unit

Pelayanan Fakultas Kedokteran USU 2014

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELTIAN

Saya yang bernama Dedi Imanuel Depari adalah mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian tentang “Hubungan Kejadian Fotofobia dengan Penggunaan
Alat Pelindung Mat pada Pekerja Las di Kelurahan Tanjung Selamat”. Peneltian
ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersenut saya mengharapkan partisipasi saudara/i untk
menjadi partisipan dalam penelitian ini dan bersedia mengisi kuesioner dengan
jujur dan apa adanya. Identitas pribadi dan semua informasi yang saudara/i
berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian
ini. Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga saudara/i
bebas untuk mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.
Atas perhatian dan kesediaan saudara/i menjadi partisipan dalam
penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, _______2015

Peneliti

( Dedi Imanuel Depari )

Partisipan

(

)

SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat:
Menyatakan bahwa :
1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian
Hubungan Kejadian Fotofobia dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata

pada Pekerja Las di Kelurahan Tanjung Selamat. Setelah saya memahami
penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi :
a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan
alasan apapun.

Medan, _______2015
Peneliti

( Dedi Imanuel Depari )

Partisipan

(................................)

KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Kejadian Fotofobia dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata

pada Pekerja Las di Kelurahan Tanjung Selamat

Tanggal

:

Nomor Urut Responden :
I. Identitas Responden
1. Nama

:

2. Tanggal Lahir/Umur :
3. Alamat

:

4. Jenis Las

:


Karbit
Listrik
Lainnya (sebutkan) .........

5. Lama Bekerja

:

II. Fotofobia
1. Apakah anda pernah merasakan gejala dibawah ini dalam satu minggu
terakhir? (beri tanda V pada kotak yang tersedia)

No.

1

Pertanyaan

Pernahkah anda

merasakan sensasi
terang yang
berlebihan (silau)?

2

Pernahkah anda
merasakan mata
anda terasa
berpasir?

3

Pernahkah anda
merasakan rasa
sakit pada mata?

4

Pernahkan anda

merasakan
penglihatan
berbayang?

5

Pernahkah anda
merasakan
penurunan
ketajaman
penglihatan?

Selalu Sering Jarang Kadang-

Tidak

kadang

Pernah


2. Adakah masalah pada mata anda yang membuat anda terbatas atau
kesulitan dalam melakukan kegiatan dibawah ini dalam satu minggu
terakhir? (beri tanda V pada kotak yang tersedia)

No.

Pertanyaan

Selalu

Sering

Jarang

Kadang

Tidak

-kadang Pernah
6


Terbatas/kesulitan
saat membaca?

7

Terbatas/kesulitan
saat
mengemudikan
kendaraan pada
malam hari?

8

Terbatas/kesulitan
saat
mengoperasikan
komputer atau
ATM (Anjungan
Tunai Mandiri)?


9

Terbatas/kesulitan
saat menonton
televisi?

3. Apakah mata anda terasa tidak nyaman dalam situasi-situasi berikut ini
dalam satu minggu terakhir? (beri tanda V pada kotak yang tersedia)

No.

10

Pertanyaan

Selalu Sering Jarang Kadang-

Tidak

kadang

Pernah

Tidak nyaman
saat kondisi
berangin?

11

Tidak nyaman
saat berada di
tempat dengan
kelembaban
udara yang
rendah (tempat
yang kering)?

12

Tidak nyaman
saat berada di
area yang
dilengkapi
AC/pendingin
ruangan?

Keterangan:
Selalu diberi nilai 4 (empat).
Sering diberi nilai 3 (tiga).
Jarang diberi nilai 2 (dua).
Kadang-kadang diberi nilai 1 (satu).
Tidak pernah diberi nilai 0 (nol).
Skoring Penilaian Kuesioner
Skor 0-5 dikategorikan normal (tidak mengalami gejala fotofobia).
Skor > 5 dikategorikan mengalami fotofobia.
.

III.Alat Pelindung Diri
13. Apakah anda memiliki alat pelindung mata?
Ya, (lanjut ke pertanyaan no.2)
Tidak
14. Jenis alat pelindung mata yang anda miliki? (berikan tanda (v)
pada jenis alat pelindung mata yang anda miliki)
Kaca mata gelap biasa
Kaca mata gelap tertutup (Googles)
Topeng las (Face Shield)
15. Bagaimana pemakaian alat pelindung mata saat anda bekerja
selama ini?
Selalu pakai
Kadang-kadang pakai
Tidak pernah pakai

Keterangan:
1. Pekerja memiliki alat pelindung mata diberi skor 1 (satu).
2. Pekerja tidak memiliki alat pelindung mata diberi skor 0 (nol).
3. Pekerja memakai kaca mata gelap biasa diberi skor 1 (satu).
4. Pekerja memakai kaca mata gelap tertutup (googles) diberi skor 2 (dua).
5. Pekerja memakai topeng las (face shield) diberi skor 3 (tiga).
6. Pekerja selalu memakai alat pelindung mata diberi skor 2 (dua).
7. Pekerja kadang-kadang memakai alat pelindung mata diberi skor 1 (satu).
8. Pekerja tidak pernah memakai alat pelindung mata diberi skor 0 (nol).
Skoring terhadap penggunaan alat pelindung mata.
1. Skor 6 maka penggunaan alat pelindung mata dikategorikan baik.
2. Skor < 6 maka penggunaan alat pelindung mata dikategorikan buruk.

DATA INDUK PENELITIAN
Nama Umur
R 01
R 02
R 03
R 04
R 05
R 06
R 07
R 08
R 09
R 10
R 11
R 12
R 13
R 14
R 15
R 16
R 17
R 18
R 19
R 20
R 21

23
59
58
32
16
61
35
40
28
29
18
40
43
31
44
33
32
52
33
38
27

Jenis Lama
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 Fotofobia p13 p14 p15 APD
Las
Kerja
Listrik
2
1 2 0 0 0 0 1 0 0
1
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Listrik
20
1 1 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
Negatif
1
1
2 Buruk
Listrik
5
1 1 0 1 0 1 0 1 0
0
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Listrik
10
1 1 2 2 0 0 0 0 0
0
0
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
1
4 3 2 4 2 2 0 3 0
0
3
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
30
4 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Listrik
18
3 3 3 3 3 1 3 1 1
1
3
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
21
2 3 3 2 2 0 0 3 0
0
0
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
3
1 0 1 0 0 1 0 0 0
0
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Listrik
2
1 1 1 3 0 0 0 0 0
0
1
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
1
3 3 0 0 3 0 0 0 0
3
3
0
Positif
1
1
2 Buruk
Karbit
7
2 1 0 0 1 0 1 0 0
0
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Karbit
12
3 3 3 3 3 3 3 0 0
2
0
0
Positif
1
1
2 Buruk
Karbit
3
1 2 2 2 1 0 0 0 0
0
0
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
10
2 0 1 1 0 1 0 0 0
0
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Listrik
11
2 2 0 0 0 0 3 0 0
0
0
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
7
0 0 1 0 0 0 0 0 0
0
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Listrik
30
2 1 1 0 0 0 3 0 0
0
0
0
Positif
1
3
2
Baik
Listrik
1
2 0 0 0 0 1 0 0 0
1
0
0
Negatif
1
3
2
Baik
Listrik
13
4 0 0 0 0 0 2 0 0
0
0
0
Positif
1
1
2 Buruk
Listrik
5
3 0 0 0 1 0 0 0 0
0
0
0
Negatif
1
3
2
Baik

R 22
R 23
R 24
R 25
R 26
R 27
R 28
R 29
R 30
R 31
R 32
R 33
R 34
R 35

26
30
40
46
32
44
19
22
24
38
38
28
32
35

Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik

3
3
2
3
3
10
2
3
1
15
15
5
5
15

2
2
1
2
2
1
2
2
0
1
3
1
1
3

2
2
1
1
1
1
2
0
0
1
3
1
1
1

2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
3
1

2
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
2
0
1

0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
2
0
1

2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1

2
0
0
0
0
3
0
0
3
0
1
3
1
1

0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
1
0
1

0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
1
0
1

1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
3
0
1

2
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
3
1
1

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Positif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Positif

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
3
1
3
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Buruk
Buruk
Buruk
Baik
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk

OUTPUT SPSS DISTRIBUSI FREKUENSI PENELITIAN

Jenis Kelamin Responden
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

laki-laki
Valid

perempuan
Total

34

97.1

97.1

97.1

1

2.9

2.9

100.0

35

100.0

100.0

Usia Responden (tahun)
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

17

1

2.9

2.9

2.9

18

1

2.9

2.9

5.7

19

1

2.9

2.9

8.6

22

1

2.9

2.9

11.4

23

1

2.9

2.9

14.3

24

1

2.9

2.9

17.1

26

1

2.9

2.9

20.0

27

1

2.9

2.9

22.9

28

2

5.7

5.7

28.6

29

1

2.9

2.9

31.4

30

1

2.9

2.9

34.3

31

1

2.9

2.9

37.1

32

4

11.4

11.4

48.6

33

2

5.7

5.7

54.3

35

2

5.7

5.7

60.0

38

3

8.6

8.6

68.6

40

2

5.7

5.7

74.3

43

1

2.9

2.9

77.1

44

2

5.7

5.7

82.9

46

2

5.7

5.7

88.6

52

1

2.9

2.9

91.4

58

1

2.9

2.9

94.3

59

1

2.9

2.9

97.1

61

1

2.9

2.9

100.0

35

100.0

100.0

Total

Jenis Las
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

listrik

32

91.4

91.4

91.4

karbit

3

8.6

8.6

100.0

Total

35

100.0

100.0

Penggunaan APM
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Buruk

22

62.9

62.9

62.9

Baik

13

37.1

37.1

100.0

Total

35

100.0

100.0

Kejadian Fotofobia
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

Merasakan

20

57.2

57.2

57.2

Tdk Merasakan

15

42.8

42.8

100.0

Total

35

100.0

100.0

OUTPUT SPSS HASIL ANALISIS CHI-SQUARE

Penggunaan APM * Kejadian Fotofobia Crosstabulation
Kejadian Fotofobia
Merasakan
Count

Total

Tdk Merasakan

17

5

22

12.6

9.4

22.0

3

10

13

Expected Count

7.4

5.6

13.0

Count

20

15

35

20.0

15.0

35.0

Buruk
Expected Count
Penggunaan APM
Count
Baik

Total
Expected Count

Chi-Square Tests
Value

Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig.

Exact Sig.

Exact Sig.

(2-sided)

(2-sided)

(1-sided)

9.800a

1

.002

7.712

1

.005

10.176

1

.001

Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

.004
9.520

1

.002

35

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.57.
b. Computed only for a 2x2 table

.003

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER
Correlations
P1
Pearson

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

P11

P12

PTOT

.456

.413

.631

.286

.525

.329

.525

.704*

.149

.252

.387

.646*

.185

.235

.050

.423

.119

.353

.119

.023

.682

.483

.270

.044

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.456

1

.583

.515

.432

.444

.656*

.641*

.591

.384

.594

.577

.775**

.077

.128

.213

.199

.039

.046

.072

.273

.070

.081

.008

1

Correlation
P1

Sig. (2-tailed)
N
Pearson

P2

Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson

P3

Sig. (2-tailed)

Pearson

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.413

.583

1

.367

.670*

.364

.614

.675*

.527

.810**

.860**

.795**

.867**

.235

.077

.297

.034

.302

.059

.032

.118

.005

.001

.006

.001

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.631

.515

.367

1

.458

.542

.468

.723*

.792**

.352

.187

.081

.693*

.050

.128

.297

.183

.105

.173

.018

.006

.318

.605

.823

.026

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.286

.432

.670*

.458

1

.271

.702*

.678*

.563

.423

.408

.244

.669*

.423

.213

.034

.183

.449

.024

.031

.091

.224

.242

.497

.035

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson

P5

10

Correlation

N

P4

.185

Correlation
Sig. (2-tailed)
N

10

Pearson
P6

Sig. (2-tailed)

Pearson

Sig. (2-tailed)

Pearson

Sig. (2-tailed)

Pearson

Sig. (2-tailed)

Pearson

.370

.632*

.018

.237

.004

.612

.761

.292

.050

10

10

10

10

10

10

10

10

.702*

.725*

1

.725*

.802**

.452

.491

.391

.800**

.173

.024

.018

.018

.005

.190

.150

.264

.005

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.641*

.675*

.723*

.678*

.412

.725*

1

.813**

.733*

.664*

.265

.880**

.119

.046

.032

.018

.031

.237

.018

.004

.016

.036

.460

.001

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.704*

.591

.527

.792**

.563

.813**

.802**

.813**

1

.423

.357

.244

.846**

.023

.072

.118

.006

.091

.004

.005

.004

.224

.311

.497

.002

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.149

.384

.810**

.352

.423

.183

.452

.733*

.423

1

.863**

.495

.715*

.682

.273

.005

.318

.224

.612

.190

.016

.224

.001

.146

.020

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.252

.594

.860**

.187

.408

.111

.491

.664*

.357

.863**

1

.697*

.740*

.483

.070

.001

.605

.242

.761

.150

.036

.311

.001

.025

.015

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.119

.199

.302

.105

.449

10

10

10

10

10

.329

.656*

.614

.468

.353

.039

.059

10

10

.525

1

Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson

P11

.111

.271

Correlation

N

P10

.183

.542

Correlation

N

P9

.813**

.364

Correlation

N

P8

.412

.444

Correlation

N

P7

.725*

.525

Correlation
Sig. (2-tailed)
N

10

Pearson
P12

.387

.577

.795**

.081

.244

.370

.391

.265

.244

.495

.697*

.270

.081

.006

.823

.497

.292

.264

.460

.497

.146

.025

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

.646*

.775**

.867**

.693*

.669*

.632*

.800**

.880**

.846**

.715*

.740*

.636*

1

.044

.008

.001

.026

.035

.050

.005

.001

.002

.020

.015

.048

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

1

.636*

Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson

.048

Correlation
PTOT

Sig. (2-tailed)
N

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

10

Correlations
P13

.791**

.163

.195

.006

10

10

10

10

Pearson Correlation

.477

1

.427

.844**

Sig. (2-tailed)

.163

.219

.002

10

10

10

10

Pearson Correlation

.447

.427

1

.685*

Sig. (2-tailed)

.195

.219

10

10

10

10

.791**

.844**

.685*

1

.006

.002

.029

10

10

10

N
Pearson Correlation
PTOT

1

Sig. (2-tailed)

N

P15

PTOT

.447

N

P14

P15

.477

Pearson Correlation
P13

P14

Sig. (2-tailed)
N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

.029

10

HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER

Case Processing Summary
N
Valid
Cases

Excludeda
Total

%
10

100.0

0

.0

10

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's

N of Items

Alpha
.920

12

Case Processing Summary
N
Valid
Cases

Excludeda
Total

%
10

100.0

0

.0

10

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's

N of Items

Alpha
.629

3

40

DAFTAR PUSTAKA

Aldy, F., 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten
Tapanuli Selatan. Tesis Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Umum.
Barret, K.E., Barman, S.E., Boitano,S., Brooks, H.L., 2012. Ganong’s
Reviews of Medical Physiology 24th edition. USA: McGraw-Hill.
Biswell, R., 2009. Kornea. Dalam: Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P., 2009.
Vaughan & Ausbury: Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
Canadian Center for Occupational Health and Safety, 2005. Radiation and the
Effect on Eyes and Skin. Canada: Canadian Goverment.
Cummings, J.L., Gittinger, J.W Jr., 1981. Central dazzle. A thalamic
syndrome?. Arch Neurol. 38:372–374. [PubMed: 7236068]
Dahlan, M.S., 2011. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, M.S., 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Sistem Kesehatan Nasional.
Diakses tanggal 5 Desember 2015 dari http://www.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996. Hasil Survey Indera
Penglihatan dan Pendengaran 1996. Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Kecelakaan di Industri.
Pusat Kesehatan Kerja.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Strategi Nasional
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan Untuk Mencapai
Vision 2020.

41

Diffey, B.L., Saunders, P.J., 1995. Behavior Outdoors and Effect of Personal
Ultravolet Exposure Rate Measured Using And Ambulantory Dattaloging
Dosimeter. Photochemistry and Photobiology. 61: 615-618.
Digre, K.B., Brennan, K.C., 2012. Shedding Light on Photophobia. J
Neuroophthalmol. 32(1): 68–81. doi:10.1097.
Djelantik, A., Andayani A., Widiana I., 2010. The Relation of Onset of
Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftalmologi
Indonesia. Vol. 7, no 3 : p 85-90.
E. Peterson, J., 1985. Industrial Health. Dalam: Wahyuni, A.S., 2012.
Keluhan Subjektif Fotokeratitis pada Tukang Las di Jalan Bogor ,
Bandung tahun 2012. Skripsi S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Eroschenko, V.P., 2010. Atlas Histologi diFiore edisi 11. Jakarta: EGC.
Hall, J.E., Guyton, A.C., 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 12.
Singapura: Saunders Elsevier.
Ilyas, S., 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
International Labour Organization, 1998. Encyclopaedia of Occupational
Health and Safety, 4th Ed., Vol. 2, p. 49.6, 49.17.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, 2011. Kecelakaan Kerja yang Menimpa
Pekerja.
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2007. Teks & Atlas Histologi Dasar edisi 10.
Jakarta: EGC.
Kinsey, V.E., 1948. Special Transmission of the Eye to Ultraviolet Radiation.
AIHA Journal. Vol 58, no 1: p. 33-38.
Lombardi, D.A. et al., 2005. Welding related occupational eye injuries: a
narrative analysis. doi:10.1136/ip.2004.007088
Maryam, R.S., et al., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Dalam:
Wahyuni, A.S., 2012. Keluhan Subjektif Fotokeratitis pada Tukang Las di
Jalan Bogor , Bandung tahun 2012. Skripsi S-1 Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

42

Muskita, M., Martiana, T., Soedirham, O., 2015. Analysis PhotokeratitisRelated Factors in Welders of PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya.
International Journal of Research in Engneering and Technology. Vol. 4.
Netter, F.H., 2010. Atlas of Human Anatomy edition 5. USA: Saunders
Elsevier.
Notoadmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Olifhifski, J.B., 1985. Fundamental of Industrial Hygiene 2nd edition.
Washington DC: National Safety Council.
Pitts, D.G., 1974. The Human Ultraviolet Action Spectrum. Am J Opthom
Physiol Optics 51 (12): 946-960.
Podshocky, S., 2002. Ultraviolet Radiation and Cornea. Stockholm. Dalam:
Rajagukguk, R., 2012. Analisis Kelelahan Mata Akibat Pajanan Sinar
Ulraviolet-B Pada Pekerja Las Di PT. Jaya Asiatic Shipyard Batam
Tahun 2012. Tesis S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Depok:
Universitas ndonesia.
Rijanto, B., 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jogjakarta:
Mitra Wacana Media.
Riordan-Eva, P., 2009. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Riordan-Eva,
P., Whitcher, J.P., 2009. Vaughan & Ausbury: Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
Sherwood, L., 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta:
EGC.
Strigham, J.M., Fuld, K., Wenzel, A.K., 2004. Spatial Properties of
Photophobia. Investigative Ophthalmology & Visual Science. Vol. 45, No.
10.
Trisnowiyanto, B., 2002. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
Ketajaman Penglihatan Pekerja Las Listrik di Pasar Besi Tua Semanggi

43

Surakarta Tahun 2002. Tesis S-2 Universitas Diponegoro. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Vats, S., Murthy, G.V.S., Chandra, M., Gupta, S.K., Vashist, P., Gogoi, M.,
2008. Epidemiological study of ocular trauma in an urban slum
population in Delhi, India. Indian J Ophthalmol 2008; 56: 313-6.
Wahyuni, A.S., 2012. Keluhan Subjektif Fotokeratitis pada Tukang Las di
Jalan Bogor , Bandung tahun 2012. Skripsi S-1 Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Warouw, S.P., 1998. Tingkat Radiasi Sinar UV dan beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Mata Welder’s Flash Pekerja Las Industri
Kecil Pulogadung Jakarta Timur . Tesis S-2 Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Wong, T.Y., Tielsch, J.M., 1999. A Population-Based Study on the Incidence
of Severe Ocular Trauma in Singapore. Am. J. Opthalmol 1999; 128:345351
Yen, Yuan-Lung., et al., 2004. Photokeratoconjunctivitis Caused by Different
Light Source. American Journal of Emergency Medicine. Vol 22 No. 7:
511-515.

23

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:

Alat Pelindung Diri

Fotofobia

Variabel Independen

Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Kerangka Operasional
Kriteria Inklusi

Memilih
Responden
Penelitian

Pengisisan
Kuesioner oleh
Responden
Penelitian

Pengolahan Data

Gambar 3.2. Kerangka Operasional

Kriteria Eksklusi

24

3.3. Definisi Operasional
3.3.1. Variabel Dependen
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Dependen
No. Variabel

Definisi

Alat Ukur

Operasional
1

Fotofobia

Keluhan subjektif

Hasil

Skala

Ukur
Kuesioner

-Tidak

yang berupa

Merasakan

ketidaknyamanan

-

dalam penglihatan

Merasakan

Nominal

sehingga penderita
merasakan sensasi
terang yang
berlebihan (silau).

3.3.2. Variabel Independen
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variadel Independen
No. Variabel

Definisi

Alat Ukur

Operasional
1

Penggunaan

Pernyataan

Alat

responden

Pelindung

mengenai

Mata

penggunaan Alat

Hasil

Skala

Ukur
Kuesioner

-Baik

Nominal

-Buruk

Pelindung Mata
saat bekerja

3.4. Hipotesis

 Ada hubungan antara kejadian fotofobia dengan penggunaan alat
pelindung mata pada pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat.

25

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik observasi
dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara fotofobia dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las di
Kelurahan Tanjung Selamat, Kota Medan tahun 2015.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2015 – Desember
2015.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
A. Populasi target adalah pekerja las Kota Medan.
B. Populasi terjangkau adalah pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat,
Kota Medan.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitan ini adalah sebagian dari pekerja las di Kelurahan
Tanjung Selamat, Kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
A. Kriteria inklusi





Pekerja masih aktif bekerja di Kelurahan Tanjung Selamat.



Memahami bahasa Indonesia.



Telah bekerja minimal tiga bulan.

Bersedia mengisi lembar kuesioner dan lembar persetujuan ikut penelitian.

26

B. Kriteria eksklusi



Pekerja mengalami anoftalmia
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive

sampling, yaitu memasukkan semua subjek yang memenuhi kriteria penelitian
hingga

jumlah

subjek

yang

diperlukan

terpenuhi

(Sastroasmoro,2011).

Perhitungan sampel pada penelitian ini adalah uji hipotesis 2 proporsi. Maka
menurut Dahlan (2011) rumus yang akan digunakan untuk menentukan besar
sampel adalah:

Keterangan
n: jumlah sampel
Zα: derajat kemaknaan α pada 5% (1,96)
Zβ: kekuatan uji (80%)
P:(P1-P2)/2
P1: proporsi efek standar (dari pustaka)
P2: proporsi efek yang diteliti

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang akan digunakan adalah:

35,7006
n ≈ 35 orang

27

4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sampel. Dalam
penelitian ini baik data kejadian fotofobia yang dialami sampel dan penggunaan
alat pelindung mata saat bekerja pada sampel diperoleh secara langsung dari
sampel penelitian. Penelitian ni akan mulai dikerjakan setelah Ethical Clearence
dikeluarkan oleh Komisi Etik USU. Sebelum dilakukan pengambilan data dari
sampel, sampel yang sesuai dengan kriteria nklusi dan eksklusi akan diberikan
penjelasan penelitian dan inform consent jika setuju maka pekerja las dapat
dijadikan sampel.
Pengumpulan data dari sampel menggunakan formulir kuesioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada sampel. Kuesioner
dibuat berdasarkan pola penelitian yang sudah ditentukan oleh peneliti
berdasarkan penelitian sebelumnya dan tinjauan literatur yang sudah dilakukan.
Kuesioner ini meliputi pertanyaan yang mengukur tentang keluhan fotofobia,
lama kerja dan penggunaan alat pelindung mata.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1. Pengolahan
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama
adalah editing yaitu memerksa nama, kelengkapan identitas maupun data
responden dan memastikan seluruh pertanyaan telah dijawab sesuai dengan
petunjuk. Tahap kedua adalah coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu
pada jawaban pertanyaan kuesioner untuk mempermudah proses tabulasi dan
analisis. Tahap ketiga adalah entry, yaitu memasukkan data dari kuesioner ke
dalam program SPSS (Statistic Package Social Science). Tahap keempat adalah
cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada
kesalahan atau tidak.

28

4.5.2. Analisis Data
A. Analisis Univariat
Analisis data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
presentasi tiap variabel yang akan diteliti yaitu kejadian fotofobia dan
penggunaan alat pelindung mata.
B. Analisis Bivariat
Analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan uji
hipotesis Chi-square, untuk melihat adanya hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen yang keduanya memiliki jenis data
nominal (kategorik). Apabila p value < 0,05 maka ada hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Namun bila p value > 0,05
maka tidak ada hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen (Dahlan,2011).

29

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kelurahan Tanjung Selamat merupakan salah satu kelurahan yang
merupakan bagian dari Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan dengan luas 3
km2 dan penduduk 11878 jiwa. Kelurahan Tanjung Selamat berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang di bagian utara dan barat, bagian timur berbatasan
dengan Kecamatan Medan Selayang dan bagian selatan berbatasan dengan
Kelurahan Simpang Selayang.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pekerja las di Kelurahan Tanjung
Selamat yang berjumlah 35 orang.
5.1.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan
Tanjung Selamat
Responden penelitian memiliki jenis kelamin laki-laki dan perempuan
dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan
Tanjung Selamat
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah (responden)
34
1
35

Presentasi (%)
97,1
2,9
100

Tabel 5.1 menunjukkan 34 responden (97,1%) berjenis kelamin laki-laki
dan 1 responden (2,9%) berjenis kelamin perempuan. Dari 20 responden yang
mengalami fotofobia, 19 responden (95%) berjenis kelamin laki-laki dan 1
responden (5%) berjenis kelamin perempuan.

30

5.1.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Kelurahan Tanjung
Selamat
Responden penelitian berusia antara 16 tahun sampai 61 tahun dengan
rata-rata usia responden adalah 35,2 tahun, dengan pembagian kategori usia sesuai
ketentuan Departemen Kesehatan (2009) :

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Kelurahan Tanjung Selamat
Kategori Usia

Jumlah (responden)

Presentasi (%)

Remaja Akhir (17-25 tahun)

6

17,14

Dewasa Awal (26-35 tahun)

15

42,86

Dewasa Akhir (36-45 tahun)

8

22,86

Lansia Awal (46-55 tahun)

3

8,57

Lansia Akhir (56-65 tahun)

3

8,57

Total

35

100

Tabel 5.2 menunjukkan kategori usia dewasa akhir merupakan kategori
usia yang paling banyak mengikuti penelitian yaitu sebanyak 15 responden
(42,86%). Dari 20 responden yang menderita fotofobia didapatkan 10 responden
masuk dalam masa dewasa awal (26-35 tahun), 5 responden dalam masa dewasa
akhir (36-45 tahun), 4 responden dalam masa remaja akhir (17-25 tahun) dan 1
responden dalam masa lansia awal (46-55 tahun).

31

5.1.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Las di Kelurahan Tanjung
Selamat
Responden penelitian memakai dua jenis las yaitu jenis las listrik dan jenis
las karbit, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Las di Kelurahan Tanjung
Selamat
Jenis Las
Las Listrik
Las Karbit
Total

Jumlah (responden)
32
3
35

Presentasi (%)
91,4
8,6
100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa 32 responden atau 91,4% dari total
responden menggunakan jenis las listrik dalam bekerja sedangkan 3 responden
atau 8,6% menggunakan jenis las karbit.

5.1.2.4. Distribusi Kejadian Fotofobia Responden di Kelurahan Tanjung
Selamat
Berdasarkan hasil kuesioner yang digunakan untuk mengetahui keluhan
fotofobia pada pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat, didapatkan angka
kejadian fotofobia sebagai berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Kejadian Fotofobia Responden di Kelurahan Tanjung
Selamat
Kejadian Fotofobia
Merasakan
Tidak Merasakan
Total

Jumlah (responden)
20
15
35

Presentasi (%)
57,15
42,85
100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden di Kelurahan
Tanjung Selamat lebih banyak yang merasakan keluhan fotofobia yaitu 57,15%
dibandingkan dengan responden yang tidak merasakan keluhan fotofobia yaitu
42,85% dari keseluruhan responden.

32

5.1.2.5. Distribusi Penggunaan Alat Pelindung Mata Responden di
Kelurahan Tanjung Selamat
Berdasarkan

hasil

kuesioner

yang

digunakan

untuk

mengetahui

penggunaan alat pelindung mata yang didasarkan pada kepemilikan alat pelindung
mata, jenis alat pelindung mata dan frekuensi pemakaian alat pelindung mata pada
pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat, didapatkan angka penggunaan alat
pelindung mata sebagai berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Penggunaan Alat Pelindung Mata Responden di Kelurahan
Tanjung Selamat
Alat Pelindung Mata
Baik
Buruk
Total

Jumlah (responden)
13
22
35

Presentasi (%)
37,1
62,9
100

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa keseluruhan responden di Kelurahan
Tanjung Selamat lebih banyak yang menggunakan alat pelindung mata yang tidak
sesuai dengan standar yaitu 22 responden atau 62,9% dibandingkan dengan
responden yang menggunakan alat pelindung mata yang sesuai dengan standar
yang hanya memiliki presentase 13 responden atau 37,1% dari keseluruhan
responden.

33

5.1.2.6. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Kejadian Fotofobia dengan
Penggunaan Alat Pelindung Mata
Nilai tabulasi silang dari penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Kejadian Fotofobia dengan
Penggunaan Alat Pelindung Mata
Fotofobia
Merasakan
Penggunaan
Alat Pelindung
Mata

Total P value
Tidak
Merasakan

Buruk

17

5

22

Baik

3

10

13

20

15

35

Total

0,002

Tabel 5.6 menunjukkan 20 orang merasakan keluhan fotofobia dan 15
orang tidak merasakan keluhan fotofobia. Penggunaan alat pelindung mata yang
baik didapatkan pada 13 responden sedangkan 22 responden memakai alat
pelindung mata yang buruk.
Dari 20 responden yang mengalami fotofobia didapatkan data 17 orang
atau 85% diantaranya tidak memakai alat pelindung diri yang sesuai standar dan
dari 15 responden yang tidak mengalami fotofobia, 10 responden atau sebesar
66,67% responden menggunakan alat pelindung mata sesuai standar.
5.1.3. Hasil Analisis Data
Penelitian ini diolah menggunakan SPSS (Statistic Package Social
Science) dan dilakukan uji hopetesis dengan metode Chi-square. Tabel 2x2 dalam
penelitian ini layak diuji dengan metode Chi-square karena tidak ada nilai
expected yang kurang dari lima. Nilai p value yang didapatkan dari nilai pada
Pearson Chi-square adalah 0.002. Hasil p value < 0,05 menunjukkan hasil
tersebut bermakna atau Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara kejadian
fotofobia dengan penggunaan alat pelindung mata.

34

5.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan dari 20 responden yang mengalami
fotofobia didapatkan data 17 responden atau 85% diantaranya tidak memakai alat
pelindung diri yang sesuai standar dan dari 15 responden yang tidak mengalami
fotofobia, 10 responden atau sebesar 66,67% responden menggunakan alat
pelindung mata sesuai standar.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muskita (2015) kepada 50 responden yang bekerja sebagai pekerja las di sebuah
perusahaan nasional tentang keluhan fotofobia dan gangguan lain pada mata
dengan pemakaian alat pelindung mata yang menunjukkan angka 81,82% pekerja
yang tidak memakai alat pelindung mata akan mengalami fotofobia.
Penelitian lain yang dilakukan Wahyuni (2012) pada 45 responden pekerja las
didapatkan hasil 30 responden atau 66,7% responden yang tidak memakai alat
pelindung mata yang sesuai standar dapat mengalami fotofobia dan gangguan
mata lainnya.
Hal ini dapat terjadi karena pajanan yang terus menerus dari sinar
ultraviolet saat pengelasan dapat merusak lapisan kornea yang akhirnya akan
menimbulkan gejala fotofobia. Penggunaan alat pelindung mata merupakan salah
satu faktor yang mampu mengurangi intensitas pajanan sinar ultraviolet sehingga
dapat melindungi mata pekerja las dari efek sinar ultraviolet saat proses
pengelasan (Rijanto, 2011). Namun pada penelitian ini juga didapatkan ada 3
responden yang menggunakan alat pelindung mata yang baik tetapi masih
menderita fotofobia, hal ini dapat terjadi karena kejadian fotofobia juga
dipengaruhi oleh komponen struktur sinar ultraviolet, jenis las, lama pajanan dan
jarak pengelasan (Peterson,1985, Olifhifski,1985, Yen et al,2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian fotofobia
dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las. Berdasarkan
pengolahan data dengan SPSS (Statistic Package Social Science), menggunakan
uji hipotesis Chi-square didapatkan hasil p value 0,002. Hasil uji hipotesis yang
menghasilkan p value < 0,05 menunjukkan adanya hubungan antara kejadian
fotofobia dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las.

35

Hasil uji hipotesis yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) pada 45
responden didapatkan hasil p value 0,037 yang artinya menunjukkan adanya
hubungan antara kejadian fotofobia dan gangguan mata lainnya dengan
penggunaan alat pelindung mata. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh
Muskita (2015) menyatakan bahwa responden yang tidak menggunakan alat
pelindung mata sesuai standar lebih beresiko 6,995 kali daripada responden yang
memakai alat pelindung mata yang sesuai standar.
Pada penelitian ini didapatkan 34 responden (97,1%) berjenis kelamin
laki-laki dimana 19 responden diantaranya mengalami fotofobia dan satu orang
responden perempuan yang juga mengalami fotofobia. Hasil penelitian yang
dilakukan Wong (1999) didapatkan angka insidensi gangguan mata karena trauma
yang lebih tinggi pada laki-laki yaitu 20 per 100.000 dibandingkan pada 5 per
100.000 perempuan dan pada penelitian

Vats (2008) didapatkan presentasi

55,56% trauma mata terjadi pada laki-laki. Kemungkinan terjadinya hal ini karena
laki-laki lebih banyak melakukan pekerjaan fisik dibandingkan dengan
perempuan, hal ini berhubungan dengan gambaran pekerja pria yang lebih banyak
daripada pekerja perempuan. Selain itu laki-laki umumnya lebih sering melakukan
pekerjaan yang lebih berisiko untuk terkena trauma dibandingkan perempuan.
Usia responden yang mengikuti penelitian ini juga bervariasi mulai umur
17 tahun hingga 61 tahun. Dari 20 responden yang menderita fotofobia didapatkan
10 responden masuk dalam masa dewasa awal (26-35 tahun), 5 responden dalam
masa dewasa akhir (36-45 tahun), 4 responden dalam masa remaja akhir (17-25
tahun) dan 1 responden dalam masa lansia awal (46-55 tahun). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Djelantik (2010) yang menunjukkan gangguan
mata karena trauma mata sebesar 61,2% pada usia 15-40 tahun. Dalam penelitian
Vats (2008) didapatkan usia yang sering mengalami trauma mata adalah 24,2
tahun (± 13,5) dan menurut penelitian Wong (1999) di Singapura didapatkan hasil
bahwa usia yang rentan terhadap trauma adalah usia 20-30 tahun. Hal ini mungkin
disebabkan karena pada usia tersebut masih merupakan usia produktif untuk
melakukan aktivitas fisik dan bekerja.

36

Namun hasil ini berbeda dengan Maryam et al (2008) yang menyatakan
bahwa fragilitas kornea akan meningkat pada usia lebih dari 40 tahun dan
penelitian dari Pitts (1974) yang menyatakan bahwa faktor usia merupakan salah
satu faktor risiko yang bisa memberikan efek buruk dari pajanan sinar ultraviolet
terhadap mata. Hal ini dapat terjadi karena kejadian fotofobia juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yaitu, komponen struktur sinar ultraviolet, jenis las, lama
pajanan dan jarak pengelasan (Peterson,1985, Olifhifski,1985, Yen et al,2004).
Pada penelitian ini didapatkan jenis las yang paling banyak dipakai oleh
responden adalah las listrik yaitu sebesar 91,4% atau 32 responden. Dari 20
responden yang mengalami fotofobia, 18 diantaranya memakai las listrik (90%)
dan 2 responden lain memakai las karbit (10%). Hasil ini sejalan dengan
penelitian (Olifhifski,1985) yang menyatakan pengelasan listrik memberikan efek
sinar ultraviolet yang besar dibandingkan jenis las lain dan memberikan efek
buruk pada kesehatan mata. Hal ini dimungkinkan karena spektrum sinar
ultraviolet yang dihasilkan dari las listrik masuk kedalam panjang gelombang
yang mampu memberikan dampak buruk pada mata dan intensitas radiasi dari
sinar ultraviolet yang melewati amabang maksimal (Peterson, 1985).
Hasil penelitian menunjukkan 20 responden atau 57,14% dari total
responden mengalami fotofobia sedangkan 15 responden atau 42,86% responden
tidak mengalami fotofobia. Hal ini mungkin terjadi karena pekerja las kurang
memperhatikan bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat radiasi sinar ultraviolet
saat proses pengelasan dan pekerja las juga kurang memperhatikan faktor-faktor
yang dapat memperburuk efek radiasi sinar ultraviolet pada mata seperti
komponen struktur sinar ultraviolet, jenis las, lama pajanan, jarak pengelasan dan
penggunaan alat pelindung mata (Peterson,1985, Olifhifski,1985, Yen et al,2004).

37

Dari penelitian ini diperoleh data tentang penggunaan alat pelindung mata
pada pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat yang tidak sesuai dengan standar
yaitu 22 responden atau 62,9% sedangkan responden yang menggunakan alat
pelindung mata yang sesuai dengan standar yang hanya memiliki presentasi
37,1% dari keseluruhan responden atau sebanyak 13 responden. Hal ini dapat
terjadi karena tingkat pengetahuan pekerja las tentang manfaat penggunaan alat
pelindung mata masih rendah sehingga mempengaruhi sikap mereka dalam
memakai alat pelindung mata yang sesuai dengan standar. Faktor lain adalah
faktor kenyamanan, perasaan yang tidak nyaman yang ditimbulkan saat
menggunakan alat pelindung mata yang sesuai mengakibatkan pekerja las enggan
untuk menggunakannya (Notoadmodjo,2003).

38

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kejadian fotofobia
dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las di Kelurahan
Tanjung Selamat dengan p value 0,002 (p value < 0,05).
2. Hasil penelitian menunjukkan 34 responden (97,1%) berjenis kelamin
laki-laki dan 1 responden (2,9%) berjenis kelamin perempuan.
3. Hasil penelitian menunjukkan masa dewasa akhir (26-35 tahun) menjadi
responden terbanyak dengan jumlah 15 responden (42,86%).
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 responden (91,4%) menggunakan
las listrik dan 3 responden (8,6%) menggunakan las karbit.
5. Hasil penelitian menunjukkan 20 responden (57,15%) merasakan fotofobia
dan 15 responden (42,85%) tidak merasakan fotofobia.
6. Hasil penelitian menunjukkan 22 responden (62,9%) menggunakan alat
pelindung mata yang tidak sesuai standar dan 13 responden (37,1%)
menggunakan alat pelindung mata yang sesuai standar.
6.2. Saran
1. Pekerja las diharapkan menggunakan alat pelindung mata yang sesuai
standar untuk mencegah bahaya pada mata dan rutin memeriksakan
kesehatan mata ke sentra pelayanan kesehatan terdekat untuk mengurangi
dampak paparan sinar ultraviolet dari aktivitas pengelasan.
2. Institusi kesehatan diharapkan dapat melakukan promosi kesehatan berupa
seminar atau pertemuan yang melibatkan perusahaan atau pengusaha
maupun pekerja las tentang dampak sinar ultraviolet dari proses
pengelasan dan pentingnya penggunaan alat pelindung mata saat bekerja.
Selain promosi kesehatan, dapat pula dilakukan pemeriksaan mata secara
berkala dan anjuran agar para pekerja memeriksakan kesehatan mata
secara teratur.

39

3. Pemerintah diharapkan dapat mensosialisasikan undang-undang tentang
kesehatan dan keselamatan kerja, terkhusus mengenai penggunaan alat
pelindung mata sehingga diharapkan para pengusaha dan pekerja las lebih
memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Pemerintah diharapkan mampu melakukan kontrol terhadap perusahaan
atau pengusaha dan pekerja las dalam penggunaan alat pelindung mata
yang sesuai kriteria. Selain itu, pemerintah diharapkan mampu
menindaklanjuti jika ada perusahaan, pengusaha atau pekerja las yang
tidak menjalankan program kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu untuk menggali lebih dalam
faktor-faktor yang dapat menyebabkan fotofobia dan melakukan
pengelitian menggunakan desain penelitan yang lebih baik serta jumlah
sampel yang lebih banyak

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mata
2.1.1. Anatomi Mata

Gambar 2.1. Anatomi Mata (Netter,2010)

Pembagian anatomi mata menurut Riordan-Eva (2009) adalah:


Orbita
Secara skematis rongga orbita digambarkan sebagai piramida segi
empat yang mengerucut di bagian posteriornya. Volume orbita pada orang
dewasa sekitar 30mL dan bola mata hanya menempati seperlima bagian
rongga. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya. Batas anterior
rongga orbita adalah septum orbitale, yang berfungsi sebagai pemisah



antara palpebra dan orbita.
Konjungtiva
Konjungtiva dibagi menjadi dua, yaitu: konjungtiva palpebralis
yang melapisi permukaan posterior kelopak mata dan merekat erat ke
tarsus dan konjungtiva bulbaris yang melekat longgar ke septum orbital di

6

fornix dan melipat berkali-kali. Konjungtiva juga menyokong pergerakan
bola mata dan menghasilkan lapisan air mata prakornea yang merata yang


dihasilkan oleh sel-sel goblet pada lapisan epitel superfisialisnya.
Sklera dan Episklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar,
yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Struktur kolagen dan jaringan
elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior, membentuk
lamina kribosa, yang diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus optikus.
Bagian luar sklera terdapat sebuah lapisan yang disebut episklera. Selain
sebagai pelindung, episklera juga mengandung banyak pembuluh darah



untuk mendarahi sklera.
Kornea
Kornea adalah selaput bening mata yang dapat menembus cahaya,
bersifat jernih, transparan, permukaan yang licin, permukaan yang lici dan
berfungsi sebagai pelindung mata (Ilyas,2011). Kornea pada dewasa
memiliki diameter horizontal sekitar 11,75mm dan diameter vertikal
sekitar 10,6mm. Kornea dinutrisi oleh aqueous humor, pembuluhpembuluh darah limbus, dan air mata. Saraf-saraf sensorik kornea didapat



dari cabang pertama nervus trigeminus.
Iris
Iris berupa permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak
ditengah. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator
sehingga iris dapat mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Iris mendapat nutrisi dari pendarahan yang dibawa oleh
circulus major iris. Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam



nervi ciliares.
Corpus Ciliare
Corpus ciliare secara zona terbagi atas dua zona yaitu: zona
anterior yang berombak-ombak, pars plicata yang terbentuk dari kapiler
dan vena yang bermuara ke vena-vena verticosa dan zona posterior yang
datar.

7



Koroid
Koroid adalah segmen postrior uvea yang terdiri dari tiga lapis
pembuluh koroid yang makin dalam semakin besar lumennya. Koroid
melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus optikus. Di sebelah
anterior, koroid bergabung dengan corpus ciliare. Pembuluh darah koroid



juga berfungsi untuk mendarahi bagian luar dari retina.
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna,
dan hampir transparan. Lensa terdiri atas air (65%) dan protein (35%).
Lensa memiliki tebal 4mm dan diameter 9mm yang dilapisi suatu
membran semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit
masuk. Posisi lensa dipertahankan oleh ligamentum suspensorium yang



dikenal sebagai zonula Zinii.
Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding
bola mata. Retina memiliki tebal 0,1mm pada ora serrata dan 0,56mm
pada kutub posterior. Retina menerima darah darah dari koriokapilaris
yang mendarahi sepertiga luar retina dan cabang-cabang arteria centralis



retinae yang mendarahi dua pertiga dalam retina.
Vitreus
Vitreus adalah suatu bahan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Sekitar 99% komponen
vitreus adalah air dan sisa 1% adalah asam hialuronat dan kolagen, yang
memberi bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena
kemampuannya mengikat banyak air.

2.1.2. Histologi Mata


Sklera dan Episklera
Secara histologi, sklera tersusun atas jaringan ikat padat dan
fibroblas yang saling bersilangan dan paralel dengan permukaan bola
mata. Permukaan luar sklera (episklera) berhubungan melalui jalinan serat

8

kolagen halus longgar dengan lapisan jaringan ikat padat yang disebut
Kapsula Tenon. Kapsula Tenon berhubungan dengan stroma konjungtiva
longgar pada perbatasan kornea dengan sklera. Diantara kapsula tenon dan
sklera terdapat ruang tenon yang memungkinkan mbola mata berputar


(Junqueira, 2007).
Kornea
Secara histologi kornea terdiri dari tujuh lapisan (Eroschenko,
2010). Lapisan pertama adalah epitel berlapis gepeng yang tidak
mengandung keratin yang terdiri dari lima sampai enam lapis sel. Dibawah
epitel ini ada membran Bowman, yang terdiri dari serat kolagen yang
tersusun menyilang secara acak dan berfungsi membantu stabilitas dan
kekuatan kornea. Stroma terbentuk dari lapisan berkas sejajar serat
kolagen dan lapisan fibroblas. Sel-sel dan serat stroma terbenam di dalam
substansi yang kaya akan glikoprotein dan kondroitin sulfat. Membran
Descement adalah membran basalis tebal yang terletak di bagian posterior
stroma dengan struktur homogen yang terdiri atas susunan filamen
kolagen halus. Endotel kornea merupakan epitel selapis gepeng yang
memiliki fungsi dalam transpor aktif, sintesis protein, dan ketahanan



membran Descement.
Koroid
Merupakan lapisan yang mengandung melanosit dan memberinya
warna yang khas. Koroid juga mengandung banyak pembuluh darah yang



disebut lapisan koriokapiler yang berfungsi untuk nutrisi retina.
Iris
Iris adalah perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa dan
memiliki lubang dipusatnya yang disebut pupil. Iris dibentuk oleh lapisan
sel pigmen dan fibroblas. Fungsi sejumlah besar sel melanosit di beberapa
daerah mata adalah untuk mencegah berkas cahaya yang dapat
mengganggu pembentukan bayangan.

9



Lensa
Lensa adalah struktur bikonkaf yang sangat elastis dan memiliki
tiga komponen utama. Kapsul lensa memiliki struktur homogen, refraktil,
dan kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epitel.
Kapsul ini merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terdiri
dari kolagen tipe IV dan glikoprotein. Epitel subkapsular terdiri atas
selapis sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada permukaan anterior
lensa. Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis
dan gepeng. Sel-sel pada serat lensa berisikan proten yang disebut



kristalin.
Retina
Retina dalah lapisan dalam bola mata, yang terdiri dari dua bagian.
Bagian anterior yang tidak foto sensitif dan menyusun lapisan dalam
badan siliar dan bagian posterior iris. Bagian posterior atau bagian yang
fotosensitif. Lapisan luarnya terdiri atas sel batang dan sel kerucut, lapisan
tengah menghubungkan sel batang dan sel kerucut dengan sel-sel
ganglion, dan lapisan dalam sel-sel ganglion, yang berhubungan dengan
sel-sel bipolar melalui dendritna dan mengirimkan akson ke susunan saraf
pusat. Akson-akson ini berkumpul pada papila optikus dan membentuk
nervus optikus (Junqueira, 2007).

2.1.3. Fisiologi Penglihatan
Sebagian besar bola mata ditutupi oleh suatu lapisan jaringan ikat, sklera,
yang membentuk bagian putih mata. Di bagian anterior, terdapat kornea
transparan yang dapat ditembus cahaya untuk masuk kedalam mata (Barret et
al,2012). Sinar/cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri
dari paket-paket energi mirip partikel yang berjalan dalam bentuk gelombang.
Fotoreseptor mata hanya peka terhadap panjang gelombang dari 400 nanometer
sampai 700 nanometer yang merupakan sebagian kecil dari spektrum
elektromagnetik total.

10

Cahaya yang melewati kornea tidak semuanya mencapai fotoreseptor,
karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur
mirip cincin di dalam aqueous humor. Iris memiliki lubang di bagian tengah yang
disebut dengan pupil yang memungkinkan cahaya masuk ke bagian mata yang
lebih dalam. Iris memiliki dua jenis otot polos, yaitu otot polos sirkular dan otot
polos radial. Otot-otot iris ini dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Saat
keadaan sinar terang, saraf parasimpatis menyarafi otot sirkular dan menyebabkan
konstriksi pupil untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata, sementara
saraf simpatis menyarafi otot radial saat intensitas cahaya rendah sehingga
menyebabkan dilatasi pupil dan sinar yang masuk k