Hubungan Kejadian Trauma Mata dengan penggunaan Alat Pelindung Mata pada Pekerja Konstruksi Perusahaan X
Lampiran 1
Lembar Penjelasan kepada Calon Responden Penelitian
Dengan hormat,
Saya bernama Desti Laura, NIM 120100311, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya bermaksud melakukan penelitian
mengenai “ Hubungan Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat
Pelindung Mata pada Pekerja Konstruksi Perusahaan X”. Penelitian ini dilakukan
sebagai tahap akhir penyelesaian program studi saya di Fakultas Kedokteran. Responden penelitian akan diwawancarai secara langsung oleh peneliti dengan pertanyaan tentang penggunaan alat pelindung mata dan trauma mata yang dialami oleh pekerja selama bekerja.
Kemudian, responden diminta kesediaannya untuk menjawab pertanyaan peneliti dengan sebenar-benarnya. Segala informasi pribadi responden sebagai partisipan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan bagi penelitian ini. Jika ada hal lain yang kurang dipahami, responden dapat bertanya langsung kepada peneliti.
Setelah responden membaca dan memahami maksud dari penelitian ini, saya mohon untuk mengisi lembar persetujuan di bawah:
(2)
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Responsen (Informed Consent)
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti dan mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan terhadap saya. Saya juga bersedia untuk ikut serta sebagai responden/partisipan dalam penelitian ini secara sadar dan tanpa ada unsur paksaan.
Nama :
Umur :
Medan, 2015
Peneliti, Responden,
(3)
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penggunaan Alat Pelindung Mata
1. Apakah Anda memiliki alat pelindung mata? a. Ya
b. Tidak
2. Jenis alat pelindung mata yang Anda miliki? a. Kacamata gelap biasa
b. Kacamata gelap tertutup (Googles) c. Topeng las (Face Shield)
d. Lain-lain (sebutkan)...
3. Apakah ukuran alat pelindung mata Anda sesuai dengan ukuran Anda? a. Ya
b. Tidak
4. Bagaimana pemakaian alat pelindung mata Anda saat Anda bekerja selama ini?
a. Selalu pakai
b. Kadang-kadang pakai c. Tidak pernah pakai
(4)
Kuesioner tentang Trauma Mata
1. Apakah Anda pernah mengalami kemasukan benda asing ke mata sewaktu bekerja?
a. Ya b. Tidak
2. Kapan saja Anda mengalaminya (No.1)? a. Selalu ketika bekerja
b. Kadang-kadang ketika berkerja
3. Apa kegiatan Anda ketika bekerja yang menyebabkan kejadian tersebut (No.1)?
a. Menggerinda b. Memotong kayu c. Memaku
d. Mengelas
e. Lain-lain (sebutkan)...
4. ApakahAnda penah mengalami benturan di mata ketika bekerja? a. Ya
b. Tidak
5. Kapan saja Anda mengalaminya (No.4)? a. Selalu ketika bekerja
b. Kadang-kadang ketika bekerja
6. Apa kegiatan Anda ketika bekerja yang menyebabkan kejadian tersebut (No.4)?
a. Menggerinda b. Memotong kayu c. Memaku
d. Mengelas
e. Lain-lain (sebutkan)...
(5)
b. Tidak
8. Kapan saja Anda mengalaminya (No.7) a. Selalu ketika bekerja
b. Kadang-kadang ketika bekerja
9. Apa kegiatan Anda ketika bekerja yang menyebabkan kejadian tersebut (No. 7)?
a. Mengecat
b. Mencampur adonan semen
c. Lain-lain (sebutkan)...
10.Apakah mata Anda pernah terkena siraman atau percikan air panas/dingin yang sampai mengganggu penglihatan Anda?
a. Ya b. Tidak
11.Kapan saja Anda mengalaminya (No.10)? a. Selalu ketika bekerja
b. Kadang-kadang ketika bekerja
12.Apa kegiatan Anda ketika bekerja yang menyebabkan kejadian tersebut (No. 10)?
(6)
LAMPIRAN 3
DATA INDUK
NO NAMA UMUR P1 P3 P4 PTOT INTERPRETASI TRAUMA
MATA
JENIS
PEKERJAAN JENIS TRAUMA
KATEGORI USIA 1
S1 26 Tidak 1 Buruk Ya Memahat
Kemasukan benda
asing dewasa awal
2 S2 27 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Tidak dewasa awal
3 S3 30 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Tidak dewasa awal
4 S4 25 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Tidak remaja akhir
5
S5 22 Tidak 1 Buruk Ya
Mengebor Dinding
Kemasukan benda
asing remaja akhir 6
S6 56 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Ya Memahat
Kemasukan benda
asing lansia akhir
7 S7 35 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Tidak dewasa awal
8
S8 32 Tidak 1 Buruk Ya Plester
Kemasukan benda
asing dewasa awal
9
S9 20 Tidak 1 Buruk Ya
Mencampur Semen
Kemasukan benda
asing remaja akhir 10
S10 23 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing remaja akhir
11 S11 47 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Tidak lansia awal
12
S12 29 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
13
S13 50 Tidak 1 Buruk Ya Memotong Kayu
Kemasukan benda
asing lansia awal
14
S14 38 Tidak 1 Buruk Ya Pemasangan Lift
Kemasukan benda asing
dewasa akhir
(7)
16
S16 46 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Ya Mengelas
Kemasukan benda
asing lansia awal
17
S17 42 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Tidak
dewasa akhir 18
S18 32 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Ya
Menyambung
Pipa Benturan dewasa awal
19 S19 35 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Tidak dewasa awal
20
S20 20 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing remaja akhir 21
S21 23 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing remaja akhir 22
S22 18 Ya Tidak
Tidak pernah
pakai 4 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing remaja akhir 23
S23 44 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda asing
dewasa akhir 24
S24 31 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
25
S25 27 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
26
S26 36 Ya Ya Selalu pakai 7 Baik Tidak
dewasa akhir 27
S27 34 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
28 S28 20 Tidak 1 Buruk Ya Memaku Benturan remaja akhir
29
S29 45 Ya Tidak
Tidak pernah
pakai 4 Buruk Ya Mengecat
Percikan Zat Kimia
dewasa akhir
(8)
32
S32 30 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
33
S33 23 Tidak 1 Buruk Ya Mengelas
Kemasukan benda
asing remaja akhir 34
S34 23 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Ya Memahat
Kemasukan benda
asing remaja akhir
35 S35 19 Tidak 1 Buruk Tidak remaja akhir
36 S36 23 Tidak 1 Buruk Tidak remaja akhir
37
S37 39 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 2 Buruk Tidak
dewasa akhir
38 S38 28 Tidak 1 Buruk Tidak dewasa awal
39
S39 34 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Ya Mengelas
Kemasukan benda
asing dewasa awal
40
S40 29 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
41
S41 35 Ya Tidak
Kadang-kadang Pakai 5 Buruk Ya
Mengebor
Dinding Benturan dewasa awal
42
S42 32 Ya Tidak
Kadang-kadang Pakai 5 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
43
S43 28 Ya Tidak
Kadang-kadang Pakai 5 Buruk Ya Menggerinda Benturan dewasa awal
44 S44 33 Tidak 1 Buruk Tidak dewasa awal
45
S45 25 Tidak 1 Buruk Ya Memaku
Kemasukan benda
asing remaja akhir
46 S46 50 Tidak 1 Buruk Tidak lansia awal
47
S47 40 Tidak 1 Buruk Ya Memotong Kayu
Kemasukan benda asing
dewasa akhir
(9)
kadang Pakai asing
50
S50 21 Tidak 1 Buruk Ya Memotong Kayu
Kemasukan benda
asing remaja akhir 51
S51 52 Tidak 1 Buruk Ya Mengelas
Kemasukan benda
asing lansia awal
52
S52 37 Tidak 1 Buruk Ya
Mengangkut Pasir Kemasukan benda asing dewasa akhir
53 S53 22 Tidak 1 Buruk Ya Memotong Kayu Benturan remaja akhir
54
S54 31 Tidak 1 Buruk Ya Memotong Kayu
Kemasukan benda
asing dewasa awal
55 S55 28 Tidak 1 Buruk Tidak dewasa awal
56
S56 29 Tidak 1 Buruk Ya Mengelas
Kemasukan benda
asing dewasa awal
57
S57 45 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda asing
dewasa akhir 58
S58 29 Tidak 1 Buruk Ya Mengecat
Percikan Zat
Kimia dewasa awal
59
S59 36 Ya Ya
Kadang-kadang Pakai 6 Baik Tidak
dewasa akhir 60
S60 22 Tidak 1 Buruk Ya Mengelas
Kemasukan benda
asing remaja akhir 61
S61 28 Ya Tidak
Tidak pernah
pakai 4 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
asing dewasa awal
62
S62 25 Ya Tidak
Tidak pernah
pakai 4 Buruk Ya Mengecat
Percikan Zat
Kimia remaja akhir
63
S63 24 Tidak 1 Buruk Ya Menggerinda
Kemasukan benda
(10)
(11)
Lampiran 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Desti Laura
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Mariah Jambu/30 Desember 1993 Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Jamin Ginting No.192-194 Padang Bulan,
Medan
Nomor Handphone : 085270706297
Email : desty.laura@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 091532 Raja Hombang (2000-2006) 2. SMP Negeri 3 Hutabayu Raja (2006-2009)
3. SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar (2009-2012)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-Sekarang)
(12)
2. Peserta Pelatihan Balut Bidai TBM FK USU 2012
3. Peserta Symposium SRF (Scripta Research Festival) 2013
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Muda Divisi HUBLU IT SCORE PEMA FK USU 2013-2014 2. Anggota Divisi PO3 SCORE PEMA FK USU 2014-2015
3. Anggota Seksi Acara SRF FK USU 2014
4. Koordinator Seminar Update dan Proposal KTI SCORE PEMA FK USU 2014
5. Anngota Seksi Dana SRF FK USU 2015
6. Instruktur Workshop Hewan Coba PIM SCORE PEMA FK USU 2014 7. Anggota Alumni Budi Mulia Medan (Albumed)
(13)
LAMPIRAN 5
Validitas Correlations
P1 P3 P4 PTOT
P1
Pearson Correlation 1 ,655* ,918** ,949**
Sig. (2-tailed) ,040 ,000 ,000
N 10 10 10 10
P3
Pearson Correlation ,655* 1 ,651* ,803**
Sig. (2-tailed) ,040 ,042 ,005
N 10 10 10 10
P4
Pearson Correlation ,918** ,651* 1 ,967**
Sig. (2-tailed) ,000 ,042 ,000
N 10 10 10 10
PTOT
Pearson Correlation ,949** ,803** ,967** 1 Sig. (2-tailed) ,000 ,005 ,000
N 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,857 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1 7,70 9,344 ,931 ,820
P3 7,90 10,100 ,745 ,865
(14)
LAMPIRAN 6 OUTPUT DATA
1. Distrisbusi Usia Responden
Kategoriusia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
remaja akhir 23 35,4 35,4 35,4
dewasa awal 24 36,9 36,9 72,3
dewasa akhir 12 18,5 18,5 90,8
lansia awal 5 7,7 7,7 98,5
lansia akhir 1 1,5 1,5 100,0
(15)
2. Distribusi Trauma Mata Berdasarkan Kategori Usia
Traumamata * Kategoriusia Crosstabulation
Kategoriusia
remaja akhir dewasa awal dewasa akhir
Traumamata Ya
Count 19 17 6
% within Traumamata 41,3% 37,0% 13,0% % within Kategoriusia 82,6% 70,8% 50,0%
% of Total 29,2% 26,2% 9,2%
Tidak
Count 4 7 6
% within Traumamata 21,1% 36,8% 31,6% % within Kategoriusia 17,4% 29,2% 50,0%
% of Total 6,2% 10,8% 9,2%
Total
Count 23 24 12
% within Traumamata 35,4% 36,9% 18,5% % within Kategoriusia 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 35,4% 36,9% 18,5%
Traumamata * Kategoriusia Crosstabulation
Kategoriusia Total lansia awal lansia akhir
Traumamata
Ya
Count 3 1 46
% within Traumamata 6,5% 2,2% 100,0%
% within Kategoriusia 60,0% 100,0% 70,8%
% of Total 4,6% 1,5% 70,8%
Tidak
Count 2 0 19
% within Traumamata 10,5% 0,0% 100,0%
% within Kategoriusia 40,0% 0,0% 29,2%
% of Total 3,1% 0,0% 29,2%
Total
Count 5 1 65
% within Traumamata 7,7% 1,5% 100,0%
% within Kategoriusia 100,0% 100,0% 100,0%
(16)
3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Trauma Mata yang Dialami
Traumamata * Jenistrauma Crosstabulation
Jenistrauma
Benturan Kemasukan benda asing
Traumamata Ya
Count 0 6 37
% within Traumamata 0,0% 13,0% 80,4% % within Jenistrauma 0,0% 100,0% 100,0%
% of Total 0,0% 9,2% 56,9%
Tidak
Count 19 0 0
% within Traumamata 100,0% 0,0% 0,0% % within Jenistrauma 100,0% 0,0% 0,0%
% of Total 29,2% 0,0% 0,0%
Total
Count 19 6 37
% within Traumamata 29,2% 9,2% 56,9% % within Jenistrauma 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 29,2% 9,2% 56,9%
Traumamata * Jenistrauma Crosstabulation
Jenistrauma Total Percikan Zat Kimia
Traumamata
Ya
Count 3 46
% within Traumamata 6,5% 100,0%
% within Jenistrauma 100,0% 70,8%
% of Total 4,6% 70,8%
Tidak
Count 0 19
% within Traumamata 0,0% 100,0%
% within Jenistrauma 0,0% 29,2%
% of Total 0,0% 29,2%
Total
Count 3 65
% within Traumamata 4,6% 100,0%
% within Jenistrauma 100,0% 100,0%
(17)
4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Traumamata * Jenispekerjaan Crosstabulation
Jenispekerjaan
Memahat Memaku Memotong Kayu
Traumamata Ya
Count 0 3 2 7
% within Traumamata 0,0% 6,5% 4,3% 15,2% % within Jenispekerjaan 0,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 0,0% 4,6% 3,1% 10,8%
Tidak
Count 19 0 0 0
% within Traumamata 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% % within Jenispekerjaan 100,0% 0,0% 0,0% 0,0%
% of Total 29,2% 0,0% 0,0% 0,0%
Total
Count 19 3 2 7
% within Traumamata 29,2% 4,6% 3,1% 10,8% % within Jenispekerjaan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 29,2% 4,6% 3,1% 10,8%
Traumamata * Jenispekerjaan Crosstabulation
Jenispekerjaan Mencampur Semen Mengangkut Pasir Mengebor Dinding Traumamata Ya
Count 1 2 2
% within Traumamata 2,2% 4,3% 4,3%
% within Jenispekerjaan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 1,5% 3,1% 3,1%
Tidak
Count 0 0 0
% within Traumamata 0,0% 0,0% 0,0%
% within Jenispekerjaan 0,0% 0,0% 0,0%
% of Total 0,0% 0,0% 0,0%
Total
Count 1 2 2
% within Traumamata 1,5% 3,1% 3,1%
% within Jenispekerjaan 100,0% 100,0% 100,0%
(18)
Traumamata * Jenispekerjaan Crosstabulation
Jenispekerjaan
Mengecat Mengecor Mengelas Menggerinda
Traumamata Ya
Count 3 1 6 16
% within Traumamata 6,5% 2,2% 13,0% 34,8% % within Jenispekerjaan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 4,6% 1,5% 9,2% 24,6%
Tidak
Count 0 0 0 0
% within Traumamata 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
% within Jenispekerjaan 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
% of Total 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Total
Count 3 1 6 16
% within Traumamata 4,6% 1,5% 9,2% 24,6% % within Jenispekerjaan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 4,6% 1,5% 9,2% 24,6%
Traumamata * Jenispekerjaan Crosstabulation
Jenispekerjaan Menyambung
Pipa
Pemasangan Lift Plester
Traumamata Ya
Count 1 1 1
% within Traumamata 2,2% 2,2% 2,2%
% within Jenispekerjaan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 1,5% 1,5% 1,5%
Tidak
Count 0 0 0
% within Traumamata 0,0% 0,0% 0,0%
% within Jenispekerjaan 0,0% 0,0% 0,0%
% of Total 0,0% 0,0% 0,0%
Total
Count 1 1 1
% within Traumamata 1,5% 1,5% 1,5%
% within Jenispekerjaan 100,0% 100,0% 100,0%
(19)
Traumamata * Jenispekerjaan Crosstabulation
Total
Traumamata
Ya
Count 46
% within Traumamata 100,0%
% within Jenispekerjaan 70,8%
% of Total 70,8%
Tidak
Count 19
% within Traumamata 100,0%
% within Jenispekerjaan 29,2%
% of Total 29,2%
Total
Count 65
% within Traumamata 100,0%
% within Jenispekerjaan 100,0%
% of Total 100,0%
5. Tabulasi Silang Antara Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata
Traumamata * Interpretasi Crosstabulation
Interpretasi Total Buruk Baik
Traumamata Ya
Count 38 8 46
% within Traumamata 82,6% 17,4% 100,0% % within Interpretasi 84,4% 40,0% 70,8%
% of Total 58,5% 12,3% 70,8%
Tidak
Count 7 12 19
% within Traumamata 36,8% 63,2% 100,0% % within Interpretasi 15,6% 60,0% 29,2%
% of Total 10,8% 18,5% 29,2%
Total
Count 45 20 65
% within Traumamata 69,2% 30,8% 100,0% % within Interpretasi 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 69,2% 30,8% 100,0%
(20)
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 13,221a 1 ,000
Continuity Correctionb 11,160 1 ,001
Likelihood Ratio 12,726 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear Association 13,018 1 ,000
N of Valid Cases 65
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,85. b. Computed only for a 2x2 table
(21)
,1.: ' - ra'., l-" , .j\ I:5 Sft at
,- *l .-f .. -l
', -t$i*f i :; 'aii,{+e '! Ii
'"it+.",,,.,*-1,/
gffiu,,
HItrTil
ntsHnffi
IIHIGI[G0Hffiilff
%*.
Hffi
tuffi
d
&ffi ffim
hnt
t
Iffi
taffi
GilGmNr0sffin
ll. [rr tamyur
to
6toilm, 201ffi
-lffionmla
Tel: +62€14;211045t
8210555
Fax:+62-614216264
E+nail: komisietikfkusu@ya haoo.comPERSETUJUAI\{ KOMISI ETIK TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN BIDAIIG KESEHATAI{
Nomor: 295/KOMET /FK USU /20fs
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian usulan
penelitian yang berjudul:
*flubungan Kejadian Trauma Mata Dengan Penggunaan
AIat Pelindung Mata Pada Pekerja Kontruksi Perasahaan
X"
Yang
menggunakan manusiafu*..'M
sebagai zubjek penelitian dengan ketua Pelaksana/Peneliti Utama: Desti LauraDari Institusi : Fakultas Kedokteran USU
Dapat disetujui pelaksanaannya selama tidak bertentangan dengan kaidah neuremberg code dan deklarasi helsinki.
Medan, 20 Agustus 2015
Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatem Utara
(22)
-beyond construdion
SURAT KETERANGAN rzrlrr PENEUTTAN
.
Nomor. LLZNExtIDH-Mdn/Vlll l2A15Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama
Jabatan
lnstansi
Alamat
Nama
NIM
lnstansi
Telah memberikan lzin Penelitian dengan Materi
"
Hubungan Keiadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata " pada pekerja Konstruksi di Proyek Hotel Grandhika Medan yang sedang kami laksanakan, kepada :lr. Sunanto
Constructio Manager
PT. AdhiKarya ( Persero )Tbk, Divisi Hotel Proyek Pembangunan Hotel Grandhika Medan
Jl. Dr. Mansyur No. 169 Medan
:
Desti Laura:
120100311:
Universitas Sumatera UtaraSelama masa pelaksanaan Penelitian diharapkan kepada yang bersangkutan di atas harus selalu berkoordinasi dengan pihak terkait yang bertanggungjawab di Areal Pelaksanaan Konstruksi. Demikian kami ini kami perbuat dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih
Medan, 24 Agustus 2015 Hormat kami,
PT. Adhi Karya (Persero| Tbk Divisi Hotel
(23)
beyond construction
s.uRAr KETEBANGATTI SELESAI PENELIInN Nomor. LZS N Ext/ DH-Mdn/X/2015
Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama
Jabatan
lnstansi
Alamat
Nama
NIM
lnstansi
Menyatakan bawah nama tersebut dibawah ini : lr. Sunanto
Constructio Manager
PT. Adhi Karya ( Persero l Tbk, Divisi Hotel
Proyek Pembangunan Hotel Grandhika Medan
Jl. Dr. Mansyur No. 169 Medan
:
DestiLaura:
120100311:
Universitas Sumatera UtaraTelah selesai melakukan Penelitian dengan Materi " Hubungan Keiadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata " pada pekerja Konstruksi di Proyek Hotel Grandhika Medan yang sedang kami laksanakan selama 55 hari ( Lima puluh lima ) daritanggal 24 Agustus sampai 17
Oktober 2015.
Selama masa pelaksanaan Penelitian tersebut mahasiswa tersebut
di atas
telah melakukan koordinasi yang baik dan benar kepada pihak terkait yang bertanggungjawab di Areal PelaksanaanKonstruksi.
Demikian kami ini kami perbuat dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih
Medan, 17 Oktober 2015 Hormat kami,
PT. Adhi Karya (Persero| Tbk Divisi llotel
(24)
33
DAFTAR PUSTAKA
Aldy, Fithria., 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten
Tapanuli Selatan. Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU. Medan.
Biradar, Somashekar P., 2011. A Study on Industrial Eye Injuries. Journal of
Clinical and Diagnostic Research. 5(5): 1076-1081.
Cai, Mingming & Zhang, Jie, 2015. Epidemiological Characteristics of Work-Related Ocular Trauma in Southwest Region of China. Int. J. Environ. Res.
Public Health. 12: 9864-9875.
Cao, He., Li, Liping., Zhang, Mingzhi, 2012. Epidemiology of Patients Hospitalized for Ocular Trauma in the Chaosan Region of China, 2001-2010.
Plos One. 45.
Ellis, Harold, 2006. Clinical Anatomy A Revision and Applied Anatomy for
Clinical Students. 11th ed. Australia: Blackwell Publishing.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=13849. [Accesed 3 December 2015]
Illyas, S, 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
International Society of Ocular Trauma. Birmingham Eye Trauma Terminology
System (BETTS). Available from: http://isotonline.org/betts/. [Accessed 31
May 2015].
Karaman , Ksenija., Gverovic-Antunica, Antonela., Rogosic, Veljko., Lakos-Krzelj, Venera., Rozga, Ante., Radocaj-Perco, Silvija., 2004. Epidemiology of Adult Eye Injuries in Split-Dalmatian Country. Croatian Medical Journal. 45 (3): 304-309.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Manajemen
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. Menteri Kesehatan
(25)
34
Ko, C., Chan, W., Tse, Raymond K.K., 2000. Ocular Tauma in Hong Kong: a prospective survey of 1799 patients. Hong Kong Journal of Ophthalmology. 6(1): 21-27.
Lubis, D.F.Y., 2012. Prevalensi Katarak Akibat Trauma di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2010 – 2012. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Macewen, Caroline J., 1989. Eye Injuries: A Prospective Survey of 5671 Cases.
British Journal of Ophthalmology. 73: 888-894.
Occupational Safety and Health Administration, 2003. Personal Protective
Equipment (PPE). U.S.: U.S. Department of Labor.
OSHA Office of Training and Education. Assessing the Need for Personal
Protective Equipment (PPE). Available from: https://www.osha.gov/dte/library/ppe_assessment/ppe_assessment.pdf.
[Accessed 31 June 2015].
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2010. Alat
Pelindung Diri. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Reinhard, Putz & Reinhard, Pabst. 2006. Sobotta Atlas of Human Anatomy Vol.1. 14th ed. Munich: Urban and Fischer Elsevier.
Rijanto, B. Boedi., Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jogjakarta: Mitra Wacana Media.
Riordan-Eva, P., 2014. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum. Ed.17. Jakarta: EGC.
Riyadina, Woro., 2008. Cedera Akibat Kerja pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung. Majalah Kedokteran Indonesia. 58(5): 148-152.
(26)
35
S. A. Sri Wahyuni, 2012. Keluhan Subjektif Photokeratitis pada Tukang Las di Jalan Bogor, Bandung Tahun 2012.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.
Sastroasmoro, Sudigdo., Ismael, Sofyan., 2011. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Ed: 4. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Serinken, Mustafa., Turkcuer, Ibrahim., Cetin, Ebru Nevin., Yilmaz, Atakan., Elicabuk, Hayri., Karcioglu, Ozgur., 2013. Causes and Characteristics of Work-Related Eye Injuries in Western Turkey. Indian Journal of
Ophthalmology. 61(9): 497-501.
Solano, Joshua., 2015. Ocular Burns. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/798696-overview#a0156. [Accessed 31 May 2015].
Standring, Susan, 2008. Gray’s Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice. 40th ed. Spain: Churchill Livingstone Elsevier.
Undang-undang Republik Indonesia, 1970. Keselamatan Kerja. Presiden Republik Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia, 1992. Kesehatan. Presiden Republik Indonesia.
Voon, L. W., See, Jovina., Wong, T. Y., 2001. The Epidemiology of Ocular Trauma in Singapore: Perspective from The Emergency Service of A Large Tertiary Hospital. Royal College of Ophthalmologists. 15: 75-81.
Woo, Jyh-Haur., Sundar, Gangadhara., 2006. Eye Injuries in Singapore – Don’t Risk It. Do More. A Prospective Study. Annals Academy of Medicine. 35: 706-718.
Xiang, Huiyun., Stallones, Lorann., Chen, Guanmin., Smith, Gary. A., 2005. Work-Related Eye Injuries Treated in Hospital Emergency Departments in
(27)
36
Yani, Dwi Ahmad., Suhendro, Gatot., 2007. The Comparison of Tetracycline and Doxycycline Treatmenton Corneal Epithelial Wound Healing in The Rabbit Acid-Burn Model. Jurnal Oftalmologi Indonesia. 5(3): 222-227.
(28)
20
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan 2 variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang apabila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain; variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas ini disebut variabel dependen atau variabel tergantung (Sastroasmoro & Ismael, 2013).
Penggunaan Alat Pelindung Mata
(29)
21
3.2.1 Variabel Dependen
Tabel 3.1 Variabel Dependen
No. Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
1. Trauma Mata
Keluhan yang dialami berupa adanya gangguan dari luar yang dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan gangguan penglihatatan
Kuesioner Ada
keluhan
Tidak ada keluhan
Nominal
3.2.2. Variabel Independen
Tabel 3.2 Variabel Independen
No. Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
1. Penggunaan Alat Pelindung Mata Pernyataan responden mengenai penggunaan Alat Pelindung Mata saat bekerja
Kuesioner Baik (≥6)
Buruk (<6)
Nominal
(30)
22
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi perusahaan X.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di perusahaan X dalam proyek pembangunan sebuah hotel di Medan dengan alasan perusahaan tersebut mempunyai cukup banyak proyek dalam bidang konstruksi yang secara lansung melibatkan banyak pekerja yang kemungkinan dapat mengalami trauma mata.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Desember 2015.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.2 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja perusahaan X pada pengerjaan proyek pembanguna sebuah hotel.
4.3.3 Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.
4.3.4 Kriteria Sampel 4.3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Pekerja perusahaan X yang sedang ikut bekerja dalam proyek pembangunan sebuah hotel di medan
(31)
23
4.3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Pekerja yang menggunakan kacamata sebagai alat bantu penglihatan 2. Pekerja dengan adanya bekas luka di kornea.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui data primer yaitu wawancara kepada pekerja konstruksi perusahaan X secara langsung oleh peneliti dengan pertanyaan tentang hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi perusahaanX.
4.5 Pengolahan Data dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data yang masih mentah diolah. Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding,entry, cloning dan
saving.Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi mennyakan kembali kesediaan responden untuk melengkapi data. Coding dilakukan untuk merubah data huruf menjadi data angka atau bilangan. Setelah itu data akan dimasukkan (entry) ke program Statistic Package for Social Science (SPSS). Pada tahapan selanjutnya, cleaning dilakukan untuk memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Data yang telah benar akan disimpan (saving) dan siap untuk dianalisis.
4.5.2 Analisa Data
Proses menganalisa data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu, analisa univariat dan analisa bivariat.
(32)
24
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan konstruksi yang sedang menjalankan proyek pembangunan sebuah hotel di Kota Medan.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, yang menjadi responden adalah pekerja dari perusahaan konstruksi yang ikut bekerja dalam pembangunan sebuah hotel di Kota Medan. Jumlah respoden yang ikut dalam penelitian ini adalah 65 orang.
5.1.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Distribusi responden berdasarkan usia pada penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah (orang) Persentase (%)
Remaja akhir (17-25 tahun) 23 35,4
Dewasa awal (26-35 tahun) 24 36,9
Dewasa akhir (36-45 tahun) 12 18,5
Lansia awal (46-55 tahun) 5 7,7
Lansia akhir (56-65 tahun) 1 1,5
Total 65 100
Dari tabel di atas didapat bahwa jumlah responden terbanyak adalah kategori dewasa awal berjumlah 24 orang (36,9%), sedangkan responden dengan kategori remaja akhir berjumlah 23 orang (35,4%), kategori dewasa akhir berjumlah 12 orang (18,5%), kategori lansia awal berjumlah 5 orang (7,7%), dan kategori lansia akhir berjumlah 1 orang (1,5%).
(33)
25
5.1.2.2. Distribusi Kejadian Trauma Mata Berdasarkan Kategori Usia
Distribusi kejadian trauma mata berdasarkan kategori usia sebagai berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Kejadian Trauma Mata berdasarkan Kategori Usia
Kategori Usia Kejadian Kasus (orang)
Persentase (%)
Remaja akhir (17-25 tahun) 19 41,3
Dewasa awal (26-35 tahun) 17 37,0
Dewasa akhir (36-45 tahun) 6 13,0
Lansia awal (46-55 tahun) 3 6,5
Lansia akhir (56-65 tahun) 1 2,2
Total 46 100
Dari tabel di atas dapat dilihat kejadian trauma mata berdasarkan kategori usia. Kejadian trauma mata pada kategori remaja akhir berjumlah 19 orang (41,3%), kategori dewasa awal berjumlah 17 orang (37,0%), kategori dewasa akhir berjumlah 6 orang (13,0%), kategori lansia awal berjumlah 3 orang (6,5%), dan kategori lansia akhir berjumlah 1 orang (2,2%).
5.1.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Trauma Mata yang Dialami
Distribusi jenis trauma mata pada responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Trauma Mata yang Dialami
Jenis Trauma Mata Jumlah (orang) Persentase (%)
Benturan 6 13,0
Kemasukan benda asing 37 80,4
Percikan zat kimia 3 6,5
Total 46 100
(34)
26
5.1.2.4. Distribusi Aktivitas Pekerja yang Menyebabkan Trauma Mata
Dari hasil penelitian ini diperoleh distribusi distribusi aktivitas pekerja yang menyebabkan trauma mata sebagai berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Aktivitas Pekerja yang Menyebabkan Trauma Mata
Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Memplester 1 2,2
Memasangan lift 1 2,2
Menyambung pipa 1 2,2
Menggerinda 16 34,8
Mengelas 6 13,0
Mengecor 1 2,2
Mengecat 3 6,5
Mengebor dinding 2 4,3
Mengangkut pasir 2 4,3
Mencampur semen 1 2,2
Memotong kayu 7 15,2
Memaku 2 4,3
Memahat 3 6,5
Total 46 100
Dari tabel di atas didapat distribusi aktivitas pekerja yang menyebabkan trauma mata, yaitu memplester berjumlah 1 orang (2,2%), memasang lift berjumlah 1 orang (2,2%), menyambung pipa berjumlah 1 orang (2,2%), menggerinda berjumlah 16 orang (34,8%), mengelas berjumlah 6 orang (13,0%), mengecor berjumlah 1 orang (2,2%), mengecat berjumlah 3 orang (6,5%), mengebor dinding berjumlah 2 orang (4,3%), mengangkut pasir berjumlah 2 orang (4,3%), mencampur semen berjumlah 1 orang (2,2%), memotong kayu berjumlah 7 orang (15,2%), memaku berjumlah 2 orang (4,3%), dan memahat berjumlah 3 orang (6,5%).
(35)
27
5.1.2.5. Tabulasi Silang Antara Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata
Nilai tabulasi silang dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di berikut:
Tabel 5.5 Nilai Tabulasi Silang Antara Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata
Penggunaan alat pelindung mata
Total Nilai p
Baik Buruk
Trauma Mata
Ya 8 38 46 0,000
Tidak 12 7 19
Total 20 45 65
Dari tabel di atas diperoleh secara keseluruhan didapat responden yang mengalami trauma mata sebanyak 46 orang dan responden yang tidak mengalami trauma mata sebanyak 19 orang. Dari 46 orang responden, 8 orang responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik dan 38 responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk. Sedangkan dari 19 responden yang tidak mengalami trauma mata, 12 orang responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik dan 7 orang responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk.
5.1.3. Hasil Analisa Data
Pengujian terhadap hipotesis adanya hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja bangunan dilakukan dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) yang akan menganalisis variabel dependen dan variabel independen. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara pada 65 responden akan dianalisis melalui uji hipotesis Chi
Square.
(36)
28
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
5.2. Pembahasan
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 65 orang. Respoden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mengalami kejadian trauma mata sebanyak 46 orang (70,8%) dan kelompok yang tidak mengalami trauma mata sebanyak 19 orang (29,2%). Sebanyak 38 orang (58,5%) dari kelompok yang mengalami trauma mata dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk dan sebanyak 8 orang (12,3%) dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik. Sebanyak 7 orang (10,8%) dari kelompok yang tidak mengalami trauma mata dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk dan sebanyak 12 orang (18,5%) dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Serinken, et al (2013) di Turki Barat. Dalam penelitian yang dilakukan pada 443 orang untuk mengetahui penyebab trauma mata yang berhubungan dengan tempat kerja, sebanyak 207 orang mengalami trauma mata disebabkan oleh kurangnya penggunaan alat pelindung mata pada pekerja. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cai & Zhang (2015) di Cina bagian Barat-Daya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada 453 responden yang mengalami trauma mata sebanyak 421 orang yang mengalami trauma mata tidak menggunakan alat pelindung mata dan sebanyak 32 orang menggunakan alat pelindung mata.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan kejadian trauma mata berdasarkan kategori usia. Kategori usia remaja akhir (17-25 tahun) merupakan kategori usia yang paling banyak mengalami trauma mata. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Voon, et al (2001) yang dilakukan di unit gawat darurat Singapore
General Hospital. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 863 orang yang
(37)
29
dalam penelitian yang dilakukan di departemen gawat darurat rumah sakit Amerika Serikat. Dalam penelitian tersebut menununjukkan bahwa kejadian trauma mata dialami oleh usia 20-24 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengalaman kerja pada kategori usia tersebut.
Jenis trauma mata yang dialami responden dalam penelitian ini terdapat tiga jenis, yaitu benturan, kemasukan benda asing, dan percikan bahan kimia. Kemasukan benda asing merupakan jenis trauma mata yang paling sering dialami oleh responden yaitu sebanyak 37 orang (80,4%). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena para pekerja banyak terpapar oleh benda-benda asing yang berukuran kecil yang mudah menyebabkan trauma mata, seperti pasir, potongan kayu, debu, dan lain-lain. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Voon, et al (2001). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 863 orang responden yang mengalami trauma mata sebanyak 502 orang mengalami jenis trauma kemasukan benda asing. Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Macewen (1989) di Inggris yang mengatakan bahwa jenis trauma mata yang paling sering terjadi adalah benturan oleh benda jatuh atau benda besar yaitu sebanyak 563 orang dari 1034 jumlah responden yang mengalami trauma mata.
Berbagai aktivitas pekerja dapat menyebabkan trauma mata pada pekerja konstruksi. Dalam penelitian ini aktivitas pekerja yang paling sering menyebabkan trauma mata adalah menggerinda yaitu sebanyak 16 orang (34,8%). Hal ini kemungkinan terjadi karena hampir semua pekerja melakukan aktivitas menggerinda yang tidak dikhususkan bagi pekerja di perusahaan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Voon, et al (2001) yang menunjukkan bahwa menggerinda adalah aktivitas yang paling sering menyebabkan trauma mata.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi. Secara statistik, menunjukkan nilai yang sangat bermakna karena nilai p yang didapat dalam
(38)
30
kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi.
(39)
31
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
1. Ada hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi Perusahaan X dengan nilai p = 0,000 (p<0.05). 2. Usia paling sering mengalami trauma mata adalah kategori usia remaja akhir (17-25 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (41,3%) dari jumlah responden yang mengalami trauma mata.
3. Jenis trauma mata yang paling sering dialami oleh responden adalah kemasukan benda asing yaitu sebanyak 37 orang (80,4%) dari jumlah responden yang mengalami trauma mata.
4. Aktivitas pekerja yang paling sering menyebabkan trauma mata adalah menggerinda yaitu sebanyak 16 orang (34,8%) dari jumlah responden yang mengalami trauma mata.
6.2. Saran
1. Para pekerja konstruksi disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri yang sesuai sewaktu bekerja.
2. Perusahaan konstruksi disarankan untuk menyediakan fasilitas alat pelindung diri untuk para pekerja.
3. Pemerintah diharapkan dapat melakulan sosialisasi undang-undang tentang kesehatan dan keselamatan kerja, terkhusus mengenai penggunaan alat pelindung mata sehingga para pengusaha dan pekerja bangunan diharapkan lebih memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Pemerintah diharapkan mampu melakukan kontrol terhadap perusahaan atau pengusaha dan pekerja konstruksi dalam penggunaan alat pelindung mata yang sesuai kriteria. Selain itu, pemerintah diharapkan mampu menindaklanjuti jika ada perusahaan, pengudaha atau pekerja konstruksi
(40)
32
5. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu untuk menggali lebih dalam faktor-faktor yang dapat menyebabkan trauma mata pada pekerja konstruksi.
(41)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Mata
Gambar 2.1 Bola Mata
Sumber: Sobotta, Volume 1, Edisi ke-14
Menurut Ellis (2006), anatomi mata dapat dibagi menjadi:
2.1.1 Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24,2 mm (Riordan-Eva, 2014). Bola mata dibentuk oleh tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu: lapisan fibrosa, lapisan vaskular, dan lapisan neural.
Lapisan Fibrosa
Lapisan fibrosa terdiri dari bagian anterior, kornea, dan bagian posterior, sklera. Kornea merupakan jaringan transparan yang disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang hampir
(42)
5
bola mata yang mempertahankan bentuk bola mata itu sendiri dan menjadi tempat insersi dari otot-otot ekstraokular.
Lapisan Vaskular
Lapisan vaskular dibentuk oleh koroid, corpus ciliare, dan iris. Koroid adalah sebuah membran tipis yang mengandung banyak pembuluh darah (Ellis, 2006). Corpus ciliare termasuk cincin siliaris, sebuah cincin serabut yang bersambung dengan koroid, prosesus siliaris, kumpulan enam puluh sampai delapan puluh lipatan yang tersusun secara radial di antara cincin siliaris dan iris. Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior (Riordan-Eva, 2014). Iris berupa permukaan pipih yang mengelilingi pupil (Ellis, 2006). Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang masing-masing berisi aqueous humour. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior (Riordan-Eva, 2014).
Lapisan Neural
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata (Riordan-Eva, 2014).
Isi Bola Mata
Menurut Ellis (2006), di dalam bola mata dapat ditemukan: lensa, aqueous humour, dan badan vitreus.
(43)
6
Otot-otot Ekstraokular
Gambar 2.2 Otot-otot ekstraokular (tampak depan) Sumber: Sobotta, Volume 1, Edisi Ke-14.
Gambar 2.3 Otot-otot ekstraokular (tampak belakang) Sumber: Sobotta, Volume 1, Edisi Ke-14.
Menurut Riordan-Eva (2006), terdapat enam otot ekstraokular yang mengendalikan gerakan setiap mata: empat muskulus rektus dan dua obliquus. Otot-otot Rektus
Keempat otot rektus mempunyai origo pada anulus Zinn yang mengelilingi nervus opticus di apeks posterior orbita. Mereka dinamakan sesuai insersionya ke dalam sklera pada permukaan medial, lateral, inferior, dan superior mata. Fungsi utama otot-otot itu secara berturut-turut adalah untuk aduksi, abduksi, mendepresi, dan mengelevasi bola mata.
(44)
7
mata terpanjang dan tertipis. Origonya terletak di atas dan medial foramen opticum dan menutupi sebagian origo musculus levator palpebra superioris. Musculus obliquus inferior berorigo pada sisi nasal dinding orbita tepat di belakang tepianinferior orbitadan sebelah lateral duktus nasolakrimalis. Otot ini berjalan di bawah rectus inferior kemudian di bawah musculus rectus lateralis untuk berinsersio pada sklera dengan tendo yang pendek.
2.1.2 Kelopak Mata dan Konjungtiva
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang menutupi dan melindungi bagian anterior bola mata. Refleks menutup kelopak mata akibat kontraksi otot orbicularis oculi, dapat melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan (Standring, 2008).
Konjungtiva adalah membran mukosa tipis dan transparan yang memanjang dari tepi kelopak mata anterior (Standring, 2008).
2.1.3 Apparatus Lacrimalis
Menurut Riordan-Eva (2014), kompleks lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal aksesorius, kanakuli, saccus lacrimalis, dan ductus
nasolacrimalis.
2.2 Alat Pelindung Diri (APD) 2.2.1 Definisi APD
Alat pelindung diri dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja (Rijanto, 2011).
Alat pelindung diri merupakan metode dalam mengendalikan potensi cedera terhadapa pemaparan bahan-bahan berbahaya atau bentuk-bentuk energi yang ditemukan di lingkungan tempat kerja. Alat pelindung diri meliputi penggunaan pakaian khusu, kacamata pelindung, topi pengaman, respirator, dan seperangkat alata lainnya yang jika digunakan dengan benar dapat mengurangi risiko cedera yang disebabkan oleh potensi bahaya di tempat kerja.
(45)
8
2.2.2 Karakteristik APD
Dalam Rijanto (2011) ada beberapa karakteristik alat pelindung diri, yaitu: 1. Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat
menghilangkan bahaya pada sumbernya.
2. Apabila alat pelindung diri tidak berfungsi dan kelemahannya tidak diketahui, maka risiko bahaya yang timbul dapat lebih besar.
3. Saat digunakan alat pelindung diri harus sudah dipilih dengan tepat dan harus selalu dimonitor.
4. Pekerja yang menggunakannya harus sudah terlatih.
2.2.3 Jenis-jenis APD
Berdasarkan Rijanto (2011), Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan penggunannya dikategorikan dalam beberapa jenis:
1. Pelindung kepala 2. Pelindung telinga 3. Pelindung pernafasan 4. Pakaian kerja
5. Pelindung tangan 6. Pelindung kaki
7. Pelindung muka dan mata
Occupational Safety and Health Administration (2003) mewajibkan
beberapa kategori dari alat pelindung diri harus sesuai dengan standar yang dikembangkan oleh American National Standards Intitute (ANSI). ANSI telah mempersiapkan standar keamanan sejak tahun 1920, ketika standar keamanan pertama diakui untuk melindungi kepala dan mata pada pekerja industri.
Occupational Safety and Health Administration(OSHA) mewajibkan
bahwa alat pelindung diri harus mengikuti standar ANSI:
Perlindungan mata dan wajah: ANSI Z87.1-1989 (USA Standard for
Occupational and Educational Eye and Face Protection)
(46)
9
Untuk pelindung tangan, tidak ada standar ANSI untuk sarung tangan, tetapi OSHA merekomendasikan bahwa pemilihan sarung tangan berdasarkan tugas yang akan dilakukan.
2.3 Alat Pelindung Mata dan Wajah
Pekerja dapat terpapar dengan bahaya yang cukup besar yang dapat membahayakan mata dan wajah. OSHA mewajibkan bahwa para pekerja harus mempunyai alat pelindung mata dan wajah yang sesuai jika para pekerja tersebut mempunyai risiko terpapar dengan bahaya dari lemparan benda kecil, leburan logam, cairan kimia, cairan asam atau cairan yang berbahaya, gas kimia atau uap, bahan yang berpotensi dapat menginfeksi, dan cahaya radiasi yang berbahaya.
Banyak cedera mata akibat kerja terjadi karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung mata sementara hasil lain menunjukkan pemakaian alat pelindung mata yang tidak tepat (OSHA, 2003).
Pelindung muka dan mata memiliki fungsi melindungi muka dan mata dari lemparan benda-benda kecil, lemparan benda-benda panas, pangaruh cahaya, dan pengaruh radiasi tertentu (Rijanto, 2011).
OSHA menganjurkan bahwa perlindungan mata harus dipertimbangkan secara rutin untuk digunakan oleh tukang kayu, montir listrik, ahli mesin, tukang pipa, tukang las, orang yang bekerja menaburi/menggosong lantai dengan pasir, operator mesin gerinda, penggergaji kayu, buruh, operator proses kimia, pemotong kayu, dan tukang tebang pohon.
Menurut OSHA, ada beberapa contoh yang dapat menyebabkan cedera mata atau wajah:
Debu, kotoran, potongan logam atau kayu yang masuk ke mata dari berbagai kegiatan, seperti memotong, menggerinda, menggergaji, menempa.
Percikan bahan kimia dari bahan korosif, cairan panas, dan larutan berbahaya lainnya.
Objek yang mengenai mata atau wajah, seperti ranting pohon.
(47)
10
Bahan pembuat pelindung mata antara lain adalah gelas/kaca dan plastik. Bahan-bahan tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
Gelas yang ditempa secara panas, bila pecah tidak menimbulkan bagian-bagian yang tajam.
Gelas dengan laminasi aluminium, dan lain-lain. Bahan dari plastik meliputi selulosa asetat, akrilik, polikarbonat, dan CR-39.
2.3.1 Syarat-syarat Alat Pelindung Mata dan Wajah
Pelindung muka dan mata juga memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
Ketahanan terhadap api sama dengan helm pengaman.
Ketahanan terhadap lemparanbenda yang dapat diuji dengan menjatuhkan bola besi dengan diameter satu inci dengan bebas jatuh dari ketinggian 125 cm.
Syarat optis, yaitu lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi/prisma lebih dari 1/16 prisma dioptri (perbedaan fraksi harus <1/16 dioptri).
Memiliki ketahan terhadap panjang gelombang tertentu yang menghasilakan radiasi.
2.3.2 Contoh Alat Pelindung Mata dan Wajah
Beberapa contoh alat pelindung muka dan mata antara lain:
Safety Glasses
Adalah kacamata keselamatan yang mirip dengan kacamata biasa, namun terbuat dari bahan yang tahan terhadap benturan sehingga dapat melindungi mata dari bahaya benda asing. Pemakaian safety glassesjuga biasanya diikuti dengan pemakaian pelindung muka.
Goggles
Merupakan jenis kacamata yang melindungi mata dari bahaya percikan bahan-bahan kimia cair atau dari benturan benda asing yang beterbangandan membahayakan mata. Pemakaian goggles juga harus
(48)
11
Shaded Eyewear
Jenis pelindung muka dan mata ini melindungi pekerja dari bahaya efek radiasi pembakaran. Fungsi perlindungan bahaya efek radiasi pembakaran ditunjang dengan karakteristik pelindung yang memiliki kaca pelindung yang gelap.
Face Shield dan Head Covering
Lembaran plastik transparan yang memanjang mulai alis mata sampai ke bawah dagu dan melewati seluruh lebar kepala pekerja. Penggunaan bersama face shield dan head covering membuat proteksi pasa bagian muka dan mata menjadi maksimal. Selain melindungi dari benturan dan benda asing yang beterbangan, pelindung ini juga memberikan proteksi kepada bahaya efek radiasi pembakaran.
Gambar 2.4 Pelindung Mata dan Wajah yang Direkomendasikan Sumber:
https://www.osha.gov/dte/library/ppe_assessment/ppe_assessment.pdf
Keterangan gambar:
1, 2, 3: Goggles
4, 5, 6: Spectacles
(49)
12
Tabel 2.1 Panduan Pemilihan Alat Pelindung Mata dan Wajah
Kegiatan Bahaya Pelindung yang
Direkomendasikan Pembakaran Acetylene, Pemotongan Acetylene, Pengelasan Acetylene
Kilatan cahaya, sinar berbahaya, leburan logam, partikel kecil beterbangan
7, 8, 9
Penanganan kimiawi Percikan, pembakaran asam, gas
2, 10 (untuk paparan yang berat tambahkan 10 setelah 2)
Pemotongan Partikel kecil
beterbangan
1, 3, 4, 5, 6, 7A, 8A
Pengelasan listrik Kilatan cahaya, sinar yang kuat, leburan logam
9, 11 (sebaiknya 11 dikombinasi dengan 4, 5, 6 pada lensa yang berwarna)
Proses pembakaran Cahaya yang
menyilaukan, panas, leburan logam
7, 8, 9 (untuk paparan yang berat tambahkan 10)
Penggerindaan ringan Partikel beterbangan 1, 3, 4, 5, 6, 10 Penggerindaan berat Partikel beterbangan 1, 3, 7A, 8A (untuk
paparan yang berat tambahkan 10) Pekerjaan di
laboratorium
Percikan kimiawi, kaca
2 (10 ketika
kombinasi dengan 4, 5, 6 mengalami kerusakan) Pekerjaan ahli mesin Partikel beterbangan 1, 3, 4, 5, 6, 10
(50)
13
cahaya, percikan logam
dikombinasi dengan 4, 5, 6)
Pengelasan Partikel beterbangan, cahaya yang
menyilaukan
1, 3, 4, 5, 6, 10
Sumber:
https://www.osha.gov/dte/library/ppe_assessment/ppe_assessment.pdf
2.4 Trauma Mata
2.4.1 Definisi Trauma Mata
Trauma mata adalah suatu kondisi dimana adanya gangguan dari luar yang dapat menyebabkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata, dan rongga orbita. Jaringan-jaringan pada mata seperti konjungtiva, korneam uvea, retina, papil saraf optik, dan orbita pun bisa mengalami kerusakan akibat trauma pada mata (Ilyas, 2011).
Kerusakan pada jaringan mata dapat menyebabkan penurunan funsi penglihatan bahkan daoat menyebabkan kebutaan. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera karena olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan beberapa penyebab umum yang menyebabkan trauma mata (Riordan-Eva, 2007).
2.4.2 Jenis-jenis Trauma Mata
Menurut Aldy (2009), trauma mata dapat digolongkan menjadi: a. Trauma mekanik
b. Trauma kimia c. Trauma thermis d. Trauma elektrik e. Trauma radiasi
(51)
14
I. TRAUMA MEKANIK
International Society of Ocular Trauma mengklasifikasikan trauma mekanik
menjadi:
Gambar 2.5 Jenis-jenis Trauma Mata Sumber: http://isotonline.org/betts/
1. Trauma tertutup adalah luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea). Pada trauma mekanik terdapat 67,3% trauma tertutup (Karaman
et al, 2004). Trauma tertutup dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Kontusio adalah trauma pada mata yang disebabkan oleh benda tumpul. Trauma tumpul dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam orbita dan intraokular disertai deformitas bola mata (Riordan-Eva, 2014). Persentase kontusio yang dilaporkan pada sebuah penelitian adalah 58,6% dari kejadian trauma tertutup dan 50,6% dari trauma mata. Sebanyak 21,4% dari trauma mata kontusio disebabkan oleh serpihan kayu atau cabang pohon (Karaman et al, 2004).
Trauma Mata
Trauma tertutup Trauma Terbuka
Kontusio Laserasi Lamellar Laserasi Ruptur
(52)
15
tajam atau benda tumpul. Persentase laserasi lamellar yang dilaporkan pada sebuah penelitian adalah 8,7% dari kejadian trauma mata mekanik dan 7,6% dari trauma mata. Penyebab terbesar kejadian laserasi lamellar adalah proses pemakuan dan pemasangan kawat dengan pesentase 26,7% dari trauma mata (Karaman et al, 2004). 2. Trauma terbuka adalah luka yang mengenai seluruh dinding bola mata
(sklera dan kornea). Persentase trauma terbuka pada sebuah penelitian adalah 32,7% (Karaman et al, 2004). Trauma terbuka dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh dinding bola mata yang disebabkan oeh benda tajam. Laserasi dapat dibagi lagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Penetrasi adalah laserasi tunggal mengenai bola mata yang disebabkan oleh benda tajam. Penetrasi terjadi sebanyak 16,9% dari trauma mata dan 19,6% dari trauma mekanik. Penetrasi kebanyakan disebabkan oleh proses pemakuan dan pemasangan kawat dengan persentase 23,9% dari trauma mata (Karaman et
al, 2004).
Perforasi adalah laserasi pada dinding bola mata yang mempunyai jalan masuk dan keluar. Sebanyak 12 orang dari 3644 kejadian trauma mata mengalami perforasi (Cao, 2012).
IOFB (Intraocular Foreign Body) dapat ditandai dengan adanya keluhan rasa tidak enak atau penglihatan kabur pada satu mata dengan riwayat benturan antara logam dengan logam, ledakan, atau cedera proyektil berkecepatan tinggi. Sebanyak 6,5% dari trauma mata dan 7,6% dari trauma mekanik IOFB terjadi. IOFB paling sering disebabkan oleh penempaan logam atau batu dengan persentase 80,8% dari kejadian trauma mata (Karaman et al, 2004).
(53)
16
adalah 4,8% dari kejadian trama mata dan 5,5% dari kejadian trauma mekanik. Penyebab tersering ruptur adalah terkena batang kayu dengan persentase 36,8% dari trauma mata dan diikuti oleh serpihan kayu atau cabang pohon dengan persentase sebanyak 26,3% (Karaman
et al, 2004).
II. TRAUMA KIMIA
Trauma kimia adalah trauma mata akibat bahan kimia bisa disebabkan oleh zat asam, basa, basa, detergen, larutan, bahan perekat, dan bahan iritan (RSCM Kirana). Trauma bahan kimia pada mata merupakan kejadian gawat darurat dan harus diterapi sebagai kegawatdaruratan mata. Sebagian besar penderita adalah kaum muda serta mereka yang berisiko terhadap terjadinya kecelakaan di pabrik, rumah, dan oleh karena kriminalitas (Yani & Suhendro, 2007). Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian trauma kimia mempunyai persentase sebanyak 84%. Sebuah laporan dari negara berkembang didapatkan bahwa trauma kimia mata disebabkan oleh industri dan pekerjaan dengan persentse sekitar 80% (Solano, 2015).
Secara garis besar bahan kimia dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu bahan kimia besifat asam dan bahan kimia bersifat basa (alkali) (Aldy, 2009).
Alkali akan terus menimbulkan kerusakan lama setelah cedera terhenti sehingga diperlukan bilasan jangka panjang dan pemeriksaan pH secara berkala (Riordan-Eva, 2014).
Trauma bahan kimia asam adalah trauma pada mata yang disebabkan adanya kontak dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan epitel bola, kornea, dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus yang permanenbaik unilateral maupun bilateral. Sebagian besar bahan asam hanya akan mengadakan penetrasi terbatas pada permukaan mata, namun bila penetrasi lebih dalam dapat membahayakan visus (Yani & Suhendro, 2007).
(54)
17
digunakan dalam industri dan juga baterai. Asam sulfat bereaksi dengan air matayang melapisi kornea dan mengakibatkan temperatur meningkat (panas) dan terbakarnya epitel kornea dan konjungtiva (Yani & Suhendro, 2007).
Menurut Feriyani dalam Aldy (2009), tingkatan luka bakar yang disebabkan oleh trauma kimia pada bola mata ada empat, yaitu:
Tabel 2.2 Tingkat Luka Bakar Tingkat Perubahan
pada Kornea
Perubahan pada Konjungtiva
Prognosa Penglihatan
I Kerusakan
hanya pada lapisan epitel
Khemosis (+) Iskhemik (+)
Baik
II Kornea keruh
tetapi iris masih jelas terlihat
Kongesti (+) Khemosis (+) Iskhemik kurang dari 1/3 limbal konjungtiva
Baik
III Kehilangan
lapisan epitel secara
menyeluruh, stroma keruh dan iris tidak dapat dinilai
Iskhemik 1/3 sampai dengan ½ limbal konjungtiva
Tidak dapat dinilai
IV Opak, iris
dan pupil tidak dapat dilihat
Iskhemik dan nekrosis lebih dari ½ limbal konjungtiva
(55)
18
III. TRAUMA THERMIS
Sekitar 16% trauma bakar mata disebabkan oleh trauma thermis (Solano, 2015). Trauma thermis biasanya disebabkan oleh api atau air panas. Karena kemampuan refleks mata yang cepat kejadian trauma mata karena suhu jarang terjadi meskipun trauma thermis pada wajah dan periorbital sering terjadi (Aldy, 2009).
IV. TRAUMA ELEKTRIK
Trauma elektrik langsung pada mata jarang terjadi. Trauma elektrik dapat disebabkan oleh arus listrik yang kuat yang mengakibatkan kongesti pada konjungtiva, kekeruhan pada kornea, inflamasi pada iris dan korpus siliaris, perdarahan pada retina, neuritis, dan katarak dapat terjadi 2-4 bulan setelah trauma.
V. TRAUMA RADIASI
Sinar Inframerah
Trauma mata oleh sinar inframerah diakibatkan oleh terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Bila seseorang berada dalam jarak satu kaki selama satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya midriasis maka akan menyebabkan kenaikan suhu lensa sebanyak 9C. Demikian pula iris yang mengabsopsi sinar inframerah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar inframerah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa. Akibat paparan sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadipada pekerja industrigelas dan pemanggangan logam. Sejauh ini terapi yang dilakukan pada trauma sinar inframerah adalah dengan pemberian steroid sistemik maupun lokal untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada makula serta mengurangi gejala radang yang timbul.
Sinar Ionisasi dan Sinar X
(56)
19
suatu sinar. Sinar ionisasi menyebabkan pemecahan dini pada sel epitel secara abnormal sehingga dapat menyebabkan katarak dan kerusakan retina mata. Gambaran klinis yang dijumpai pada penderita berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan eksudat. Pada kornea dapat menyebakan keratitis dengan iridosiklitis ringan bahkan kerusakan permanen yang sulit diobati. Beberapa kasus trauma mata karena sinar ionisasi dan sinar X yang berat akan mengakibatkan perut konjungtiva atrofi sel goblet yang akan mengganggu fungsi air mata.
Sinar Ultra Violet
Menurut Olifshifski dalam S. Wahyuni (2012), sinar ultra violet adalah radiasi elektromagnetikyang terletak di antar sinar tampak dan sinar X. Sinar ultra violet dibagi ke dalam tiga spektrum, yaitu: bagian terdekat (400-300 nm), bagian terjauh (300-200 nm), dan bagian kosong (200-4nm).
2.5.Kategori Usia
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), kategori usia dibagi menjadi sembilan kategori, yaitu:
1. Masa balita : 0-5 tahun
2. Masa kanak-kanak : 6-11 tahun 3. Masa remaja awal : 12-16 tahun 4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun 5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun 6. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun 7. Masa lansia awal : 46-55 tahun 8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun 9. Masa manula : > 65 tahun
(57)
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata (Lubis, 2013). Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda -terutama pria- merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami trauma tembus mata (Vaughan & Asbury, 2014).
Berdasarkan National for The Prevention of Blindness (WHO) dalam Aldy (2009) memperkirakan bahwa 55 juta trauma mata terjadi didunia setiap tahunnya, 750.000 di rawat di Rumah Sakit dan lebih kurang 200.000 adalah trauma terbuka bola mata. Insiden trauma mata mengalamai peningkatan secara terus-menerus. Secara global, 1,6 juta masyarakat yang menjadi buta, 2,3 juta mengalami penurunan penglihatan secara bilateral, dan 19 juta dengan kehilangan daya penglihatan karena trauma mata. Saat ini trauma trauma merupakan penyebab tersering kebutaan bilateral (Biradar, 2011).
Selain menyebabkan penurunan penglihatan, trauma mata juga menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kerugian ekonomi karena kehilangan gaji dan pelayanan kesehatan yang mahal. Pencegahan trauma mata dihalangi oleh kurangnya data epidemiologi (Ko et al, 2000).
Pada 9717 pasien dengan kegawatdaruratan mata yang ada di Departemen Mata Caritas Medical Centre, Sham Shai Po, Hong Kong, Cina, 1799 (18,5%) kasus disebabkan oleh trauma mata. Trauma yang berhubungan dengan kerja merupakan penyebab tersering trauma mata, dengan persentase 61,5%. Kemudian diikuti oleh kecelakaan di rumah (20,4%), lalu lintas (7,3%), olahraga dan tempat rekreasi (4,1%), sekolah (2,6%), tempat umum (2,5%). Trauma di tempat lainnya
(58)
2
Hasil penelitian yang dilakukan di National University Hospital (NUH), Singapura pada tahun 2005 menunjukkan bahwa penyebab tersering dari trauma mata adalah aktivitas konstruksi dengan persentase 38,4%. Aktivitas tersebut terdiri dari pennggerindaan, pengelasan, penempaan logam, pengelasan, pemotongan logam, pengerjaan kayu, pemakuan (Woo & Sundar, 2006).
Departemen Kesehatan melalui Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa pembangunan nasional ditujukan untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat Indonesia secara optimal. Mata sebagai salah satu indera dari tubuh manusia termasuk dalam objek yang harus ditingkatkan kesehatannya demi meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia karena akan mempengaruhi kecerdasan, produktifitas, dan kesejahteraan masyarakat (Menkes, 2006). Undang-undang nomor 1 tahun 1970, tentang keselamatan dan kesehatan kerja juga mengatur kewajiban tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri secara jelas. Dalam bab IX pasal 13 dijelaskan bahwa setiap orang yang akan memasuki tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung kerja.
Salah satu faktor yang berperan untuk terjadinya cedera akibat kerja adalah pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dan benar cara pakainya (Riyadina, 2008). Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja (Permenakertrans, 2010). Hasil penelitian menyatakan bahwa cedera akibat kerja 11% terjadi karena kurangnya perhatian tenaga kerja untuk menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja khususnya pada tenaga kerja bagian produksi (Riyadina, 2008).
Berdasarkan keadaan tersebut di atas, diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya trauma mata pada pekerja bangunan PT.X, maka penulis berkeinginan
untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Trauma Mata dengan
(59)
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi Perusahaan X?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan kejadian trauma mata dengan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui jenis trauma mata tersering yang dialami pekerja b) Mengetahui usia yang paling sering mengalami trauma mata
c) Mengetahui aktivitas pekerja yang paling sering menyebabkan trauma mata
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada: 1. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai penyebab trauma mata dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama masa pendidikan. 2. Pemerintah
Sebagai masukan untuk pemerintah dalam upaya menurukan angka kejadian trauma pada mata melalui penggunaan alat pelindung diri (APD).
3. Masyarakat dan Pekerja Konstruksi
Dapat dijadikan sebagai informasi dan pengetahuan bagaimana pentingnya alat pelindung diri (APD) dalam bekerja.
(60)
ii
ABSTRAK
Latar Belakang: Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata. Insiden trauma mata mengalamai peningkatan secara terus-menerus. Salah satu faktor yang berperan untuk terjadinya cedera akibat kerja adalah pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dan benar cara pakainya. Oleh karena hal inilah penulis ingin mengetahui hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kejadian
trauma mata dengan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi
Metode: Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat analitik dengan
rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini merupakan pekerja konstruksi sebuah perusahaan konstruksi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling. Kemudian akan dianalisa dengan uji
chi-square.
Hasil: Hasil menunjukkan sebanyak 65 orang responden yang terdiri atas 46
responden mengalami trauma mata dan 19 responden tidak mengalami trauma mata. Pada responden yang mengalami trauma mata sebanyak 38 orang responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk dan 8 orang dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik. Hasil analisa uji chi-square didapat nilai p = 0,0001 (p<0,05), sehingga hipotesis gagal ditolak karena menunjukkan hubungan yang signifikan antara dua variabel.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian
trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi.
(61)
iii
ABSTRACT
Background: Ocular trauma is action that intentionally or unintentionally causes eye injury. The incidence of ocular trauma is continuously increasing. On of the factors that contribute to the occurrence of work-related injury is the use of Personal Protective Equipment (PPE) that appropriately and correctly way. Therefore, the author wanted to determine the relationship between the case of ocular trauma with the use of eye protection device.
Objective: The aimed of this study was to determine the relationship between the case of ocular trauma with the use of eye protection device in construction worker.
Method: This study used an analytical method with cross sectional design. The sample of this study is construction worker of a construction company. The sampling was done by total sampling. Then it will be analyzed by chi-square test. Result: The result showed that as many as 65 respondents are consisting of 46 respondents with ocular trauma and 19 respondents without ocular trauma. Respondents who experinced the ocular taruma consist of 38 respondents was categorize as the bad use of eye protection device and 8 respondents was categorize as the good use of eye protection device. The result of chi-square test obtained p value = 0,0001 (p<0,05), so the hypothesis fail to be rejected because it showed the significant relationship between the two variables.
Conclusion: This study showed that there is a relationship between the case of ocular trauma with the use of eye protection device in construction worker.
(62)
Hubungan Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata pada Pekerja Konstruksi Perusahaan X
Oleh:
DESTI LAURA
120100311
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(63)
Hubungan Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata pada Pekerja Konstruksi Perusahaan X
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Oleh:
DESTI LAURA
120100311
FAKULTAS KEDOKTERAN
(64)
-LEMSAR. PERSETTIJ{J*}T
I{ubuagan Kejadian Trauma l*taa Ce*gan Peoggur:aan Atat Fetirx*ung M*ta p*da Pekerja Konstrsksi
PeffisekmX
Nama : *esti Laura
NIM
: 120100311Doserl pmbimbing
N{P. 19?6041 ??S$5S12S{B NIF. 1972f228 199903200?
sp.A{K}
NIP. 19?4e2S nSK)5012$t) 1
Meds& 03 Jssntri 2*16
Dekan Fsktrltm Kedskferan Universitas Sumatera Utare
fuf,
dr" Gor$tr Alamsyah Siregtr, $pPD=KGEHNIP, 19,'158228198S1
Dese*Pwguji
II
---7
'46
<-/-/'
Dr.dr. Oke Rina Ramayani,
':
;9.
(65)
ii
ABSTRAK
Latar Belakang: Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata. Insiden trauma mata mengalamai peningkatan secara terus-menerus. Salah satu faktor yang berperan untuk terjadinya cedera akibat kerja adalah pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dan benar cara pakainya. Oleh karena hal inilah penulis ingin mengetahui hubungan kejadian trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kejadian
trauma mata dengan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi
Metode: Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat analitik dengan
rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini merupakan pekerja konstruksi sebuah perusahaan konstruksi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling. Kemudian akan dianalisa dengan uji
chi-square.
Hasil: Hasil menunjukkan sebanyak 65 orang responden yang terdiri atas 46
responden mengalami trauma mata dan 19 responden tidak mengalami trauma mata. Pada responden yang mengalami trauma mata sebanyak 38 orang responden dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang buruk dan 8 orang dikategorikan sebagai penggunaan alat pelindung mata yang baik. Hasil analisa uji chi-square didapat nilai p = 0,0001 (p<0,05), sehingga hipotesis gagal ditolak karena menunjukkan hubungan yang signifikan antara dua variabel.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian
trauma mata dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja konstruksi.
(66)
iii
ABSTRACT
Background: Ocular trauma is action that intentionally or unintentionally causes eye injury. The incidence of ocular trauma is continuously increasing. On of the factors that contribute to the occurrence of work-related injury is the use of Personal Protective Equipment (PPE) that appropriately and correctly way. Therefore, the author wanted to determine the relationship between the case of ocular trauma with the use of eye protection device.
Objective: The aimed of this study was to determine the relationship between the case of ocular trauma with the use of eye protection device in construction worker.
Method: This study used an analytical method with cross sectional design. The sample of this study is construction worker of a construction company. The sampling was done by total sampling. Then it will be analyzed by chi-square test. Result: The result showed that as many as 65 respondents are consisting of 46 respondents with ocular trauma and 19 respondents without ocular trauma. Respondents who experinced the ocular taruma consist of 38 respondents was categorize as the bad use of eye protection device and 8 respondents was categorize as the good use of eye protection device. The result of chi-square test obtained p value = 0,0001 (p<0,05), so the hypothesis fail to be rejected because it showed the significant relationship between the two variables.
Conclusion: This study showed that there is a relationship between the case of ocular trauma with the use of eye protection device in construction worker.
(67)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena kasih-Nya telah memampukan penulis untuk menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata pada Pekerja Konstruksi Perusahaan X”.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah ini penulis banyak menemukan kesulitan. Namun, berkat bantuan dari banyak pihak penulis dapat menuliskan penulisan laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Rodiah Rahmawati Lubis, Sp.M selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah ini.
3. dr. Bintang Yinke M Sinaga, M. Ked (Paru), Sp.P dan Dr. dr. Oke Rina Ramayani, Sp.A selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan dan saran dalam proses penelitian ini
4. Pihak Perusahaan X yang telah membantu peneliti dalam melakukan survei awal dan dalam pengambilan data selama penelitian.
5. Kedua orangtua saya, Asi Sinaga dan Januari Sihombing yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan doa kepada peneliti.
6. Saudara-saudara saya, Chris Randi Sinaga dan Ema Sarila Sinaga yang telah memberi dukungan, perhatian, dan doa kepada peneliti.
7. Sahabat-sahabat saya, Benny Hasibuan, Herlita Purba, Landong Sihombing, Orlando Sinaga, Rio Siahaan, Rizky Ivan Damanik yang selalu membantu dalam penyelesaian laporan hasil penelitian ini.
(1)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Rumusan Masalah ...3
1.3. Tujuan Penelitian ...3
1.3.1 Tujuan Umum ...3
1.3.2 Tujuan Khusus ...3
1.4. Manfaat Penelitian ...3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4
2.1.Anatomi Mata ...4
2.1.1.Bola Mata ...4
2.1.2.Kelopak Mata dan Konjungtiva ...7
2.1.3. Apparatus Lacrimalis...7
2.2.Alat Pelindung Diri ...7
2.2.1 Definisi APD ...7
2.2.2 Karakteristik APD ...8
2.2.3 Jenis-jenis APD ...8
2.3Alat Pelindung Mata dan Wajah ...9
2.3.1 Syarat-syarat Alat Pelindung Mata dan Wajah ...10
2.3.1 Contoh Alat Pelindung Mata dan Wajah ...10
(2)
vii
2.4.1 Definisi Trauma Mata ...13
2.4.1 Jenis-jenis Trauma Mata ...13
2.5 Kategori Usia ...19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ...20
3.1.Kerangka Konsep ...20
3.2.Defenisi Operasional ...20
3.2.1. Variabel Dependen ...21
3.2.2. Variabel Independen ...21
3.3 Hipotesis ...21
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ...22
4.1.Jenis Penelitian ...22
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ...22
4.2.1 Lokasi Penelitian ...22
4.2.2 Waktu Penelitian ...22
4.3 Populasi dan Sampel ...22
4.3.1 Populasi ...22
4.3.2 Sampel ...22
4.3.3 Kriteria Sampel ...22
4.3.3.1 Kriteria Inklusi ...22
4.3.3.2 Kriteria Eksklusi ...23
4.4. Metode Pengumpulan Data ...23
4.5 Pengolahan Data dan Analisi Data ...23
BAB 5 HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN ...24
5.1. Hasil Penelitian ...24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...24
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ...24
5.1.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...24
5.1.2.2. Distribusi Kejadian Trauma Mata Berdasarkan Kategori Usia ...25
5.1.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Trauma Mata yang Dialami ...25
(3)
viii
5.1.2.4. Distribusi Aktivitas Pekerja yang Menyebabkan
Trauma Mata ... 26
5.1.2.5. Tabulasi Silang Antar Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata ... 27
5.1.3. Hasil Analisa Data ... 27
5.2. Pembahasan ... 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
6.1. Kesimpulan ... 31
6.2. Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 33 Lampiran
(4)
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Table 2.1 Panduan Pemilihan Alat Pelindung Mata dan Wajah ...12
Tabel 2.2 Tingkat Luka Bakar ...17
Tabel 3.1 Variabel Dependen ...18
Tabel 3.2 Variabel Independen ...19
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...24
Tabel 5.2 Distribusi Kejadian Trauma Mata Berdasarkan Kategori Usia ...25
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Trauma yang Dialami ....25
Tabel 5.4 Distribusi Aktivitas Pekerja yang Menyebabkan Trauma Mata ...26
Tabel 5.5 Nilai Tabulasi Silang Antara Kejadian Trauma Mata dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata ...27
(5)
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Bola Mata ...4
Gambar 2.2 Otot-otot ekstraokular (tampak depan) ...6
Gambar 2.3 Otot-otot Ekstraokular (tampak belakang) ...6
Gambar 2.4 Pelindung Mata dan Wajah yang Direkomendasikan ...11
Gambar 2.5 Jenis-jenis Trauma Mata ...14
(6)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan kepada Calon Responden Penelitian Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Data Induk
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 5 Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6 Output Data