Hubungan Kejadian Fotofobia Dengan Penggunaan Alat Pelindung Mata Pada Pekerja Las Di Kelurahan Tanjung Set

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Mata adalah salah satu indera yang penting untuk mendukung setiap

aktivitas kita termasuk dalam bekerja. Mata memiliki beberapa sistem pelindung
seperti refleks memejam atau mengedip yang didukung bagian lain seperti rongga
orbita, kelopak mata, dan jaringan lemak retobulbar, namun mata juga masih
sering mengalami trauma dari dunia luar. Selain trauma tumpul ataupun trauma
kimia, mata juga bisa mendapat trauma radiasi elektromagnetik yang bersumber
dari sinar inframerah, sinar ultraviolet, sinar X dan sinar ionisasi (Ilyas,2011).
Menurut National for the Prevention of Blindness dalam Aldy (2009)
mencatat terjadi 55 juta trauma mata terjadi di dunia, setiap tahunnya, 750.000
dirawat di rumah sakit dan lebih dari 200.000 kasus adalah trauma terbuka bola
mata. Prevalensi trauma mata di Amerika Serikat sekitar 2,4 juta pertahun dan
setengah juta diantaranya menyebabkan kebutaan yang memiliki angka insiden

trauma pada laki-laki sebesar 20 per 100.000 dibandingkan 5 per 100.000 pada
wanita. Trauma mata terbanyak terjadi pada usia muda dengan rata-rata umur
kejadian trauma adalah 24,2 tahun (Vats,2008). Berdasarkan Hasil Survey Indera
Pengelihatan dan Pendengaran (Depkes, 1996) trauma mata di Indonesia memiliki
prevalensi sekitar 0,15% dari jumlah kebutaan nasional yang berkisar 1,5%.
Berdasarkan sebuah penelitian di Kanada menyebutkan bahwa pekerja las
merepresentasikan sebanyak 21% dari angka trauma mata (Lombardi,2005). Hasil
penelitian dari Sonny Prijaya tahun 1998 menunjukkan angka keluhan mata
sebesar 62,2% pada pekerja las industri kecil di Pulo Gadung, sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Bambang Trisnowiyanto pada tahun 2002 terhadap
pekerja las di daerah Pasar Semanggi, Surakarta didapatkan 55% pekerja las
mengalami keluhan pada mata.
Bahaya dari proses pengelasan yang berkaitan dengan mata salah satunya
adalah pajanan dari sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan mata berair, mata
seperti kemasukan benda asing dan fotofobia (ILO, 1998). Pajanan sinar

2

ultraviolet dipengaruhi beberapa faktor, seperti: komponen spektrum sinar
ultraviolet, intensitas dan dosis radiasi, lama pajanan, jarak dari sumber pajanan

dan proteksi terhadap sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet memiliki panjang
gelombang 350-295 nM, merupakan sinar pendek dan tidak terlihat yang dapat
merusak epitel kornea mata dalam waktu 4-10 jam setelah paparan (Ilyas, 2011).
Epitel kornea memiliki banyak serabut saraf sensitif yang apabila mengalami lesi
dapat menyebabkan rasa nyeri dan fotofobia (Riordan-Eva,2009).
Fotofobia (photophobia) merupakan terminologi yang diambil dari bahasa
Yunani yaitu: photo- “cahaya” dan phobia “takut” yang apabila disatukan berarti
“takut akan cahaya”. Menurut Digre (2012), fotofobia didefinisikan sebagai
sensitifitas yang berlebihan terhadap cahaya yang terjadi pada mata. Fotofobia
juga diartikan sebagai paparan cahaya pada mata yang memicu atau menyebabkan
rasa sakit. Fotofobia pada penyakit kornea disebabkan oleh kontraksi iris
meradang yang nyeri, peristiwa ini adalah refleks yang timbul akibat iritasi pada
ujung saraf kornea (Riordan-Eva,2009).
Departemen Kesehatan melalui Undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa pembangunan nasional ditujukan
untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat Indonesia secara optimal. Mata
sebagai salah satu indera penting dari tubuh manusia termasuk dalam objek yang
harus ditingkatkan kesehatannya demi mewujudkan masyarakan Indonesia yang
berkualitas


dari

segi

kesehatan

maupun

produktifitas

dalam

bekerja

(Depkes,2003). Undang-undang nomor 1 tahun 1970, tentang keselamatan dan
kesehatan kerja juga mengatur kewajiban tenaga kerja untuk memakai alat
pelindung diri secara jelas. Dalam bab IX pasal 13 dijelaskan bahwa setiap orang
yang akan memasuki tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung kerja.
Menurut Rijanto (2011), Alat Pelindung Diri (APD) adalah sejumlah

peralatan yang digunakan oleh para pekerja untuk melindungi bagian tubuhnya
baik secara menyeluruh ataupun sebagian untuk mengurangi resiko terjadinya
suatu kecelakaan kerja. Pada pekerja las, alat pelindung diri yang dianjurkan

3

adalah penggunaan helm las yang dilengkapi dengan proteksi ultraviolet
(IHDO,2000).
Menurut Pusat Kesehatan Kerja (Depkes RI,2002) yang mengutip data
dari International Labour Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan
pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya
adalah kematian akibat penyakit akibat hubungan pekerjaan. Dari data yang
dilaporkan (Jamsostek, 2011), tercatat adanya peningkatan angka kecelakaan kerja
di Indonesia dari 83.714 kasus pada tahun 2007, 94.736 kasus pada tahun 2008,
96.314 kasus pada tahun 2009, 98.711 kasus pada tahun 2010 dan 99.491 kasus
pada tahun 2011.
Tingginya tingkat kecelakaan kerja di Indonesia sangat erat kaitannya
dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan para pekerja tentang pentingnya
penggunaan alat pelindung diri. Berdasarkan data temuan bahaya di perusahaan

yang ada di Indonesia bahwa 66 % tenaga kerja cidera mata karena tidak
menggunakan alat pelindung mata (Jamsostek,2011). Oleh karena itu, penulis
merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat kejadian
fotofobia berdasarkan waktu kerja dengan pemakaian alat pelindung mata pada
pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat, Kota Medan tahun 2015.

1.2.

Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan kejadian fotofobia dengan pemakaian alat

pelindung mata pada pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat ?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan kejadian fotofobia dengan pemakaian alat
pelindung mata pada pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat.


4

1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi jenis kelamin pekerja las di Kelurahan Tanjung
Selamat.
2. Mengetahui distribusi usia pekerja las di Kelurahan Tanjung Selamat.
3. Mengetahui distribusi jenis las yang digunakan pekerja las di Kelurahan
Tanjung Selamat.
4. Mengetahui tingkat kejadian fotofobia pada pekerja las di Kelurahan
Tanjung Selamat.
5. Mengetahui tingkat pemakaian alat pelindung mata pada pekerja las di
Kelurahan Tanjung Selamat.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1


Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Menambah pengetahuan tentang fotofobia pada pekerja las.
2. Merupakan bentuk aplikasi bidang ilmu K3 tentang penggunaan
alat pelindung mata pada pekerja las.

1.4.2. Manfaat Bagi Pekerja
1. Memberi pengetahuan atau informasi tentang resiko fotofobia pada
pekerja las.
2. Sebagai masukan dalam perbaikan tindakan untuk memakai alat
pelindung mata dalam mengurangi resiko terjadinya fotofobia pada
pekerja las.
1.4.3. Manfaat Bagi Keilmuan
1. Menambah informasi tentang resiko terjadinya fotofobia pada
pekerja las.
2. Menambah informasi tentang pentingnya pemakaian alat pelindung
mata pada pekerja
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti
tentang fotofobia dan alat pelindung mata.