PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP DERAJAT KECEMASAN DAN DEPRESI SISWA KELAS III SMU N 1 SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI SNMPTN TAHUN 2010

(1)

commit to user

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP DERAJAT KECEMASAN DAN DEPRESI SISWA KELAS III SMU N 1 SUKOHARJO

DALAM MENGHADAPI SNMPTN TAHUN 2010

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RIZKA FARAH HILMA G 0007145

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

Dan Depresi Siswa Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam Menghadapi SNMPTN Tahun 2010

Rizka Farah Hilma, NIM : G.0007145, Tahun : 2010

Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada hari , tanggal 2010

Pembimbing Utama

Nama : Prof. Aris Sudiyanto, dr., Dr., SpKJ (K)

NIP : 19500131 197603 1 001 ...

Pembimbing Pendamping Nama : Vitri Widyaningsih, dr

NIP : 19820423 200801 2 011 ...

Penguji Utama

Nama : Hj. Makmuroch, Dra., MS

NIP : 19530618 198003 2 002 ...

Anggota Penguji

Nama : Slamet Riyadi dr., M.Kes

NIP : 19600418 199203 1 001 ...

Surakarta, 2010 Ketua Tim Skripsi

Sri Wahjono, dr., MKes., DAFK NIP : 19450824 197310 1 001

Dekan FK UNS

Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS NIP : 19481107 197310 1 003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 2010

Rizka Farah Hilma NIM. G0007145


(4)

(5)

ABSTRAK

Rizka Farah Hilma, G0007145, 2010. Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Derajat Kecemasan dan Depresi Siswa Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam Menghadapi SNMPTN Tahun 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa dalam menghadapi SNMPTN.

Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi two group pre and post test design. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive sampling kemudian sampel dibedakan menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kecemasan dinilai dengan kuisioner TMAS (The Ta ylor Manifest Anxiety Scale) dan depresi dinilai menggunakan kuisioner BDI (Beck Depression Index). Dari hasil pre dan posttest akan didapatkan nilai selisih, dimana rerata dari nilai selisih tersebut akan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Diperoleh 112 data dan dianalisis menggunakan (1) uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) adanya perbedaan rerata selisih skor TMAS pre dan posttest yang sangat bermakna.antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p = 0,001), (2) tidak terdapat perbedaan rerata selisih skor BDI pre dan posttest yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p = 0,191)

Simpulan penelitian: (1) Bimbingan belajar berpengaruh secara sangat bermakna terhadap penurunan derajat kecemasan siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN (2) Bimbingan belajar berpengaruh secara tidak bermakna terhadap penurunan derajat depresi siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN.


(6)

ABSTRACT

Rizka Farah Hilma, G0007145, 2010. The Influence of Intensive Course to Anxiety and Depression Degree among 3th Grade Students of SMU N I Sukoharjo Who Will Undergo SNMPTN. Medical Faculty of Sebelas Maret University.

Objectives: This research aims to find the influence of intensive course to anxiety and depression degree among 3th grade students of SMU N I Sukoharjo who will undergo SNMPTN

Methods: This was an experimental quasi two group pre and post test design research. Subjects were sampled using purposive sampling method and were divided into intensive course group and control group. There were pretest and posttest for every sample in those group. Anxiety was measured by TMAS (The Taylor Manifest Anxiety Scale ) and depression was measured by BDI (Beck Depression Index). Then, the mean difference between pre and posttest score was compared. There were 112 samples which could be analyzed by using the Kolmogorov-Smirnov test of normality and Mann-Whitney test.

Results : This research shows (1) a significant mean difference of pre and posttest TMAS score between intensive course group and control group (p = 0.001), (2) no significant mean difference of pre and posttest BDI score between intensive course group and control group (p = 0.191).

Conclusion: (1) There is significant influence of intensive course to decrease of anxiety degree among 3th grade students of SMU N I Sukoharjo who will undergo SNMPTN, (2) There is no significant influence of intensive course to decrease of depression degree among 3th grade students of SMU N I Sukoharjo who will undergo SNMPTN.


(7)

PRAKATA

Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Derajat Kecemasan dan Depresi Siswa Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam Menghadapi SNMPTN Tahun 2010”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Aris Sudiyanto, dr., Dr., SpKJ (K), selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat. 3. Vitri Widyaningsih dr., selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.

4. Hj. Makmuroch, Dra., MS, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

6. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Kepala Sekolah beserta segenap staf dan guru di SMA N 1 Sukoharjo yang telah memberikan izin penelitian.

8. Bapak, Ibu, dan kakak yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

9. Arif Hidayat yang telah memberi semangat dan doa demi terselesaikannya skripsi ini.

10. Teman-teman Tigers Phamz: Pram, Meta, Irma, Restu dan Teman Wisma Putri Anggia yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangat mereka.

11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(8)

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 2010


(9)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Kecemasan... 5

2. Depresi... 12

3. Bimbingan Belajar ... .. 22

B. Kerangka Berpikir ... 23

C. Hipotesis ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Lokasi Penelitian ... 24


(10)

D. Teknik Sampling ... 25

E. Rancangan Penelitian ... 26

F. Identifikasi Variabel Penelitian... 27

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27

H. Instrumen Penelitian ... 30

I. Cara Kerja ... 31

J. Teknik Analisis Data... 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 33

A. Deskripsi Sampel ... 33

B. Analisis Statistika... 36

BAB V. PEMBAHASAN ... 41

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Perlakuan ... 33

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 3. Rerata Skor TMAS ... 34

Tabel 4. Rerata Skor BDI ... 35

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov test ... 36

Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS posttest dan Skor BDI postest dengan Levene’s Test ... 37

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS posttest dan Skor BDI postest dengan Levene’s Test Setelah Proses Transformasi ... 37

Tabel 8. Hasil uji Mann-Whitney data TMAS postest………..38


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Lampiran 2. Identitas Sampel dan Informed Consent

Lampiran 3. Kuosioner LLMPI Lampiran 4. Kuosioner IPSP Lampiran 5. Kuosioner TMAS Lampiran 6. Kuisioner BDI

Lampiran 7. Data Mentah Hasil Penelitian Lampiran 8. Distribusi Data

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data Lampiran 10. Hasil Analisis Data Penelitian


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut definisi World Health Organization (WHO), remaja adalah mereka yang berusia antara 10 hingga 19 tahun. Remaja adalah suatu masa dimana individu mengalami perubahan perkembangan psikologik yang ditandai dengan percepatan perkembangan kognitif dan konsolidasi pembentukan kepribadian (Kaplan dan Sadock, 2005). Setiap periode perkembangan mempunyai masalah sendiri-sendiri. Namun masalah remaja sering menjadi sulit oleh karena kurangnya pengalaman dalam mengatasi masalah dan perasaan mandiri dalam mengatasi masalah.

Pada masa remaja inilah, siswa kelas III SMU dihadapkan pada salah satu masalah yaitu SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). SNMPTN merupakan seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh beberapa Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dengan menggunakan soal yang sama atau setara dan diselenggarakan secara serentak. Tidak jarang dalam menghadapi SNMPTN siswa dapat mengalami kecemasan bahkan depresi. Hal ini dapat disebabkan oleh keterbatasan peluang untuk mendapatkan kursi di perguruan tinggi negeri sedangkan ambisi untuk berhasil di SNMPTN sangat tinggi. Dari laporan yang dikeluarkan oleh Koordinator Perhimpunan SNMPTN,


(14)

pada tahun 2009 terjadi penurunan daya tampung SNMPTN hampir 20 persen dari 10.672 kursi menjadi 8.406 kursi. Padahal menurut data dari panitia SNMPTN, jumlah peserta SNMPTN tahun 2008 mencapai angka 98.426 orang (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2009)

Setiap menjelang pelaksanaan SNMPTN, para siswa dilanda stres yang luar biasa. Tidak hanya karena peningkatan aktivitas belajar, tetapi yang paling berat adalah beban psikologis mengenai ambisi untuk meraih cita-cita. Kekhawatiran ini nampaknya tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga terjadi pada orang tua siswa. Salah satu bentuk respon dari kekhawatiran tersebut adalah dengan mengikutsertakan anak dalam program bimbingan belajar. Dengan mengikuti bimbingan belajar, terkesan bahwa mereka menjadi siap dan mantap dalam menghadapi SNMPTN. Bagi kalangan siswa yang berkecukupan, hal ini bukan menjadi suatu masalah, tetapi bagi siswa dari kalangan yang kurang mampu, kenyataan tersebut akan menimbulkan kecemasan, bila mereka tidak ikut bimbingan belajar, mereka akan merasa berat untuk menghadapi persaingan di SNMPTN.

Kecemasan dalam menghadapi SNMPTN dapat berdampak besar bagi psikologis siswa, siswa yang tidak mampu mengatasi kecemasanya dengan baik akan jatuh ke dalam keadaan cemas patologis bahkan depresi. Hal tersebut ditunjang dengan keadaan psikologis pada usia remaja, yang merupakan transisi menuju dewasa sehingga rentan terhadap kejadian depresi (Reinherz dkk., 2003).


(15)

Maramis (2005) menyebutkan bahwa kecemasan pada tingkat tertentu dianggap normal, tetapi apabila terjadi terus menerus terjadi kecemasan dimana fungsi homeostasis gagal mengadaptasi maka akan terjadi cemas yang patologis. Kecemasan dan depresi merupakan dua hal yang saling tumpang tindih dan memiliki angka kejadian secara bersamaan yang cukup tinggi (Durand dan Barlow, 2006; Beekman dkk., 2000). Individu yang mengalami depresi, terutama jika depresinya mencapai tingkat gangguan, juga akan mengalami kecemasan. Tetapi tidak semua orang yang menderita gangguan kecemasan juga mengalami depresi (Durand dan Barlow, 2006)

Penelitian mengenai kecemasan dan depresi ini dilakukan di SMUN 1 Sukaharjo karena pada sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian yang serupa, sehingga diharapkan hasil data yang didapatkan dari penelitian bermanfaat serta dapat menjadi referensi informasi dan pengetahuan. Selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai faktor-faktor penyebab kecemasan dan depresi serta kecemasan dan depresi yang terjadi pada siswa kelas III SMU dalam menghadapi SNMPTN antara yang mengikuti dan tidak mengikuti bimbingan belajar.

B. Perumusan Masalah

Adakah pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN Tahun 2010?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi Kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN Tahun 2010. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris adanya pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III SMU dalam menghadapi SNMPTN.

b. Menambah wawasan psikiatri khususnya tentang pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III SMU dalam menghadapi SNMPTN.

2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Memberikan manfaat bagi siswa kelas III SMU sebagai persiapan menghadapi SNMPTN dengan baik

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dan orang tua untuk memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi SNMPTN.


(17)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan

a. Pengertian

Menurut Hawari (2006), kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi kemampuan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) tidak terganggu,

kepribadian juga masih utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/splitting of personality), sedangkan perilaku dapat terganggu walaupun masih dalam batas-batas normal. Pada manusia, kecemasan dapat memperlihatkan perasaan seperti gelisah, sejumlah perilaku (tampak khawatir, gelisah dan resah) maupun respon-respon fisiologis. Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang dengan kekhawatiran karena tidak dapat memprediksi dan mengontrol kejadian di masa yang akan datang (Durand dan Barlow, 2006 )

Kecemasan merupakan salah satu bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang


(18)

memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kapplan dan Saddock, 2005). Menurut Maramis (2005) kecemasan dapat bersifat normal maupun patologis. Kecemasan normal terjadi jika individu yang mendapatkan suatu stressor kemudian dapat segera melakukan penyesuaian diri. Tetapi, terkadang sistem kecemasan individu tidak berfungsi dengan baik atau terlalu berlebihan sehingga terjadilah kecemasan yang patologis. Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan berlangsung lama sehingga mengganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit.

Kecemasan yang patologis menurut DSM-IV dan PPDGJ-III dapat dipahami sebagai : gangguan kecemasan, gangguan kecemasan akibat gangguan mental lain atau penyakit medis, atau gangguan kecemasan yang berkormobiditas dengan penyakit lain.

b. Epidemiologi

Prevalensi (angka kesakitan) gangguan kecemasan berkisar 6-7% dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak dibandingkan prevalensi kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lépin (2002) gangguan kecemasan merupakan gangguan jiwa yang paling sering terjadi dan menyerang lebih dari 15,7 juta penduduk Amerika setiap tahunnya dan 30 juta penduduk


(19)

Amerika pernah mengalami gangguan kecemasan dalam periode hidupnya.

c. Etiologi

Etiologi dari gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti, namun diduga dua faktor yang berperan terjadi dalam gangguan ini yaitu faktor psikologis dan faktor biologis.

1) Teori Psikologi

Sehubungan dengan faktor-faktor psikologis yang berperan dalam terjadinya kecemasan ada tiga teori yang berhubungan dengan hal ini, yaitu teori psikoanalitik, teori perilaku dan teori eksistansial. Dalam teori psikoanalitiknya Freud menganggap kecemasan sebagai reaksi psikis terhadap bahaya di seputar reaktivasi situasi menakutkan masa anak-anak (Durand dan Barlow, 2006). Ahli psikoanalisis lainnya, Otto Rank mengembalikan terjadinya semua kecemasan pada trauma kelahiran. Sedangkan Harry Stack Sullivan menekankan hubungan awal antara ibu dan anak dan transmisi kecemasan ibu kepada bayinya. Para pakar teori perilaku melihat kecemasan sebagai suatu respon yang dibiasakan (classic conditioning) terhadap stimulan lingkungan spesifik. Penyebab lainnya respon kecemasan dapat dipelajari dengan meniru kecemasan orang tuanya (teori belajar sosial) (Kaplan dan


(20)

Sadock, 2005). Kecemasan juga dapat dipengaruhi oleh faktor ”sense of control” atau perasaan mampu mengontrol. Penderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih (overestimated) terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah (underestimate) kemampuannya untuk mengatasi ancaman yang datang. Sense of control pada tiap individu tampaknya berhubungan dengan tindakan orang tua pada masa anak-anak awal (Durand dan Barlow, 2006). Teori eksistansial berpendapat bahwa terjadinya kecemasan adalah akibat tidak adanya rangsang yang dapat diidentifikasi secara spesifik. Ketiadaan ini membuat orang sadar akan kehampaan di dalam kehidupan ini (Kaplan dan Sadock, 2005)

2) Teori Biologis

Faktor biologi yang berperan penting adalah

“neurotransmitter”. Ada tiga neurotransmitter utama yang berperan dalam gangguan kecemasan yaitu norepinefrin (NE), serotonin (5-HT) dan gama amino butirat acid (GABA) (Kapplan dan Saddock, 2005). Ganong (2000) menyebutkan serotonin lebih berperan utama pada gangguan kecemasan menyeluruh, sedangkan NE lebih berperan pada gangguan panik. Pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar NE dapat menimbulkan


(21)

tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan yang menurunkan kadar NE akan menimbulkan depresi. Peranan GABA dalam menimbulkan kecemasan berbeda dengan NE. GABA bersifat menghambat terjadinya kecemasan. Mengenai peranan 5-HT dalam gangguan kecemasan didapatkan dari hasil pengamatan efektivitas obat-obat serotonergik terhadap kecemasan. Menurut Lader (Idrus, 2006) diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-benzodiazepin complex sehingga berperan dalam anti cemas (Idrus, 2006; Kapplan dan Saddock, 2005). Kemungkinan lain adalah interaksi antara 5-HT dengan NE dalam mekanisme kecemasan sebagai anticemas (Idrus, 2006 ). Penelitian genetika semakin menunjukkan banyak bukti bahwa tiap individu mewarisi kecenderungan untuk tegang dan gelisah. Tidak ada sebuah gen tunggal pun yang menjadi penyebab kecemasan. Sebaliknya, kontribusi-kontribusi kecil dari banyak gen di wilayah-wilayah kromosom yang berbeda secara kolektif membuat tiap individu rentan terhadap kecemasan (Durand dan Barlow, 2006; Tambs dkk, 2009). Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh dari semua pasien dengan gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang menderita gangguan (Kaplan dan Sadock, 2005).


(22)

d. Gejala Klinik dan Diagnosis

Diagnosis untuk gangguan kecemasan dapat ditegakkan bila didapatkan baik keluhan somatik (fisik) maupun psikologik dan kognitif serta tanda-tanda objektif kecemasan.

1) Keluhan Kognitif dan Psikologis

a) Perasaan cemas, khawatir dan was-was.

b) Ragu-ragu untuk bertindak, atau memutuskan sesuatu, takut salah.

c) Perasaan takut pada situasi, objek atau keadaan tertentu d) Perasaan tidak enak dan gelisah.

e) Takut mati, takut menjadi gila, pikiran negatif terhadap diri sendiri atau lingkungan sekitar.

f) Merasa tegang.

g) Insomnia, sulit untuk memulai jatuh tidur (early insomnia) h) Mudah terkejut dan terlalu waspada.

i) Mudah marah (iritable).

j) Perasaan cemas tersebut mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan penderita, sehingga fungsi pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilakunya terpengaruhi.

2) Keluhan fisik


(23)

vertigo, tremor, pandangan kabur, rasa baal atau kesemutan. b) Kardiovaskuler : palpitasi dan nyeri dada.

c) Respirasi : nafas pendek, dipsneu, hiperventilasi.

d) Gastrointestinal : mulut dan tenggorokan kering, nausea, vomitus dan diare.

e) Genitourinarius : sering berkemih, nyeri saat berkemih, ejakulasi prematur, impotensia.

f) Sistem muskuloskeltal : sakit dan nyeri otot terutama otot leher

g) Kulit : keringat berlebihan, kulit telapak tangan dan kaki teraba dingin.

3) Tanda objektif

a) Penderita tampak gugup, gelisahdan tidak dapat duduk santai b) Suara bergetar, gagap

c) Palpitasi d) Hiperventilasi

e) Berkeringat banyak atau telapak tangan dan kaki lembab (Romadhon, 2002)

e. Skala Penilaian

Salah satu instrumen sebagai alat bantu diagnostik keadaan cemas adalah The Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS). Skala ini disusun


(24)

oleh Taylor untuk menyeleksi subjek penelitian dengan tingkat dorongan kecemasan tinggi dan rendah guna mempelajari pengaruh kecemasan tingkat tinggi pada penampilan dalam berbagai situasi eksperimental.

Instrumen TMAS berbentuk kuesioner yang berisi 50 butir pertanyaan. Responden menjawab keadaan ya atau tidak sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (X) pada kolom jawaban ya atau tidak. Pada pertanyaan favorable jika diisi jawaban ”ya” maka diberi nilai 1, sedangkan pada pertanyaan unfavorable jika diisi jawaban ”tidak” maka diberi nilai 1. Tiap nilai dari masing-masing pertanyaan kemudian dijumlah. Nilai total dengan jumlah kurang dari 21 berarti tidak cemas, sedangkan nilai total lebih atau sama dengan 21 menunjukkan kecemasan.

2. Depresi a. Pengertian

Depresi adalah suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan (Maramis, 2005)

b. Epidemiologi

Depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. Prevelansi gangguan depresif berat pada wanita dua kali lebih besar


(25)

dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari semua pasien memiliki onset antara usia 20- 50 tahun ( Kaplan dan Sadock, 2005). Menurut Kessler, dkk (2005) gangguan depresi terjadi pada 14,8 juta penduduk dewasa Amerika atau sekitar 6,7 persen dari populasi Amerika.

c. Etiologi

Dasar umum untuk gangguan depresif berat belum diketahui. Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Perbedaan tersebut adalah buatan karena kemungkinan ketiga bidang tersebut dapat saling berinteraksi ( Kaplan dan Sadock, 2005).

1) Faktor Biologis

Teori biologis berdasarkan sejumlah besar penelitian, menghasilkan data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan mood memiliki hubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT) merupakan amin biogenik yang paling sering dihubungkan dalam patofisiologi depresi (Kaplan dan Sadock, 2005). Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh rendahnya kadar NE otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania. Hipotesis indolaminmenyatakan bahwa rendahnya 5- HT otak (atau metabolit


(26)

utama 5-HIAA) menyebabkan depresi. Menurut hipotesis permisif bahwa penurunan NE menimbulkan depresi dan peningkatan NE menyebabkan mania, hanya apabila kadar 5-HT rendah (Durand dan Barlow, 2006).

Pada pasien gangguan mood ditemukan pula disregulasi pada sumbu neuroendokrin. Hal tersebut kemungkinan merupakan hasil dari fungsi abnormal neuron yang mengandung amin biogenik. Disregulasi sumbu neuroendokrin pada gangguan mood terutama terjadi pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan (Goodyer dkk, 2009; Kaplan dan Sadock, 2005).

Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stressor, emosi yang menganggu, bagian otak ini akan mengirim

pesan ke tubuh untuk meningkatkan kesadarannya dan

mempersiapkan diri untuk menghadapi stressor tersebut. Target utamanya adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal bagian korteks akan mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol merupakan glukokortikoid utama yang memiliki efek metabolik, anti-inflamasi, imunosupresif, serta berperan penting dalam mekanisme adaptasi terhadap stres (Sherwood, 2001). Peningkatan aktivitas glukokortikoid merupakan respon utama


(27)

terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan terjadinya mekanisme umpan balik negatif yaitu hipotalamus menekan sekresi corticotropin-releasing hormone (CRH), yang kemudian mengirimkan sinyal ke hipofisis sehingga hipofisis juga menurunkan produksi adrenocorticotrophic hormone (ACTH). Akhirnya sinyal ini juga diteruskan ke korteks adrenal untuk mengurangi produksinya.

Berbagai jenis stres diketahui menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, diperkirakan melalui pengaruh saraf pada hipotalamus. (Sherwood, 2001). Hasil penelitian menemukan adanya regulasi abnormal dari sumbu tiroid pada pasien dengan gangguan mood. Tetapi tidak semua pasien dengan gangguan afektif memiliki regulasi abnormal sumbu tiroid. Secara konsisten ditemukan bahwa kira-kira sepertiga dari semua pasien dengan gangguan depresif berat yang memiliki sumbu tiroid yang normal memiliki pelepasan tirotropin yang tumpul yaitu thyroid stimulating hormone (TSH) terhadap infus thyrotropine releasing hormone (TRH). ( Kaplan dan Sadock, 2005) Beberapa penelitian telah menemukan perbedaan statisik antara pasien depresi dan orang normal dalam pengaturan pelepasan hormon pertumbuhan. Pasien depresi memiliki penumpulan stimulasi pelepasan hormon yang diinduksi tidur (Kaplan dan Sadock, 2005)


(28)

2) Faktor Genetika

Data dari studi-studi keluarga menunjukkan bahwa semakin banyak tanda dan gejala kecemasan dan depresi pada pasien tertentu, semakin tinggi angka kecemasan, depresi atau keduanya pada anggota keluarga tingkat pertama dan anak-anaknya (Durand dan Barlow, 2006). Dibandingkan pria, umumnya wanita memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami depresi (Sullivan, 2000). Penelitian keluarga telah secara berulang menemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat berkemungkinan dua hingga tiga kali lebih mungkin menderita gangguan depresif berat.

Pada penelitian adopsi ditemukan bahwa anak biologis dari orangtua yang menderita tetap berada dalam resiko menderita suatu gangguan mood, bahkan jika mereka dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan. Penelitian adopsi juga menunjukkan bahwa orang tua biologis dari anak adopsi dengan gangguan mood mempunyai suatu prevalensi gangguan mood yang serupa dengan orang tua anak penderita gangguan mood yang tidak diadopsi (Kaplan dan Sadock, 2005).

Penelitian pada anak kembar telah menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan depresif berat pada kembar


(29)

monozigotik adalah kira-kira 50 persen. Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik untuk gangguan depresi berat adalah kira-kira 10-25 persen (Kaplan dan Sadock, 2005).

Menurut Silberg et al. (2001) terdapat faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya keadaan depresi dan kecemasan pada suatu waktu kehidupan manusia. Faktor genetik memiliki peran yang penting dalam penerimaan individu terhadap faktor lingkungan yang menjadi resiko terjadinya depresi dan kecemasan. 3) Faktor Psikososial

Satu pengamatan klinis yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan menjelaskan pengamatan tersebut adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama yang pada akhirnya menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir, dapat menyebabkan sesorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stresor


(30)

eksternal (Kaplan dan Sadock, 2005).

Dilihat dari faktor kepribadian premorbid, tidak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Tetapi tipe kepribadian tertentu seperti dependen-oral, obsesif-kompulsif, histerikal mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada kepribadian antisosisal, paranoid, dan lainnya yang menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan lainnya (Kaplan dan Sadock, 2005). Riwayat sosial ekonomi juga perlu dipertimbangkan sebagai penyebab depresi. Dalam penelitian yang dilakukan Lorant dkk. (2007) membuktikan bahwa terdapat hubungan antara keadaan keuangan yang buruk dan terjadinya kasus depresi. Keadaan sosial ekonomi yang bururk pada masa anak-anak juga dapat menjadi pemicu terjadinya depresi pada masa dewasa (Stansfeld dkk, 2008).

d. Gejala Klinik dan Diagnosis 1) Gejala Klinik

Gejala depresi meliputi trias depresi yaitu afek deprsif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas.


(31)

Gejala tambahan lainnya meliputi : a) Konsentrasi dan perhatian berkurang. b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang. c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna. d) Tidur terganggu.

e) Nafsu makan berkurang.

Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya gejala trias depresi serta gejala tambahan (Maslim, 2003). 2) Diagnosis Depresi

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV) untuk episode depresi berat :

a) Lima atau lebih gejala berikut telah ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan.

(1) mood terdepresi hampir sepanjang hari

(2) hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua aktivitas sepanjang hari

(3) penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau penambahan berat ( perubahan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan), atau penurunan atau peningkatan


(32)

nafsu makan hampir setiap hari

(4) insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari (5) agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari. (6) kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.

(7) perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (mungkin bersifat waham) hampir setiap hari.

(8) kehilangan kemampuan berpikir atau konsentrasi atau tidak dapat mengambil keputusan hampir setiap hari.

(9) pikiran akan kematian yang rekuren, ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana yang spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b) Gejala tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran

c) Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. d) Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umm (misalnya, hipotirodidisme)

e) Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi


(33)

psikomotor (Kaplan dan Sadock, 2005) e. Skala Penilaian Beck Depression Inventory (BDI)

Beck Depresion Inventory (BDI) mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 diantaranya menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala somatik. Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63; nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat. Dua puluh satu item tersebut menggambarkan kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, harapan akan hukuman, membenci diri sendiri, menuduh diri sendiri, keinginan bunuh diri, menangis, iritabilitas, penarikan diri dari masyarakat, tidak dapat mengambil keputusan, perubahan bentuk tubuh, masalah bekerja, insomnia, kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan, preokupasi somatik dan penurunan libido.

Pengisian BDI membutuhkan waktu 10-15 menit, diisi sendiri oleh responden (Tomb, 2003). Jika responden memilih lebih dari satu pernyataan dalam kelompok apapun, nilai yang lebih tinggi yang dicatat; jika perasaanya terletak diantara dua alternatif, salah satu yang terdekat yang dinilai. Nilai yang kurang dari 10 mengindikasikan tidak ada atau minimalnya depresi, 10-18 mengindikasikan depresi ringan sampai sedang, 19-29 mengindikasikan depresi sedang sampai berat dan nilai diatas 30 mengindikasikan depresi berat. Menurut hasil penelitian yang


(34)

dilakukan oleh Veerman dkk. (2009), BDI menunjukkan korelasi yang baik dengan prevalensi kejadian depresi.

3. Bimbingan Belajar a. Pengertian

Bimbingan belajar adalah jalur pendidikan non formal, yang diselenggarakan di luar sekolah, melalui proses kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikannya bersifat lebih efektif dan efisien untuk bidang-bidang pelajaran tertentu oleh karena program pendidikan dapat spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat-syarat yang ketat (Paidi, 1994)

b. Tujuan Bimbingan Belajar

1) Mempersiapkan siswa kelas 3 SMU dan lulusannya secara intensif dengan meningkatkan prestasi akademik di sekolah, meningkatkan penguasaan materi dan kemampuan analisis.

2) Mempersiapkan strategi yang tepat dan cepat.

3) Memperdalam materi-materi yang diujikan dalam ujian masuk oerguruan tinggi negeri.

4) Membekali siswa baik dari segi akademis maupun mental spiritual. 5) Memberikan pengarahan dalam memilih program studi dan


(35)

B. Kerangka pemikiran

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan derajat kecemasan dan depresi antara siswa yang mengikuti bimbingan dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan tes dalam menghadapi SNMPTN.

SNMPTN

-HT Disregulasi -HT

neuroendokrin

CEMAS

Usia

Jenis kelamin Genetik

Tipe kepribadian Faktor ekonomi Faktor lingkungan

STRESOR

BIMBINGAN BELAJAR

materi mental


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi two group pre and post test design.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU N 1 Sukoharjo. C. Subjek penelitian

1. Populasi sumber

Siswa siswi kelas III SMU N 1 Sukoharjo pada tahun ajaran 2009/2010. 2. Sampel

Sampel yang diteliti terdiri dari siswa siswi kelas III SMU N 1 Sukoharjo pada tahun ajaran 2009/2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 3. Besar sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa siswi kelas III SMU N 1 Sukoharjo pada tahun ajaran 2009/2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

1) Siswa atau siswi kelas III SMU N 1 Sukoharjo 2) Siswa dengan skor L-MMPI < 10


(37)

b. Kriteria Eksklusi

1) Siswa yang telah diterima dalam PMDK. 2) Siswa yang tidak mengikuti SNMPTN.

3) Siswa dengan pengisian kuisioner tidak lengkap. 4) Siswa yang mengikuti bimbingan belajar privat.

5) Siswa dengan skor IPSP nilai cut off point tiap kelompok D. Teknik sampling

Subyek penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive sa mpling yang merupakan skema pencuplikan non random dimana pemilihan responden berdasarkan pada pertimbangan subyektif peneliti. (Sastroasmoro, 2008)


(38)

E. Rancangan Penelitian LLMPI BDI Skor cut off point Skor Populasi sumber Sampel

Perlakuan Kontrol

BDI TMAS

LLMPI

TMAS BDI

Bimbingan belajar

TMAS

IPSP IPSP

BDI TMAS

Skor < cut off point Skor <

cut off point Skor cut off point Analisa Statistik Analisa Statistik LLMPI

Skor Skor < 10 Skor <10 Skor LLMPI Skor <10 Skor Skor < 10


(39)

F. Identifikasi variabel

1. Variabel bebas : Bimbingan Belajar 2. Variabel tergantung : Kecemasan dan Depresi 3. Variabel perancu

a. Terkendali : usia, faktor ekonomi, faktor psikologis, kondisi fisik b. Tidak terkendali : jenis kelamin, faktor genetik, tipe kepribadian G. Definisi operasional variabel

1. Variabel Bebas : Bimbingan Belajar a. Definisi

Jalur pendidikan non formal yang dilaksanakan di luar sekolah yaitu di lembaga bimbingan belajar. Proses pelaksanaannya melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. b. Alat Ukur : Kuisioner

c. Cara pengukuran

Pengisian kuisioner bimbingan belajar diisi sendiri oleh responden. Responden menjawab ya atau tidak sesuai dengan keikutsertaan bimbingan belajar.

d. Kategori : Bimbingan belajar dan Tidak bimbingan belajar e. Skala : Kategorikal


(40)

2. Variabel Terikat a. Kecemasan

1) Definisi

Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi kemampuan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) tidak terganggu, kepribadian juga masih utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), sedangkan perilaku dapat terganggu walaupun masih dalam batas-batas normal.

2) Alat ukur : Kuisioner a) Cara pengukuran

Pengisian TMAS diisi sendiri oleh responden. Responden menjawab keadaan ya atau tidak sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (X) pada kolom jawaban ya atau tidak. Pada pertanyaan favorable jika diisi jawaban ”ya” maka diberi nilai 1, sedangkan pada pertanyaan unfavorable jika diisi jawaban ”tidak” maka diberi nilai 1. Tiap nilai dari masing-masing pertanyaan kemudian dijumlah.

(1) Nilai total < 21 berarti tidak cemas. (2) Nilai total


(41)

3) Skala : Numerik b. Depresi

1) Definisi

Merupakan suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan.

2) Alat ukur : Kuosioner 3) Cara pengukuran

Pengisian Beck Depresion Index (BDI) diisi sendiri oleh responden. Jika responden memilih lebih dari satu pernyataan dalam kelompok apapun, nilai yang lebih tinggi yang dicatat; jika perasaannya terletak diantara dua alternatif, salah satu yang terdekat yang dinilai.

a) Nilai < 10 menunjukan tidak adanya atau minimumnya nilai depresi

b) Nilai 10-18 depresi ringan sampai sedang c) Nilai 19-29 depresi sedang sampai berat d) Nilai

4) Skala : numerik 3. Variabel Perancu


(42)

b. Tidak terkendali : jenis kelamin, faktor genetik, tipe kepribadian H. Instrumen penelitian

1. Data diri dan Informed Consent

Data diri adalah data yang berisi tentang informasi identitas sampel, meliputi:

a. Nama b. Jenis kelamin c. Kelas

d. Mengikuti bimbingan tambahan diluar sekolah

Informed content dalam penelitian ini adalah untuk menyatakan persetujuan responden sebagai sampel penelitian.

2. LMMPI

Skala kebohongan dari Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (Skala LMMPI) yang berisi 15 butir pertanyaan untuk menilai kejujuran dalam menilai jawaban instrumen yang diberikan. Bila jawaban “tidak” sama atau lebih dari 10 pertanyaan maka responden dinyatakan gugur atau dikeluarkan dari perhitungan.

3. Instrumen Penilaian Stresor Psikososial (IPSP)

IPSP merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk menentukan taraf beratnya stessor psikososial responden. Penentuan beratnya stesor dengan mempergunakan instrumen mempertimbangkan unsur objektivitas


(43)

pemeriksa dan unsur penghayatan responden dengan memberi bobot 0 untuk perasaan yang tidak terganggu, 1 untuk perasaan yang terganggu, dan 2 untuk perasaan sangat terganggu. Obyektivitas penilaian besar derajat stressor dilakukan dengan memberikan bobot yang berbeda untuk masing – masing peristiwa, yaitu 1 untuk pernyataan 1 – 5; 2 untuk pernyataan 6 – 10; 3 untuk pernyataan 11 – 15; 4 untuk pernyataan 16 – 20, 5 untuk pernyataan 21 – 30, dan 6 untuk pernyataan 31 – 35. Skor untuk masing – masing butir adalah dengan mengalikan bobot butir dengan bobot perasaan responden atas peristiwa tersebut, dan akhirnya taraf beratnya stres ditentukan dengan menjumlah skor semua butir peristiwa yang ada.

4. TMAS (The Taylor Manifest Anxiety Scale ) 5. BDI( Beck Depression Index)

I. Cara Kerja

1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala SMA N 1 Sukoharjo.

2. Setelah mendapakan izin, peneliti kemudian melakukan pembagian kuosioner IPSP, LLMPI, TMAS dan BDI kepada seluruh siswa kelas III SMA N 1 Sukoharjo.

3. Peneliti membagi seluruh siswa tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan bimbingan belajar dan kelompok tanpa bimbingan belajar. 4. Peneliti melakukan restriksi terhadap masing-masing kelompok dengan


(44)

menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi pada hasil pengisian kuosioner sehingga didapatkan jumlah total akhir sampel yang memenuhi kriteria tersebut.

5. Setelah kelompok dengan bimbingan belajar telah mendapat paparan binbingan belajar maka peneliti melakukan pembagian kuosioner LLMPI, TMAS dan BDI pada kedua kelompok tersebut.

6. Selanjutnya data derajat kecemasan dan depresi yang diperoleh pada pengisian kuosioner terakhir akan dianalisis menggunakan teknik analisa data yang telah dipilih.

J. Teknik analisa data

Ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III SMU dalam menghadapi SNMPTN akan diuji menggunakan uji t-independent. Alasan dipilihnya uji t-independen karena skala variabel bebas dalam penelitian ini adalah nominal, sedangkan skala variabel terikatnya numerik. Data akan diolah dengan Sta stistica l P r oduct a nd Ser vice Solution (SP SS) 17 for Windows sehingga akan diperoleh hasil yang pada akhirnya dapat digunakan untuk melihat pengaruh tersebut bermakna atau tidak bermakna.


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo pada tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode pretest dan posttest. Pretest dilakukan dengan tujuan merestriksi sampel serta mengetahui derajat kecemasan dan depresi sampel sebelum diberikan perlakuan. Untuk merestriksi sampel digunakan dua kuosioner yaitu, LMMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory) dan IPSP (Instrumen Penilaian Stresor Psikososial). Pada awal penelitian didapatkan total sampel sebanyak 162 siswa, dari jumlah sampel tersebut diketahui 20 siswa tidak mengikuti SNMPTN dan 15 siswa tidak melakukan pengisian data secara lengkap. Oleh karena itu total sampel yang memenuhi syarat mengikuti pretest adalah 127 siswa. Hasil pretest menunjukkan sebanyak 15 siswa tidak memenuhi syarat untuk menjadi sampel karena 9 siswa tidak lolos tes kebohongan (LLMPI) dan 6 siswa memiliki skor IPSP lebih dari nilai cut off point rata-rata. Jadi, setelah melalui proses restriksi berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi didapatkan total sampel yang memenuhi syarat menjadi sampel penelitian berjumlah 112 siswa.


(46)

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan perlakuan

No Kelompok Jumlah Persentase (%)

1 2 Bimbingan Belajar Kontrol Total 57 55 112 50,8 49,2 100 Sumber : Data Primer, 2010

Dari Tabel 1 diketahui bahwa kelompok bimbingan belajar memiliki jumlah sampel yang lebih banyak daripada kelompok kontrol walaupun perbedaannya tidak signifikan. Sampel kelompok bimbingan belajar yaitu sebanyak 57 siswa (50,8%), sedangkan kelompok kontrol berjumlah 55 siswa (49,2%).

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

No Kelompok Jenis Kelamin Total Persentase (%)

Total (%)

L P L P

1 2 Bimbingan Belajar Kontrol 19 26 38 29 57 55 33,3 47,2 66,7 52,8 100 100 Sumber : Data Primer, 2010

Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan pada kedua kelompok memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Kelompok bimbingan belajar memiliki jumlah sampel perempuan sebanyak 38 siswa (66,7%) dari 57 siswa. Pada kelompok kontrol sampel


(47)

perempuan berjumlah 29 siswa (52,8%) dari total keseluruhan sampel kelompok kontrol sebanyak 55 siswa.

Tabel 3. Rerata skor TMAS (The Taylor Manifest Anxiety Scale)

No Kelompok Rerata skor TMAS (mean ± SD)

Rerata selisih skor TMAS pretest dan

postest

Pretest Postest

1. Bimbingan

belajar

19,88 ± 4,285 20,81 ± 3,319 0,93 ± 3,099

2. Kontrol 21,62 ± 5,144 24,82 ± 5,092 3,22 ± 2,917

Sumber : Data Primer, 2010

Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui. baik pada pretest maupun posttest, diketahui bahwa rerata skor TMAS pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok bimbingan belajar. Pada pretest diketahui rerata skor TMAS kelompok bimbingan belajar sebesar 19,88 ± 4,285 dan pada kelompok kontrol sebesar 21,62 ± 5,144. Sedangkan pada posttest diketahui rerata skor TMAS pada kelompok bimbingan belajar sebesar 20,81 ± 3,319 dan pada kelompok kontrol sebesar 24,82 ± 5,092. Dibandingkan dengan kelompok bimbingan belajar, kelompok kontrol juga memiliki rerata selisih skor TMAS pretest dan posttest yang lebih tinggi, yaitu 3,22 ± 2,917.


(48)

Tabel 4. Rerata skor BDI (Beck Depr ession Index) No Kelompok Rerata skor BDI

(mean ± SD)

Rerata selisih skor BDI pretest dan

postest

Pretest Postest

1. Bimbingan

belajar

4,81 ± 3,637 6,40 ± 3,751 1,58 ± 2,000

2. Kontrol 5,55 ± 5,280 8,96 ± 6,083 3,31 ± 3,985

Sumber : Data Primer, 2010

Dari Tabel 4 tersebut, diketahui baik pada pretest maupun posttest, rerata skor BDI pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok bimbingan belajar. Pada pretest diketahui rerata skor BDI pada kelompok bimbingan belajar sebesar 4,81± 3,637 dan kelompok kontrol sebesar 5,55± 5,280. Sedangkan pada posttest diketahui rerata skor BDI pada kelompok bimbingan belajar sebesar 6,40 ± 3,751 dan pada kelompok kontrol sebesar 8,96 ± 6,083. Kelompok kontrol juga memiliki rerata selisih skor BDI pretest dan posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bimbingan belajar, yaitu 3,31 ± 3,985.

B. Analisis Statistika

Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji t-independent yang merupakan uji parametrik Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak berhubungan satu sama lain. Adapun syarat uji t-independent adalah data berskala numerik, terdistribusi secara normal, dan variansi kedua kelompok dapat sama atau berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk


(49)

mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov karena sampel yang digunakan > 50, sedangkan untuk mengetahui variansi kedua kelompok dapat dilakukan uji homogenitas Levene’s Test.

Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test menunjukkan terdapat perbedaan varians rerata skor TMAS pretest dan posttest antara kelompok bimbingan belajar dan kontrol (p < 0,05) . Sedangkan pada rerata selisih skor BDI pretest dan posttest antara kelompok bimbingan belajar dan kontrol tidak terdapat perbedaan varians (p > 0,05). Karena data yang akan diolah terdiri atas 2 kelompok, maka normalitas data bukan merupakan suatu syarat yang mutlak dilakukannya uji parametrik.

Sebaran data dikatakan normal bila nilai p > 0,05. Pada penelitian ini, distribusi data untuk skor rerata selisih skor TMAS dan rerata selisih skor BDI tidak normal. Oleh karena itu, data harus dinormalkan terlebih dahulu melalui proses transformasi. Setelah ditransformasi sebaran data tetap tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji


(50)

parametrik t-independent melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu uji non-parametrik Mann-Whitney

Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney Data Rerata Selisih Skor TMAS Pre dan Postest

Sumber : Data Primer, 2010

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata selisih skor derajat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi yang sangat bermakna antara kelompok perlakuan bimbingan belajar dengan kelompok kontrol.

Gambar 1. Boxplot Rerata Selisih Skor TMAS Pre dan Postest

Kelompok

Rerata selisih skor TMAS pretest dan

posttest (mean ± SD)

Analisis Mann-Whitney

Bimbingan Belajar 0,93 ± 3,099 p = 0,001


(51)

Gambar di atas menunjukkan adanya perbedaan rerata selisih skor TMAS pre dan posttest antara kelompok kontrol (non bimbel) dengan kelompok perlakuan (bimbel)

Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney Data Rerata Selisih Skor BDI Pre dan Postest

Sumber : Data Primer, 2010

Tabel 6 di atas menunjukkan dari hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,191 (p > 0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata selisih skor derajat depresi sebelum dan sesudah intervensi yang bermakna antara kelompok dengan perlakuan bimbingan belajar dengan kelompok kontrol.

Gambar 2. Boxplot Rerata Selisih Skor BDI Pre dan Postest

Kelompok

Rerata selisih skor BDI

pretest dan posttest

(mean ± SD)

Analisis Mann-Whitney

Bimbingan belajar 1,58 ± 2,000 p = 0,191


(52)

Secara deskriptif data selisih skor BDI pr e dan posttest juga ditunjukkan oleh Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan rerata selisih skor BDI pre dan posttest antara kelompok kontrol (non bimbel) dengan kelompok perlakuan (bimbel).


(53)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 1 diketahui jumlah sampel yang dapat dianalisis dalam penelitian ini adalah 112 siswa. Jumlah total sampel sebesar 112 siswa tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan bimbingan belajar yang berjumlah 57 siswa dan kelompok kontrol yang berjumlah 55 siswa. Selisih jumlah sampel kedua kelompok yang tidak terlalu besar tersebut bukan merupakan suatu intervensi dari penulis melainkan murni didapatkan melalui proses restriksi, dimana sampel yang tidak memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi tidak akan digunakan sebagai sampel pada penelitian postest. Walaupun analisis menggunakan uji t - independent tidak mengharuskan jumlah sampel sama dari setiap kelompok, tetapi dengan selisih jumlah yang minimal, ketimpangan selisih jumlah sampel dari masing-masing kelompok tersebut dapat dihindari.

Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, kelompok bimbingan belajar memiliki sampel perempuan lebih banyak daripada kelompok kontrol. Meskipun berdasarkan penelitian sebelumnya, jenis kelamin perempuan memiliki resiko lebih besar untuk mengalami gangguan kecemasan dan depresi (Ibrahim, 2002 ; Kaplan dan Sadock, 2005; Sullivan, 2000), tetapi pada penelitian ini tidak mengkategorikan jenis kelamin ke dalam variabel luar


(54)

yang dapat dikendalikan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan mengantisipasi kekurangan jumlah sampel, mengingat mayoritas siswa di SMU 1 Sukoharjo berjenis kelamin perempuan.

Dari Tabel 3 diketahui rerata selisih skor TMAS (The Taylor Manifest Anxiety Scale)pre dan posttest kelompok bimbingan belajar adalah 0,93 ± 3,099 dan pada kelompok kontrol adalah 3,22 ± 2,917. Sedangkan pada Tabel 4 diketahui rerata selisih skor BDI (Beck Depression Inventory) pre dan posttest kelompok bimbingan belajar adalah 1,58 ± 2,000 dan kelompok kontrol adalah 3,31 ± 3,985. Masing-masing perbedaan rerata tersebut kemudian dianalisis dengan uji t-independent, tetapi setelah dianalisis lebih lanjut diketahui bahwa skor selisih TMAS dan skor BDI memiliki distribusi data yang tidak normal. Setelah dilakukan proses transformasi untuk menormalkan distribusi data, ternyata data tersebut tetap tidak normal. Oleh karena itu, analisis data dalam penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik t-independent melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu uji non-parametrik Mann-Whitney.

Hasil yang diperoleh dari uji tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata selisih skor TMAS pre dan posttest antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang sangat bermakna, dimana p = 0,001 (p < 0,05). Pada derajat depresi ditemukan hasil yang berbeda yaitu tidak terdapat perbedaan rerata selisih skor BDI pre dan posttest antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang bermakna dengan nilai p = 0,191 (p > 0,05).


(55)

Perbedaan rerata selisih skor TMAS pr e dan posttest yang signifikan antara kelompok bimbingan dan kelompok kontrol dalam menghadapi SNMPTN diharapkan terjadi karena faktor dari bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pendidikan jalur non formal yang dilaksanakan di luar sekolah dan diselenggarakan oleh lembaga bimbingan belajar. Tujuan umum dari bimbingan belajar adalah membantu siswa untuk menemukan cara belajar yang tepat, meningkatkan ketrampilan belajar, memilih program studi yang sesuai dan memecahkan kesulitan yang berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (Syah, 2004).

Bagi para siswa, mengikuti ujian termasuk di dalamnya SNMPTN dapat merupakan kejadian hidup yang stresfull. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan sense of control dan self efficacy yang cukup adekuat agar terhindar dari gangguan psikologis dan fisik. Sense of control sangat memiliki pengaruh terhadap kontinum perasaan tiap individu dalam menghadapi stress. Ketika terjadi suatu ancaman dan tantangan, tubuh dapat meresponnya melalaui empat perasaan yaitu, excitement, stres, cemas dan depresi (Durand dan Barlow, 2006). Ancaman dan tantangan yang datang ketika individu tersebut sudah merasa siap dan sangat mampu untuk mengatasinya akan menimbulkan perasaan excitement (bergairah). Tetapi jika ancaman datang, padahal individu tersebut tidak memiliki persiapan yang cukup untuk menghadapinya, maka ancaman tersebut akan menimbulkan perasaan tertekan. Adapun sebagai responnya individu


(56)

tersebut harus berusaha lebih keras untuk dapat menghadapi ancaman tersebut. Individu yang mengalami banyak tekanan kemungkinan akan timbul stress yang ditandai dengan perasaan mudah tegang dan mudah marah. Jika ancaman datang dan individu tersebut percaya tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman tersebut, maka mungkin akan timbul perasaan cemas. Pada individu yang selalu mempersepsi bahwa kehidupannya mengancam mungkin kehilangan harapan dan merasa dirinya tidak akan pernah memiliki kontrol akan masuk ke dalam tahap depresi, dimana sudah tidak ada lagi usaha untuk mengatasi ancaman tersbut.

Dengan mengikuti bimbingan belajar diharapkan siswa dapat terstimulasi untuk melakukan penyesuaian diri terhadap stressor yang ada sehingga dapat menghindari terjadinya stres, kecemasan bahkan depresi. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Isnaeni (2005) diketahui bahwa keikutsertaan siswa dalam bimbingan belajar memiliki pengaruh positif yang ditunjukkan oleh perbedaan rerata nilai akhir kelompok bimbingan belajar dan kelompok kontrol, dimana kelompok bimbingan belajar memiliki rerata nilai yang lebih tinggi. Dari hasil tersebut faktor prestasi dapat menjadi suatu parameter kesiapan individu dalam menghadapi ujian. Dengan tingkat prestasi yang lebih baik, diharapkan siswa yang mengikuti bimbingan belajar memiliki self efficacy yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar.


(57)

Keyakinan akan kemampuan dalam menghadapi peristiwa stresfull, dalam hal ini ujian terkait dengan faktor kesiapan. Kelompok bimbingan belajar mendapatkan tambahan materi pelajaran sehingga menjadi lebih terbiasa melakukan latihan soal serta mendapatkan pembahasan secara intensif. Bimbingan belajar juga memberikan bimbingan dan arahan dalam memilih dan menentukan program studi atau perguruan tinggi yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa (Rakhmat dkk, 2009). Hal tersebut menjadi nilai tambah bagi siswa yang mengikuti bimbingan belajar, sehingga menjadikan dirinya lebih siap baik secara akademik maupun psikologis dalam menghadapi SNMPTN.

Pada penelitian ini, hasil analisis perbedaan rerata selisih skor BDI pr e dan posttest antara kelompok bimbingan dan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil tersebut berbeda dengan hipotesis penelitian, dimana diharapkan bimbingan belajar dapat memberikan pengaruh derajat depresi siswa yang akan mengikuti ujian. Kontinum perasaan dalam menghadapi ancaman dan tantangan bergerak menuju dua arah, tergantung dari self of control dan self efficacy tiap individu. Perasaan depresi muncul setelah timbul perasaan stres dan cemas sehingga untuk menimbulkan perasaan depresi pada individu dibutuhkan waktu yang lebih lama dan stresor yang lebih kuat daripada perasaan cemas. Selain karena hal tersebut kemungkinan terjadi karena masih banyaknya keterbatasan pada penelitian ini, antara lain belum dapat dikendalikannya faktor genetik, jenis kelamin dan tipe kepribadian. Data dari studi-studi keluarga


(58)

menunjukkan bahwa semakin banyak tanda dan gejala depresi pada pasien tertentu, semakin tinggi angka depresi pada anggota keluarga tingkat pertama dan anak-anaknya (Durand dan Barlow, 2006). Dari faktor jenis kelamin, diketahui bahwa umumnya perempuan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada laki-laki (Sullivan, 2000). Tipe kepribadian tertentu seperti dependen-oral, obsesif-kompulsif, histerikal mungkin berada dalam resiko yang besar untuk mengalami depresi (Kaplan dan Sadock, 2005).

Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah sampel yang digunakan terbatas pada satu lokasi tertentu yaitu SMU N 1 Sukoharjo sehingga hasil penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian, yaitu SMU N 1 Sukoharjo. Terkait dengan hal-hal tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengendalikan semua variabel luar yang dapat mempengaruhi derajat kecemasan dan depresi pada siswa yang mengikuti SNMPTN dan pada populasi yang lain atau lebih luas sehingga hasil yang diperoleh akan lebih bermakna. .


(59)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Bimbingan belajar berpengaruh secara sangat bermakna terhadap penurunan derajat kecemasan siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN.

2. Bimbingan belajar berpengaruh secara tidak bermakna terhadap penurunan derajat depresi siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan tambahan materi dan bimbingan bagi siswa yang akan mengikuti SNMPTN.

2. Dibutuhkan komunikasi dan perhatian yang lebih baik antara pihak sekolah, orangtua dan siswa di dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam rangka menghadapi ujian.


(60)

3. Siswa yang akan menghadapi SNMPTN dapat mengikuti bimbingan belajar guna mempersiapkan ujian dengan lebih baik sehingga dapat terhindar dari perasaan cemas yang berlebihan.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa dalam menghadapi SNMPTN dengan mengendalikan faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi, seperti faktor genetik, jenis kelamin dan tipe kepribadian yang belum dapat dikendalikan dalam penelitian ini.

5. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas untuk memperluas generalisasi hasil penelitian dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan terpercaya.

6. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terkait manfaat-manfaat dari bimbingan belajar yang dapat mempengaruhi derajat kecemasan dan depresi siswa dalam menghadapi ujian.


(1)

Perbedaan rerata selisih skor TMAS pr e dan posttest yang signifikan antara kelompok bimbingan dan kelompok kontrol dalam menghadapi SNMPTN diharapkan terjadi karena faktor dari bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pendidikan jalur non formal yang dilaksanakan di luar sekolah dan diselenggarakan oleh lembaga bimbingan belajar. Tujuan umum dari bimbingan belajar adalah membantu siswa untuk menemukan cara belajar yang tepat, meningkatkan ketrampilan belajar, memilih program studi yang sesuai dan memecahkan kesulitan yang berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (Syah, 2004).

Bagi para siswa, mengikuti ujian termasuk di dalamnya SNMPTN dapat merupakan kejadian hidup yang stresfull. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan sense of control dan self efficacy yang cukup adekuat agar terhindar dari gangguan psikologis dan fisik. Sense of control sangat memiliki pengaruh terhadap kontinum perasaan tiap individu dalam menghadapi stress. Ketika terjadi suatu ancaman dan tantangan, tubuh dapat meresponnya melalaui empat perasaan yaitu, excitement, stres, cemas dan depresi (Durand dan Barlow, 2006). Ancaman dan tantangan yang datang ketika individu tersebut sudah merasa siap dan sangat mampu untuk mengatasinya akan menimbulkan perasaan excitement (bergairah). Tetapi jika ancaman datang, padahal individu tersebut tidak memiliki persiapan yang cukup untuk menghadapinya, maka ancaman tersebut akan menimbulkan perasaan tertekan. Adapun sebagai responnya individu


(2)

tersebut harus berusaha lebih keras untuk dapat menghadapi ancaman tersebut. Individu yang mengalami banyak tekanan kemungkinan akan timbul stress yang ditandai dengan perasaan mudah tegang dan mudah marah. Jika ancaman datang dan individu tersebut percaya tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman tersebut, maka mungkin akan timbul perasaan cemas. Pada individu yang selalu mempersepsi bahwa kehidupannya mengancam mungkin kehilangan harapan dan merasa dirinya tidak akan pernah memiliki kontrol akan masuk ke dalam tahap depresi, dimana sudah tidak ada lagi usaha untuk mengatasi ancaman tersbut.

Dengan mengikuti bimbingan belajar diharapkan siswa dapat terstimulasi untuk melakukan penyesuaian diri terhadap stressor yang ada sehingga dapat menghindari terjadinya stres, kecemasan bahkan depresi. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Isnaeni (2005) diketahui bahwa keikutsertaan siswa dalam bimbingan belajar memiliki pengaruh positif yang ditunjukkan oleh perbedaan rerata nilai akhir kelompok bimbingan belajar dan kelompok kontrol, dimana kelompok bimbingan belajar memiliki rerata nilai yang lebih tinggi. Dari hasil tersebut faktor prestasi dapat menjadi suatu parameter kesiapan individu dalam menghadapi ujian. Dengan tingkat prestasi yang lebih baik, diharapkan siswa yang mengikuti bimbingan belajar memiliki self efficacy yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar.


(3)

Keyakinan akan kemampuan dalam menghadapi peristiwa stresfull, dalam hal ini ujian terkait dengan faktor kesiapan. Kelompok bimbingan belajar mendapatkan tambahan materi pelajaran sehingga menjadi lebih terbiasa melakukan latihan soal serta mendapatkan pembahasan secara intensif. Bimbingan belajar juga memberikan bimbingan dan arahan dalam memilih dan menentukan program studi atau perguruan tinggi yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa (Rakhmat dkk, 2009). Hal tersebut menjadi nilai tambah bagi siswa yang mengikuti bimbingan belajar, sehingga menjadikan dirinya lebih siap baik secara akademik maupun psikologis dalam menghadapi SNMPTN.

Pada penelitian ini, hasil analisis perbedaan rerata selisih skor BDI pr e dan posttest antara kelompok bimbingan dan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil tersebut berbeda dengan hipotesis penelitian, dimana diharapkan bimbingan belajar dapat memberikan pengaruh derajat depresi siswa yang akan mengikuti ujian. Kontinum perasaan dalam menghadapi ancaman dan tantangan bergerak menuju dua arah, tergantung dari self of control dan self efficacy tiap individu. Perasaan depresi muncul setelah timbul perasaan stres dan cemas sehingga untuk menimbulkan perasaan depresi pada individu dibutuhkan waktu yang lebih lama dan stresor yang lebih kuat daripada perasaan cemas. Selain karena hal tersebut kemungkinan terjadi karena masih banyaknya keterbatasan pada penelitian ini, antara lain belum dapat dikendalikannya faktor genetik, jenis kelamin dan tipe kepribadian. Data dari studi-studi keluarga


(4)

menunjukkan bahwa semakin banyak tanda dan gejala depresi pada pasien tertentu, semakin tinggi angka depresi pada anggota keluarga tingkat pertama dan anak-anaknya (Durand dan Barlow, 2006). Dari faktor jenis kelamin, diketahui bahwa umumnya perempuan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada laki-laki (Sullivan, 2000). Tipe kepribadian tertentu seperti dependen-oral, obsesif-kompulsif, histerikal mungkin berada dalam resiko yang besar untuk mengalami depresi (Kaplan dan Sadock, 2005).

Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah sampel yang digunakan terbatas pada satu lokasi tertentu yaitu SMU N 1 Sukoharjo sehingga hasil penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian, yaitu SMU N 1 Sukoharjo. Terkait dengan hal-hal tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengendalikan semua variabel luar yang dapat mempengaruhi derajat kecemasan dan depresi pada siswa yang mengikuti SNMPTN dan pada populasi yang lain atau lebih luas sehingga hasil yang diperoleh akan lebih bermakna. .


(5)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Bimbingan belajar berpengaruh secara sangat bermakna terhadap penurunan derajat kecemasan siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN.

2. Bimbingan belajar berpengaruh secara tidak bermakna terhadap penurunan derajat depresi siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan tambahan materi dan bimbingan bagi siswa yang akan mengikuti SNMPTN.

2. Dibutuhkan komunikasi dan perhatian yang lebih baik antara pihak sekolah, orangtua dan siswa di dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam rangka menghadapi ujian.


(6)

3. Siswa yang akan menghadapi SNMPTN dapat mengikuti bimbingan belajar guna mempersiapkan ujian dengan lebih baik sehingga dapat terhindar dari perasaan cemas yang berlebihan.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan depresi siswa dalam menghadapi SNMPTN dengan mengendalikan faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi, seperti faktor genetik, jenis kelamin dan tipe kepribadian yang belum dapat dikendalikan dalam penelitian ini.

5. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas untuk memperluas generalisasi hasil penelitian dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan terpercaya.

6. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terkait manfaat-manfaat dari bimbingan belajar yang dapat mempengaruhi derajat kecemasan dan depresi siswa dalam menghadapi ujian.


Dokumen yang terkait

STUDI DESKRIPTIF TENTANG TINGKAT KECEMASAN DAN GAYA BELAJAR PADA SISWA SMU KELAS III DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

2 10 2

TINGKAT KECEMASAN SISWA SMU DALAM MENGHADAPI UMPTN

0 2 11

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS X YANG MENGIKUTI DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas X Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi Ujian Semester Di SMA N 1 Gubug.

0 1 14

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas X Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi Ujian Semester Di SMA N 1 Gubug.

0 2 5

BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TRANGSAN GATAK SUKOHARJO TAHUN PEMBELAJARAN 2010 / 2011

0 0 14

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL.

0 0 9

PENGARUH KECEMASAN MENGHADAPI TES MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI Pengaruh Kecemasan Menghadapi Tes Matematika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi (Pada Siswa Kelas Viii Smp N 1 Rembang Tah

0 1 15

PENGARUH KECEMASAN MENGHADAPI TES MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI Pengaruh Kecemasan Menghadapi Tes Matematika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi (Pada Siswa Kelas Viii Smp N 1 Rembang Tah

0 1 14

PERBEDAAN DERAJAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL ANTARA SISWA KELAS IX YANG INGIN MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SMA DAN SMK DI SMP N 1 PEDAN KLATEN.

0 0 11

PENGARUH CARA BELAJAR DAN MOTTVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS II SMU N COLOMADU KARANGANYAR.

0 0 3