HUBUNGAN TEBAL LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) DENGAN USIA AWAL ANDROPAUSE

(1)

commit to user

HUBUNGAN TEBAL LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) DENGAN USIA AWAL ANDROPAUSE

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

LINTANG SEKAR GUMILAR

G0007206

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) Dengan Usia Awal Andropause

Lintang Sekar Gumilar, NIM : G0007206, Tahun : 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Selasa, Tanggal 21 Desember Tahun 2010

Pembimbing Utama

Nama : Yoseph Indrayanto, dr., MS., Sp. And., SH

NIP : 19560815 198403 1 001 ………

Pembimbing Pendamping

Nama : Budiyanti Wiboworini, dr., M. Kes., Sp.GK

NIP : 19650715 199702 2 001 ………

Penguji Utama

Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes

NIP : 19600418 199203 1 001 ………

Anggota Penguji

Nama : Indriyati, Dra

NIP : 19581201 198601 2 001 ………

Surakarta, ... Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes. NIP : 19660702 199802 2 001

Dekan Fakultas Kedokteran UNS

Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr., MS NIP : 19481107 197310 1 003


(3)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,...

Lintang Sekar Gumilar


(4)

commit to user

ABSTRAK

LINTANG SEKAR GUMILAR, G0007206, 2010. HUBUNGAN TEBAL

LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) DENGAN USIA AWAL ANDROPAUSE

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan studi penelitian observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik purposive sampling yang dilakukan pada bulan Oktober 2010. Besar sampel yang digunakan adalah 30 orang yang bekerja di Fakultas Kedokteran UNS sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara langsung dan pengisian kuesioner Androgen Deficiency in Ageing Male (ADAM)

Test dan Ageing Male’s Symptomps (AMS) Test. Data yang diperoleh dianalisis

secara statistik dengan uji korelasi non-parametrik Spearman menggunakan

SPSS.16 for Windows.

Hasil Penelitian: Diperoleh nilai signifikansi p = 0,027 (p < 0,05) yang

menunjukkan bahwa korelasi antara Tebal Lemak Bawah Kulit dengan Usia Awal Andropause adalah bermakna. Hasil uji korelasi non-parametrik Spearman didapatkan nilai r = 0,405 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan

usia awal andropause pada karyawan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


(5)

commit to user

ABSTRACT

LINTANG SEKAR GUMILAR, G0007206, 2010. THE RELATION

BETWEEN SKINFOLD THICKNESS WITH THE BEGINNING AGE OF ANDROPAUSE

Objective: The objective of this research was to know the relation between

skinfold thickness with beginning age of andropause in Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta.

Methods: This research used analytical observational research study with Cross

Sectional approach by using purposive sampling technique which had been done in October 2010. The size of sample which had been taken was 30 people, who worked in School of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta, who were appropriate to the required inclusion criteria. The data was collected direct measuring of skinfold thickness and answering the Androgen Deficiency in Ageing Male (ADAM) Test and Ageing Male’s Symptomps (AMS) Test questionnaire . The data as a result was analysed statistically by Spearman analysis by using SPSS.16 for Windows.

Result: The significancy value was p = 0,027 (p < 0,05) showed the relation

between skinfold thickness with beginning age of andropause was significant. The result of Spearman was r = 0,405 proved positive correlation with weak correlation’s potency.

Conclusion: There was a relation between skinfold thickness with the beginning

age of andropause in Faculty of Medicine Sebelas Maret University’s workers, Surakarta.


(6)

commit to user

PRAKATA

Alhamdulilllahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) dengan Usia Awal Andropause”.

Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., M. S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

2. Muthmainah, dr., M. Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

3. Yoseph Indrayanto, dr., MS., Sp. And., SH. selaku Pembimbing Utama

atas semua bimbingan, saran, motivasi, dan masukan dalam penyusunan skripsi.

4. Budiyanti Wiboworini, dr., M. Kes., Sp.GK selaku Pembimbing

Pendamping atas semua bimbingan, saran, motivasi, dan masukan dalam penyusunan skripsi.

5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes. selaku Penguji Utama atas saran dan masukan

dalam penyusunan skripsi.

6. Indriyati, Dra. selaku Anggota Penguji atas saran dan masukan dalam

penyusunan skripsi.

7. Tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan pelayanan dan kemudahan dalam pelaksanaan skripsi.

8. Sugeng Santoso dan Siti Hajar sebagai orang tua terbaik yang tidak akan

pernah tergantikan. Tando Linggar Bumi yang telah memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga dan Bayu Perkasa yang telah membantu dan mendukung dalam

penyelesaian skripsi.

10.Sahabat sahabatku yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga selesainya

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kesempurnaan hanya milik Allah, dari Allah-lah segala sesuatu bermula dan kepada-Nya pula segalanya bermuara. Penulis menyadari skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak yang membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga apa yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 2010


(7)

commit to user

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... Latar Belakang Masalah ... 1

B. ... Perumus an Masalah ... 4

C. ... Tujuan Penelitian ... 4

D. ... Manfaat Penelitian ... 4

1. ... Manfaat Teoritis ………. ... 4

2. ... Manfaat Praktis ……….. ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. ... Tinjaua n Pustaka ... 6

1. ... Obesitas ... 6

2. ... Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) ... 11

3. ... Andropa use ... 13

1) ... Hormon Testosteron ... 16

2) ... Gejala dan Tanda Andropause ... 17


(8)

commit to user

3) ... Diagnos is Andropause ... 18 4. ... Hubung

an Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) terhadap Andropause 19

B. ... Kerangk a Pemikiran ... 21 C. ... Hipotesi

s ... 21 BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. ... Jenis Penelitian ... 22 B. ... Lokasi

Penelitian ... 22 C. ... Subjek

Penelitian ... 22 D. ... Besar

Sampel ... 23 E. ... Teknik

Sampling ... 23 F. ... Rancang

an Penelitian ... 24 G. ... Identifik

asi Variabel Penelitian ... 25 H. ... Definisi

Operasional Variabel ... 25 I. ... Alat dan Bahan Penelitian ... 28 J. ... Pelaksa

naan Penelitian ... 28 K. ... Teknik


(9)

commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 31 BAB V PEMBAHASAN ... 37

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. ... Simpula n ... 41

B. ... Saran 41 DAFTAR PUSTAKA ... 42


(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Perubahan Hormonal Yang Terjadi Pada Pria Andropause ... 15

Tabel 2. Intrepretasi Nilai R ... 30

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 32

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) 32 Tabel 5. Uji Normalitas ... 34

Tabel 6. Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman antara Persentase Lemak Tubuh


(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Target Organ Hormon Testosteron ………... 17   

Gambar 2. Sintesis Hormon Steroid ………... ... 20

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran ……… .. ……….. 21

Gambar 4. Skema Rancangan Penelitian ... …. 24


(12)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel persentase lemak tubuh standar Lampiran 2 ADAM test dan AMS test

Lampiran 3 Kuesioner penelitian Lampiran 4 Data primer hasil penelitian Lampiran 5 Uji Normalitas

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Analisis Data Menggunakan SPSS 16.0 Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel di FK UNS,

Surakarta.

Lampiran 8 Ethical Clearence dalam Penelitian


(13)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya kondisi sosial beberapa dekade ini menyebabkan makin banyak orang yang mencapai umur panjang. Di Amerika Serikat, tercatat 3 juta orang berusia di atas 85 tahun dan diperkirakan jumlah ini meningkat dua kali lipat pada tahun 2020. Anita dan Moeloek (2002) mengungkapkan bahwa di Indonesia, orang berusia di atas 64 tahun pada tahun 1990 berjumlah 7.099.358 orang. Angka ini diperkirakan meningkat hampir tiga kali pada tahun 2020.

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup. Dalam memasuki usia tua, seorang pria seringkali mengalami berbagai gejala, tanda dan keluhan (sindroma) mirip dengan wanita menopause. Sindroma pada pria menua sering dinamai Andropause. Secara klinis sindroma ini dipresipitasi oleh penurunan hormon tubuh yang relatif cepat yang berinteraksi dengan faktor psiko-sosial yang terjadi dalam perjalanan hidupnya (Wibowo, 2002).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa variasi saat timbulnya andropause dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya obesitas (Muller et al., 2003; Allan et al., 2006). Pria gemuk cenderung lebih cepat mengalami andropause daripada pria bertubuh sedang. Hal ini berkaitan dengan lemak berlebih yang terdapat dalam tubuhnya dapat menurunkan kadar testosteron


(14)

commit to user

2

melalui peningkatan proses aromatisasi testosteron menjadi estrogen (Allan et al., 2006)

Pada umumnya setiap orang mendambakan berat badan yang ideal, tidak sedikit yang memiliki masalah dengan kelebihan berat badan, yaitu

overweight dan untuk tingkat yang lebih parah dikenal dengan istilah obesitas.

Obesitas merupakan masalah yang mendunia, tidak terkecuali di Indonesia. Angka obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyebutkan, di dunia lebih dari 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Bahkan, di Amerika Serikat, sebanyak 280.000 orang meninggal setiap tahunnya karena obesitas (Waturangi, 2007).

Jean Vague (2006) merupakan ilmuwan pertama yang mengemukakan adanya hubungan erat antara perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak tubuh dengan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko obesitas. Dalam sebuah studi prospektif diungkapkan bahwa obesitas tubuh bagian atas berhubungan lebih kuat dengan intoleransi glukosa / diabetes mellitus, hiperinsulinemia, hipertensi, hipertrigliseridemia, dan gout dibandingkan obesitas tubuh bagian bawah (Boivin et al., 2007; Tchernof., 2007; Semiardji, 2004; Widjaya et al., 2004).

Pada orang dewasa kelebihan berat badan ditunjukkan dengan adanya penumpukan lemak tubuh. Penyimpanan (deposit) lemak tubuh secara garis besar terdiri dalam dua bentuk, yaitu berupa essential lipid dan penyimpanan lemak tubuh (fat storage). Fat storage terdiri dari lemak intermuscular, lemak di sekitar organ-organ gastrointestinal tract dan lemak di bawah kulit


(15)

commit to user

(subcutaneous fat). Sepertiga dari total lemak tubuh dapat didekati dengan

cara pengukuran lemak tubuh (subkutan). Lemak tubuh dapat diukur dalam bentuk absolut (kg) sebagai berat dari total lemak tubuh atau berupa persentase dari berat badan total. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan alat ukur skinfold caliper (mm) untuk mengukur triceps

skinfold. Pengukuran lemak tubuh (subkutan) dengan pengukuran triceps

skinfold merupakan pendekatan cara pengukuran yang tidak langsung dari

lemak tubuh yang disimpan yang pada akhirnya dapat pula mengestimasi total lemak tubuh. Diketahui pula bahwa pada orang yang sangat kurus mempunyai proporsi lemak tubuh (subkutan) yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang obese (Fadila, 2001).

Selama ini untuk menilai tingkat obesitas pada orang dewasa digunakan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Hal ini dapat menimbulkan misklasifikasi karena dimungkinkan terjadi pada orang yang overweight tetapi tidak kelebihan lemak (misalnya para atlit) atau sebaliknya pada orang

underweight, tetapi kelebihan lemak tubuh. Berdasarkan hal tersebut maka

pengukuran komposisi lemak tubuh (subkutan) dengan cara pengukuran

triceps, biceps, subscapula dan suprailiaca skinfold pada kelompok populasi

tertentu dicoba dilakukan dengan menghubungkan faktor-faktor yang terkait (Fadila, 2001).

Menurut sepengetahuan peneliti, di Kotamadya Surakarta khususnya Universitas Sebelas Maret belum ada peneitian mengenai hal tersebut. Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah


(16)

commit to user

4

benar terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause pada pria usia 40-60 tahun.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan informasi mengenai hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause demi pengembangan ilmu kedokteran dan penelitian selanjutnya.


(17)

commit to user

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi dan solusi kepada masyarakat, terutama pria tentang tebal lemak bawah kulit dan andropause, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menghadapi andropause.


(18)

commit to user

6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Obesitas

Obesitas berasal dari bahasa latin mempunyai arti makna berlebihan, tetapi saat ini obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat badan sangat berlebihan, secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Namun perlu diwaspadai bahwa masalah obesitas tidak hanya sekedar mempengaruhi penampilan seseorang. Masalah obesitas biasanya juga disertai masalah kesehatan lain seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian (Azwar, 2004).

Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional (obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik hanya sekitar 10% (Hidayati et al, 2006).


(19)

commit to user

Kegemukan atau obesitas terjadi karena mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun didalam sel lemak dibawah kulit. Akibatnya orang tersebut akan menjadi gemuk. Pada awalnya ditandai dengan peningkatan berat badan, Pada wanita penumpukan jaringan lemak, biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, punggung dan perut, baru meluas keseluruh tubuh sampai ke wajah. Sedangkan pada laki-laki, penumpukan jaringan lemak umumnya terjadi di bagian perut (Azwar, 2004).

Ada dua tipe kegemukan berdasarkan distribusinya dalam tubuh yaitu : (Wirakusumah, 2000)

a. Tipe Android (Tipe Buah Apel)

Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas yaitu di sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Umumnya tipe ini terjadi pada pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk pada tipe android lebih banyak terdiri atas lemak jenuh yang mengandung sel-sel lemak yang besar. Penelitian Vague, seorang peneliti dari Perancis, menunjukkan bahwa tipe android ini potensial dan berisiko lebih tinggi menderita penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti diabetes mellitus, penyakit


(20)

commit to user

8

jantung koroner, stroke, pendarahan otak, tekanan darah tinggi, dan kemungkinan untuk terserang kanker payudara 6 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mempunyai berat badan normal. Tetapi, ada segi yang menguntungkannya dari tipe ini yaitu lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe ginecoid asal diikuti dengan diet dan olah raga yang tepat.

b. Tipe Ginecoid (Tipe Buah Pear)

Pada tipe ini, lemak tertimbun di bagian tubuh sebelah bawah yaitu sekitar perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya ditemui pada wanita. Lemak tersebut terdiri atas lemak tidak jenuh, sel lemak kecil dan lembek. Tipe ginecoid lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android karena lebih kecil kemungkinan mengalami risiko terkena penyakit, tetapi lebih sukar untuk menurunkan berat badan (Wirakusumah, 2000).

Faktor-faktor Penyebab Obesitas : (Hidayati et al, 2006). a. Faktor Genetik .

Parental fatness merupakan faktor genetik yang

berperanan besar. Obesitas dapat menurun dalam keluarga tetapi mekanismenya sampai saat ini masih belum jelas, walaupun dalam anggota keluarga secara genetik dapat mengalami kelebihan berat badan. Hal ini dimungkinkan karena banyak gen yang terlibat dalam proses pengeluaran dan pemasukan energi. Penelitian yang


(21)

commit to user

dilakukan pada tahun 1994 terhadap gen obesitas pada tikus telah membuka wawasan mengenai bidang ini. Gen obese ini merupakan suatu protein yang dikenal dengan nama leptin dan diproduksi oleh sel-sel lemak (adipositas) yang disekresikan ke dalam darah. Leptin ini berfungsi sebagai suatu duta (messenger) dari jaringan adiposa yang memberikan informasi ke otak mengenai ukuran massa lemak. Salah satu efek utamanya adalah sebagai penghambat sintesa dan pelepasan neuropeptida Y, dengan cara meningkatkan asupan makanan, menurunkan termogenesis dan meningkatkan kadar insulin. Leptin memberitahukan otak mengenai jumlah lemak yang tersedia, tetapi pada orang obesitas proses ini tidak berjalan.

b. Faktor lingkungan. 1) Aktifitas fisik.

Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy

expenditure, yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure.

Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah pada kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan dengan jogging, aerobik,


(22)

commit to user

10

tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.

2) Faktor nutrisi.

Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak. Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali. Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan. Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino diregulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan dioksidasi. Karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat diregulasi sangat ketat


(23)

commit to user

dan cepat, sehingga perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.

3) Faktor sosial ekonomi.

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas.

2. Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold)

Antropometri merupakan ukuran dari berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh manusia yang dibedakan menurut umur dan tingkat gizi. Indeks antropometri terdiri dari berbagai macam, baik tunggal (misalnya berat/umur), maupun kombinasi (berat/tinggi, triceps skinfold dan


(24)

commit to user

12

dilakukan dengan menggunakan pengukuran indeks massa tubuh (IMT),

skinfold thickness serta rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP)

(Fadila., 2001; Gibson., 2005).

Keunggulan metode antropometri adalah prosedur sederhana, aman, non-invasif, tidak butuh tenaga ahli, ekonomis, mudah dimengerti awam dan ekonomis. Kelemahannya adalah pada alatnya (diatasi dengan peneraan berkala), pemeriksa (observer error) dalam pendataan dan pencatatan, dan butuh data umur yang tepat (Suyatno, 2009).

Pada orang dewasa kelebihan berat badan ditunjukkan dengan adanya penumpukan lemak tubuh. Sepertiga dari total lemak tubuh dapat didekati dengan cara pengukuran lemak tubuh (subkutan). Lemak tubuh dapat diukur dalam bentuk absolut (kg) sebagai berat total lemak tubuh atau berupa persentase dari berat badan total. Ketebalan dari lemak tubuh subkutan pada beberapa bagian tubuh dapat diestimasi dengan menggunakan alat ukur skinfold caliper. Pada orang yang obes terjadi kesulitan pengukuran sehingga meningkatkan error, sedangkan pada orang yang menderita oedema, umumnya terjadi overestimate (Fadila, 2001).

Untuk mengetahui jumlah persentase lemak tubuh dilakukan dengan mengukur ketebalan lemak pada bagian tubuh tertentu. Cara yang sering dikerjakan adalah mengukur 4 tempat, yakni : triceps, biceps,

suprailliaca, dan subscapula menggunakan pencepit lemak (skinfold

caliper). Pengukuran dengan skinfold calipers ini lebih praktis untuk


(25)

commit to user

Pengukuran lemak tubuh pada triceps, biceps, suprailliaca, dan

subscapula diukur dalam satuan millimeter (mm), dan dijumlahkan

sehingga didapat total lemak (mm). Untuk mendapatkan persentase lemak tubuh, total lemak dalam persentase dikalikan dengan berat badan probandus (kg) (Lampiran 1) (Sukmaniah, 2009).

3. Andropause

Andropause adalah kondisi pria di atas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan mirip dengan menopause pada wanita. Karena itu andropause sering disebut menopause pada pria. Akan tetapi istilah andropause merupakan istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan kondisi keluhan-keluhan tersebut. Pada andropause, meskipun keluhannya mirip keluhan menopause, tetapi hal ini tidak berarti bahwa kondisi dan keluhannya akan sama persis dengan wanita (Setiawati dan Juwono, 2006). Pada wanita menopause, produksi sel telur, hormon estrogen, dan siklus haid akan terhenti dengan cara yang relatif “mendadak”. Sedangkan pada pria di atas umur tengah baya, produksi spermatozoa dan hormon testosteron, dan hormon-hormon lainnya turun secara perlahan/bertahap (Soewondo, 2006). Andropause pada umumnya terjadi pada usia sekitar 40-60 tahun, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan keluhan yang mirip dengan menopause ini, antara lain : (Susilo, 2002)


(26)

commit to user

14

a. Klimakterium pada pria b. Viropause

c. PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Men)

d. PTDAM (Partial Testosteron Deficiency in Aging Men)

e. Andropause (untuk defisiensi testosteron)

f. Adrenapouse (untuk defisiensi dehydoepiandrosteron (DHEA) dan

dehydoepiandrosteron sulphate (DHEAS),

g. Somatopause (untuk defisiensi Growth Hormone (GH) dan Insulin

like Growth Factor-I (IGF-1)),

h. Low Testosteron Syndrome

Andropause dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : (Susilo, 2002)

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang berperan dalam terjadinya andropause ialah adanya pencemaran lingkungan yang bersifat fisik, psikogenik, dan faktor diet atau makanan. Faktor yang bersifat fisik yaitu pengaruh bahan kimia yang bersifat estrogenik (menjadi kearah wanita). Bahan kimia tersebut antara lain dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), asam sulfur, difocol, pestisida, insektisida, herbisida, dan pupuk kimia. Efek estrogenik yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan penurunan hormon testosteron. Sedangkan faktor psikogenik yang


(27)

commit to user

berperan yaitu tujuan hidup yang tidak realistik atau terlalu tinggi untuk dicapai, pensiun, stress tubuh/fisik. Karena berbagai gangguan psikologis tersebut dapat menurunkan kadar testosteron dalam darah perifer. Gaya hidup tidak sehat misalkan kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, suka begadang dan pola makan yang tidak seimbang dapat menjadi salah satu faktor penyebab.

b. Faktor organik

Faktor organik yang berperan dalam terjadinya andropause yaitu adanya perubahan hormonal. Pada pria yang telah mengalami penuaan, perubahan hormonal yang terjadi antara lain :

Tabel 1. Perubahan Hormonal Yang Terjadi Pada Pria Andropause

Hormon Perubahan

Testosteron Turun

Luteinizing Hormone (LH) Naik

Follicle Stimulating Hormone (FSH) Naik

Dyhydrotestosteron (DHT) Tidak

Estradiol Tidak

Dehydroepiandrosterone (DHEA) bentuk sulfatnya (DHEAS) Turun

Growth Hormone (GH)/Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-1) Turun

Thyroid Stimulating Hormone(TSH) Turun

T3 (Triiodothyronine) Turun

Insulin Turun

(Sumber : Susilo, 2002) 1) Hormon Testosteron

Testosteron adalah zat androgen utama yang tidak hanya diproduksi oleh testis, tapi juga oleh ovarium pada wanita dan kelenjar adrenal. Sel Leydig pada testis distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sebanyak 25-11 mg sehari, sedangkan


(28)

commit to user

16

kelenjar adrenal dan ovarium membentuk hanya 0,5-2 mg. Dalam darah dan kebanyakan jaringan tujuan testosteron, terdapat enzim 5-α -reduktase yang akan mengubah testosteron menjadi DHT yang lebih aktif, dimana DHT bertanggung jawab atas kebanyakan aktivitas androgen. Sedangkan estradiol merupakan metaboliseme dari DHT, yang mempunyai efek memperkuat atau memperlemah beberapa efek androgen dan produksi estradiol yang berlebihan dapat mengakibatkan efek feminisasi pada pria (Tan dan Kirana, 2002).

Testosteron diproduksi melalui aksis hypothalamus-hipofisis-testis. Dalam tubuh, testosteron didistribusikan dan terikat dengan protein transport. Pada pria, 44% testosteron terikat pada Sex

Hormone Binding Globulin (SHBG), 50 % terikat albumin, dan

sisanya dalam bentuk testosteron bebas. Afinitas testosteron sangat tinggi sehingga hanya testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang menunjukkan bioavailibilitas aktif (Allan et al, 2006; Apter, 2008).


(29)

commit to user

Kondisi yang dapat mempengaruhi penurunan kadar hormon testosteron ialah penuaan, keturunan, peningkatan Body Mass Index

(BMI), stress fisik maupun psikis, gangguan hormon Corticotropic

Releasing Factor, inhibisi Opiodergic dari Hypotalamic Gonadotropin

Releasing Hormone yang bersifat pulsatif, dan atrofi testis akibat

trauma, orchitis, serta varikokel (Susilo, 2002).

Gambar 1. Target Organ Hormon Testosteron (Yusnia, 2009)

2) Gejala dan Tanda Andropause

Berbagai gejala dan tanda yang diakibatkan karena andropause antara lain : (Anita dan Moeloek, 2002)


(30)

commit to user

18

a. Gangguan Vasomotor

Tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, gelisah dan takut. b. Gangguan Fungsi Kognitif dan Suasana Hati

Mudah lelah, menurunnya konsentrasi, berkurangnya ketajaman mental/intuisi. Keluhan depresi, dan hilangnya rasa percaya diri. c. Gangguan Virilitas

Menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga, dan massa otot, kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak dan osteoporosis. d. Gangguan Seksual

Menurunnya minat terhadap seksual/libido, perubahan tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi atau disfungsi ereksi, berkurangnya kemampuan dan volume ejakulasi.

3) Diagnosis Andropause

Pemeriksaan screening menggunakan kuesioner ADAM

(Androgen Deficiency in Aging Men) test memuat 10 pertanyaan

‘ya/tidak’ tentang gejala hipoandrogen. Bila menjawab ‘ya’ untuk pertanyaan 1 atau 7 atau 3 jawaban ‘ya’ selain nomor tersebut, maka pria tersebut mengalami gejala andropause.

Selain ADAM test, dapat juga digunakan AMS (Ageing Male’s


(31)

commit to user

somatis dan seksual (Gunadarma 2005; Setiawati dan Juwono, 2006; Claplauch et al., 2008)

Pemeriksaan screening ini dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar hormon untuk mendapatkan diagnosis pasti andropause. Perubahan hormonal sebagai diagnosa pasti diukur dengan pemeriksaan laboratorium yaitu mengukur kadar testosteron serum, total testosteron, total testosteron bebas, SHBG, DHEA, DHEAS, dan lain-lain (Allan et al, 2006).

4. Hubungan Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) terhadap Andropause

Dalam keadaan normal, lemak, dalam hal ini kolesterol, merupakan cikal bakal terbentuknya hormon testosteron. Testosteron selanjutnya akan diubah menjadi bentuk yang lebih poten yaitu dehidrotestosteron (DHT) yang konversinya terjadi di luar testis. Testosteron, dalam batas normal, juga diubah menjadi estradiol lewat aromatisasi (Murray et al, 2000). Reaksi aromatisasi adalah proses perubahan testosteron menjadi estrogen dengan bantuan enzim aromatase (Nieschlag an Bechre, 2004).


(32)

commit to user

20

Gambar 2. Sintesis Hormon Steroid (Nieschlag an Bechre, 2004)

Penelitian oleh Muller et al., (2003) dan Allan et al., (2006), menunjukkan salah satu faktor yang mempercepat andropause adalah obesitas karena terjadi penumpukan lemak, sehingga dapat meningkatkan aromatisasi. Aromatisasi dominan di jaringan perifer daripada di testis (Apter, 2008).

Berdasarkan 2 penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pertambahan usia telah mengakibatkan penurunan testosteron akibat penurunan fungsi testis itu sendiri. Bila kejadian ini diikuti dengan obesitas, penurunan hormon testosteron akan semakin drastis karena penurunannya diperberat dengan penurunan testosteron akibat aromatisasi yang terjadi di jaringan perifer (jaringan lemak) sehingga manifestasi gejala penurunan testosteron akan muncul lebih awal.


(33)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Mempengaruhi tetapi tidak diteliti

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause.

Faktor Hormonal

Persentase Lemak Tubuh berlebih

Obesitas

Penimbunan lemak meningkat

Testosteron menurun Aromatisasi meningkat

Andropause

Faktor Lingkungan : Kebiasaan Merokok Pengkonsumsi Alkohol Faktor Psikogenik Faktor Organik

Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold)


(34)

commit to user

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

C. Subjek penelitian 1. Kriteria inklusi :

- Pria usia 40-60 tahun : Pria mulai mengalami penuaan sehingga berpengaruh terhadap faktor organik dan terjadi perubahan hormonal.

- Bekerja di UNS.

- Bersedia menjadi subjek penelitian dan menjalani penelitian dengan sukarela.

2. Kriteria eksklusi :

- Mempunyai kebiasaan merokok : Kriteria minimal perokok ringan, yaitu merokok 1-10 batang per hari.

- Mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol : Kriteria minimal pengkonsumsi rata – rata 1 ons alkohol perhari atau sama dengan 28,35 gram perhari.


(35)

commit to user

- Riwayat penyakit (diabetes mellitus ; kardiovaskuler : penyakit jantung koroner, hipertensi) : berdasarkan riwayat penyakit pasien yang diketahui dari lembar kuesioner.

- Memiliki kelainan pada testisnya (atropi testis, prostatis kronis) D. Besar sampel

Rumus ukuran sampel untuk analisis bivariat dibuat berdasarkan kebutuhan minimal sampel pada masing-masing strata, agar data dalam masing-masing strata secara statistik memadai untuk dianalisis. Menurut patokan umum disebut “rule of thumb”, setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2010). Jumlah sampel minimal untuk penelitian ini adalah 60 orang dengan perincian kelompok andropause berjumlah 30 orang dan kelompok bukan andropause 30 orang. Untuk menguji hipotesis antara usia awal andropause dengan tebal lemak bawah kulit, data dianalisis hanya pada pria yang sudah mengalami andropause saja.

E. Teknik sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling

karena pengambilan sampling berdasarkan kriteria tertentu, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.


(36)

commit to user

24

F. Rancangan Penelitian

Gambar 4. Skema Rancangan Penelitian Karyawan UNS

Pengukuran Antropometri (Tebal Lemak Bawah Kulit)

Kuesioner

Andropause Tidak Andropause

Persentase Lemak Tubuh

Uji Korelasi Non- Parametrik

Spearman

ADAM test

AMS test

Usia Awal


(37)

commit to user

G. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Tebal Lemak Bawah Kulit Variabel Terikat : Usia Awal Andropause

Variabel Pengganggu : Faktor organik, Faktor lingkungan. H. Definisi Operasional Variabel

1. Tebal lemak bawah kulit (skinfold)

Tebal lemak bawah kulit adalah gambaran persentase lemak tubuh yang diukur dari ketebalan lemak triceps, biceps, subscapular

dan suprailiaca, dengan menggunakan alat yang disebut skinfold

caliper. Hasil pengukuran dalam satuan millimeter (mm), dijumlahkan

sehingga didapat total lemak (mm). Cara Pengukuran :

a. Lipatan kulit triceps diukur dari pertengahan lengan atas bagian belakang. Subjek berdiri dengan lengan rileks dan palmar menghadap ke bagian lateral paha, palpasi ujung dari acromion dan olecranon. Tandai titik tepat ditengah antara kedua titik tersebut. Pengukuran tebal kulit dilakukan di daerah yang ditandai pada bagian posterior otot triceps, dengan menarik kulit pada arah vertikal sejajar dengan axis panjang. (Gibson., 2005; Kurniawan., 2009)

b. Lipatan kulit biceps diukur dari ketebalan lipatan kulit secara vertikal pada bagian depan pertengahan lengan atas, tepat di


(38)

commit to user

26

atas pertengahan fossa cubiti, sejajar dengan lipatan kulit

triceps. (Gibson, 2005)

c. Lipatan kulit subscapular diukur di bawah dan di sebelah lateral dari sudut puncak bahu, dalam keadaan bahu dan lengan relaksasi. Meletakkan tangan probandus di belakang dapat membantu mengidentifikasi letak daerah yang diukur. Lipatan kulit harus bersudut 45° dari posisi horizontal, sejajar dengan perbatasan dari scapula (Gibson, 2005).

d. Lipatan kulit suprailiaca diukur dari garis pertengahan

axillaris, sedikit lebih tinggi dari puncak iliac. Lipatan kulit

diambil secara oblique di belakang garis pertengahan axillaris

sampai garis belahan iliaka (Gibson, 2005).

Setelah didapatkan jumlah total lemak tubuh, untuk mengetahui kelompok persentase lemak tubuh, total lemak dalam persentase dikalikan dengan berat badan probandus (kg). (Lampiran 1)

Data Pengukuran berskala rasio. 2. Usia Awal Andropause

Andropause adalah kondisi biologis tertentu disertai tanda, gejala, dan timbulnya keluhan disebabkan oleh perubahan hormone serta biokimiawi tubuh tertentu. Yang biasanya timbul setelah usia tengah baya. Andropause ditetapkan berdasarkan kuesioner baku ADAM test dan AMS test (Lampiran 2).


(39)

commit to user

Bila menjawab ‘ya’ untuk pertanyaan (a) atau (g) atau 3 jawaban ‘ya’ selain nomor tersebut, maka pria tersebut telah mengalami gejala andropause. Kuosioner ini telah diujicobakan pada 316 laki-laki berusia 40-62 tahun dan dikorelasikan dengan kadar

testosterone bioactive serum. Alat skrining ini mempunyai spesifisitas

60% dan sensitivitas 80%.

AMS test memuat 17 pertanyaan yang mencakup ranah somatic

(no 1-5, 10, 13), psikologis (no 6-9 dan 11), dan seksual (no.12-14 dan 17). Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui gejala-gejala penuaan pada pria dalam berbagai kondisi untuk mengevaluasi beratnya gejala dan perubahan sebelum dan sesudah terapi androgen. AMS test

mempunyai sensitivitas 73,6% dan spesifisitas 70,4%. Skor AMS ≥ 27 dapat dikorelasikan dengan kadar testosterone bebas 400 mg/dl.

Interpretasi AMS test berdasarkan skor total yang diperoleh dari kuesioner. Skor total ≥ 27 menunjukkan sampel mengalami gejala andropause. Sampel diminta menuliskan usia yang bersangkutan (dalam tahun) saat mulai timbul gejala-gejala seperti tercantum dalam kuesioner. Data pengukuran berskala rasio.

3. Variabel pengganggu - Faktor organik

Faktor organik yang berperan dalam terjadinya andropause yaitu adanya perubahan hormonal. Pada pria yang telah mengalami penuaan, perubahan hormonal yang terjadi antara lain : perubahan


(40)

commit to user

28

hormon testosteron, LH, FSH, DHT, Estradiol, DHEA, DHEAS,

Growth Hormone (GH), TSH, T3, dan Insulin (Susilo, 2002).

Merupakan faktor yang berpengaruh terhadap andropause, dalam penelitian ini faktor tersebut tidak diukur.

- Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang ada di luar tubuh seseorang misalnya kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol serta faktor psikogenik.

I. Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian menggunakan media kuesioner dan pengukuran langsung terhadap tebal lemak bawah kulit (skinfold) menggunakan

skinfold caliper, microtoise dan menggunakan timbangan berat badan

dengan ketelitian 0,1 cm. J. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhadap 60 orang pria, karyawan FK UNS pada bulan Oktober 2010. Subyek mengisi kuesioner baku ADAM test dan AMS test. Setelah itu subyek diukur tebal lemak bawah kulit (skinfold) dengan menggunakan skinfold caliper dengan ketelitian 0,1 cm. hasil pengukuran dicatat pada halaman yang tersedia. Didapatkan 30 orang andropause yang memenuhi syarat menjadi sampel penelitian. Data tebal lemak bawah kulit tersebut dihitung untuk mendapatkan hasil persentase lemak tubuh, kemudian sampel diolah dengan uji statistik non-parametrik


(41)

commit to user

K. Teknik Analisis Data

Data diuji secara statistik menggunakan SPSS.16 for Windows, dan didapatkan nilai p (probabilitas untuk menentukan kesimpulan salah). Untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas agar terpenuhi syarat uji parametrik. Didapatkan sebaran data tidak normal, dengan hasil koefisien varian 10 %, dimana seharusnya nilai koefisien varian > 30 %. Pada uji Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov, skor umur mempunyai nilai p = 0,038. Oleh karena

nilai p < 0.05, maka data dapat diambil kesimpulan mempunyai sebaran tidak normal, atau tidak memenuhi syarat uji parametrik. Maka data akan diolah dengan uji korelasi non-parametrik Spearman.

a. Penyusunan Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause, berarti r = 0

H1 : Ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause, jadi r ≠ 0

(Budi, 2006)

b. Dasar Pengambilan Keputusan

Berdasarkan Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman untuk data rasio, berdasarkan probabilitas

Ho diterima jika probabilitas > 0,05 Ho ditolak jika probabilitas < 0,05


(42)

commit to user

30

c. Nilai r

Nilai r terbesar adalah +1 dan r terkecil adalah –1. r = +1 menunjukkan hubungan positif sempurna, sedangkan r = -1 menunjukkan hubungan negatif sempurna.

Tabel 2. Intrepretasi Nilai R

r Interpretasi

0 Tidak berkorelasi

0,01-0,20 Korelasi Sangat rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Agak rendah

0,61-0,80 Cukup 0,81-0,99 Tinggi

1 Sangat tinggi


(43)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 di Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Subjek penelitian adalah pria usia 40-60 tahun, bekerja di UNS, dan bersedia mengikuti penelitian dengan sukarela.

Data diperoleh dari kuesioner dan pengukuran terhadap Tebal Lemak Bawah Kulit (Skinfold) secara langsung. Populasi pria usia 40-60 tahun di Fakultas Kedokteran UNS sebanyak 71 orang. Dari populasi tersebut terdapat total 9 orang perokok, 3 orang diantaranya mempunyai riwayat penyakit jantung, 4 orang berpenyakit diabetes mellitus (DM). 2 orang tidak bersedia menjadi subjek penelitian. Total terdapat 11 orang yang tidak diikutsertakan sebagai sampel karena tidak memenuhi kriteria inklusi, sehingga jumlah sampel adalah 60 orang. Untuk menguji hipotesis antara usia awal andropause dengan tebal lemak bawah kulit, data dianalisis hanya pada pria yang sudah mengalami andropause saja, yang berjumlah 30 orang.

Data penelitian diperoleh dari kuesioner dan pengukuran tebal lemak bawah kulit (skinfold) dan indeks massa tubuh (IMT). Hasil penelitian sebagai berikut :


(44)

commit to user

32

Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan usia Usia (tahun) Jumlah (%)

40 – 45 11 (36.67 %) 46 – 50 8 (26.67 %) 51 – 55 7 (23.33 %) 56 – 60 4 (13.33 %) Jumlah ( ∑ ) 30 (100 %) (Sumber : data primer penelitian, 2010)

Sampel yang memenuhi kriteria diukur tebal lemak bawah kulit (skinfold) untuk menentukan persentase lemak tubuh, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan tebal lemak bawah kulit (skinfold)

Klasifikasi Jumlah Persentase

Berat Badan Normal (< 17) 8 26.67

Berat Badan Berlebih (≥ 17) 22 73.33 Jumlah ( ∑ ) 30 100

(Sumber : data primer penelitian, 2010)

Tabel 2 memaparkan distribusi sampel berdasarkan tebal lemak bawah kulit (skinfold) pada probandus yang sudah mengalami andropause. Sampel yang memenuhi kriteria (30 orang) diukur tebal lemak bawah kulit (skinfold) untuk mendapatkan hasil persentase lemak tubuh. Pengukuran ini menghasilkan jumlah data sampel Berat Badan Berlebih lebih banyak daripada Berat Badan Normal.


(45)

commit to user

Gambar 5. Grafik Perbedaan Usia Awal Andropause Berdasarkan Klasifikasi Grafik di atas menunjukkan dengan lebih jelas perbedaan usia andropause berdasarkan klasifikasi yang didapat dari pengukuran tebal lemak bawah kulit

(skinfold) dan didapatkan nilai persentase lemak tubuh. Gambar tersebut

memberikan informasi bahwa rata-rata usia awal andropause lebih cepat pada pria dengan berat badan berlebih.

Untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas agar terpenuhi syarat uji parametrik, dengan data sebagai berikut :

Mean : 49,50 Mean :


(46)

commit to user

34

Tabel 5. Uji Normalitas

Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 49.03 .946

95% Confidence Lower Bound 47.10 Interval for Mean Upper Bound 50.97

5% Trimmed Mean 49.07

Median 48.00

Variance 26.861

Std. Deviation 5.183

Minimum 40

Maximum 57

Range 17

Interquartile Range 9

Skewness .083 .427

Kurtosis -1.294 .833

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Umur Statistic df Sig.

.164 30 .038

a. Lilliefors Significance Correction (Sumber: SPSS.16 for Windows)

Tabel 3 memaparkan uji normalitas pada usia probandus untuk mengetahui data memiliki sebaran data normal atau tidak. Didapatkan Koefisien varian 10 %, dimana seharusnya nilai koefisien varian > 30 %. Pada uji Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov, skor umur mempunyai nilai p = 0,038. Oleh karena nilai p

< 0.05, maka data dapat diambil kesimpulan mempunyai sebaran tidak normal, atau tidak memenuhi syarat uji parametrik. Maka data akan diolah dengan uji korelasi non-parametrik Spearman.


(47)

commit to user

Tabel 6. Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman antara Persentase Lemak Tubuh dengan Usia Awal Andropause

Correlations

Umur Tebal Lemak Bawah Kulit Spearman's rho Umur Correlation 1.000 .405*

Coefficient

Sig. (2-tailed) .027 N 30 30 Tebal Lemak Correlation .405* 1.000 Bawah Kulit Coefficient

Sig. (2-tailed) .027

N 30 30 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

(Sumber: SPSS.16 for Windows)

Kemudian, menggunakan sistem SPSS.16 for Windows, data hasil penelitian diuji secara statistik dengan Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman.

Uji statistik dengan taraf keyakinan = 95 %, diperoleh nilai signifikansi 0,027 yang menunjukkan bahwa korelasi antara Tebal Lemak Bawah Kulit dengan Usia Awal Andropause adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,405 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.

a. Penyusunan Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause, berarti r = 0

H1 : Ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit dengan usia awal andropause, jadi r ≠ 0


(48)

commit to user

36

b. Dasar Pengambilan Keputusan

Berdasarkan Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman untuk data rasio, berdasarkan probabilitas

Ho diterima jika probabilitas > 0,05 Ho ditolak jika probabilitas < 0,05

(Budi, 2006)

Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima pada taraf signifikansi 5 % atau sebesar 0,05 %. Artinya, terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara tebal lemak bawah kulit

(skinfold) dengan usia awal andropause di Fakultas Kedokteran Universitas


(49)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup. Dalam memasuki usia tua, seorang pria seringkali mengalami berbagai gejala, tanda dan keluhan (sindroma) mirip dengan wanita menopause. Sindroma pada pria menua sering dinamai Andropause. Secara klinis sindroma ini dipresipitasi oleh penurunan hormon tubuh yang relatif cepat yang berinteraksi dengan faktor psiko-sosial yang terjadi dalam perjalanan hidupnya (Wibowo, 2002).

Andropause dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya obesitas (Muller et al., 2003; Allan et al, 2006). Faktor ini erat kaitannya dengan peningkatan massa lemak dalam tubuh. Pengukuran komposisi lemak tubuh (subkutan) dengan cara pengukuran triceps, biceps, subscapula dan suprailiaca

skinfold pada kelompok populasi tertentu dicoba dilakukan dalam studi ini.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan pria berusia 40 - 60 tahun. Sebelumnya Muller et al., (2003) dan Allan et al., (2006) juga melakukan penelitian serupa. Penelitian mereka menyatakan penurunan kadar hormon testosteron dimulai pada usia sekitar 40 tahun. Batas usia sampel dalam penelitian ini 60 tahun, karena pada usia 60 tahun sebagian besar pria telah mengalami andropause lanjut sehingga akan sulit menentukan usia awal munculnya gejala-gejala andropause.


(50)

commit to user

38

Penulis juga menemukan bahwa hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai perubahan lemak tubuh terhadap kadar testosteron terhadap pria tua di Masachusetts. Dan semakin rendahnya usia andropause seiring makin tingginya persentase lemak tubuh (Mohr et al, 2006). Adanya peningkatan reaksi aromatisasi pada pria dengan persentase lemak tubuh berlebih mengakibatkan semakin banyak hormon testosteron yang diubah menjadi estrogen, sehingga dapat mempercepat usia awal gejala andropause (Abate et al, 2002).

Adanya riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, merokok disingkirkan oleh penulis dari daftar sampel karena hal-hal tersebut dapat mempercepat timbulnya andropause (Anita dan Moeloek, 2002). Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, kriteria inklusi dan eksklusi hanya dinilai dari kuesioner.

Jumlah sampel berjumlah 30 orang pria berusia 40 - 60 tahun. Data dianalisis pada pria andropause berjumlah 30 orang untuk menguji hipotesis, dengan penjabaran : Berat Badan Normal berjumlah 8 orang (26.67 %) ; Berat Badan Berlebih 22 orang (73.33 %). Bila dibandingkan persentase pria dengan berat badan berlebih (73.33 %) lebih banyak daripada pria dengan berat badan normal (26.67 %). Hal ini membuktikan bahwa terdapat kecenderungan besar bila nilai Tebal Lemak Bawah Kulit (skinfold) semakin tinggi, yang berhubungan langsung dengan kelebihan berat badan seseorang, maka semakin cepat juga pria tersebut mengalami andropause.

Berdasarkan hasil uji statistik (Spearman) didapatkan perbedaan yang signifikan dimana nilai probabilitas 0.027 (p < 0,05). Hasil penelitian yang


(51)

commit to user

diperoleh sesuai dengan hipotesis, yang lebih jelasnya lagi bahwa ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit (skinfold) dengan usia awal andropause. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori yang telah diungkapkan sebelumnya mengenai tebal lemak bawah kulit (skinfold) yangberpengaruh terhadap persentase lemak tubuh, dan berpengaruh terhadap obesitas atau tidaknya seseorang.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan, bahwa terdapat hubungan antara Tebal Lemak Bawah Kulit (skinfold) dengan usia awal andropause. Semakin tinggi nilai tebal lemak bawah kulit, sehingga menyebabkan tingginya persentase lemak tubuh, semakin awal timbulnya gejala andropause.

Aromatisasi dominan di jaringan perifer daripada di testis (Apter, 2008). Ketika seseorang mengkonsumsi makanan secara berlebihan, timbunan jaringan lemak perifer semakin banyak. Aromatisasi yang memang sewajarnya lebih dominan di perifer juga akan semakin meningkat.

Hormon testosteron secara fisiologis menurun seiring berjalannya usia pria. Obesitas merupakan faktor yang akan meningkatkan konversi testosteron menjadi estrogen. Munculnya kedua faktor tersebut (usia dan obesitas) akan menyebabkan penurunan kadar hormon testosteron semakin drastis. Dengan demikian, gejala-gejala andropause akan muncul lebih cepat.

Penelitian ini menggunakan kuesioner baku ADAM test dan AMS test.

Dalam penelitian ini, penulis menemukan masalah yaitu hasil yang diperoleh dari kuesioner ADAM test dan AMS test tidak selalu positif bersamaan pada sampel yang sama. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sampel menjawab pertanyaan kuesioner secara serampangan (asal-asalan), seperti sampel yang datang tidak


(52)

commit to user

40

sesuai waktu yang ditentukan membuat waktu mengisi kuesioner menjadi terbatas, sehingga tidak dapat diketahui sejak kapan sampel mengalami gejala andropause. Sampel mungkin juga tidak terlalu jujur dalam pengisisan kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut bersifat pribadi dan kadang dianggap tabu untuk diungkapkan kepada orang lain. Sampel kurang paham dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner juga dapat menjadi faktor lainnya. Beberapa faktor seperti faktor psikis dan faktor kesehatan pada saat pengisian kuesioner ternyata juga berpengaruh terhadap hasil kuesioner, dimana hal ini diluar kendali peneliti.


(53)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil statistik menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah, antara tebal lemak bawah kulit (skinfold) terhadap usia awal andropause. Semakin tinggi nilai tebal lemak bawah kulit (skinfold) maka usia awal timbulnya gejala andropause semakin cepat.

B. Saran

1. Penelitian mendatang mengenai penentuan diagnosis pasti andropause sebaiknya bukan hanya menggunakan kuesioner, tetapi perlu dilakukan pengukuran kadar testosteron dalam darah.

2. Pada pria, andropause secara fisiologis muncul pada usia kurang lebih 40 tahun. Akan tetapi, kegemukan dapat mempercepat terjadinya andropause. Peneliti menyarankan kepada pria, terutama yang sudah memasuki usia 40 tahun, untuk mengontrol persentase lemak tubuh karena gemuk berdampak buruk pada setiap aspek hidup.


(1)

commit to user

b. Dasar Pengambilan Keputusan

Berdasarkan Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman untuk data rasio, berdasarkan probabilitas

Ho diterima jika probabilitas > 0,05 Ho ditolak jika probabilitas < 0,05

(Budi, 2006)

Dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima pada taraf signifikansi 5 % atau sebesar 0,05 %. Artinya, terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara tebal lemak bawah kulit

(skinfold) dengan usia awal andropause di Fakultas Kedokteran Universitas


(2)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup. Dalam memasuki usia tua, seorang pria seringkali mengalami berbagai gejala, tanda dan keluhan (sindroma) mirip dengan wanita menopause. Sindroma pada pria menua sering dinamai Andropause. Secara klinis sindroma ini dipresipitasi oleh penurunan hormon tubuh yang relatif cepat yang berinteraksi dengan faktor psiko-sosial yang terjadi dalam perjalanan hidupnya (Wibowo, 2002).

Andropause dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya obesitas (Muller et al., 2003; Allan et al, 2006). Faktor ini erat kaitannya dengan peningkatan massa lemak dalam tubuh. Pengukuran komposisi lemak tubuh (subkutan) dengan cara pengukuran triceps, biceps, subscapula dan suprailiaca

skinfold pada kelompok populasi tertentu dicoba dilakukan dalam studi ini.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan pria berusia 40 - 60 tahun. Sebelumnya Muller et al., (2003) dan Allan et al., (2006) juga melakukan penelitian serupa. Penelitian mereka menyatakan penurunan kadar hormon testosteron dimulai pada usia sekitar 40 tahun. Batas usia sampel dalam penelitian ini 60 tahun, karena pada usia 60 tahun sebagian besar pria telah mengalami andropause lanjut sehingga akan sulit menentukan usia awal munculnya gejala-gejala andropause.


(3)

commit to user

Penulis juga menemukan bahwa hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai perubahan lemak tubuh terhadap kadar testosteron terhadap pria tua di Masachusetts. Dan semakin rendahnya usia andropause seiring makin tingginya persentase lemak tubuh (Mohr et al, 2006). Adanya peningkatan reaksi aromatisasi pada pria dengan persentase lemak tubuh berlebih mengakibatkan semakin banyak hormon testosteron yang diubah menjadi estrogen, sehingga dapat mempercepat usia awal gejala andropause (Abate et al, 2002).

Adanya riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, merokok disingkirkan oleh penulis dari daftar sampel karena hal-hal tersebut dapat mempercepat timbulnya andropause (Anita dan Moeloek, 2002). Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, kriteria inklusi dan eksklusi hanya dinilai dari kuesioner.

Jumlah sampel berjumlah 30 orang pria berusia 40 - 60 tahun. Data dianalisis pada pria andropause berjumlah 30 orang untuk menguji hipotesis, dengan penjabaran : Berat Badan Normal berjumlah 8 orang (26.67 %) ; Berat Badan Berlebih 22 orang (73.33 %). Bila dibandingkan persentase pria dengan berat badan berlebih (73.33 %) lebih banyak daripada pria dengan berat badan normal (26.67 %). Hal ini membuktikan bahwa terdapat kecenderungan besar bila nilai Tebal Lemak Bawah Kulit (skinfold) semakin tinggi, yang berhubungan langsung dengan kelebihan berat badan seseorang, maka semakin cepat juga pria tersebut mengalami andropause.

Berdasarkan hasil uji statistik (Spearman) didapatkan perbedaan yang signifikan dimana nilai probabilitas 0.027 (p < 0,05). Hasil penelitian yang


(4)

diperoleh sesuai dengan hipotesis, yang lebih jelasnya lagi bahwa ada hubungan antara tebal lemak bawah kulit (skinfold) dengan usia awal andropause. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori yang telah diungkapkan sebelumnya mengenai tebal lemak bawah kulit (skinfold) yangberpengaruh terhadap persentase lemak tubuh, dan berpengaruh terhadap obesitas atau tidaknya seseorang.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan, bahwa terdapat hubungan antara Tebal Lemak Bawah Kulit (skinfold) dengan usia awal andropause. Semakin tinggi nilai tebal lemak bawah kulit, sehingga menyebabkan tingginya persentase lemak tubuh, semakin awal timbulnya gejala andropause.

Aromatisasi dominan di jaringan perifer daripada di testis (Apter, 2008). Ketika seseorang mengkonsumsi makanan secara berlebihan, timbunan jaringan lemak perifer semakin banyak. Aromatisasi yang memang sewajarnya lebih dominan di perifer juga akan semakin meningkat.

Hormon testosteron secara fisiologis menurun seiring berjalannya usia pria. Obesitas merupakan faktor yang akan meningkatkan konversi testosteron menjadi estrogen. Munculnya kedua faktor tersebut (usia dan obesitas) akan menyebabkan penurunan kadar hormon testosteron semakin drastis. Dengan demikian, gejala-gejala andropause akan muncul lebih cepat.

Penelitian ini menggunakan kuesioner baku ADAM test dan AMS test.

Dalam penelitian ini, penulis menemukan masalah yaitu hasil yang diperoleh dari kuesioner ADAM test dan AMS test tidak selalu positif bersamaan pada sampel yang sama. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sampel menjawab pertanyaan kuesioner secara serampangan (asal-asalan), seperti sampel yang datang tidak


(5)

commit to user

sesuai waktu yang ditentukan membuat waktu mengisi kuesioner menjadi terbatas, sehingga tidak dapat diketahui sejak kapan sampel mengalami gejala andropause. Sampel mungkin juga tidak terlalu jujur dalam pengisisan kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut bersifat pribadi dan kadang dianggap tabu untuk diungkapkan kepada orang lain. Sampel kurang paham dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner juga dapat menjadi faktor lainnya. Beberapa faktor seperti faktor psikis dan faktor kesehatan pada saat pengisian kuesioner ternyata juga berpengaruh terhadap hasil kuesioner, dimana hal ini diluar kendali peneliti.


(6)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil statistik menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah, antara tebal lemak bawah kulit (skinfold) terhadap usia awal andropause. Semakin tinggi nilai tebal lemak bawah kulit (skinfold) maka usia awal timbulnya gejala andropause semakin cepat.

B. Saran

1. Penelitian mendatang mengenai penentuan diagnosis pasti andropause sebaiknya bukan hanya menggunakan kuesioner, tetapi perlu dilakukan pengukuran kadar testosteron dalam darah.

2. Pada pria, andropause secara fisiologis muncul pada usia kurang lebih 40 tahun. Akan tetapi, kegemukan dapat mempercepat terjadinya andropause. Peneliti menyarankan kepada pria, terutama yang sudah memasuki usia 40 tahun, untuk mengontrol persentase lemak tubuh karena gemuk berdampak buruk pada setiap aspek hidup.