Internal Kontrol Kas Pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin and loebecke, james. 1991. Auditing, Suatu Pendekatan Terpadu, jilid 1, edisi keempat, terjemahan Ilham Tjakrakusuma dan Herman Wibowo, Jakarta, Erlangga.

Arthur W. Holmes, David C. Burns, 1990 Auditing Normadan Prosedur,

Jakarta Alih Bahasa M. Badjuri, Erlangga.

Baridwan, Zaki. 1989. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi Ketiga,Yogyakarta, Bagian Penerbit Akademi Akuntansi YPKN.

Harahap, Sofyan Syafri.1999. Teori Akuntansi, Jakarta, PT. Raja Grafindo. IAI. 1995. Standar Profesional Akuntan Publik , Cetakan Kedua, Yogyakarta,

STIE YKPN.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Jakarta, Penerbit Salemba Empat.

Munandar, S, 1996 Pokok-Pokok Intermediate Accounting, Yogyakarta Edisi Keenam, Cetakan Pertama, Gajah MadaUniversity Press.

Sinuraya, S,1990 Dasar-Dasar Akuntansi, Medan Penerbit Ade Putra Mediatama.

Witarsa Oerman dan S. Hadibroto. 1985. Sistem Pengawasan Intern (System of Intenal Control), Jakarta, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


(2)

BAB III

INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Pengawasan Intern

Kebutuhan untuk mengamankan kas adalah sangat penting. Kas mudah untuk disembunyikan dan dibawa, tidak memiliki tanda kepemilikan, dan dapat digunakan di seluruh dunia. Resiko pencurian kas terkait langsung dengan kemampuan individu untuk mengakses sistem dan memperoleh kas. Perusahaan mengatasi masalah tersebut melalui sistem pengawasan intern.

Pengawasan dapat dilakukan dari dalam perusahaan dengan membentuk suatu badan atau bidang tertentu yang dimaksud dengan pengawsan intern. Sedangkan pengawasan yang dilakukan dari pihak luar perusahaan dengan menggunakan tenaga akuntan publik disebut pengawasan ekstern.

” Pengawasan Intern adalah pengawasan suatu organisasi dan semua metode pelaksanaan dan pengukuran yang diterapkan di dalam usaha untuk melindungi hartanya, memeriksa ketepatan dan kebenaran data-data akuntansi, memperhatikan efisiensi pelaksanaan dan mendorong semua pegawai untuk mentaati kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen.”

( Arthur, David, alih bahasa M. Badjuri, 1990, hal 112 )

Pengawasan intern merupakan kebijaksanaan dan prosedur yang melindungi dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan memastikan bahwa peraturan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

“ Pengawasan Intern adalah kebijakan dan prosedur untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan dapat dicapai.” ( IAI, 1995, hal 341)


(3)

rangkaian dan prosedur yang dirancang untuk : 1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. (Mulyadi, 2001, hal 163)

Sesuai dengan tujuan di atas, pengawasan intern dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Pengawsan akuntansi terdiri dari struktur organisasi dan semua metode-metode dan prosedur yang terutama berkaitan dengan, dan berhubungan lagsung pada pengamanan aktiva dan dapat dipercaya catatan finansial. Pengawasan akuntansi biasanya mencakup pengawasan-pengawasan seperti sistem pengesahan dan persetujuan, pemisahan tugas diantara pihak yang mencatat dan membuat laporan dengan pihak pelaksana dan penyimpanan aktiva, pengawasan fisik atas aktiva, dan internal audit.

2. Pengawasan administratif terdiri dari struktur organisasi dan semua metode-metode dan prosedur yang terutama berkaitan dengan efisiensi operasi dan kepatuhan pada kebijaksanaan manajemen biasanya hanya mempunyai hubungan yang tidak langsung pada catatan finansial. Pengawasan administratif ini biasanya mencakup pengawasan-pengawasan seperti analisis statistic, penelitian waktu dan gerak (time and motion studies), laporan pelaksanaan (performance report), program latihan karyawan, dan kontrol kualitas.

Walaupun pengawasan intern dibedakan atas pengawasan akuntansi dan pengawasan administrasi dan dengan tujuan yang berbeda pula, namun kedua pengawasan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah sama sekali,


(4)

sebab yang tercakup dalam pengawasan akuntansi tercakup pula dengan pengawasan administrasi.

B. Pengawasan Kas

Kas merupakan suatu alat pertukaran yang dapat digunakan sebagai ukuran besarnya harga dalam akuntansi. Kas merupakan aktiva yang paling lancar sehingga mudah untuk diselewengkan.

“ Semua mata uang kertas dan logam, baik mata uang dalam negeri maupun luar negeri, surat-surat yang memilki sifat seperti mata uang yaitu sifat dapat segera digunakan untuk melakukan pembayaran pada saat dikehendaki.“ (Munandar, 1996, hal 32)

Kas yang ada diperusahaan dan di Bank merupakan suatu kesatuan perkiraan dalam laporan keuangan. Perbedaan yang paling mendasar mengenai aktivitas kas adalah sifatnya yang tidak produktif. Karena kas merupakan ukuran nilai, kas tidak dapat meluas dan tumbuh kecuali jika dikonfirmasikan ke dalam bentuk kepemilikan lainnya. Jumlah kas yang berlebihan dalam perusahaan menyebabkan terjadinya kas menganggur (idle cash), sehingga manfaat kas tidak efisien.

Manajemen kas yang baik mensyaratkan terjadinya kas yang memadai dan terus bekerja secara kontiniu dalam berbagai cara diantaranya menginvestasikan kas dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Kas terdiri dari simpanan komersial dan rekening di bank atau di tempat lain serta pos-pos yang ada dalam perusahaan yang dapat dipergunakan sebagai media tukar, atau yang dapat diterima dalam setoran olen bank


(5)

denhgan nilai yang tercantum di dalamnya.

Berikut ini yang termasuk dalam kas adalah : 1. Uang tunai (cash on hand)

2. Uang tersimpan di bank (cash in bank) 3. Tabungan yang setiap waktu dapat diambil 4. Giro (money order)

5. Dan lain-lain (S. Sinuraya, 1990, hal 233)

Apabila manajemen perusahaan melakukan pengawasan intern terhadap kas dengan baik, maka semua bentuk penyelewengan dapat dihindari. Untuk pengelolaan kas, manajemen dapat menggunakan alat-alat sebagai berikut : 1. Ramalan / taksiran kas

2. Manajemen arus kas yaitu pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas 3. Investasi dana yang berlebihan

4. Hubungan bank

5. Pengendalian (internal control)

C. Unsur Pengawasan Intern

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa fungsi pengawasan intern sangat penting peranannya dalam melindungi harta kekayaan perusahaan dari ancaman-ancaman yang dapat merugikan perusahaan terutama dari tindakan-tindakan yang tidak bertanggungjawab yang datangnya dari dalam perusahaan itu sendiri.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pengawasan intern maka pihak manajemen instansi perlu merancang dan menerapkan unsur pengawasan intern yang disebutkan sebagai berikut :

1. Sturuktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

2. Suatu sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.


(6)

dan fungsi setiap unit organisasi.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. (Mulyadi, 2001, hal 164).

Keempat unsur yang disebutkan di atas merupakan ciri-ciri pokok dari suatu sistem pengawasan intern. Selain itu ada pengawasan lain yang merupakan tambahan dari unsur tersebut, yaitu pengawasan yang dilakukan dengan menggunakan laporan-laporan, standar atau budget dan staff internal audit.

Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai unsur pokok dari pengawasan intern :

1. Sturuktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas

Struktur organisasi yang tepat bagi suatu instansi belum tentu baik bagi instansi lain. Oleh karena itu, organisasi harus disusun dengan sedemikian rupa dengan pertimbangan bahwsa susunan organisasi tersebut harus fleksibel dan dapat menunjukkan bentuk-bentuk tegas dan jelas.

Untuk memenuhi syarat pengawasan yang baik, hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi operasional, penyimpanan dan pencatatan guna menghindari terjadinya penyelewengan ataupun kecurangan. Suatu fungsi tidak boelh diberi tanggung jawab yang penuh untuk pelaksanakan tugas.

Pemberian wewenang dan prosedur pencatatan harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat diwujudkan pengendalian yang layak


(7)

atas harta, hutang, pendapatan, dan biaya.

2. Suatu sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam instansi merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasional dan transaksi yang terjadi dan untuk mengklarifikasi data akuntansi yang tepat.

Oleh karena itu, setiap transaksi yang terjadi harus mendapat pengesahan dari yang berwenang, sehingga kemungkinan untuk menyalahgunakan dana oleh pihak tertentu dapat dihindari. Hendaknya semua pengeluaran yang dilakukan benar-benar untuk melaksanakan kegiatan usaha perusahaan. Dalam setiap prosedur digunakan dokumen yang merupakan bukti dasar pencatatan akuntansi.

3. Praktek yang sehat harus dijalankan di dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi

Praktek yang harus diikuti dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap organisasi. instansi yang menggunakan prosedur yang lazim akan membawa manfaat serta dapat membantu terciptanya tujuan pengawasan yang lebih berguna. Dengan demikian seluruh karyawan instansi harus benar-benar mengerti tugas-tugas dan fungsi serta tanggung jawab yang diembannya.

Setiap instansi memiliki kebijaksanaan tertentu yang berlaku untuk perusahaan, yang merupakan pedoman yang harus dilaksanakan dan


(8)

dipatuhi. Beberapa cara yang bisa ditempuh oleh instansi dalam menciptakan praktek-praktek yang sehat yaitu :

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang ditanggungjawabkan pejabat yang berwenang.

b. Pemeriksaan mendadak tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak yang diperiksa dengan jadwal yang tidak teratur, sehingga mendorong karyawan melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan.

c. Setiap transaksi tidak boleh dilakukan oleh satu orang atau satu unit organisasi dari awal sampai akhir tanpa campur tangan orang lain.

d. Perputaran jabatan atau rotasi jabatan secara rutin di dalam pelaksanakan tugas baik staff, yang dapat menjaga independensi yang melaksanakan tugas dan persekongkolan dapat dihindari.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya

Suatu organisasi tidak lepas dari unsur manusia, karena kegiatan operasional selalu berkaitan dengan manusia, mulai dari karyawan bawahan sampai dengan atasan. Tingkat kecakapan pegawai / personalia sangat mempengaruhi keberhasilan suatu sistem pengawasan intern.

Keberhasilan instansi tergantung pada seleksi awal dan latihan serta penempatan pegawai sesuai dengan pengalaman dan kemampuan pegawai tersebut. Untuk itu pegawai perlu mengetahui tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.


(9)

yang mempunyai pendidikan tinggi, melainkan seorang yang harus : a. Mengetahui kedudukannya dalam suatu organisasi.

b. Mengetahui tugas-tugas apa yang harus dikerjakannya dan bagaimana cara mengerjakannya.

c. Dapat menyesuaikan tugasnya, dengan siapa yang berhubungan, sampai mana batas tanggung jawab dan kekuasaannya, kemudian pekerjaannya tersebut dapat dilaksanakan oleh pegawai lain.

d. Mengetahui sumbangsih kerjanya terhadap instansi dan bagaimana harus disesuaikan dengan organisasi.

Bagaimana baiknya sistem dan prosedur yang diterapkan pada instansi namun semua bergantung pada karyawan yang melaksanakannya. Bila instansi memiliki pegawai yang kompeten dan jujur, unsur lain dapat dikurangi sampai batas tertentu, namun masih dapat menghasilkan pertanggungjawaban yang dapat diandalkan.

Untuk kepentingan audit atas laporan keuangan, pengawasan intern suatu satuan usaha meliputi tiga unsur berikut ini :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh penggabungan dari berbagai faktor dalam membentuk, memperkuat, atau memperlemah efektifitas kebijakan dan prosedur tertentu. Lingkungan pengendalian juga mencerminkan seluruh sikap, kesadaran, dan tindakan dari dewan komisaris, manajemen, pemilik dan pihak lain mengenai pentingnya pengendalian dan tekanannya pada satuan usaha yang bersangkutan.


(10)

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah:

a. Falsafah manajemen dan gaya operasinya. b. Struktur organisasi perusahaan.

c. Berfungsinya dewan komisaris, dan komite-komite yang dibentuk. d. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab.

e. Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklajuti kinerja, termasuk di dalamnya audit intern.

f. Kebijakan dan praktek personalia.

g. Berbagai faktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan praktek satuan usaha, seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah.

2. Sistem akuntansi

Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis,mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut.

Sistem akuntansi yang efektif akan mempertimbangkan pembuatan metode dan catatan akan :

a. Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah.

b. Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga memungkinkan pengelompokan transaksi yang semestinya


(11)

untuk pelaporan keuangan.

c. Mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai keuangan yang layak dalam laporan keuangan.

d. Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan transaksi pada periode akuntansi yang semestinya.

e. Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.

3. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan terhadap lingkungan dan sistem yang telah diciptakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu dari satuan akan tercapai.

Prosedur pengendalian mempunyai beberapa tujuan dan diterapkan pada berbagai tingkatan organisasi dan pemerosotan data. Prosedur pengendalian dapat juga diintegrasikan dalam komponen tertentu lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi.

D. Pengawasan Intern Kas

1. Pengawasan Intern Penerimaan Kas

Pengawasan intern atas penerimaan kas harus dirancang dengan baik, sehingga uang kas dapat diamankan dari tindakan yang tidak bertanggung jawab dan segala macam bentuk kecurangan.

Untuk itu perlu diperhatikan prinsip-prinsip dalam penyusunan prosedur penerimaan kas sebgai berikut :


(12)

b) Semua surat masuk harus dibuka dengan pengawasan yang cukup.

c) Harus segera dibuat catatan oleh yang membuka surat tentang cek atau uang yang diterima, dari siapa, jumlahnya dan tujuanya apa.

d) Semua penjualan tunai harus dibuatkan nota penjualan yang sudah diberi nomor urut atau dicatat dalam mesin cash register. e) Daftar penerimaan uang harus dicocokkan dengan jurnal

penerimaan uang.

f) Tembusan nota penjualan tunai harus dikirimkan ke kasir dan bagian pengiriman.

g) Bukti setor bank setiap hari harus dicocokkan dengan daftar penerimaan uang harian dan catatan dalam jurnal penerimaan uang.

h) Kasir tidak boleh merangkap mengerjakan buku pembantu utang dan piutang dan sebaliknya.

i) Semua penerimaan uang harus disetorkan pada hari itu juga atau pada awal hari kerja berikutnya.

j) Rekonsiliasi laporan bank harus dilakukan oleh orang yang tidak berwenang menerima uang maupun yang menulis cek.

k) Kunci cash register harus dipegang orang yang bukan pengelola kas.

l) Diadakan rotasi pegawai agar tidak timbul kerjasama untuk berbuat kecurangan.

m) Kasir sebaiknya menyerahkan uang jaminan. (Baridwan,1997, hal14)

Pengawasan intern yang baik untuk penerimaan kas memberikan jaminan bahwa penerimaan dicatat sebagaimana mestinya. Pemisahan fungsi tugas dan tanggung jawab pegawai yang melaksanakan dan penyimpan uang kas harus jelas sehingga memounyai tanggung jawab masing-masing. Terlepas dari penerimaan kasnya secara benar. Hali ini biasanya dilakukan membuat ayat jurnal dalam jurnal penerimaan kas.

2. Pengawasan Internal Pengeluaran Kas

Untuk mencapai pengawasan intern yang memadai atau pengeluaran kas, hendaknya semua bentuk pembayaran dengan menggunakan cek kecuali untuk pengeluaran kas yang relatif kecil


(13)

dilakukan dengan menggunakan kas kecil. Penarikan cek secara otomatis akan memberikan laporan tertulis dari setiap pengeluaran kas. Pengawasan intern atas pengeluaran kas hendaknya memberikan jaminan yang memadai bahwa pengeluaran kas dilakukan untuk transaksi-transaksi sah.

Unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dirancang dengan merinci unsur organisasi, sistem otorisasi, dan prosedur pencatatan, serta unsur praktek sehat yang disebutkan di bawah ini :

Organisasi

1) Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. 2) Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh

dilaksanakan sendiri oleh bagian kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.

Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

1) Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.

2) Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.

3) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (atau dalam metode pencatatan tertentu dalam register cek) harus didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen mendukung yang lengkap.

Praktek yang Sehat

1) Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

2) Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan.

3) Penggunaan rekening koran bank (bank statement), yang merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksa intern (internal audit function) yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.

4) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan pemindah bukuan.

5) Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, pengeluaran ini dilakukan sistem akuntansi pengeluaran kas melalui dana kas kecil, yang akuntansinya diselenggarakan dengan imperest sistem.


(14)

6) Secara periodikdiadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada ditangan dengan jumlah kas menurut catatan akuntansi. 7) Kas yang ada di tangan (cash insafe) dan kas yang ada di

perjalanan (cash in transit) di asuransikan dari kerugian. 8) Kasir diasuransikan (fidelity bond insurance).

9) Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadap kas yang ada di tangan (misalnya mesin register kas, almari besi, dan strong room).

10)Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh bagian kasa.

(Mulyadi, 1993, 519-520).

Pengeluaran Kas Dengan Kas Kecil

Pengawasan kas akan efektif apabila semua pembayaran tunai dilakukan melalui cek dan penerimaan kas langsung disetorkan ke bank. Walaupun demikian, biasanya perusahaan mempunyai pembayaran kecil. Jika pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek sungguh sangat tidak efektif dan memakan waktu. Karena itu perusahaan biasanya menyimpan dana kas yang terpisah untuk melakukan pembayaran tunai yang nilainya kecil tadi. Kas kecil adalah dana kas yang dipakai untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang relatif kecil. Besarnya dana kas kecil tergantung pada jumlah, besaran, dan frekuensi-frekuensi pengeluaran tadi.

Sistem dana kas kecil dilakukan dengan sistem saldo berfluktuasi dan sistem imperest. Pengawasan intern kas kecil yang baik adalah dengan menggunakan sistem imperest. Dana kas kecil seharusnya tidak dicampur adukkan dengan penerimaan lainnya, dan harus dikelola secara terpisah dari seluruh aktifitas lainnya. Selain itu harus ada batasan jumlah setiap pengeluaran yang diperkenankan dari dana kas kecil, maupun jumlah total


(15)

dana kas kecil.jenis pengeluaran melalui kas kecil harus ditentukan oleh perusahaan.

Jika pengeluaran kas dilakukan melalui kas kecil, maka pengawasan yang cukup memadai akan memerlukan suatu persetujuan karyawan yang bertanggungjawab atas formulir kas kecil bernomor urut. Jumlah kas dan cek sebenarnya ada dalam kas kecil ditambah jumlah formulir kas kecil yang belum diurutkan kembali menjadi dana kas kecil yang menunjukkan pengeluaran sesungguhnya harus sama dengan jumlah total dana kas kecil sebagaimana dinyatakan dalam buku besar. Jika terjadi selisih hal itu merupakan tanggung jawab pemegang kas kecil.

E. Prosedur Penerimaan Kas dan Pengawasannya 1. Prosedur Penerimaan Kas

Penerimaan kas pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA bersumber dari pendapatan asli daerah.

Prosedur-prosedur dari penerimaan kas pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Wewenang Bendahara Penerimaan

a) Menerima penerimaan yang bersumber dari pendapatan asli daerah. b) Menyimpan seluruh penerimaan.

c) Menyetorkan penerimaan yang diterima dari pihak ketiga ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 hari kerja.


(16)

d) Mendapat bukti transaksi atas pendapatan yang diterima melalui bank.

( Pasal 2 ayat 2, Permendagri 55-2008) 2. Bendahara Penerimaan Pembantu

a) Apabila pendapatan tersebar secara geografis sehingga wajib pajak/wajib retribusi sulit membayar kewajibannya.

b) Bendahara penerimaan pembantu SKPD untuk melaksanakan tugas dan wewenang bendahara penerimaan SKPD.

( Pasal 2 ayat 3 ) 3. Penatausahaan Bendahara Penerimaan SKPD

a) Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran yang tertera dalam SKP/SKR atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR.

b) Bendahara penerimaan SKPD membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran atau bukti lain yang sah.

c) Bendahara penerimaan SKPD menyetorkan seluruh penerimaan ke kasda paling lambat 1 hari berikutnya dengan menggunakan STS. 4. Pembukuan Bendahara Penerimaan

a) Pembukuan yang digunakan :

1) Buku penerimaan dan penyetoran bendahara. 2) Register STS.

b) Dokumen yang dijadikan dasar pembukuan adalah : 1) Nota kredit


(17)

2) Bukti penerimaan yang sah 3) STS

c) Pendapatan secara tunai (penerimaan)

d) Pendapatan secara tunai (penyetoran)

e) Pendapatan melalui rekening bank bendahara penerimaan (penyetoran)

Proses Penerimaan  Tunai 

Bukti Penerimaan  yang sah 

Pencatatan Pada  Buku Penerimaan  dan Penyetoran

Bukti Penerimaan  dan Penyetoran 

Proses  Penyetoran 

Tunai 

STS

Pencatatan Pada  Buku Penerimaan  dan Penyetoran

Buku Penerimaan  dan Penyetoran 

Mengisi

 Register STS 

Register STS 

Proses  Penyetoran  Melaui Bank 

STS / Nota  Kredit 

Pencatatan Pada  Buku Penerimaan  dan Penyetoran  

Mengisi  Register STS  

Buku Penerimaan  dan Penyetoran  

Buku Penerimaan  dan Penyetoran  


(18)

f) Pendapatan melalui rekening kas umum daerah

5. Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

a) Pengguna Anggaran

b) Tanggal 10 bulan berikutnya a) PPKD

b) Tanggal 10 bulan berikutnya a) Bendahara Penerimaan Pembantu

b) Pertanggungjawaban Fungsional

Pertanggungjawaban fungsional berupa buku penerimaan dan penyetoran yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan, dilampiri dengan :

1) Register STS

2) Bukti penerimaan yang sah dan lengkap c) Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian

Proses  Penerimaan di 

Kas Umum  Daerah 

Slip Setoran /  Bukti Lain yang 

Sah

Peraturan Pada  Buku Penerimaan 

dan Penyetoran

Buku  Penerimaan dan 

Penyetoran Pertanggungjawaban  Adminmistratif Pertanggungjawaban  Fungsiomnal Pertangungjawaban  Fungsional 

 Diserahkan kepada  Bendahara Penerimaan   Paling lambat tanggal 5 bulan 


(19)

c) Disampaikan kepada Pengguna Anggaran

d) Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

e) Disampaikan kepada PPKD

f) Paling lambat Tanggal 10 bulan berikutnya

d) Peratnggungjawaban Adminstratif

1) Pertanggungjawaban administratif Bendahara Pengeluaran SKPD berupa Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)

2) LPJ bendahara penerimaan merupakan penggabungan dengan Buku 

Penerimaan dan  penyetoran 

Register STS dan  Bukti‐bukti yang 

Sah 

Pertanggungjawaban  Bendahara Penerimaan 

Pembantu

Pertanggungjawaban  Administratif 

Pertanggungjawaban  Fungsional 


(20)

LPJ penerimaan pembantu dan memuat informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan :

a) Buku penerimaan dan penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan

b) Register STS

c) Bukti penerimaan yang sah dan lengkap

d) Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu e) Pertanggungjawaban Fungsional

1) Pertanggungjawaban fungsional menggunakan format Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) yang sama dengan pertanggungjawaban administratif

2) LPJ fungsional dilampiri dengan :

a) Buku penerimaan dan penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan

b) Register STS

c) Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu 6. Sistematika

a) Penatausahaan b) Pembukuan

c) Pertanggungjawaban 7. Tugas dan Wewenang


(21)

b) Mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan PPKD

Wewenang : Mendapatkan bukti transaksi atas pendapatan yang diterima melalui bank

( Pasal 3 ayat 1 dan 2 ) 8. Penatausahaan Penerimaan

a) Penerimaan yang dikelola PPKD dapat berupa pendapatan dana perimbangan, pendapatan lain-lain yang sah dan penerimaan pembiayaan

b) Penerimaan diterima langsung di kas umum daerah c) Bank membuat nota kredit ata penerimaan PPKD

d) Bendahara penerimaan PPKD wajib mendapatkan nota kredit tersebut 9. Pembukuan Penerimaan

a) Buku yang digunakan adalah Buku Penerimaan Pendapatan PPKD b) Dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan, antara lain :

1) Nota kredit

2) Bukti penerimaan lainnya yang sah 10.Pembukuan Penerimaan

a) Langkah-langkah pembukuan

11.Pertanggungjawaban

a) Bendahara penerimaan PPKD mempertanggungjawabkan pengelolaan Bukti        Penerimaan PPKD  Mengidentifikasi dan 

mencatatnya  Nota Kredit/Bukti Lain 


(22)

uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

b) Pertanggungjawaban tersebut berupa buku penerimaan PPKD yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan, dilampiri dengan bukti-bukti pendukung yang sah dan lengkap

c) Langkah-langkah pertanggungjawaban

12.Sistematika

a) Tugas dan Wewenang b) Pengajuan SPP c) Pembukuan

d) Pertanggungjawaban

2. Pengawasan Intern atas Penerimaan Kas

Sistem pengawasan intern penerimaan kas yang baik harus menceeg penggabungan tugas kerja antara pemegang kas dengan orang yang melakukan pencatatan penerimaan kas. Dengan cara ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya pencatatan yang tidak seharusnya, dengan tujuan untuk menutupi penggelapan penerimaan kas. Disamping itu juga setiap penerimaan yang

Pertanggungjawaban  Bendahara Penerimaan     

PPKD  Menutup Buku penerimaan 

dan mengumpulkan bukti‐bukti  yang sah

Buku penerimaan  PPKD 

Bukti‐bukti  penerimaan yang sah 


(23)

diserahkan kepada kasir harus segera disetorkan ke bank. Pencatatan yang berhubungan dengan itu harus langsung dilakukan oleh bagian pembukuan. Pada waktu tertentu pihak ketiga yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kas atau pembukuan melakukan periksaan perbandingan antara saldo kas dengan buku kas.

Prinsip-prinsip Struktur Pengendalian Internal (SPI) terkandung di dalam sistem dan prosedur penerimaan kas antara lain diwujudkan dengan hal-hal sebagai berikut :

1) Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah daerah dikelola dalam APBD. Hal tersebut merupakan perwujudan Anggaran sebagai alat pengendali program dan kegiatan maupun pengendali program dan kegiatan maupun pengendalian keuangan.

2) Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapat daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Hal tersebut merupakan perwujudan pelaksanaan konstitusi atau perundang-undangan yang khas dalam area pemerintahan.

3) Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undanga. 4) Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas

umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja. Untuk daerah yang kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dan transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran maka hal ini akan ditetapkan dalam


(24)

peraturan kepala daerah. Hal tersebut menunjukkan pengendalian terhadap uang yang memiliki risiko terkait dengan sifat-sifatnya.

5) Penerimaan daerah disetor ke rekening ka umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima Nota Kredit.

Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah dapat dilakukan dengan beberapa cara alternatif, sebagai berikut :

a. Disetor melalui bendahara penerimaan

b. Disetor melalui bendahara penerimaan pembantu c. Disetor langsung ke bank kas daerah

d. Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos dengan cara pengawasan intern atas penerimaan kas ini meminimkan adanya penyelewengan terhadap kas tersebut.

F. Prosedur Pengeluaran Kas dan Pengawasannya 1. Prosedur Pengeluaran Kas

Prosedur-prosedur dari pengeluaran kas pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Wewenang Bendahara Pengeluaran

a) Mengajukan permintaan pembayaran baik melalui mekanisme UP/GU/TU maupun LS

b) Menerima dan menyimpan UP/GU/TU


(25)

d) Menolak perintah bayar

e) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung LS f) Mengembalikan dokumen pendukung LS

(Pasal 4 ayat 2) 2. Bendahara Pengeluaran Pembantu

3. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran Pembantu

a) Mengajukan permintaan pembayaran dari tambahan uang persediaan yang dikelolanya

b) Menolak perintah bayar

c) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung LS d) Mengembalikan dokumen pendukung LS

(Pasal 4 ayat 3) 4. Pengajuan SPP

a) Bendahara dapat mengajukan SPP yang terdiri dari : 1) Uang persediaan (CU)

2) Tambah uang (TU)

Pengguna Anggaran

Kuasa

Pengguna Anggaran Pengeluaran Bendahara Pembantu

Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kuasa pengguna anggaran, ditunjuk bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk melaksanakan tugas dan wewenang bendahara pengeluaran SKPD. (Pasal 4 ayat 3)


(26)

3) Langsung (LS) i. LS Gaji

ii. LS Barang dan Jasa

Bendahara membuat register SPP, SPM dan SP2D 5. Pengajuan SPP

I. SPP Uang Persediaan (UP) 1) Diuajukan setiap awal tahun

2) Berdasarkan SK Kepala Daerah tentang besaran UP 3) Diajukan sekali dalam setahun

4) Tidak membeban kode rekening tertentu

5) Dapat dilimpahkan kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu II. SPP Ganti UAng Persediaan (GU)

1) Diajukan sebesar SPJ penggunaan uang persediaan yang disahkan pada periode tertentu

2) Disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa kegiatan

III. SPP Tambah Uang (TU)

1) Adanya kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak 2) Uang persediaan tidak mencukupi

3) Jumlah pengajuan harus mendapat persetujuan PPKD 4) Dipertanggungjawabkan tersendiri

5) Bila tidak habis, harus disetorkan kembali IV. SPP Langsung (LS)


(27)

a) Dipergunakan untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga

b)Dikelompokkan menjadi : 1) Pembukuan Belanja

2) Langkah-Langkah Pembukuan Penerimaan SP2D UP/GU/TU

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

1 BKU 

2 BP Simpanan/Bank 

3) Langkah-Langkah Pembukuan Pelimpahan UP/GU

Dokumen yang menjadi dasar pembukuan Buku Pembantu BKU yang

terdiridari Buku Kasi Umum (BKU)

Dokumen-dokumen Pendukung lainnya Bukti Transaksi

yang Sah SP2D

Buku Rekapitulasi Pengeluaran Perincian Obyek

Buku Pembantu Panjar Buku Pembantu Pajak

Buku Pembantu Simpanan/Bank Buku Pembantu Kas Tunai


(28)

kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

1 BKU 

2 BP Simpanan/Bank 

4) Langkah-Langkah Pembukuan Pelimpahan UP/GU oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

1 BKU 

2 BP Simpanan/Bank 

5.Langkah-Langkah Pembukuan Pembayaran Belanja Tanpa Melalui Panjar

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran


(29)

2 BP Kas Tunai atau BP atau Simpanan/Bank

3 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)

5) Langkah-Langkah Pembukuan Pajak

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

Saat Memungut

1 BKU 

2 BP Pajak 

Saat Menyetor

1 BKU 

2 BP Pajak 

6) Langkah-Langkah Pembukuan Pemberian Panjar

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

1 BKU 


(30)

Simpanan/Bank

3 BP Panjar 

7) Langkah-Langkah Pembukuan Pertanggungjawaban Panjar

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

1 BKU (senilai panjar) 

2 BP Panjar 

3 BKU (senilai belanja) 

4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)

5 BP Kas Tunai atau BP

Simpanan/Bank

8) Langkah-Langkah Pembukuan Pertanggungjawaban Panjar (panjar<belanja)

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran


(31)

2 BP Panjar 

3 BKU (senilai belanja) 

4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)

5 BP Kas Tunai atau BP

Simpanan/Bank

9) Langkah-Langkah Pembukuan Belanja Melalui LS

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

1 BKU 

2 BKU 

3 BP Simpanan/Bank (LS)

10)Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran

a) Disampaikan kepada pengguna anggaran

b) Pada saat laporan penggunaan TU

c) Disampaikan kepada bendahara pengeluaran

d) Paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya

Pertanggunjawaban Tambahan Uang Persediaan

Pertanggunjawaban Fungsional


(32)

I. Pertanggungjawaban

1) Pertanggungjawaban fungsional menggunakan format SPJ 2) SPJ dilampirkan dengan :

I. BKU

II. Laporan pentupan kas

a) Pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut dengan dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan

b) Disampaikan kepada pengguna anggaran

c) Pada saat laporan penggunaan GU d) Disampaikan kepada pengguna

anggaran

e) Pada saat laporan penggunaan TU f) Disampaikan kepada pengguna

anggaran

g) Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

h) Disampaikan PPKD

i) Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

Pertanggungjawaban Uang Persediaan

Pertanggunjawaban Tambahan Uang Persediaan

Pertanggunjawaban Administratif Pertanggunjawaban


(33)

II. Pertanggungjawaban administratif berupa surat pertanggungjawaban (SPJ) yang merupakan penggabungan dengan SPJ bendahara pembantu

III. SPJ menggambarkan jumlah anggaran, realisasi dan sisa pagu anggaran baik secara kumulatif maupun per kegiatan

IV. SPJ dilampiri dengan : a) BKU

b) Laporan penutupan kas dan c) SPJ bendahara pembantu

V. Pertanggungjawaban fungsional menggunakan format SPJ yang sama dengan pertanggunjawaban administratif

VI. SPJ dilampiri dengan : a) BKU

b) Laporan penutupan kas

VII. Pada bulan terakhir tahun anggaran disampikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut dengam dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan

7. Sistematika

I. Tugas dan Wewenang II. Pengajuan SPP III. Pembukuan

IV. Pertanggungjawaban 8. Tugas dan Wewenang


(34)

a) Menatausahakan pengeluaran PPKD b) Mempertanggungjawabkan pengeluaran

PPKD

c) Mengajukan LS

d) Meneliti kelengkapan LS

e) Mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS PPKD

(Pasal 5 ayat 1 dan 2) 9. Pengajuan SPP

a) Bendahara pengeluaran PPKD mengajukan dokumen SPP LS SKPKD

Dokumen SPP SKPKD adalah alat pengajuan dana atas belanja-belanja PPKD

b) Bendahara pengeluaran PPKD membuat register SPP, SPM dan SP2D

10. Pembukuan Belanja

a) Pembukuan bendahara pengeluaran PPKD merupakan proses pencatatan SP2D LS SKPKD ke dalam BKU pengeluaran dan buku pembantu yang terkait

b) Buku yang digunakan adalah : 1) Buku Kas Umum (BKU)

2) Buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek Langkah-langkah pembukuan belanja melalui LS Tugas


(35)

Langkah Mencatat Pada Buku

Mencatat Pada Kolom

Penerimaan Pengeluaran

1 BKU 

2 BKU 

3 BP Rincian Obyek (LS)

11. Pertanggungjawaban

a) Pertanggungjawaban disampaikan kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

Pertanggungjawaban berupa SPJ b) SPJ dilampiri dengan :

1) BKU

2) Ringkasan pengeluaran per rincian obyek 3) Bukti-bukti pengeluaran yang sah

2. Pengawasan Intern atas Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA dengan cara Pengajuan SPP meliputi :

1) SPP Uang Persediaan (UP) : UP diajukan setiap awal tahun dan besaran UP sudah ditetapkan berdasarkan SK Kepala Daerah, jadi dana untuk UP sudah tersedia.


(36)

2) SPP Ganti Uang Persedian (GU) : GU diajukan sebesar SPJ penggunaan uang persediaan yang disahkan pada periode tertentu dan disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa kegiatan, jadi dana GU ini dana persediaan untuk jika ada kegiatan yang akan dilakukan.

3) SPP Tambah Uang (TU) : TU adanya kebutuhan yang mendesak dan UP tidak mencukupi, jadi TU ini digunakan pada saat mendesak tapi harus mendapat persetujuan dari PPKD

4) SPP Langsung (LS) : LS digunakan langsung kepada pihak ketiga.

Jadi pada instansi ini sudah jelas pengawasan yang diatur oleh pemerintah untuk meminimkan penyelewengan-penyelewangan yang akan terjadi. Bendahara tidak asal saja mengeluarkan biaya-biaya tersebut, bendahara harus mengajukan prosedur yang sudah ditetapkan. Tanpa persetujuan pejabat yang berwenang dana tidak bisa dikeluarkan.


(37)

(38)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 tentang Dinas-dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara. Kemudian tugas funsi dan tata kerja diatur berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 06.256.K Tahun 2002 tanggal 12 Mei 2002.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas onotomi, tugas deknsentrasi dan tugas pembantu di bidang perindustrian dan perdagangan.

Dalam pembangunan sektor ekonomi kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki peran untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah maupun industri rumah tangga, pengembang daya saing sector industri dan dagang, sehingga diharapkan produk-produk sector industri mampu bersaing di pasar global dan mandiri sehingga mampu meningkatkan volume ekspor kota Medan.


(39)

1) Pengawasan intern terhadap kas yang diterapkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara sudah memenuhi ketentuan dari PEMENDAGRI 55-2008.

2) Metode yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara yang sesuai dengan ketentuan dari PEMENDAGRI 55-2008 adalah sistematika tugas dan wewenang, penatausahaan, pembukuan, dan pertanggungjawaban dan telah melakukannya dengan baik.

3) Dana penerimaan kas bersumber dari pendapatan asli daerah

4) Bendahara penerimaan tidak menyimpan dana di rekening pribadi melainkan di rekening kas umum daerah

5) Pertanggungjawaban administratif dan pertanggungjawaban fungsional bendahara penerimaan SKPD berupa Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)

6) Penyetoran penerimaan yang diterima dari pihak ketiga ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 hari kerja

7) Bendahara penerimaan PPKD mempertanggungjawabkan pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

8) Pengajuan permintaan pembayaran baik melalui mekanisme UP/GU/TU maupun LS

9) Bendahara pengeluaran bertanggungjawab menyampaikan kepada pengguna anggaran


(40)

10) Pertanggungjawaban administratif dan pertanggungjawaban fungsional bendahara pengeluaran menggunakan format SPJ

11) Pelaksana penerimaan kas adalah bendahara penerimaan 12) Pelaksanaan pengeluaran kas adalah bendahara pengeluaran

B. Saran

Suatu hal yang tidak dapat disangkal lagi, bahwa setiap instansi/perusahaan mempunyai permasalahan masing-masing yang harus diatasi. Akan tetapi penulis melihat pada instansi ini sudah sangat baik dalam melakukan tugas-tugasnya dan penulis berharap instansi ini tetap mempertahankan kinerja baik, tetap disiplin dalam melakukan tugas-tugasnya agar penyelewengan dan permasalahan yang lain tidak akan terjadi.


(41)

BAB II

DINAS PERIDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Sejarah Ringkas

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 tentang Dinas-dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara. Kemudian tugas funsi dan tata kerja diatur berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 06.256.K Tahun 2002 tanggal 12 Mei 2002.

Sebelum terbentuk Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara pada Era Otonomi Daerah, ada 2 (dua) lembaga instansi pemerintah, yang digabung/demerger menjadi 1 (satu) instansi, yaitu :

1. Kanwil Departemen Perindustrian dan Pedagangan Provinsi Sumatera Utara 2. Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Utara.

Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara adalah Instansi Pemerintah Pusat yang berada di daerah, yang sebagai perpanjangan tangan Menteri di Derah Provinsi. Sedangkan Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Utara , adalah Instansi Pemerintah Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah dan Induk kepada Gubernur Sumatera Utara.

Pada awal terbentuknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, yang menjadi Kepala Dinas adalah :


(42)

2. Drs. T. Azwar Aziz (Wakil Kepala Dinas)

Pada tanggal 26 Maret 2002 Ir.Himanuddin Nasution meninggal dunia, dan jabatan beliau digantikan oleh Drs. T. Azwar Aziz, sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 821.23/33522/2002 tanggal 27 Desember 2002.

Sedangkan jabatan Wakil Kepala Dinas, dijabat oleh Drs. T. Zulkarnaen Damanik, MM yang diangkat berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 821.23/3522/2002 tanggal 27 Desember 2002.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 800/1485/2005 tanggal 09 September 2005 tentang memberhentikan Sdr. Drs. T. Zulkarnaen Damanik, MM dari jabatan sebagai Wakil Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, karena yang bersangkutan mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah di Kabupaten Simalungun.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 821.23/1019/2006 tanggal 1 Mei 2006 jabatan Wakil Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara diangkat Rommel Sembiring, Msc menggantikan Drs. T. Zulkarnaen Damanik, MM.

Selanjutnya berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 821.23/1019/2007 tanggal 01 Februari 2007 jabatan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara diserah terimakan dari Drs. T. Azwar Aziz kepada Drs. H. Mohd. Hasbi Nasutio, Msi.

B. Struktur Organisasi


(43)

hubungan tugas atau kerjasama dari orang-orang yang menggerakkan orang untuk mencapai tujuan. Dengan adanya Struktur Organisasi maka setiap tugas dan Tanggung jawab dapat dikerjakan dan diselesaikan oleh masing-masing individu yang ada dalam organisasi tersebut.


(44)

BIDAR ALAMSYAH,SH  PEMBINA UTAMA MUDA (IV/c) 

SEKRETARIAT Ir. HERIZAL A.PULUNGAN, 

Msi  KELOMPOK

JABATAN 

FUNGSIONAL  SUB

BAGIAN  KEUANGAN  SUB  BAGIAN  UMUM  SUB BAGIAN  PROGRAM 

KEPALA BIDANG PERDAGANGAN DALAM NEGERI 

Ir.ROULY THERESIA AGUSTINA  TAMBUNAN   PEMBINA (IV/ )

KEPALA BIDANG PERDAGANGAN LUAR 

NEGERI  Ir.SUJATMIKO,MSi

SEKSI

PENGAWASAN BARANG BEREDAR,  JASA & PERLINDUNGAN KONSUMEN 

SEKSI

KESEIMBANGAN USAHA DAN  PENDAFTARAN PERUSAHAAN 

SEKSI

PEMBINAAN PENGADAAN  PENYALURAN & INFORMASI PASAR

SEKSI

EKSPOR HASIL PERTANIAN,  INDUSTRI &  PERTAMBANGAN

SEKSI IMPOR BARANG MODAL  BAHAN BAKU DAN  KONSUMSI

SEKSI KERJASAMA  PERDAGANGAN 

UPTD

KEPALA BIDANG  INDUSTRI LOGAM, MESIN  ELEKTRONIKA DAN ANEKA  Dra. M . ELLY SILALAHI, MSi 

PEMBINA (IV/a)  SEKSI  LOGAM DASAR FERO 

DAN NON FERO 

SEKSI 

MESIN PERALATAN REKAYASA DAN  RANCANG BANGUNAN 

SEKSI  TEKSTIL, ELEKTRONIK 

 DAN ANEKA 

KEPALA BIDANG INDUSTRI KECIL AGRO  HASIL HUTAN (IKAHH)  Ir. IDA YANI PANE, MT 

PEMBINA (IV/A) SEKSI AGRO DAN HASIL  

HUTAN 

SEKSI KIMIA HULU  

DAN HILIR 

SEKSI INDUSTRI KECIL  DAN MENENGAH

Gambar 2.1 

     


(45)

C. Job Description

Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas onotomi, tugas deknsentrasi dan tugas pembantu di bidang perindustrian dan perdagangan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh :

a. Sekretaris Dinas

b. Kepala Bagian Tata Usaha

c. Kepala Sub Dinas Rencana dan Program

d. Kepala Sub Dinas Bina Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan

e. Kepala Sub Dinas Bina Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Aneka f, Kepala Sub Dinas Bina Perdagangan Dalam Negeri

g. Kepala Sub Dinas Bina Perdaganagan Luar Negeri h. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantu di bidang Perindustrian dan Perdagangan.

Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang Kepegawaian, Keuangan, Umum, Organisasi dan Hukum. Untuk


(46)

melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Bagian Tata Usaha dibantu oleh : a. Kepala Sub Bagian Kepegawaian

b. Kepala Sub Bagian Keuangan c. Kepala Sub Bagian Umum

d. Kepala Sub Bagian Organisasi dan Hukum

Kepala Sub Dinas Rencana dan Program mempunyai tugas melaksankan sebagian tugas Dinas di bidang penyusunan rencana dan program industri penyusunan program predagangan, iklim usaha dan lingkungan serta evaluasi dan laporan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala Sub Dinas Rencana dan Program dibantu oleh :

a. Kepala Seksi Penyusunan Rencana dan Program Industri b. Kepala Seksi Penyusunan Rencana dan Program Perdagangan c. Kepala Seksi Iklim Usaha dan Lingkungan

Kepala Sub Dinas Bina Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan (IKAHH), mempunyai tugas membantu kepala Dinas dalam bidang pemberian bimbingan sarana, usaha, produksi, pembinaan industry kecil dan menengah serta promosi dan investasi industry Kimia, Agro dan Hasil Hutan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepala Dinas Bina Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan dibantu oleh ;

a. Kepala Seksi Bimbingan Sarana b. Kepala Seksi Bimbingan Usaha c. Kepala Seksi Bimbingan Produksi


(47)

Kepala Sub Dinas Bina Industri Logam, Mesi, Elektronika dan Aneka (ILMEA), mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pembinaan dan fasilitas sarana, usaha, produksi serta industry kecil menengah, promosi dan investasi industri logam, mesin, elektronika, dan aneka. Untuk mrlaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Sub Dinas Bina ILMEA dibantu oleh :

a. Kepala Seksi Bimbingan Sarana b. Kepala Seksi Bimbingan Usaha

c. Kepala Seksi Bimbingan Industri Kecil, Menengah, Promosi dan Investasi Kepala Dinas Bina Perdagangan Dalam Negeri (PDN), mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang pembinaan usaha perdagangan,pengadaan, dan penyaluran, pendaftaran perusahaan, serta sarana, perdagangan, promosi dan perlindungan konsumen. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.

Kepala Sub Dinas PDN dibantu oleh :

a. Kepala Seksi Pembinaan Usaha Perdagangan b. Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran c. Kepala Seksi Pendaftaran Perusahaan

d. Kepala Seksi Sarana, Perdagangan, Promosi dan Perlindungan Konsumen Kepala Sub Dinas Bina Perdagangan Luar Negeri (PLN),mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam bidang ekspor dan hasil industri, ekspor hasil pertanian dan pertambangan, impor serta pengembangan ekspor dan kerja sama luar negeri. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Sub Dinas Bina PLN dibantu oleh :


(48)

a. Kepala Ekspor Hasil Hutan

b. Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Perdagangan c. Kepala Seksi Impor

d. Kepala Seksi Pengembangan Ekspor dan Kerjasama Luar Negeri

Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan, terdiri dari :

a. Balai Metrologi Rantau Prapat b. Balai Metrologi Medan

c. Balai Metrologi P. Siantar

d. Balai Metrologi Sertifikasi Mutu Barang

Unit Pelaksanaan Teknis yaitu Balai Metrologi Rantau Prapat, Medan, P.Siantar dan Sibolga adalah unsure pelaksanaan dinas, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas.

Kepala Balai Metrologi mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pengujian, penerapan, kalibrasi, verifikasi, sertifikasi serta pengawasan dan penyuluhan kemetrologian. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala UPT metrology dibantu oleh :

a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

b. Kepala Seksi Ukuran Atas, Panjang dan Volume c. Kepala Seksi Massa dan Timbangan

d. Kepala Seksi Pengawasan dan Penyuluhan


(49)

membantu Kepala Dinas dalam pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Industri Kimia Agro, Hasi; Hutan, Logam Mesin, Elektronika dan Aneka. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang dibantu oleh :

a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

b. Kepala Sekis Jaminan Mutu dan Sarana Teknis c. Kepala Seksi Pengujian

d. Kepala Seksi Bimbingan Teknis dan Kalibarasi

D. Jaringan Kegiatan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas onotomi, tugas deknsentrasi dan tugas pembantu di bidang perindustrian dan perdagangan.

Dalam pembangunan sector ekonomi kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki peran untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah maupun industri rumah tangga, pengembang daya saing sector industri dan dagang, sehingga diharapkan produk-produk sector industri mampu bersaing di pasar global dan mandiri sehingga mampu meningkatkan volume ekspor kota Medan.


(50)

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara menciptakan iklim usaha yang kondusif yang mampu mendorong dan memberikan konstribusi dalam membangun perekonomian daerah Sumatera Utara, memperdalam struktur komoditas dengan memperluas struktur ekspor dari produk primer kepada produk hilir, mendorong dan mmngembangkan ekonomi kerakyatan melalui ekonomi kerakyatan melalui penumbuhan agro industri berbasis sumber daya alam dan teknologi ramah lingkungan, meningkatkan kualitas aparat Pembina sehingga mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, profesionalisme dan peran serta pelaku dunia usaha yang mendukung adanya koordinasi secara sinergis dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, mengembangkan lembaga dan sarana perdagangan dan distribusi dalam negeri yang efektif untuk tercapainya pelaku usaha yang professional, dalam mendukung peningkatan dan pengembangan produksi dalam negeri serta perlindungan konsumen, meningkatkan mutu jasa pelayanan industri dan perdagangan.

F. Rencana Kegiatan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara memiliki rencana kegiatan yang disusun setiap tahunnya, namun pada kesempatan saat ini untuk tahun yang sedang berjalana ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara belum bisa memberikan data rencana kegiatan kepada penulis dikarenakan rencana kegiatan tersebut masih dalam penyusunan.


(51)

(52)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya instansi/perusahaan yang besar selalu dihadapkan pada masalah bagaimana cara mengelola instansi secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana yang akan dihadapi.

Salah satu harta instansi/perusahaan yang sangat penting adalah kas. Kas ini sangat penting karena setiap instans/iperusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan uang kas, dimana kas diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi instansi/perusahaan sehari-hari dll.

Apabila kita memperhatikan kas, mempunyai sifat yang istimewa jika dibandingkan dengan harta-harta lainnya, oleh karena itu sifat-sifat kas ini biasanya menjadi objek penyelewengan dan pabila sudah terjadi penyelewengan biasanya sukar untuk menemukannya kembali, sehingga perlu dibuat suatu cara pengawasan terhadap kas.

Sebagaimana yang dimaksud diatas, DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA juga merupakan instansi yang perlu adanya suatu penganalisaan mengenai sistem pengawasan intern kas yang ketat dan akurat agar beberapa aspek instansi dapat dihindari, seperti kekurangan perusahaan itu dalam mengadakan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan tersebut. Sistem akuntansi merupakan salah satu fungsi penting yang dilakukan pimpinan atau manajemen dalam rangka


(53)

aktivitas-aktivitas instansi terhadap rencana-rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu, dengan demikian rencana instansi dapat berjalan secara efektif, efesien, dan terarah.

Dengan kata lain apabila ada sistem akuntansi yang memadai dalam suatu instansi khususnya yang berhubungan dengan pengawasan intern kas, penerimaan dan pengeluaran kas maka perusahaan dapat terhindar dari keinginan pihak-pihak tertentu, seperti penyelewengan, penipuan, penggelapan serta pemborosan terhadap harta kekayaan perusahaan/instansi dan juga akan memperkecil seminimal mungkin penyalahgunaan dari prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Informasi keuangan ini berisikan data-data akuntansi yang dapat dipercaya dan bersifat rahasia karena merupakan bahan untuk mengambil keputusan pimpinan instansi. Kas merupakan aktiva lancar yang paling liquid, yang setiap saat dapat diselewengkan. Pada umumnya setiap transaksi yang ditemui dalam kegiatan perusahaan/instansi selalu berhubungan dengan kas baik dari penerimaan hasil penjualan maupun dengan pengeluaran yang berupa biaya kegiatan perusahaan/instansi sehari-harinya. Untuk itu sangat diperlukan sekali pengawasan yang benar-benar ketat.

Pengawasan diartikan sebagai alat untuk mengkordinasi aktivitas-aktivitas perusahaan/instansi agar sesuai dengan rencana semula. Salah satu cara untuk melaksanakan pengawasan adalah melalui penyusunan sistem pengawasan intern. Karena ruang lingkup dari pengawasan intern itu cukup luas maka dalam pembahasannya terperinci. Alasan lainnya karena


(54)

pengawasan memerlukan salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan sangat penting dalam aktivitas perusahaan/instansi. Perusahaaan yang baik akan memungkinkan pimpinan dengan cara yang efektif mengamankan harta kekayaan perusahaan/instansi serta mengatur pekerjaan sekarang dan membuat rencana di masa yang akan datang.

Adapun penulis memilih pengorganisasian sistem akuntansi sebagai sarana untuk menciptakan sistem akuntansi pengawasan intern kas adalah dengan beberapa alasan pertimbangan yaitu :

1. Mengingat pentingnya sistem akuntansi sebagai sarana untuk menciptakan sistem pengawasan, penulis ingin mencoba mendalami serta meneliti sistem akuntansi dalam suatu perusahaan/instansi. Selama ini penulis hanya mendengar dan mempelajari teori saja yang didapat dari bangku perkuliahan dan buku-buku yang erat hubungannnya dengan prosedur sistem akuntansi perusahaan/instansi.

2. Dengan mencoba menganalisa sistem-sistem akuntansi pengawasan intern kas, mencakup penerimaan dan pengeluaran kas akan sangat membantu dan sangat berguna bagi perusahaan/instansi maupun bagi saya sendiri. Bagi perusahaan dengan menganalisa sistem akuntansi pengawasan intern kas akan memberikan informasi yang penting dalam pengambilan keputusan dan mengadakan ramakan tentang masa depan perusahaan/instansi serta kebijaksanaan perusahaan/instansi untuk menjaga kemungkinan penyalahgunaan kas sehingga perusahaan/instansi dapat terhindar dari kemungkinan menderita kerugian yang cukup besar di


(55)

masa-masa yang akan datang

3. Alasan lainnya adalah agar dapat mengetahui setiap keputusan dan peraturan yang telah ditetapkan dan dapat menunjang beroperasinya suatu perusahaan/instansi dengan suatu sistem yang baik dan dapat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan/instansi.

Berdasarkan alasan di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan serangkaian penelitian tentang penerapan pelaksanaan pengawasan penerimaan dan pengeluaran kas yang dilaksanakan oleh perusahaan/instansi dengan judul “ INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA “

B. Rumusan Masalah

Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan instansi pemerintah sebagai penyelenggara sebagai kewenangan pemerintah provinsi dan tugas desentrelisasi khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan, tentunya banyak melakukan transaksi kas, untuk itu diperlukannya internal kontrol kas agar perusahaan/instansi dapat terhindar dari keinginan pihak-pihak tertentu, seperti penyelewengan, penipuan, penggelapan serta pemborosan terhadap harta kekayaan instansi dan juga akan memperkecil seminimal mungkin penyalahgunaan dari prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah pokok yang dibahas dalam paper ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pengawasan intern terhadap kas yang diterapkan oleh DINAS


(56)

UTARA mampu mengamankan kas dengan baik ?

2. Bagaimana metode yang dilakukan oleh DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UATARA dalam mengawasi kas perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Bagi penulis sendiri adalah untuk mengetahui apakah pengawasan intern terhadap kas yang diterapkan oleh DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA mampu mengamankan kas dengan baik ?

b. Agar penulis lebih memahami dan mengetahui bagaimana metode yang dilakukan oleh DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UATARA dalam mengawasi kas perusahaan?

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi pendidikan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan informasi bagi rekan-rekan yang akan melakukan penelitian selanjutnya. b. Bagi perusahaan/instansi dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat

perencanaan dan kebijaksanaan yang tepat untuk masa yang akan datang c. Bagi penulis sendiri tulisan ini berguna dalam pengembangan ilmu

pengetahuan yang telah diterima selama di bangku perkuliahan dan member bahan untuk membandingkan teori-teori dengan masalah yang dihadapi di lapangan.


(57)

d. Bagi pembaca yaitu sebagai masukan dan pertimbangan yang nantinya dapat bermanfaat sebagai referensi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam membuat paper ditahun-tahun mendatang yang berkaitan dengan internal control kas.

D. Rencana Penulisan

1. Jadwal Penelitian/Observasi

Tabel 1.1

Jadwal penelitian dan penyusunan tugas akhir

No Keterangan

Juni Juli I II III IV I II III IV 1. Pengesahan Tugas Akhir

2. Pengajuan judul 3. Permohonan Izin Riset

4.

Penunjukan Dosen Pembimbing

5. Pengumpulan Data

6. Penyusunan Tugas Akhir 7. Bimbingan Tugas Akhir 8. Penyelesaian tugas akhir

2. Rencana Isi

Laporan penelitian ini terdiri 4 bab, yang dianggap cukup memadai untuk mengemukakan hal yang dianggap penting dan relevan dengan judul Tugas Akhir. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut :


(58)

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan Bab pendahuluan yang akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, rencana penulisan, jadwal penelitian/observasi, rencana isi.

BAB II DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

Pada Bab ini diuraikan sejarah ringkas, struktur organisasi, job description, jaringan kegiatan, kinerja kini, rencana kegiata

BAB III INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGA PROVINSI SUMATERA UTARA

Dalam Bab ini penulis menguraikan pengertian pengawasan intern, pengawasan kas, unsur pengawasan intern, pengawasan intern kas, prosedur penerimaan kas dan pengawasannya, prosedur pengeluaran dan pengawasannya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini penulis akan memberikan kesimpulan yang didasarkan dari penjelasan dari bab-bab terdahulu dengan cara menganalisa data yang tersedia. Dan penulis juga mencoba memberikan saran-saran yang dirasakan perlu untuk meningkatkan efektifitas instansi di masa yang akan datang.


(59)

(60)

TUGAS AKHIR

INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh :

T ALHUMAIRAH 112102071

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(61)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS  MEDAN 

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK 

 

NAMA  :      T ALHUMAIRAH 

NIM  112102071 

PROGRAM STUDI  DIPLOMA III AKUNTANSI  JUDUL TUGAS AKHIR  INTERNAL KONTROL KAS PADA 

DINAS  PERINDUSTRIAN DAN 

PERDAGANGAN  PROVINSI SUMATERA UTARA  Tanggal       2014   Dosen Pembimbing Tugas Akhir 

 

  (Dra. Nurzaimah MM.Ak) 

       NIP. 19581114 198703 2 001 

 

Tanggal       2014          Ketua Program Studi D‐III Akuntansi   

 

( Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA ) 

          NIP. 19511114 198203 1 002 

 

Tanggal       2014         Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU   

 

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak) 


(62)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 

MEDAN 

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR   

NAMA  T ALHUMAIRAH 

NIM  112102071 

PROGRAM STUDI  DIPLOMA III AKUNTANSI 

JUDUL TUGAS AKHIR  INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS 

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI  SUMATERA UTARA 

 

  Medan,      2014   

   

(T ALHUMAIRAH) 


(63)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang pada DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA. Adapun laporan magang ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT dan Rasulallah SAW yang telah memberikan hidayah serta kesehatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.

2. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H.T. Zuanir,SE dan Ibunda Hj. Masjidah Lubis yang menyemangati dan mendoakan penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku ketua program studi

Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(64)

Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Dra. Nurzaimah MM,Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

8. Kakak T. Ainul Mardiah, SE, Abang T. Mhd Husyairi, S. Stp, T. Mhd Ramadhansyah,SH Adik T. Mhd Alkhadri yang telah banyak membantu serta memberikan semangat kepada saya.

9. Ibu Kepala Bidang Industri Kecil Agro Hasil Hutan (IKAHH) Ir. Ida Yani, MT dan Seluruh staff Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara yang membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

10.Teman seperjuangan Nadila Humairoh Lbs, Annisa, Nur Afifah, Arief Rudiansyah dan sahabat Alsugi Novtiara Sari, Asrini Nur Ilmi dan seluruh temen-teman khususnya stambuk 2011 D III Akuntansi.

Penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita selalu dijalan yang diridhoi Allah SWT, Amin.

Medan, 2014 Penulis

T Alhumairah NIM 112102071


(65)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BABI PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Rencana Penulisan ... 6

1. Jadwal Penelitian/Observasi... 6

2. Rencana Isi ... 6

BAB II DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA ... 8

A. Sejarah Ringkas ... 8

B. Struktur Organisasi ... 9

C. Job Description ... 12

D. Jaringan Kegiatan ... 16

E. Kinerja Terkini ... 16


(66)

BAB III INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PROVINSI SUMATERA UTARA ... 18

A. Pengertian Pengawsan Intern ... 18

B. Pengawasan kas ... 20

C. Unsur Pengawasan Intern ... 21

D. Pengawasan Intern Kas ... 27

E. Prosedur Penerimaan Kas dan Pengawasannya ... 31

F. Prosedur Pengeluaran Kas dan Pengawasannya ... 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 55


(67)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


(68)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan


(69)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Surat Permohonan Research/Survey


(70)

(1)

    DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BABI PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Rencana Penulisan ... 6

1. Jadwal Penelitian/Observasi... 6

2. Rencana Isi ... 6

BAB II DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA ... 8

A. Sejarah Ringkas ... 8

B. Struktur Organisasi ... 9

C. Job Description ... 12

D. Jaringan Kegiatan ... 16

E. Kinerja Terkini ... 16

F. Rencana Kegiatan ... 17


(2)

BAB III INTERNAL KONTROL KAS PADA DINAS

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PROVINSI SUMATERA UTARA ... 18

A. Pengertian Pengawsan Intern ... 18

B. Pengawasan kas ... 20

C. Unsur Pengawasan Intern ... 21

D. Pengawasan Intern Kas ... 27

E. Prosedur Penerimaan Kas dan Pengawasannya ... 31

F. Prosedur Pengeluaran Kas dan Pengawasannya ... 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 55


(3)

   

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jadwal penelitian/Observasi ... 6


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan


(5)

   

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Surat Permohonan Research/Survey

Lampiran 2 Surat Izin Research/Penelitian


(6)