Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akne vulgaris jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang biasanya mulai muncul pada masa remaja dan dapat sembuh dengan sendirinya secara spontan Ghodsi et al., 2009. Akne vulgaris adalah penyakit kulit karena peradangan kronis pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan ujud kelainan kulit seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik Wasitaatmadja, 2007. Sekitar lebih dari 60 juta penduduk dunia menderita akne Wolfe, 2009. Akne vulgaris mempengaruhi hampir 80 remaja dan dewasa muda yang berusia 11-30 tahun. Sedangkan di Indonesia, sekitar 15 juta penduduk menderita akne vulgaris Kusumaningrum, 2012. Secara keseluruhan, akne makin meningkat pada kalangan dewasa. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang sering muncul pada masa remaja. Akne vulgaris lebih banyak terjadi pada pria daripada perempuan Uhlenhake et al., 2010. Penyebab dan patogenesis akne vulgaris belum begitu jelas. Meningkatnya produksi sebum, hiperkeratinisasi folikuler, meningkatnya hormon androgen, faktor genetik, adanya mediator radang di sekitar folikel sebasea, dan adanya perubahan biokimia susunan lemak di permukaan kulit merupakan faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya akne vulgaris commit to user 2 Wasitaatmadja, 2007. Di samping itu ada faktor eksternal seperti kosmetik, obat, dan kolonisasi Propionibacterium acnes di sekitar folikel sebasea yang dapat memperburuk atau memacu timbulnya akne Wolfe, 2009. Salah satu faktor penyebab yang memperparah timbulnya akne vulgaris adalah faktor stres terutama stres pada tingkat pubertas Yosipovitch, 2007. Stres sering terjadi pada siswa sekolah dengan aktivitas yang tinggi serta beban tugas yang banyak, misalnya pada siswa program Sekolah Bertaraf Internasional SBI. Pada dasarnya SBI adalah sistem pembelajaran dengan menggunakan pengantar Bahasa Inggris meskipun tidak mengesampingkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan secara berkesinambungan mutu sekolah nasional kelompok mandiri, baik sekolah negeri maupun swasta sehingga nantinya sekolah tersebut akan mempunyai standar internasional Depdiknas, 2007. Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran program SBI adalah kurikulum nasional dan pengembangan kurikulum internasional. Kurikulum internasional terkesan lebih sulit dari pada kurikulum nasional karena penekanannya hanya pada mata pelajaran sains. Padahal tidak semua siswa berminat pada bidang tersebut. Pada program SBI, Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar khususnya pada mata pelajaran sains. Soal-soal ujian yang disajikan juga dalam Bahasa Inggris. Mayoritas siswa program SBI menganggap bahwa Bahasa Inggris merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi Hadi dkk., 2007. commit to user 3 Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa siswa program SBI memiliki kecenderungan mengalami stres psikis yang lebih tinggi Wisantyo, 2010. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non SBI.

B. Rumusan Masalah