Akne Vulgaris Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma Program Sbi Dan Non Sbi Di Surakarta.

commit to user 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Akne Vulgaris

a. Definisi

Akne vulgaris adalah penyakit kulit karena peradangan kronis pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan ujud kelainan kulit seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun hipertrofik Wasitaatmadja, 2007.

b. Epidemiologi

Akne vulgaris merupakan penyakit yang sering timbul dan mempengaruhi sekitar 80 remaja dan dewasa muda. Umumnya terjadi pada umur 14 17 tahun pada wanita, 16 19 tahun pada pria, dominannya lesi yang timbul adalah komedo dan papul. Akne vulgaris dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis karena hampir setiap orang pernah mengalaminya Wasiaatmadja, 2007.

c. Etiologi Akne vulgaris

Penyebab pasti timbulnya akne vugaris belum diketahui, tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya akne vulgaris, antara lain: commit to user 5 1 Sebum Sebum adalah sekret yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea Dorland, 2002. Produksi sebum mulai meningkat saat masuk usia pubertas Nelson and Thiboutot, 2007. Produksi sebum yang meningkat menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya lesi akne Ichsan, 2008. Testosteron yang merupakan hormon androgen, juga mempengaruhi produksi sebum karena hormon ini menyebabkan pembesaran kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan produksi sebum Murata, dkk., 2006. Salah satu komponen sebum adalah trigliserid, memiliki peran dalam patogenesis akne. Propionibacterium acnes akan mengubah trigliserid menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini akan menyebabkan penggumpalan bakteri dan kolonisasi Propionibacterium acnes, inflamasi yang akhirnya akan menimbulkan komedo Zaenglein et al., 2007 2 Bakteri Mikroorganisme yang berperan dalam timbulnya akne vulgaris adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Bakteri-bakteri tersebut terlibat dalam proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum Wasitaatmadja, 2007. commit to user 6 3 Genetik Faktor genetik cukup berpengaruh pada aktivitas kelenjar minyak gandula sebasea. Riwayat akne pada keluarga berhubungan dengan munculnya akne lebih awal, gambaran klinis akne, peningkatan jumlah dan beratnya lesi, serta lama dan kesulitan terapi akne Ballanger et al., 2006. Timbulnya akne berhubungan dengan genetik, hal ini dipengaruhi oleh hormon androgen dan aktivitas lipid yang tidak normal. Penelitian melaporkan bahwa akne dengan derajat berat sering ditemukan pada 54 keluarga kembar homozigot dan heterozigot Zoubolis et al., 2005 4 Hormon Produksi sebum dipengaruhi oleh hormon androgen dan Peroximal Proliferators Activated Receptor PPAR. Namun, yang memegang peran paling kuat dalam etiologi akne adalah hormon androgen. Hormon 5 -reductace tipe 1 bertanggung jawab mengubah testosteron menjadi Dehidrotestosteron DHT, yang terjadi di kelenjar sebasea. Hormon ini memiliki aktivitas lebih besar pada wanita dengan akne derajat sedang sampai berat Ascenso and Marques, 2009. Testosteron dan dehidrotestosteron berperan untuk proliferasi sel keratinosit dan pembentukan lipid Murata et al., 2006. Hormon lain seperti Corticotrophin Releasing Hormone CRH dan Melanocytes Stimulating commit to user 7 Hormone MSH mengekspresikan reseptornya pada kelenjar sebasea. Sementara MSH berhubungan dengan proses inflamasi, CRH dapat dianggap sebagai hormon yang mempromosikan lipogenesis di sebosit testosteron dan hormon pertumbuhan akan memberi feed back negatif dari CRH. Jadi, CRH terlibat dalam gangguan kulit lain yang terkait dengan produksi sebum lipid Ascenso and Marques, 2009. 5 Kosmetik Ada beberapa jenis kandungan pada kosmetik yang bisa menyebabkan timbulnya akne, antara lain: lanolin, petrolatum, minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni. Apabila menggunakan kosmetik dengan kandungan tersebut secara terus- menerus dan dalam waktu lama dapat menimbulkan terjadinya akne ringan dengan komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu Wasitaatmadja, 2010. 6 Diet Salah satu faktor penyebab timbulnya akne vulgaris yang masih diperdebatkan adalah makanan Wasitaatmadja, 2007. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa susu dapat memicu atau memperparah timbulnya akne vulgaris Melnik, 2012. Susu memiliki indeks glikemi rendah, tetapi secara paradoks meningkatkan kadar Insulin Like Growth Factor 1 IGF-1. IGF-1 adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi sangat commit to user 8 kompleks. Hormon ini berfungsi untuk memicu pengambilan asam amino dan sintesis protein. Meningkatnya kadar IGF-1 pada keadaan puasa maupun sesudah makan inilah yang menyebabkan dan memperparah timbulnya akne vulgaris Costa, 2010. 7 Obat- obatan Anabolic steroid, kortikosteroid, kortikotropin, fenitoin, litium, isoniazid, vitamin B komplek, halogen, dan pengobatan kemoterapi adalah jenis-jenis obat yang dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris Zaenglien et al., 2007. Pada penggunaan kortikosteroid dosis tinggi, seperti prednisone dan betametason dapat memacu timbulnya akne vulgaris British National Formulary, 2010. 8 Stres Stres psikologis juga telah diidentifikasi di antara faktor- faktor yang memperburuk jerawat. Dalam survei terbaru antara 215 mahasiswa kedokteran tahun ke enam, 67 dari siswa yang diidentifikasi menunjukkan bahwa stres sebagai penyebab jerawatnya. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa stres psikologis dapat mengubah fungsi kekebalan pada kulit dan fungsi sawar kulit Yosipovitch, 2007. Stres juga dapat menyebabkan peningkatan produksi sebum dan asam lemak bebas. Lingkungan yang seperti ini dapat menyebabkan pertumbuhan Propionibacterium acnes yang baik dan commit to user 9 menimbulkan inflamasi yang berperan dalam pembentukan komedo Kery, 2007.

d. Patogenesis Akne Vulgaris

Akne vulgaris merupakan disfungsi patologi pada folikel sebasea dengan penyebab yang multifaktorial. Penyebab akne tidak diklasifikasi dengan sangat benar, tetapi telah diterima bahwa patogenesis bersifat multifaktorial, yaitu adanya diferensiasi folikuler dan meningkatnya kornifikasi, aktivitas kelenjar sebasea yang tidak normal dan hiperkolonisasi bakteri, serta reaksi inflamasi dan imunologi Gambar 1 Gambar 1. Algoritma Patogenesis Akne Krautheim, 2004 Stimulasi oleh: hormon DHT; CRH; PPAR ligand; faktor neurogenik subst P Faktor Genetika Lingkungan Unit pilosebasea Sebosit: hiperplasia sebasea, hiperseborrheic Variasi dalam homoeostasis folikuler: penyumbatan folikel Keratinosit: hiperkeratosis folikuler Propionibacteriu m acnes yang tumbuh Lesi inflamasi dan non-inflamasi dan reaksi imun commit to user 10 Akne vulgaris adalah sebuah penyakit inflamasi dan hormon- hormon androgen, Peroximal Proliferators Activated Receptor PPAR, neuropeptida dan faktor lingkungan mampu mengganggu siklus alami folikel sebasea dan membentuk mikro komedo. Lipid dan sitokin yang pro-inflamasi tampaknya bertindak sebagai mediator untuk permulaan lesi akne. Propionibacterium acnes P. acnes, bakteri gram positif yang bersifat mikroaerofilik, bertanggung jawab atas respon inflamasi lokal jerawat, dengan aktivasi monosit dan produksi sitokin. Luka-luka inflamasi dapat meliputi: papula, pustula, dan nodula kistik. Diyakini bahwa sensitivitas yang lebih besar terhadap P. acnes dan metabolitnya mungkin terkait dengan tingkat keparahan akne Krautheim, 2004. Degradasi trigliserida tidak menimbulkan perubahan asam lemak bebas dalam komposisi sebum pada kulit yang hiperseborrheik. Perubahan asam lemak bebas dapat berperan dalam hiperkeratinisasi dengan meningkatkan adhesi perlekatan sel. Hiperkeratinisasi, dengan penyumbatan folikuler akibatnya menghasilkan pembentukan luka-luka non-inflamasi: komedo yang awalnya tertutup white spot, dan beberapa bulan kemudian menjadi komedo yang terbuka black spot Davis and Callender, 2010. Penyebab utama jerawat adalah hormonal, baik pada remaja maupun dewasa. Hormon-hormon utama yang terlibat dalam timbulnya akne adalah androgen, dengan mempertimbangkan bahwa 5 commit to user 11 -reduktase tipe 1 yang bertanggung jawab atas konversi testosteron menjadi Dehydrotestosteron DHT, tampaknya paling lazim terjadi di dalam kelenjar sebasea di daerah-daerah sekitar akne dan memiliki aktivitas yang lebih besar pada wanita yang memiliki akne dengan derajat sedang hingga parah. Terkait dengan hormon androgen suprarenal, serum androsteron glukuronida meningkat pada wanita dewasa, sedangkan testosteron dan Dehydroepiandrosterone sulphate DHEAS berada dalam nilai yang normal. Hormon-hormon lain seperti Corticotrophin Releasing Hormone CRH dan Melanocytes Stimulating Hormone MSH melepaskan reseptornya pada kelenjar sebasea. Meskipun MSH terkait dengan proses inflamasi, namun CRH dapat dianggap sebagai hormon yang meningkatkan lipogenesis di dalam sebosit testosteron dan hormon pertumbuhan menimbulkan umpan balik negatif dari CRH. Maka dari itu, penelitian yang dilakukan Ascenso dan Marques 2009 mengungkapkan bahwa CRH terlibat dalam perkembangan klinis jerawat. Faktor lingkungan dan genetika merupakan faktor-faktor luar lain yang secara empiris disebutkan dalam patogenesis akne. Mengenai keturunan, ada bukti berdasarkan penelitian terhadap orang-orang kembar yang menunjukkan bahwa jerawat mungkin memiliki komponen keturunan Ascenso and Marques, 2009. Hubungan sebab akibat antara stres dengan akne telah ditegaskan sejak lama. Ada beberapa bukti bahwa mekanisme molekul yang commit to user 12 mendasari terkait dengan pelepasan reseptor mediator neuro-endokrin oleh kelenjar sebasea. Penelitian-penelitian terkini telah mengindikasikan bahwa sebosit manusia melepaskan reseptor fungsional untuk pelepasan hormon antara lain kortikotrophin, melanokortin, polipeptida usus -endorphin, neuropeptida Y. Setelah melakukan koneksi dengan ligand, reseptor-reseptor tersebut mengatur produksi metabolisme inflamasi sitokin, perkembangbiakan, diferensiasi, lipogenesis dan metabolisme androgen di dalam sebosit, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Faktor-faktor neuro-endokrin tampaknya memediasi stres secara sistemik dan topikal, yang merangsang kelenjar sebasea, yang pada akhirnya mempengaruhi manifestasi klinis akne Ascenso and Marques, 2009.

e. Gejala Klinis dan Grading Akne Vulgaris

Tempat yang banyak mengandung kelenjar pilosebasea adalah tempat predileksi akne vulgaris, di antaranya wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas. Selain itu, leher, lengan atas, dan glutea adalah tempat yang kadang terkena akne vulgaris Wasitaatmadja, 2007. Pada penderita akne vulgaris sering ditemukan berbagai macam lesi, yang paling dominan adalah komedo, papul, pustul, nodul, dan kista Wasitaatmadja, 2007. Komedo adalah lesi primer akne. Ada dua macam komedo, yaitu komedo terbuka blackhead dan komedo commit to user 13 tertutup whitehead Bershad, 2008. Komedo terbuka merupakan sebuah papul dengan dilatasi sentral yang berisi keratin yang menghitam. Sedangkan komedo terbuka merupakan papul kekuningan sebesar 1 mm Zaenglein, 2007. Diagnosis banding akne vulgaris di antaranya folikulitis dan dermatitis perioral Ascenso and Marques, 2009. Diagnosis akne vulgaris biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan riwayat pasien. Akne vulgaris dapat diukur dengan menggunakan dua cara: penghitungan lesi dan gradasi. Gradasi adalah perkiraan tingkat keparahan yang cukup subyektif. Hal ini didasarkan pada pengamatan lesi dominan, mengevaluasi ada tidaknya peradangan. Kadang-kadang bermasalah karena banyak variabel yang terlibat Ascenso and Marques, 2009. Cara menilai derajat keparahan akne vulgaris menggunakan Global Acne Grading System GAGS yang dapat dilihat pada tabel 1. commit to user 14 Tabel 1. The Global Acne Grading Sistem Lokasi Faktor Dahi 2 Pipi kanan 2 Pipi kiri 2 Hidung 1 Dagu 1 Dada dan punggung 3 Sumber: Adityan dkk. 2009 Catatan : Tiap lesi diberi nilai tergantung dari keparahannya. Tidak ada lesi = 0, komedo = 1, papul = 2, pustule = 3 dan nodul = 4. Skor pada tiap area local score dihitung menggunalan formula: Local score = Faktor x grade 0 - 4. Global score adalah jumlah dari local score dan keparahan akne diklasifikasi menurut global score. Skor 1-18 akne ringan, 19-30 akne sedang, 31-38 akne berat, dan 39 akne sangat berat.

f. Tipe-tipe Akne

Tipe-tipe akne vulgaris menurut Ascenso dan Marques 2009 antara lain: 1 Akne Vulgaris Tipe akne yang sangat umum dengan ujud kelainan kulit berupa komedo tertutup, komedo terbuka, papula, dan atau dengan pustul. Keragaman akne vulgaris dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu: a Tipe 1 : Umumnya komedo, papula atau pustule sedikit, tanpa skar b Tipe 2 : Komedo lebih banyak, umumnya papula dan pustule dengan skar sedikit commit to user 15 c Tipe 3 : Banyak komedo, papula dan pustule menyebar kepunggung, dada, dan bahu. Kadang ditemukan kista, nodul, skar sedang. d Tipe 4 : Lebih banyak kista pada wajah, leher, dan lengan, dengan beberapa skar With, 2007. 2 Akne KonglobataNodular Bentuk akne yang kronik dan parah yang terlihat selalu pada pria, berasal dari masa pubertas akhir dan sering kali berlanjut sampai akhir kehidupan dan ditandai dengan adanya sejumlah komedo, sering kali double atau triple, abses-abses yang besar dengan sinus yang menghubungkannya, dan kista yang berisi bahan jernih seropurulen serta luka parut yang tetap nyata dan buruk setelah sembuh Wolff et al., 2005 Gambar 2. Gambar 2 . Akne Konglobata Wolff et al., 2005 commit to user 16 3 Akne papulopustular Akne yang ditandai dengan adanya pustul dan papula Gambar 3. Papula adalah tonjolan kecil superfisial pada kulit, berbatas tegas dan padat dengan diameter kurang dari 1 cm kurang dari 0,5 dari beberapa penulis. Pustul adalah kumpulan nanah di dalam atau di bawah epidermis, sering di dalam folikel rambut atau pori-pori kelenjar keringat Harper, 2011. Gambar 3 . Akne papulo pustular Harper, 2011 4 Akne Ekskoriasi Jenis akne superfisial yang sering tampak pada muka gadis remaja dan wanita muda yang disebabkan oleh kebiasaan neurotic kompulsif dalam bentuk mengorek dan memencet lesi wajah yang kecil, sepele atau tidak ada, yang meninggalkan lesi sekunder yag menyebabkan jaringan parut Dorland, 2002. commit to user 17 5 Akne Mekanik Penumpukan lesi akne yang ada oleh faktor-faktor mekanis yang merusak bentuk kulit termasuk penggesekan, penggosokkan, peregangan, tekanan, pencabutan, dan penarikan yang dapat dicetuskan oleh faktor-faktor seperti tali pengikat di dagu, label pakaian, peralatan ortopedi, ransel, kursi, serta tempat duduk di bus atau di mobil Zaenglein et al., 2007. 6 Kloroakne Erupsi akneformis yang diakibatkan karena pajanan senyawa klor Dorland, 2002. 7 Akne Steroid Akne yang muncul karena penggunaan steroid dalam jangka lama Ascenso dan Marques, 2009.

2. Sekolah Bertaraf Internasional SBI