11
D. Citra Diri Self Image Pustakawan
Menurut Mowen and Minor 1998 bahwa citra diri seseorang dipengaruhi oleh persepsi orang lain terhadap diri orang tersebut. Seseorang harus menjadi
seperti apa yang dipersepsikan oleh orang lain jika ingin dipandang seperti apa yang diinginkan oleh orang lain Sumarwan, 2011.
Menurut Achmad dkk. 2012, citra merupakan penilaian atau penghargaan dari pihak lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa citra diri menjadi sumber energi
untuk memotivasi dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka akan lebih semangat untuk belajar, bekerja, dan berkomunikasi. Semua itu dapat memperkokoh dirinya
sebagai makhluk yang terbaik. Citra diri ibarat harum wangi bunga, semerbak memenuhi alam sekitarnya. Citra diri membawa mereka menjadi makhluk yang
kharismatik. Mereka selalu berpikir, berucap, dan bertindak secara positif. Mereka menjadi manusia yang disenangi, karena selalu menebarkan kebaikan.
Citra diri pustakawan di mata masyarakat tergantung bagaimana pustakawan mencitrakan diri kepada masyarakat, seperti pendapat salah satu informan Rt
berikut ini: “Citra diri itu kita sendiri yang mencitrakan. Tergantung bagaimana kita
mencitrakan diri. Misalnya memotivasi teman-teman yang buangan agar mau berubah jadi lebih baik. Kegiatan pustakawan yang menyentuh ke
masyarakat, misalnya gerakan minat baca dsb
. agar profesi pustakawan lebih dikenalmengenalkan citra pustakawan kepada masyarakat. Seminar-seminar
internal juga perlu. Sertifikasi pustakawan itu harapan, tidak mantep karena selisih tunjangan pustakawan dengan non-pustakawan masih sedikit, padahal kerja
pustakawan itu nyata, dibanding dengan guru yang kadang tidak nyata”
Hal senada juga disampaikan oleh informan Nw bahwa citra diri pustakawan itu kembali kepada individu pustakawan sendiri. Individu tersebut
yang akan dinilai oleh orang lain atau masyarakat, sehingga citra diri pustakawan itu tergantung bagaimana individu pustakawan itu dapat membawa diri. Citra diri
pustakawan merupakan cerminan kinerja pustakawan yang dapat dilihat, diterima dan dirasakan oleh pemustaka. Apabila pustakawan mampu menjalankan tugas
dan fungsinya secara optimal maka secara langsung sudah menciptakan citra diri yang positif bagi masyarakat.
Dalam penelitian ini, citra diri pustakawan diketahui dari tahap ketika informan menemukan identitas dirinya sebagai pustakawan, pustakawan dalam
memaknai pekerjaannya, harga diri atau bangga diri sebagai pustakawan, percaya diri yang dimiliki pustakawan dan pengembangan diri pustakawan.
Pada tahap penemuan identitas diri sebagai pustakawan diketahui bahwa informan yang bekerja sebelum tahun 1988 menjadi pustakawan melalui jalur in
passing, dan mereka masuk pustakawan dengan suka rela. Sedangkan untuk informan yang bekerja setelah tahun 1988 menjadi pustakawan sesuai dengan
Keputusan Menpan No. 18 tahun 1988. Informan dari jalur pendidikan tersebut menjadi pustakawan karena beberapa sebab, antara lain karena kesadaran sendiri,
dorongan dari orang tua, dorongan dari teman, dan karena adanya himbauan dari pimpinan. Dari latar belakang informan memasuki jabatan fungsional pustakawan
tersebut merupakan modal awal dari pembentukan konsep diri dan sekaligus citra diri pustakawan. Dalam tahap ini informan seharusnya sudah mulai mengetahui
apa yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai pustakawan.
Dalam memaknai pekerjaannya sebagai pustakawan, semua informan dalam bekerja tidak hanya untuk mencari nafkah, tetapi mereka bekerja dengan
rasa senang, rasa syukur, ikhlas, sepenuh hati, aktif dan mandiri serta untuk
12
kemanfaatan bagi pemustaka. Hal ini menunjukkan sikap profesional sebagai pustakawan dalam melaksanakan pekerjaannya, yaitu adanya sikap keikhlasan,
kejujuran, dan pengabdian dalam melayani pemustaka serta bekerja sesuai etika profesi. Berarti semua informan sudah mempunyai konsep diri yang positif dalam
memaknai pekerjaannya.
Sebagian besar informan memiliki harga diri yang tinggi dan bangga diri yang positif sebagai pustakawan. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai kegiatan
positif yang telah dilakukan dan mempunyai berbagai prestasi. Sebagian informan yang kurang bangga menjadi pustakawan belum mampu menunjukkan
prestasinya, tetapi mereka tetap semangat dalam bekerja.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan diri pustakawan diketahui bahwa semua informan mendapat dukungan keluarganya untuk
mengembangkan diri, berusaha untuk menyeimbangkan antara kepentingan pekerjaan dan kepentingan keluarga, mendapat dukungan dari teman sejawat,
tetapi ada sebagian informan yang kurang mendapat dukungan dari teman non- pustakawan. Sebagian besar informan juga mendapat dukungan dari pimpinannya
untuk mengembangkan diri. Dengan demikian sebagian besar faktor-faktor tersebut mendukung pustakawan dalam mengembangkan diri.
Dari hasil penelitian tentang citra diri pustakawan dapat diketahui bahwa sebagian besar informan sudah mempunyai citra diri yang positif sebagai
pustakawan.
E. Upaya Peningkatan Citra Diri Pustakawan di Era Persaingan Bebas