2. Membran tidak bermuatan tetap
Membran tidak bermuatan tetap disebut juga membran netral. Membran ini terbuat dari polimer yang tidak mengikat ion-ion sebagai ion tetap dan bersifat selektif
terhadap larutan kimia. Selektivitas membran netral ditentukan oleh unsur-unsur penyusun, ikatan kimia, ukuran pori-pori, daya tahan terhadap tekanan dan suhu,
resistivitas dan konduktansi, serta sifat listrik lainnya.
2.3 Kitin dan Kitosan
Kitin adalah polimer alami terbesar kedua yang terdapat di alam setelah selulosa. Senyawa kitin banyak terdapat pada dinding sel tumbuhan tingkat rendah
seperti jamur dan juga terdapat pada kulit luar hewan mollusca seperti udang, kepiting dan cumi-cumi. Pada tumbuhan tersebut senyawa kitin berfungsi sebagai bahan
pelindungdinding sel dan pada hewan berfungsi sebagai kerangka luar eksoskeleton. Kitin berbentuk serpihan dengan warna putih kekuningan, memiliki sifat tidak
beracun dan mudah terurai secara alami biodegradable. Senyawa kitin larut dalam larutan dimetil asetamida dan litium klorida Harianingsih, 2010. Kitin tidak mudah
larut dalam air, alkohol, asam atau basa encer serta pelarut-pelarut organik lainnya, sehingga kegunaannya terbatas. Hal tersebut disebabkan karena kitin secara alami
berbentuk kristal yang mengandung rantai-rantai polimer berkerapatan tinggi yang terikat satu sama lain dengan ikatan hidrogen yang sangat kuat. Namun dengan
modifikasi kimiawi dapat diperoleh senyawa turunan kitin yang mempunyai sifat kimia yang lebih baik. Salah satu turunan dari kitin adalah kitosan.
Identifikasi adanya senyawa kitin dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi secara kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi warna Van
Wesslink. Cara ini dilakukan dengan mereaksikan kitin dengan I
2
–KI, yang memberikan warna cokelat, kemudian ditambahkan asam sulfat sehingga warnanya
berubah menjadi violet. Perubahan warna dari cokelat menjadi violet menunjukkan reaksi positif adanya kitin. Sedangkan identifikasi secara kuantitatif dapat dilakukan
dengan analisis Fourier Transform Infared Spectrophotometer FTIR. Dari hasil FTIR akan diperoleh gugus-gugus fungsi dari kitin, sebagai contoh diperlihatkan pada Tabel
2.1.
Kitosan merupakan senyawa turunan kitin yang diperoleh dari proses deasetilasi yaitu proses penghilangan gugus asetil -COCH
3
dengan menggunakan larutan NaOH konsentrasi tinggi. Pada proses tersebut akan terjadi pergantian gugus asetamida
NHCOCH
3
dengan gugus amino NH
2
. Proses ini juga disebut sebagai reaksi transformasi kitin menjadi kitosan. Besar perubahan kitin menjadi kitosan dinyatakan
sebagai derajat deasetilasi DD, yang dapat ditentukan melalui analisis FTIR. Dari analisis FTIR juga dapat ditentukan gugus-gugus fungsi pada kitosan, sebagai contoh
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Karakteristik gugus fungsi kitin dari kulit udang Stuart, 2003
Gugus fungsi Bilangan gelombang cm
-1
OH 3448
N – H ulur
3300 – 3250
C – H ulur
2891,1 C = O ulur
1680 – 1640
N – H bengkokan
1560 – 1530
CH
3
1419,5 C
– O – C 1072,3
N – H kibasan
750 – 650
Tabel 2.2 Karakteristik gugus fungsi kitosan dari kulit udang Stuart, 2003
Gugus fungsi Bilangan gelombang cm
-1
OH 3450,0
N – H ulur
3335,0 C
– H ulur 2891,1
NH
2
guntingan 1655,0
CH
3
1419,5 C
– O – C 1072,3
NH
2
kibasan 850,0
– 750,0 N
– H kibasan 715,0
Kitosan memiliki karakteristik sebagai penukar ion, salah satunya karena mengandung gugus amino NH
2
. Dalam hal ini, kitosan bersifat sebagai polimer kationik yaitu polimer bermuatan positif. Kitosan bersifat tidak larut dalam air dan
larutan alkali dengan pH di atas 6,5. Tetapi kitosan mudah larut dalam asam organik seperti asam formiat, asam asetat dan asam sitrat Istiqomah, 2011.
Struktur bangun kimia kitin dan kitosan murni terlihat pada Gambar 2.1 dan 2.2 Lestari, dkk, 2011. Terlihat bahwa kitin murni mengandung gugus asetamida
NHCOCH
3
dan kitosan murni mengadung gugus amino NH
2
. Perbedaan gugus ini akan mempengaruhi sifat-sifat kimia senyawa tersebut. Perbedaan antara kitin dan
kitosan adalah berdasarkan kandungan nitrogennya, bila kandungan nitrogennya kurang dari 7 maka polimer disebut kitin dan apabila lebih dari 7 maka disebut kitosan
Roberts, 1992. Rumus umum kitin adalah C
8
H
13
NO
5
n atau juga disebut sebagai poli 2-asetamido-2-deoksi-
β-1→4-D-glukopiranosa. Sedangkan rumus umum kitosan adalah C
6
H
11
NO
4
n atau disebut sebagai 1,4-2-Amino-2-Deoksi- β-D-Glukosa.
Gambar 2.1 Struktur kitin Lestari, dkk, 2011
Gambar 2.2 Struktur kitosan Lestari, dkk, 2011
2.4 Larutan Elektrolit