Latar Belakang Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal Babi Landrace yang Diberi Pakan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dari Perairan Tercemar Timbal (Pb).

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha budidaya ternak babi masih dipertahankan sebagai kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Bali. Babi merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi dan peran yang strategis dalam penyediaan protein hewani. Usaha peternakan babi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini disebabkan selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga masih terbukanya peluang ekspor ke negara lain terutama Singapura. Untuk mendukung perkembangan usaha peternakan babi di Indonesia diperlukan adanya manajemen pemeliharaan yang intensif, diantaranya adalah dengan pemberian pakan dengan nilai gizi yang cukup tinggi, sehingga bisa mencukupi kebutuhan babi akan zat nutrisi. Saat ini, pakan babi yang biasa dipakai peternak dirasa cukup mahal dan masih sulit didapat. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan limbah pertanian atau perkebunan sebagai bahan makanan ternak. Pengunaan limbah sebagai bahan penyusun ransum akan memberikan keuntungan yaitu tidak bersaing dengan manusia, harganya relatif murah serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Salah satu limbah yang dipakai sebagai alternatif pakan tambahan babi adalah eceng gondok. Eceng gondok Eichornia crassipes adalah gulma yang termasuk dalam kelas Liliopsida dan merupakan tumbuhan air yang tumbuh di rawa-rawa, danau, waduk atau sungai yang aliran airnya tenang, serta dianggap sebagai tanaman penganggu. Saat ini tanaman eceng gondok dimanfaatkan sebagai tanaman untuk mengurangi pencemaran perairan karena tanaman ini mempunyai kemampuan untuk menyerap bahan-bahan pencemar perairan. Bahan- bahan pencemar perairan yang dapat diserap eceng gondok adalah logam berat dan senyawa sulfid. Eceng gondok dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan cepat sehingga diperlukan upaya untuk menanganinya agar tidak mengganggu dan merusak lingkungan. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah dengan manfaatkannya sebagai bahan pakan ternak, khususnya pakan babi. Ketersediaan 2 eceng gondok yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun ransum babi. Eceng gondok telah dipakai sebagai pakan ternak di beberapa daerah. Namun kajian-kajian ilmiah dan penelitian yang lebih lanjut tentang pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan penyusun ransum babi belum ada. Penelitian pemanfaatannya sebagai bahan penyusun ransum babi sangat diperlukan, mengingat bahwa eceng gondok dapat menyerap bahan-bahan pencemar air, dan diangap terkontaminasi oleh bahan pencemar tersebut, sehingga perlu diamati apakah pemanfaatannya sebagai bahan penyusun ransum babi akan berpengaruh terhadap organ hati dan ginjal babi. Eceng gondok yang selama ini dikenal sebagai gulma air yang mengganggu dan sulit dibasmi ternyata mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi yaitu antara 12-18 serta kandungan asam amino cukup lengkap Bayyinatul, et al., 2012. Selanjutnya Bayyinatul et al. 2012 menyatakan bahwa hasil analisis kimia menunjukkan bahwa eceng gondok mengandung bahan organik yang kaya akan vitamin dan mineral, juga mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak non ruminansia. Suharsono 1979 telah melakukan percobaan terhadap ayam petelur jenis Hyline berumur 12 bulan yang diberi ransum basal dari PT. Cargill. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa penambahan eceng gondok sampai 10 tidak merugikan baik terhadap produksi telur maupun kualitas telurnya. Berarti peningkatan serat kasar pada penambahan eceng gondok sampai 10 tidak berpengaruh. Pada penelitian ini, eceng gondok yang ditambahkan ke dalam pakan adalah berasal dari perairan yang tercemar, sehingga eceng gondok tersebut mengandung logam berat, salah satunya adalah Timbal Pb. Kusumadewi 2014 menyatakan bahwa kandungan logam berat timbal Pb dalam tubuh ikan Mujair yang hidup di Dam Estuari Suwung melebihi ambang batas yang ditetapkan dalam SNI 7378:2009 sebesar 0,3 mgkg yaitu mencapai 19,4 mgkg. Pada eceng gondok juga mengandung timbal Pb sekitar 0,2 mgkg. Withgott and Brennan 2007, Plaa 2007, Kostnett 2007, menyatakan bahwa Logam berat Cd, Pb dan Hg membahayakan kesehatan melalui rantai makanan. Hewan dengan mudah menyerap cadmium, timbal maupun merkuri dari 3 makanan dan terakumulasi dalam jaringan seperti hati dan ginjal. Triadayani et al. 2010 menyatakan bahwa, logam timbal Pb berpengaruh terhadap struktur jaringan hati ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis yaitu dapat menyebabkan kerusakan berupa degenerasi lemak, degenerasi hidrofik, hemoragi, kongesti dan nekrosis hepatitis. Sedangkan menurut penelitian Dragan et al. 2009 logam berat yang terakumulasi pada ginjal babi dapat mengakibatkan perdarahan pada korteks, degenerasi lemak, distrofi dan degenerasi vakuolar pada sel epitel tubulus proksimal serta nefritis interstitial fokal. Mengacu pada beberapa hasil penelitian di atas dan belum adanya informasi tentang pemanfaatan eceng gondok di perairan tercemar maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan eceng gondok sebagai bahan makanan babi serta pengaruhnya terhadap organ hati dan ginjal babi.

1.2 Rumusan Masalah