Pendahuluan 8 Studi Pustaka 9 Tujuan dan Manfaat Penelitian Metoda Penelitian 13 Hasil dan Pembahasan Rencana Tahap Berikutnya Kesimpulan dan Saran 30 PENDAHULUAN

5 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul 1 Halaman Pengesahan 2 Ringkasan 3 Daftar isi 4 Daftar Tabel 5 Daftar Gambar 6 Daftar Lampiran 7

Bab 1 Pendahuluan 8

Bab 2 Studi Pustaka 9

Bab 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

12

Bab 4 Metoda Penelitian 13

Bab 5 Hasil dan Pembahasan

14

Bab 6 Rencana Tahap Berikutnya

28

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 30

Daftar Pustaka 31 6 DAFTAR TABEL - 7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Sebaran Kelompok Ternak Sapi di 7 Kecamatan di Kabupaten Karangasem 14 Gambar 2. Sebaran jumlah anggota kelompok ternak binaan 16 Gambar 3. Rata-rata kepemilikan ternak pada masing-masing kelompok ternak binaan 16 Gambar 4. Rata-rata penghasilan perbulan pada kelompok tani ternak 17 Gambar 5. Tingkat pendidikan anggota kelompok tani ternak 18 Gambar 6. Perbedaan tingkat pendidikan anggota masing masing kelompok ternak. 18 Gambar 7. Perbedaan tingkat pendidikan anak masing masing kelompok ternak. 19 Gambar 7. Perbedaan lantai rumah pada masing masing kelompok ternak. 20 Gambar 8. Ketersediaan pakan pada kelompok ternak binaan 21 Gambar 9. Keragaman penggunaan pakan tambahan pada kelompok ternak binaan 22 Gambar 10 Prevalensi parasit gastrointestinal pada sapi di masing-masing kelompok ternak binaan 23 Gambar 11. Seroprevalensi Neospora caninum 25 8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kuisioner Peternak 33 Lampiran 2. Kuisioner individu sapi 35 9

BAB 1. PENDAHULUAN

Sapi Bali Bibos banteng merupakan salah satu jenis ternak potong asli Indonesia yang sudah beradaptasi dengan lingkungan di daerah tropis. Populasi sapi bali di Indonesia saat ini sekitar 4 juta ekor dan hanya sekitar 600 – 700 ribu ekor ada di Bali dengan peningkatan populasi yang sangat rendah. Salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan populasi adalah rendahnya produktivitas akibat infeksi penyakit yang berdampak pada pertumbuhan dan reproduksi. Diantara penyakit yang berbahaya dan bersifat subklinis adalah infeksi parasit. Pada sapi terdapat 40 spesies Trematoda, 9 spesies Cestoda, 63 spesies Nematoda, 2 spesies Acanthocephala, 2 spesies Hirudinida, 78 spesies Arthropoda dan 50 spesies Protozoa. Misalnya infeksi cacing pada saluran pencernaan sapi merupakan salah satu penyakit infeksius yang bersifat subklinis tanpa menunjukkan gejala klinis yang menciri dan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi, misalnya di Belanda secara ekonomi pernah dianalisis oleh Gross et al., 1999 bahwa kerugian ekonomi yang hanya disebabkan oleh infeksi cacing nematoda mencapai 90 juta Euro per tahun. Kerugian ini akibat penurunan berat badan atau terhambatnya pertumbuhan serta faktor pencetus terjangkitnya penyakit infeksius lainnya yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebutuhan daging di Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran protein hewani. Pada tahun 2012 kebutuhan daging diperkirakan mencapai 490.000 ton, dan yang bisa dipenuhi oleh produksi ternak di dalam negeri hanya berkisar 82, sedangkan sisanya dari import. Pada tahun 2014 diharapkan import daging tidak lebih dari 10 dari kebutuhan daging nasional. Ini artinya 90 produksi daging harus dapat dipenuhi dari produksi ternak di dalam negeri. Untuk mencapai ini diperlukan peningkatan produktivitas ternak yang salah satunya adalah dengan melakukan pembinaan pada kelompok kelompok ternak. Seperti diketahui bahwa penggunaan obat antiparasit kimiawi yang tidak tepat dapat berdampak munculnya resistensi parasit-parasit tertentu, serta rusaknya keseimbangan ekosistem mikroorganisme non target. Hal ini akan berdampak pada keruskan lingkungan. Umumnya penggunaan obat-obatan tersebut kurang mendapat pengawasan dari dokter hewan. Sehingga urgensi dari penelitian ini selain untuk meningkatkan produktivitas ternak juga untuk mencegah terjadinya resistensi parasit terhadap obat serta mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. 10 Di Indonesia, terutama peternakan sapi rakyat belum melakukan program pengendalian penyakit parasit sehingga dapat diyakini bahwa penyakit ini merupakan penyebab rendahnya produktivitas ternak sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan peternak dari usaha ternak yang dilakukan. Oleh karena itu diperlukan suatu program pengendalian parasit pada sapi yang selektif dan efisien dengan melibatkan peternak melalui pembinaan kelompok tani ternak BINAPOKTAN.

BAB 2. STUDI PUSTAKA