PENGARUH PAPARAN MICROWAVE OVEN TERHADAP MALFORMASI EKSTREMITAS DEPAN FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

(1)

PENGARUH PAPARAN MICROWAVE OVEN TERHADAP MALFORMASI EKSTREMITAS DEPAN FETUS MENCIT

(Mus musculus L.)

(Skripsi)

Oleh

MARLINTAN SUKMA AMBARWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF MICROWAVE OVEN EXPOSURE TO FRONT FETAL EXTREMITIES MALFORMATIONS OF MICE (Mus musculus L.)

By

MARLINTAN SUKMA AMBARWATI

Advances in technology have attracted attention to the research on the biological effects of their use, such as the use of microwave ovens has increased among the public. Radiation effects on the fetus in the womb very depend on the gestational age, dose and dose ratereceived. A teratogen working on embryos in embryotoxic dose range can result in growth inhibition, malformations, even to the intrauterine death. The purpose of this study was to know the effect of exposure to microwave oven on the mother of mice (Mus musculus L.) during the pregnancy on fetal mice front extremities malformations. This study was an experimental test, with Completely Randomized Design (CRD) using adult mice (Mus musculus L.) which were exposed to microwave oven with a frequency of 2.450MHz with a distance of 0.5 cm. This study used 20 mice, divided into 4 groups treated with five repetitions for each. The group consists of female mice that had been known to be pregnant microwave oven exposure for 0 min (K), 15 minutes (P1), 30 minutes (P2), and 45minutes (P3) per day for 18 days gestation. Quantitative data were analyzed using the Kruskal-Wallis test followed by Mann-Whitney Post Hoc.

The results of this research were; the average length of the front extremities (K) 2.14±0.422 mm, (P1) 2.12±0.352 mm, (P2) 1.64±0.149 mm, (P3) 1.59±0.391 mm. The obtained value from Kruskal-Wallis test results in this study was of p<0.05 is p=0.000, which means there are at least two sets of data have different average meaning. It was concluded that microwave oven exposure on the mother mice (Mus


(3)

musculus L.) during pregnancy causes fetal malformations front extremities of mice (Mus musculus L.) such as shortening of metacarpus.

.

Key Word : fetal mice (Mus musculus L.), front extremities, malformation, and microwave oven


(4)

ABSTRAK

PENGARUH PAPARAN MICROWAVE OVEN TERHADAP MALFORMASI

EKSTREMITAS DEPAN FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

Oleh

MARLINTAN SUKMA AMBARWATI

Kemajuan teknologi telah menarik perhatian untuk meneliti tentang efek biologis dari penggunaannya, seperti penggunaan microwave oven yang semakin meningkat dikalangan masyarakat. Efek radiasi pada janin dalam kandungan sangat bergantung pada umur kehamilan, dosis dan juga laju dosis yang diterima. Suatu teratogen bekerja pada embrio dalam kisaran dosis embriotoksik yang bisa berakibat penghambatan pertumbuhan, malformasi sampai kematian intrauterin.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan microwave oven pada induk mencit (Mus musculus L.) selama kehamilan terhadap malformasi ekstremitas depan fetus mencit. Penelitian ini merupakan uji eksperimental, dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang menggunakan mencit dewasa (Mus musculus L.) yang dipaparkan microwave oven dengan frekuensi 2.450 MHz dengan jarak 0,5 cm. Penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit yang dibagi 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing 5 pengulangan. Kelompok terdiri dari mencit betina yang diketahui bunting diberikan paparan microwave oven selama 0 menit (K), 15 menit (P1), 30 menit (P2), dan 45 menit (P3) perhari selama 18 hari kebuntingan. Data kuantitatif dianalisa menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Mann-Whitney.

Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata panjang ekstremitas depan (K) 2,14 mm ± 0,422, (P1) 2,12 mm ± 0,352, (P2) 1,64 mm ± 0,149, (P3) 1,59 mm ± 0,391. Hasil uji Kruskal-Wallis pada penelitian ini diperoleh nilai p<0,05 yaitu p=0,000 yang berarti terdapat paling tidak dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rata-rata


(5)

bermakna. Dapat disimpulkan bahwa paparan microwave oven pada induk mencit (Mus musculus L.) selama masa kebuntingan menyebabkan malformasi ekstremitas bagian depan fetus mencit (Mus musculus L.) berupa pemendekan metacarpus.

Kata Kunci : ekstremitas depan, fetus mencit (Mus musculus L.), malformasi, dan microwave oven


(6)

Judul Skripsi : PENGARUH PAPARAN

MICROWAVE OVEN TERHADAP MALFORMASI EKSTREMITAS DEPAN FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

Nama Mahasiswa : Marlintan Sukma Ambarwati Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011062

Fakultas : Pendidikan Dokter

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Hendri Busman, M. Biomed dr. Tiwuk Susantiningsih, M. Biomed NIP. 195901011987031101 NIP. 198010182006042001

2. Dekan Fakultas Kedokteran Unila

Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP. 195704241987031001


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Hendri Busman, M. Biomed

Sekretaris : dr. Tiwuk Susantiningsih, M. Biomed

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Susianti, M. Sc

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP. 195704241987031001


(8)

PENGARUH PAPARAN MICROWAVE OVEN TERHADAP MALFORMASI EKSTREMITAS DEPAN FETUS MENCIT

(Mus musculus L.)

Oleh

MARLINTAN SUKMA AMBARWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 23 Juni 1991, sebagai anak sulung dari dua bersaudara, dari Bapak Maryanto dan Ibu Ani Andewi.

Latar belakang pendidikan penulis mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) Kusuma tahun 1995-1997, Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Cilegon tahun 1997-2003, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Raudhatul Jannah tahun 2003-2006, Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri Cahaya Madani Banten Boarding School tahun 2006-2009, dan pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2009 melalui jalur SNMPTN.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Bidang Kaderisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina 2009, anggota bidang Jurnalistik Majalah Vaksin Fakultas Kedokteran Unila 2010, anggota Bidang Syi’ar Forum Studi Islam Ibnu Sina 2010, sekretaris umum Majalah Vaksin Fakultas Kedokteran Unila 2010, anggota Dinas Pendidikan dan Profesi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila 2011-2012, dan anggota Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia tahun 2009-2013.


(10)

Kupersembahakan karya kecil ini untuk 2 malaikat yang

selalu menyebut namaku dalam doa dan harap,

Ayah dan Mamah.

Mereka adalah alasanku bertahan kemudian berlari

untuk menggapai impian.

Aku mencintai mereka karena Allah..

i won't die, until those who fight for me smile proudly..


(11)

ii

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat serta karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang syafaatnya sangat diingin dan dirindu kelak di Yaumil Akhir.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Paparan Microwave Oven Terhadap Malformasi Ekstremitas Depan Fetus Mencit (Mus Musculus L.)” ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan, dan kritik dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku dekan Fakultas Kedoketran Universitas Lampung;


(12)

iii

3. Drs. Hendri Busman, M. Biomed, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran, dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Tiwuk Susantiningsih, M. Biomed. dan dr. Evi Kurniawaty, M. Sc., selaku Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Susianti, M.Sc., selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terimakasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan;

6. dr. M. Ricky Ramadhian selaku Pembimbing Akademik. Teima kasih atas bimbingannya serta saran selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

7. Kedua orang tuaku, Ayah dan Mamah (Bapak Maryanto dan Ibu Ani Andewi) sepasang sayap yang selalu mengiringi setiap langkah ini dengan semangat dan doa yang tak henti-hentinya agar saya bisa menjadi manusia seutuhnya. Ucapan terima kasih ini tidak akan cukup untuk membalas curahan kasih sayang yang tak terhingga;

8. Eyang Putri yang sangat kurindukan, Ibu H. RA. Sudjilin (Almh), yang sangat menginginkan cucu pertamanya untuk menjadi seorang dokter; 9. Teruntuk adikku, Dimas Dwi Haryanto, yang memberi warna dan

perspektif baru tentang arti semangat, serta doa yang selalu bersahutan dalam proses menjadi kebanggaan orang tua;

10.Ganis Khufad Arridho, laki-laki luar biasa yang tidak pernah mengeluh untuk ikut sibuk menemaniku merangkai anagram kehidupan dengan tak henti memberikan semangat, doa, dan dukungannya;


(13)

iv

11.Keluarga Besar di Jakarta, Pemalang, Jogjakarta dan di Klaten yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas seluruh dukungannya; 12.Seluruh staf Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu

yang telah diberikan kepada penulis untuk mencapai cita-cita;

13.Sahabat yang mewarnai kisah hidup dalam menimba ilmu dalam suka dan duka, Asticaliana Erwika Savita Putri, Friska Dwi Anggraini, Aroma Harum, Nadya Ayu Sefia, Nora Ramkita, Ghinayona Nurmufti, Diraifa Intancia, Elis Sri Alawiyah, Ayu Zahera Adnan, Mega Noviasari, Shinta Trilusiani, Wida Ratnanurmala, Annida Nurul Haq, Widhi Astuti, Difitasari Cipta Perdana, Giska Tri Putri, Nurul Hidayah, Ummi Kaltsum, Rinavi Adrin, dan Aqsha Ramadhanisa yang telah banyak membantu saya; 14.Teman seperjuangan sesama skripsi, Nora Ramkita dan Al Husni Hadi Pasca Putra, yang banyak membantu saya, semangat dari kalian super dahsyat;

15.Sahabat semasa sekolah hingga sekarang yang selalu hadir di setiap cerita tentang hidup, Wahyuni Fatimah, semoga Allah selalu menjaga persaudaraan kita;

16.Teman-teman Angkasa, yang senantiasa menyemangati dan mendoakan, semoga tali silaturahmi ini tetap terjaga;

17.Teman-teman De’s Ark Revolution, yang senantiasa mengingatkan ketika lupa dan memotivasi ketika semangat ini mulai luntur, semoga persaudaraan kita senantiasa terikat dalam doa;


(14)

v

18.Kakak-kakak baik hati, Ratu Maya Nurmayanti dan Yayang Siti Rochmah, terima kasih atas bantuannya dan doanya, bercerita dengan kalian seperti bermain kembang api, menyenangkan, menyisakan cahaya semangat; 19.Saudara satu pembimbing akademik, Ikbal Sidiq, Kharisma Wibawa

Nurdin Putra, Laras Maranatha Tobing, Lewi Martafuri, Lovensia, M. Pasca Yogatama, M. Rezha Remontito, M. Rizki Darmawan, M. Iqbal Tafwid, Muslim Thaher, sukses untuk kita semua;

20.Teman kelompok tutorial 1, Nolanda Trikanti, Risti Graharti, Debora Febrina, Yeni Octaria Bukit, Raissa Mahmudah, Ryan Falamy, Hanif Fakhruddin, Salman Alfarisi, dan Reza Permana Putra, terima kasih atas keceriaan dan kerja sama di detik-detik terakhir perjuangan sebagai mahasiswa kedokteran;

21.Para penghuni Wisma Hesti yang telah memberikan keceriaan dan menjadi keluarga kedua, Mba Indri, Mba Shinta, Mba Putri, Mba Siska, Kadek, Mila, Nila, Karimah, Anggia, Anggidian, Bertha, dan Pia.

22.Teman Dorlan, Teman-teman Kedokteran angkatan 2009 yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan memberi motivasi belajar;

23.Seluruh staf Tata Usaha FK Universitas Lampung dan pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya;

24.Kakak-kakak dan adik-adik tingkatku (angkatan 2002–2012) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.


(15)

vi

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2013

Penulis


(16)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR...xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Kerangka Pemikiran………6

1. Kerangka Teori………..6

2. Kerangka Konsep………..8

F. Hipotesis………..9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... ...10

A. Radiasi Elektromagnetik………...10

B. Microwave Oven………...……18 C. Malformasi.………...………..……25


(17)

viii

D. Biologi Mencit (Mus musculus L.) ... 29

1. Klasifikasi ... 29

2. Embriologi ... 31

3. Ekstremitas Depan ... 34

III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ...36

C. Alat dan Bahan Penelitian ... 38

1. Alat penelitian.... ... 38

2. Bahan penelitian.. ... 39

3. Perangkaian.. ... 39

D. Subjek Penelitian ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 40

1. Pelaksanaan panelitian.. ... 40

2. Pembedahan dan pengamatan.. ... 43

F. Identifikasi Variabel...43

G. Definisi Operasional... ... 43

H. Pengumpulan,Pengolahan, danAnalisis Data ... 44

I. Diagram Alir Penelitian.. ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A.Hasil Penelitian ... 46


(18)

ix

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56 A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Pembagian Frekuensi Gelombang Radio ... ..16 2. Batas Pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet... ...16 3. Definisi Operasional ... 44 4. Rata-rata Panjang Ekstremitas Fetus Mencit Setelah Dipaparkan

Microwave Oven ... 46 5. Ringkasan Hasil Perhitungan dengan Uji Post Hoc Mann Whitney . 48


(20)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori...7

2. Kerangka Konsep... 8

3. Skema Gelombang Mikro...15

4. Skema Gelombang Elektromagnetik ... 15

5. Microwave Oven...20

6. Magnetron ... ...20

7. Skema Magnetron...21

8. Waveguide dalam Microwave Oven...21

9. Microwave Stirrer...21

10. Skema Pancaran Radiasi Microwave...24

11. Morfologi mencit (Mus musculus L)...31

12. Morfologi Fetus Normal Mencit...33

13. Kerangka Mencit (Mus musculus L.)...34

14. Ekstremitas Depan Fetus Mencit (Mus musculus L.)...35

15. Microwave Oven ... 38


(21)

xii

17. Diagram Alir Penelitian ... ..45 18. Rata-rata Panjang Ekstremitas Fetus Mencit Setelah Dipaparkan

Microwave Oven ... 47 19. Gambaran Metacarpus Fetus Mencit...49


(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah radiasi sering dianggap menyeramkan, sesuatu yang membahayakan, mengganggu kesehatan, bahkan keselamatan. Padahal di sekitar kita ternyata banyak sekali radiasi. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium, misalnya perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio (Anies, 2007).

Peningkatan pemajanan medan elektromagnet (extremely low frequency-electromagnetic field / ELF) pada kehidupan manusia semakin meningkat. Kejadian tersebut terjadi karena seiring dengan berkembangnya informasi dan teknologi di seluruh dunia, penggunaan tenaga listrik di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin meningkat. Fenomena ini tampak dari semakin banyaknya penggunaan alat-alat elektronik seperti hair dryer, oven, microwave, lemari es, televisi, komputer, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan banyak kelainan pada tubuh kita, dan salah satunya adalah pengaruh terhadap sistem reproduksi (Valentina, 2009).


(23)

2

Adanya medan elektromagnetik tingkat rendah di lingkungan telah lama diketahui dan implikasi biologisnya dicatat selama beberapa dekade. Sebagai dosimetri seperti parameter lapangan tersebut dan emisi mereka dari berbagai sumber pemanfaatan massa telah menjadi subjek perhatian secara terus-menerus. Kemajuan baru dalam komunikasi juga telah menarik perhatian efek biologis dari penggunaannya. Beberapa orang dapat terpengaruh oleh dampak lingkungan dari BTS (Base Transmitter Station) ponsel terletak di dekat rumah mereka, sekolah atau tempat lain. Selain ponsel, peralatan seperti microwave oven juga terjadi peningkatan dalam penggunaannya. Terlepas dari kontroversi atas efek kesehatan yang mungkin karena efek non-termal dari medan elektromagnetik interaksi elektromagnetik dari gelombang radio portabel dengan kepala manusia perlu dievaluasi secara kuantitatif. Kemajuan yang semakin berkembang beserta masalah-masalah yang berkaitan dengan kriteria keselamatan sedang menjadi bahan diskusi (Behari, 2010).

Suatu teratogen yang bekerja pada embrio tahap pra-implantasi (zigot, pembelahan blastosit) atau tahap pra-organogenesis akan menyebabkan embrio itu mati atau tumbuh normal, tergantung tingkatan dosis teratogen yang diberikan. Pajanan radiasi pengion dapat menyebabkan efek sangat parah pada embrio dan janin. Efek radiasi pada janin dalam kandungan sangat bergantung pada umur kehamilan pada saat terpapar radiasi, dosis dan juga laju dosis yang diterima. Dalam kisaran dosis embriotoksik, semakin tinggi tingkatan dosis akan mengakibatkan terjadinya respon yang tingkatannya lebih tinggi. Akibat tersebut berkisar dari penghambatan pertumbuhan, malformasi sampai


(24)

3

kematian intrauterin dan resorpsi. Selain itu sebenarnya penyebab yang pasti kematian fetus sulit diketahui (Wilson, 1973).

Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari efek dari paparan elektromagnetik telah dilakukan selama 3 bulan pertama kehamilan pada terhentinya pertumbuhan embrio. Kasus-kasus yang didefinisikan sebagai terhentinya pertumbuhan embrio dengan kriteria eksklusi adalah kasus yang disebabkan oleh kelainan kromosom ibu, ibu dan anak yang tidak terpapar dan malformasi genital. Kontrol yang dipilih dalam penelitian dilakukan pada saat kelahiran bayi dengan kelainan yang dilahirkan secara normal di rumah sakit yang sama selama kurang lebih 2 tahun dengan menggunakan metode analisis multifaktor kondisional bersyarat dilihat dari masa lampau dengan wawancara pada 138 sampel. Dengan hasil penelitian berupa proporsi menonton televisi, menggunakan telepon seluler, mesin foto kopi, microwave oven, peralatan elektromagnetik dekat tempat tinggal atau tempat bekerja, misalnya jalur tegangan tinggi, kamar saklar atau tower pemancar listrik dalam kasus secara signifikan lebih tinggi dari kontrol dalam analisis faktor tunggal dengan risiko terhentinya pertumbuhan embrio. Odds ratio dari masing-masing faktor risiko mencapai angka 6,82 (Han et al., 2010).

Penelitian dengan menggunakan hewan percobaan terhadap pengaruh dari medan listrik maupun medan elektromagnetik telah dilakukan sejak tahun enam puluhan dengan hasil yang sangat bervariasi, mulai dari gambaran yang tidak berpengaruh, adanya perubahan tingkah laku, timbulnya proses


(25)

4

keganasan, sampai terjadinya cacat pada keturunan (Anies, 2005). Kriteria kecacatan akibat efek teratogen dapat berupa kelainan kaki depan, kelainan kaki belakang dan kelainan-kelainan seperti exencephalon, hemorage (pendarahan), ekor, telinga, mulut dan kelainan pertubuhan tulang (Arief dan Astirin, 2000).

Pada penelitian-penelitian sebelumnya pemajanan medan elektromagnetik Extremely Low Frequency (ELF) selama masa kehamilan dapat menyebabkan efek samping pada kehamilan mencit betina dan gangguan perekembangan pada keturunannya. Pada pemajanan medan elektromagnetik ELF dapat terjadi abortus spontan, terutama pada 9 minggu pertama kehamilan dan dapat terjadi malformasi fetus (Septiani, 2009).

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh paparan microwave oven terhadap malformasi ekstremitas depan fetus mencit (Mus musculus L).

B. Rumusan Masalah

Efek radiasi pada janin dalam kandungan sangat bergantung pada umur kehamilan pada saat terpapar radiasi, dosis dan juga laju dosis yang diterima. Dalam kisaran dosis embriotoksik, semakin tinggi tingkatan dosis akan mengakibatkan terjadinya respon yang tingkatannya lebih tinggi. Akibat tersebut berkisar dari penghambatan pertumbuhan, malformasi sampai


(26)

5

kematian intrauterin dan resorpsi. Selain itu sebenarnya penyebab yang pasti kematian fetus sulit diketahui (Wilson, 1973).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan suatu masalah, apakah terdapat pengaruh paparan microwave oven terhadap malformasi ekstremitas depan fetus mencit (Mus musculus L.)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan microwave oven terhadap malformasi ekstremitas depan fetus mencit (Mus musculus L.).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan khasanah keilmuan peneliti terutama pengetahuan mengenai pengaruh paparan microwave oven terhadap malformasi ekstremitas depan fetus mencit (Mus musculus L.) 2. Bagi masyarakat, memperluas wawasan di bidang kesehatan lingkungan

dan memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh pemakaian microwave oven.


(27)

6

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai acuan atau bahan pustaka untuk pengembangan penelitian yang baru.

4. Ilmu Pengetahuan, hasil penelitian diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang pentingnya menghindari penggunaan microwave oven terutama pada masa kehamilan.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Fase organogenesis merupakan stadium kehamilan yang berlangsung dari hari ke-8 sampai hari ke-10-14 pada mencit. Pada fase ini terjadi pembentukkan organ yang sangat rentan terpengaruh oleh agen teratogenik (Sadler, 2000).

Pada saat kehamilan sel-sel embrio melakukan metabolisme yang sangat tinggi terganggu oleh adanya paparan medan elektromagnetik. Terhambatnya metabolisme sel-sel menyebabkan terhambat juga proses osifikasi (pembentukan tulang) pada masa organogenesis (Santoso & Kuntorini, 2004).


(28)

7

Keterangan:

: Mengganggu / Menghambat

Gambar 1. Kerangka Teori Medan

Elektromagnetik

Metabolisme Sel Kondrosit

Proses Osifikasi

Malformasi Ekstremitas Depan:

Pemendekan Tulang Paparan Microwave


(29)

8

2. Kerangka Konsep

Telah dilakukan penelitian sebelumnya dengan memaparkan medan elektromagnetik sebesar 2,45 Ghz dua kali sehari selama 30 menit secara terus menerus pada telur burung puyuh yang sudah dibuahi selama 17 hari dengan hasil penurunan jumlah penetasan telur menjadi 31,6% dengan nilai telur yang menetas pada kontrol sebesar 73,9% (Byman, et al., 1985).

Sebuah penelitian tentang pemaparan tikus dengan menggunakan microwave oven 2.450 MHz 3 kali sehari selama 30 menit menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap fungsi hematologi (Jelodar, et al., 2008).

Gambar 2. Kerangka Konsep

0 jam/hari (kontrol)

Malformasi Ekstremitas Depan Paparan microwave oven

15 menit /hari 30 menit /hari 45 jam/ hari


(30)

9

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah :

Paparan microwave oven berpengaruh terhadap malformasi ekstremitas depan fetus mencit (Mus musculus L.).


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Radiasi Elektromagnetik

Medan elektromagnetik listrik merupakan gelombang yang dihasilkan oleh adanya sumber arus dan tegangan. Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh sumber listrik dibedakan atas medan listrik dan medan magnet. Medan listrik diberi besaran volt per meter atau kilovolt per meter, yang bersumber dari adanya tegangan listrik; sedangkan medan magnet diberi besaran Tesla yang berasal dari sumber arus yang mengalir (Anies. 2007).

Medan listrik dihasilkan oleh pembentukan muatan listrik di atmosfer yang berhubungan dengan petir dan juga dihasilkan oleh perbedaan tegangan (generator, transmisi, distribusi) semakin tinggi tegangannya semakin besar medan listriknya dan medan listrik tetap ada walaupun tidak ada arus yang mengalir sedangkan medan magnet dihasilkan bila ada arus listrik yang mengalir, semakin besar arus yang mengalir semakin besar medan magnetnya dan nilainya bervariasi sesuai dengan daya yang diserap oleh peralatan listrik. (Dunn, 2005).


(32)

11

Keberadaan medan magnet telah disadari oleh bangsa Yunani lebih dari 2000 tahun lalu, melalui sejenis batuan tertentu (sekarang disebut magnetit) dapat menarik potongan besi. Setiap magnet bagaimanapun bentuknya selalu memiliki dua kutub, ktub utara dan kutub selatan. Gaya terbesar yang dikerahkan oleh magnet terdapat di kedua kutub ini. Medan magnet adalah suatu medan atau ruangan yang dapat menimbulkan gaya pada benda-benda magnet atau partikel bermuatan listrik. Tidak seperti cahaya, yang berjalan jauh dari sumbernya tanpa batas, garis fluks magnetik akhirnya harus kembali ke sumbernya. Jadi semua sumber magnetik yang dikatakan memiliki dua kutub. Garis fluks dikatakan berasal dari kutub utara dan kembali ke kutub selatan. Kuat medan magnet dinyatakan dalam satuan Tesla (T) atau microtesla (μT). Unit lain, yang umumnya digunakan adalah Gauss (G) atau milligauss (mg), di mana 1 T adalah setara 10.000 G (atau 1 μT = 10 mG) (Coilot, et al., 2008).

Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Cahaya tampak adalah salah satu bentuk radiasi elektromagnetik. Penelitian teoritis tentang radiasi elektromagnetik disebut elektrodinamik, sub-bidang elektromagnetisme. Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik (bahasa Inggris: A dynamical theory of the


(33)

12

electromagnetic field), berdasarkan hasil kerja penelitiannya antara 1861 dan 1865 (Nikki, 2010).

Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium, misalnya perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio. Dikenal dua jenis radiasi, yaitu radiasi pengion (ionizing radiation) dan radiasi nonpengion (non-ionizing radiation) (Anies, 2007).

Gelombang mikro merupakan salah satu yang termasuk dalam radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik berbentuk gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang dalam perambatannya tidak membutuhkan medium. Radiasi elektromagnetik ini meliputi gelombang radio, gelombang mikro, radiasi infra-red, gelombang UV, sinar X, dan sinar Y, yang mana semua radiasi tersebut memiliki persamaan, yakni sama-sama membentuk spektrum elektromagnetik yang bergerak dengan kecepatan cahaya. Perbedaannya adalah pada panjang gelombangnya. Panjang gelombang ialah jarak yang ditempuh sebuah gelombang untuk membentuk satu siklus yang sempurna. Panjang gelombang terkait dengan jumlah energi yang dibawa oleh gelombang. Gelombang mikro merupakan sistem pelaksanaan hubungan komunikasi dengan pemancar radio dengan menggunakan gelombang-gelombang yang pendek (mikro). Gelombang mikro ini bergerak dalam satu arah garis lurus (one point line-of-sight) dan


(34)

13

mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek dibandingkan dengan sistem radio komunikasi biasa (Grant, et al., 2008).

Radiasi secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu ke dalam radiasi pengion dan radiasi non – pengion. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi. Setiap jenis radiasi mempunyai karakteristik khusus, yaitu (Anugrah, 2011) :

1. Partikel α (alpha)

Mempunyai ukuran dan muatan listrik posiatif yang besar.Tersusun dari dua proton dan neutron, sehingga identik dengan inti atom helium. Daya ionisasi sangat besar,kurang lebih 100 kali daya ionisasi partikel beta dan 10.000 kali daya ionisasi sinar – X.

2. Partikel (beta)

Mempunyai ukuran dan muatan listrik lebih kecil dari partikel alpha.Dengan ukurannya yang lebih kecil, partikel beta mempunyai daya tembus yang lebih besar dari partikel alpha.

3. Sinar – (gamma)

Tidak mempunyai besaran volume dan muatan listrik sehingga dikelompokkan ke dalam gelombang elektromagnetik. Daya ionisasinya dalam medium sangat kecil.Sinar tidak terbelokan oleh medan listrik, sehingga daya tembusnya sangat besar.


(35)

14

4. Sinar – X

Mempunyai kemiripan dengan sinar y, yaitu dalam hal daya jangkau pada suatu media dan pengaruhnya oleh medan listrik.yang membedakan terhadap keduanya adalah proses terjadinya.

5. Partikel neutron

Mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan listrik.karena ukurannya yang kecil, maka partikel neutron memiliki daya tembus yang tinggi.

Radiasi non pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non pengion antara lain adalah gelombang radio, gelombang mikro yang digunakan microwave, sinar inframerah, sinar ultraviolet dan cahaya tampak (Anugrah, 2011).

Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan dari rangkaian osilator, dengan frekuensi paling rendah sampai frekuensi yang sangat tinggi. Jangka frekuensi gelombang elektromagnetik disebut dengan spektrum gelombang elektromagnetik, termasuk frekuensi 50 Hz yang ada pada jala-jala listrik. Spektrum frekuensi gelombang elektromagnetik beserta ukuran panjang gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 3. (Marpanaji, 2009).


(36)

15

Gambar 3. Skema Gelombang Mikro (Anies, 2007)

Gambar 4. Skema Gelombang Elektromagnetik (Surya, 2010b)

Berdasarkan spektrum gelombang elektromagnetik tersebut, daerah frekuensi yang digunakan untuk komunikasi radio adalah frekuensi 104 s.d. 1012 Hz atau panjang gelombang 104 s.d. 10-4 meter. Frekuensi gelombang radio ini kemudian dibagi menjadi beberapa band berdasarkan karakteristik propagasinya. Pembagian band frekuensi gelombang radio (Shari, 2008) :


(37)

16

Tabel 1. Pembagian Frekuensi Gelombang Radio

No. Pita Frekuensi Rentang Frekuensi

1 Extremely Low Frequency (ELF) < 3kHz 2 Very Low Frequency (VLF) 3 - 30 kHz 3 Low Frequency (LF) 30 - 300 kHz 4 Medium Frequency (MF) 300 kHz – 3 MHz 5 High Frequency (HF) 3 - 30 MHz 6 Very High Frequency (VHF) 30 - 300 MHz 7 Ultra High Frequency (UHF) 300 MHz – 3 GHz 8 Super High Frequency (SHF) 3 - 30 GHz

9 Extra High Frequency (EHF) 30 - 300 GHz Sumber: Shari, 2008

Batas pajanan medan listrik dan medan magnet yang direkomendasikan oleh WHO dan IRPA, serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI), adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Batas Pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet Tabel Batas Pajanan

Medan Listrik dan Medan Magnet Keterangan

Medan Listrik (kV/m)

Medan Magnet (mT) 1. Lingkungan kerja

a. Sepanjang hari kerja 10 < 0,5

b. Waktu singkat 30 (s/d 2 jam/hari) 5,0 (s/d 2 jam/hari) 2. Lingkungan umum :

a. Sampai 24 jam/hari 5 0,1 (ruang terbuka)

b. Beberapa jam/hari 10 1


(38)

17

Tubuh manusia akan disinari oleh berbagai frekuensi gelombang magnetik yang kompleks. Tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan perkembangan teknologi yang menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari gelombang elektromagnetik ini dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik manusia. Electrical sensitivity adalah gangguan fisiologis dengan tanda dan gejala neurologis maupun kepekaan, berupa berbagai gejala dan keluhan. Gangguan ini umumnya disebabkan oleh radiasi elektromagnetik yang berasal dari jaringan listrik tegangan tinggi atau ekstra tinggi, peralatan elektronik di rumah, di kantor maupun industri. Termasuk telepon seluler (ponsel) maupun microwave oven, ternyata sangat potensial menimbulkan berbagai keluhan tersebut (Arief dan Atsirin, 2000).

Radiasi elektromagnetik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan tertentu. Berbagai potensi gangguan kesehatan tersebut menurut (Anies, 2007) adalah:

1. Sistem darah, berupa leukemia dan limfoma malignum. 2. Sistem reproduksi laki-laki, berupa infertilitas.

3. Sistem saraf, berupa degenerative saraf perifer.

4. Sistem kardiovaskular berupa, perubahan ritme jantung.

5. Sistem endokrin, berupa perubahan metabolisme hormon melatonin. 6. Psikologis, berupa neurosis dan gangguan irama sirkardian.


(39)

18

B. Microwave oven

Microwave oven adalah oven yang menggunakan bantuan microwave (gelombang mikro) untuk memasak makanan. Sebenarnya gelombang ini merupakan gelombang radio, tetapi panjang gelombangnya lebih kecil dari gelombang radio biasa. Panjang gelombangnya termasuk ultra-short (sangat pendek) sehingga disebut juga mikro. Dari sinilah lahir istilah microwave. Microwave oven sendiri bisa bekerja begitu cepat dan efisien karena gelombang elektromagnetiknya menembus makanan dan mengeksitasi molekulmolekul air dan lemak secara merata (tidak cuma permukaannya saja). Ini memberi kesan microwave oven adalah oven pintar yang bisa memilih untuk memasak hanya makanannya saja, bukan wadahnya (Surya, 2010).

Microwave oven memanfaatkan microwave atau gelombang mikro. Gelombang mikro adalah salah satu gelombang elektromagnetik dalam spektrum gelombang elektromagnet. Gelombang mikro dapat digunakan sebagai pemanas makanan karena gelombang mikro akan dipantulkan oleh bahan logam seperti baja atau besi yang menjadi bahan dasar dari oven microwave sehingga panas terkurung di dalam. Kedua, gelombang ini dapat menembus bahan non logam tanpa memanaskannya. Terakhir adalah gelombang ini akan diserap oleh air. Secara lebih datail gelombang mikro membuat molekul-molekul yang terdapat pada makanan yang dimasak bergoncang secara acak sehingga menghasilkan gesekan-gesekan antar molekul yang menghasilkan panas (Potter dan Christopher, 2010).


(40)

19

Pada dasarnya fungsi utama microwave oven adalah sama dengan kompor yaitu menaikkan suhu makanan. Karena makanan akan masak pada suhu tinggi maka microwave dapat digunakan untuk memasak makanan, mencairkan makanan beku dari freezer atau sekedar menghangatkan makanan dingin. Namun, karena cara kerja microwave menggunakan gelombang mikro, sedangkan kompor menggunakan api, maka cara memasak makanan dengan kompor juga sangat berbeda dengan microwave, sehingga dalam penerapannya microwave tidak dapat disamakan dengan kompor (Anonim, 2011).

Setiap gelombang elektromagnet membawa sejumlah energi yang dapat diolah untuk keperluan manusia. Panjang masing-masing jenis gelombang elektromagnetik yang berbeda-beda akan mempengaruhi perilaku gelombang jika bereaksi dengan berbagai jenis materi. Perpindahan energi gelombang elektromagnetik dilakukan secara radiasi, yaitu perpindahan yang tidak memerlukan medium perantara (Surya, 2010).

Microwave oven yang sekarang beredar dipasaran sangat banyak bentuknya. Teknologi yang digunakan juga sudah semakin beragam. Pada Gambar dibawah menunjukan sebuah microwave oven dan komponen-komponen penyusun dari sebuah microwave oven. Berikut adalah gambar dari sebuah microwave oven beserta komponennya yang biasa digunakan di rumah tangga untuk memasak (Febrian et al., 2011).


(41)

20

Gambar 5. Microwave oven (Febrian et al., 2011)

Gambar 6. Magnetron (Febrian et al., 2011)

Di dalam setiap microwave terdapat sebuah magnetron. Magnetron adalah sejenis tabung hampa penghasil gelombang mikro. Fungsi magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam microwave. Pada awalnya magnetron dirancang untuk penggunaan radar. Gelombang mikro yang digunakan sama dengan gelombang yang digunakan di dunia telekomunikasi seperti radar, gelombang pemancar stasiun radio, gelombang pemancar stasiun televisi, atau gelombang sinyal handphone. Gelombang mikro sendiri adalah salah satu gelombang radio (Surya, 2010).


(42)

21

Gambar 7. Skema Magnetron (Febrian et al., 2011)

Gambar 8. Waveguide dalam Microwave oven (Febrian et al., 2011)


(43)

22

Waveguide adalah sebuah komponen yang didesain untuk mengarahkan gelombang. Untuk tiap jenis gelombang waveguide yang digunakan tidak sama. Waveguide untuk gelombang mikro dapat dibangun dari bahan konduktor. Stirrer adalah komponen yang menyerupai baling-baling ini digunakan untuk menyebarkan gelombang mikro di dalam microwave oven. Biasanya dikombinasikan dengan sebuah komponen seperti piringan yang dapat diputar pada bagian bawah. Kombinasi ini memungkinkan kecepatan tingkat kematangan yang merata saat memasak (Febrian et al., 2011).

Zat yang dapat dipanaskan oleh microwave dapat dikatakan harus mengandung air atau cairan. Namun, karena setiap makanan pasti mengandung cairan, maka makanan dapat dipanaskan oleh microwave. Zat makanan lain yang juga akan menyerap panas microwave adalah gula, garam dan lemak. Perlu diperhatikan bahwa fenomena ini menyebabkan cara memasak berbagai jenis makanan akan berbeda-beda tergantung dari kadar cairan yang berada pada setiap unsur-unsur makanan yang akan dimasak. Logam tidak dapat ditembus oleh gelombang mikro dikarenakan kerapatan molekul logam lebih rapat dibanding panjang gelombang dari gelombang mikro. Namun alumunium foil yang tipis masih dapat ditembus oleh gelombang mikro, hal ini dapat dimanfaatkan untuk memasak makanan yang banyak mengandung air atau lemak yang lebih mudah panas agar tidak cepat gosong. Kesimpulannya adalah gelombang mikro memang dapat memanaskan makanan, dan jika gelombang mikro berada di


(44)

23

dalam kotak baja, maka gelombang mikro akan terperangkap di dalamnya dan dapat meningkatkan suhu makanan dalam waktu yang cepat (Surya, 2010).

Dipasaran ada beberapa tipe dari microwave oven, pembagian tipe microwave oven tersebut ddasarkan pada ukuran dari microwave tersebut. Klasifikasinya dapat disebutkan sebagai berikut (Febrian et al., 2011) :

1. Compact Microwave

Compact microwave disebut juga sebagai portable microwave, yaitu tipe terkecil dari mikrowave oven. Ukuran dari oven jenis ini sekitar 46 cm untuk lebarnya, 35 cm untuk tebalnya dan 30 cm untuk tingginya. Tenaga yang digunakan untuk mengoperasikan oven jenis ini antara 500 sampai 1000 watt.

2. Medium Capacity Microwave

Microwave jenis ini empunyai ukuran lebih besar dari compact microwave. Untuk tenaga listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan oven jenis ini sekitar 1000-1500 watt. Jenis microwave ini mempunyai kemampuan untuk memasak dan menghangatkan makanan lebih cepat dibanding dengan compact microwave.

3. Large Capacity Microwave

Jenis oven ini adalah jenis yang terbesar dengan ukuran lebih besar daripada medium microwave. Tenaga listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan oven jenis ini mencapai 2000 watt. Large microwave cocok digunakan untuk restoran ataupun tempat-tempat yang membutuhkan makanan dalam jumlah yang besar.


(45)

24

Gambar 10. Skema Pancaran Radiasi Microwave (Atmaja, 2012)

Microwave oven umumnya diletakkan di dapur sangat dekat dengan orang-orang yang sedang beraktifitas di tempat ini. Rata-rata penempatan perangkat ini antara 1 – 1,5 meter dari orang yang sedang melakukan kegiatan di dapur. Beberapa literatur dan teori yang ada, dengan menjaga jarak aman dari sebuah oven microwave yang sedang dalam keadaan beroperasi, akan menghindari atau paling tidak meminimalisir dampak radiasi yang ditimbulkan dari perangkat tersebut. Diusahakan menggunakan oven microwave hanya untuk keperluan tertentu yang mendesak seperti menghangatkan makanan), Gelombang mikro yang dihasilkan oleh sebuah oven microwave sebesar 10 mW/cm2. . Oven mikrogelombang bekerja dengan memancarkan radiasi gelombang mikro, biasanya pada frekuensi 2.450 MHz dengan panjang gelombang 12,24 cm. Nilai ambang batas aman yang direkomendasikan untuk gelombang mikro mencapai 10 mW/cm2 berlaku di Amerika, sedangkan di Rusia, nilai ambang batas amannya sebesar 0,01 mW/cm2 (Atmaja, 2012).


(46)

25

C. Malformasi

Malformasi kongenital, anomali kongenital, dan cacat lahir adalah istilah yang sama maknanya, yang digunakan untuk menerangkan kelainan struktural, perilaku, faal, dan kelainan metabolik yang terdapat pada waktu lahir (Sadler, 2000). Anomali ditandai dengan penyimpangan dari standar normal, terutama sebagai akibat dari defek kongenital (Dorland, 2002). Menurut (Sadler,2000) ada beberapa jenis anomali:

1. Malformasi terjadi selama pembentukan struktur, yaitu pada saat organogenesis. Cacat jenis ini bisa menyebabkan hilangnya sama sekali atau sebagian sebuah struktur atau perubahan-perubahan konfigurasi normal. Malformasi disebabkan oleh faktor lingkungan, dan atau genetik yang bekerja sendiri atau bersama-sama. Kebanyakan malformasi berawal dari minggu ke-3 hingga ke-8 kehamilan. Beberapa jenis malformasi yang dapat terjadi berupa: hipoplasia rahang atas, fisura palpebra pendek, cacat jantung, dan cacat pada tungkai.

2. Disrupsi menyebabkan perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya dan disebabkan oleh proses-proses yang merusak.

3. Deformasi disebabkan oleh gaya mekanik yang mencetak sebagian janin dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering mengenai sistem kerangka-otot dan bisa pulih kembali setelah lahir.


(47)

26

4. Sindrom merujuk pada sekelompok cacat yang terjadi bersamaan, mempunyai etiologi yang spesifik dan sama.

Dilihat dari bentuk morfologik, maka kelainan kongenital dapat berbentuk suatu deformasi ataupun bentuk malformasi. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformasi, secara anatomik susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak normal. Sedangkan bentuk kelainan kongenital malformasi, susunan anatomik maupun bentuknya akan berubah (Prawirohardjo, 2007). Malformasi ini dapat timbul akibat dari proses perkembangan abnormal secara intrinsik (Dorland, 2002).

Sebab pasti malformasi sudah diketahui pada separuh kasus. Faktor lingkungan salah satu penyebab terjadinya malformasi. Timbulnya malformasi dari faktor lingkungan dan sifatnya berkaitan dengan waktu periode terjadinya paparan intrauterin dan perbedaan penerimaannya pada berbagai sistem organ (Sadler, 2000).

Teratogen berasal dari bahasa yunani, teratos yang berarti monster. Karena penurunan kata ini menunjukkan adanya cacat yang nyata maka teratogen paling tepat didefinisikan sebagai suatu zat yang menimbulkan kelainan struktural. Teratogen adalah setiap agen baik kimia, virus, agen lingkungan, faktor fisik dan obat-obatan yang mempengaruhi pertumbuhan embrio atau fetus sehingga terjadi perubahan permanen dari bentuk dan fungsi dari fetus. Karena kelainan struktural saat lahir sering langsung dikenali , keterkaitan hal


(48)

27

tersebut dengan suatu zat tertentu sering mudah diperkirakan. Namun sebagian kelainan kongenital belum muncul sampai beberapa waktu kemudian. Dalam teratologi dikenal dua istilah yaitu hadegen dan trofogen. Hadegen yaitu zat yang mengganggu pematangan dan fungsi normal suatu organ. Trofogen adalah zat yang mengganggu pertumbuhan. Hadegen dan trofogen umumnya mempengaruhi proses-proses yang terjadi setelah organogenesis atau bahkan setelah lahir. Teratogen yang saat ini diketahui antara lain adalah zat kimia, virus, agen lingkungan, faktor fisik, dan obat (Meister, 2011).

Prinsip teratologi yaitu faktor yang menentukan kemampuan suatu agen untuk menghasilkan anomali atau kelainan kongenital. Prinsip teratologi antara lain (Meister, 2011) :

1. Kemampuan terhadap terjadinya teratogenesis sangat bergantung pada genotip dari hasil konsepsi dan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.

2. Kemampuan dari suatu agen teratogen sangat bergantung pada waktu pemaparan dengan stadium perkembangan janin.

3. Manifestasi dari perkembangan yang abnormal sangat bergantung pada dosis dan lamanya waktu terpapar dengan agen teratogenik.

4. Teratogen bekerja dengan cara spesifik pada sel dan jaringan yang tumbuh dan berkembang untuk menyebabkan perubahan pada embriogenesis.

5. Manifestasi dari perkembangan abnormal sebagai akibat dari agen teratogen antara lain meninggal, malformasi, retardasi pertumbuhan, dan gangguan fungsional.


(49)

28

Teratogen kemungkinan bekerja dengan cara mengganggu proses-proses patogenetik spesifik yang menyebabkan kematian sel, perubahan pertumbuhan jaringan, kelainan diferensiasi sel, atau gangguan terhadap perkembangan normal. Untuk beberapa zat, mekanisme yang diperkirakan diperoleh dari pengamatan klinis dan riset pada hewan (Meister, 2011).

Menurut Lu (1994), ada 3 tahap perkembangan embrio yang sangat berpengaruh tarhadap efek pemberian zat teratogen, yaitu :

a. Tahap Pradiferensiasi

Pada awal kebuntingan sel-sel belum terdiferensiasi maka sel-sel tersebut masih bersifat totipotensi. Sehubungan dengan itu, tahap pradiferensiasi tersebut adalah tahap dimana embrio tidak rentan terhadap zat teratogen, karena sel yang masih hidup akan menggantikan kerusakan tersebut dan akan membentuk embrio normal. Lama keadaan resisten ini berkisar antara 5-9 hari tergantung dari spesies. Selanjutnya jika sel telah mengalami diferensiasi maka zat teratogen yang masuk ke dalam tubuh induk, baik yang mencapai embrio ataupun tidak akan menimbulkan efek yang merugikan pada embrio.

b. Tahap Embrio

Pada tahap embrio dimana sel secara intensif mengalami diferensiasi, mobilisasi dan organogenesis, akibatnya embrio sangat rentan terhadap efek teratogen. Periode ini biasanya berakhir pada hari ke 10-14 kebuntingan pada hewan pengerat. Namun tidak semua organ rentan pada saat yang sama dalam satu kebuntingan. Sebagian besar embrio tikus


(50)

29

maupun mencit mulai rentan pada hari ke 8 dan berakhir pada hari ke 12 kehamilan.

c. Tahap Fetus

Tahap ini merupakan tahap lanjut dari embrio, tahap ini ditandai dengan perkembangan dan pematangan fungsi, artinya dalam tahap ini zat teratogen tidak akan menyebabkan cacat tetapi mengakibatkan kelainan fungsi. Cacat luar mudah dideteksi pada saat kelahiran atau sesaat setelah kelahiran, tetapi kelainan fungsi tidak mungkin dapat diketahui segera setelah kelahiran.

D. Biologi Mencit (Mus musculus L)

1. Klasifikasi

Menurut Nowak dan Paradiso (1983) mencit diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata Sub Phyllum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Sub Ordo : Mymorpha Familia : Muridae

Genus : Mus


(51)

30

Mencit (Mus musculus L) merupakan hewan pengerat, termasuk dalam ordo Rodentia dan famili Muridae. Mencit merupakan hewan mamalia paling kecil dan yang sering digunakan sebagai hewan penelitian di laboratorium. Mencit laboratorium adalah turunan dari mencit rumah dan mencit liar setelah melalui peternakan selektif. Mempunyai ciri-ciri umum berwarna keabu-abuan atau putih, mata berwarna merah atau hitam, kulit berpigmen dan perut sedikit pucat. Berat badan bervariasi, pada umur 4 minggu berat badan mencapai 18-20 gram. Mencit dewasa umur 6 bulan berat badan dapat mencapai 30-44 gram atau lebih (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Mencit laboratorium dapat bertahan hidup selama 1-3 tahun. Lama mencit bunting 19-21 hari dan dewasa umur 35 hari. Mencit dapat melahirkan 6-15 ekor. Mencit jantan dan betina siap kawin pada umur 8 minggu. Siklus estrus atau masa birahi 4-5 hari dengan lama estrus 12-14 jam. Fase estrus dimulai antara jam 4 sore dan jam 10 malam. Perkawinan mencit terjadi pada saat estrus, dengan fertilisasi 2 jam setelah kawin. Ciri-ciri terjadinya perkawinan adalah ditemukannya sumbat vagina, yaitu cairan mani jantan yang menggumpal (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).


(52)

31

Gambar 11. Morfologi mencit (Mus musculus L) (Tetebano, 2011)

2. Embriologi

Embriologi dalam arti luas, meliputi pengetahuan embrio pralahir dan perkembangan pasca lahir karena perkembangan mahluk berkelanjutan. Embrio adalah mahluk sedang berkembang yang bentuk morfologinya menyerupai bentuk dewasa. Tahap perkembangan embrio secara sistematik meliputi progenesis, embriogenesis dan organogenesis (Sukra, 2000).

a. Progenesis

Tahap progenesis adalah tahap perkembangan individu baru yang dimulai dari gametogenesis yaitu dengan terbentuknya empat sperma pada jantan dan satu ovum pada betina. Gametogenesis terjadi pada individu dewasa yang kemudian dilanjutkan dengan adanya fertilisasi membentuk zigot. Keberhasilan fertilisasi ditandai dengan adanya kebuntingan. Selama periode kebuntingan akan terjadi serangkaian proses perkembangan embrio (embriogenesis) yang secara holistic terdiri dari tahap proliferasi, pertumbuhan dan integrasi antar system tubuh menjadi satu kesatuan fungsional zigot (Panjaitan, 2003).


(53)

32

b. Embriogenesis

Tahap embriogenesis diawali dengan proses pembelahan atau proliferasi yaitu pertambahan jumlah sel setelah terjadi pembuahan. Zigot berproliferasi dengan cara membelah diri secara mitosis sehingga menjadi blastomer, morula, blastula dan gastrula. Pembelahan ini disebut blastogenesis (Sukra, 2000).

Tahap pertumbuhan embrio dalam rahim tumbuh menjadi lebih besar sesuai usia kehamilan, sedangkan tahap integrasi yaitu berfungsinya perangkat kelengkapan tubuh sebagai supra system misalnya unsur-unsur pernafasan, integrasi antar system tubuh seperti system reproduksi, endokrin dan sebagainya (Panjaitan, 2003).

c. Organogenesis

Pada tahap ini terjadi proses pembentukan organ dari lapisan ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ektoderm akan membentuk susunan saraf, lapisan epidermis kulit, bagian mulut dan anus. Lapisan mesoderm akan membentuk otot, pembuluh darah, dan jaringan pengikat. Lapisan endoderm membentuk lapisan saluran pencernaan dan berbagai organ pencernaan seperti hati dan pancreas (Villoe et al., 1984).

Pembelahan sel yang pertama pada tikus maupun mencit terjadi 24 jam (1 hari) setelah pembuahan. Pembelahan terjadi secara cepat di dalam oviduk dan berulang-ulang. Menjelang hari ke 2 setelah pembuahan embrio sudah


(54)

33

berbentuk morula 16 sel Bersamaan dengan pembelahan, embrio bergulir menuju uterus. Menjelang hari ke 3 kebuntingan embrio telah masuk ke dalam uterus, tetapi masih berkelompok-kelompok. Pada akhirnya embrio akan menyebar di sepanjang kandungan dengan jarak yang memadai untuk implantansi dengan ruang yang cukup selama masa pertumbuhan (Rugh, 1971).

Pada akhir tahap pembelahan akan terbentuk blastula. Blastula akan membentuk massa sel sebelah dalam dan tropoderm yang akan berkembang menjadi plasenta. Massa sel akan berkembang menjadi hipoblas dan epiblas, dimana epiblas akan berkembang menjadi embrio sedangkan hipoblas akan berkembang menjadi selaput ekstra embrio. Blastomer akan terimplantansi pada hari ke 4 kebuntingan dan berakhir pada hari ke 6 kebuntingan. Kemudian diikuti dengan proses gastrulasi, yakni adanya perpindahan sel dan differensiasi untuk membentuk lapisan ectoderm,endoderm dan mesoderm. Akhir tahap perkembangan embrio adalah proses pembentukan organ dari lapisan ectoderm, mesoderm dan endoderm dan dervat-derivatnya (Rugh, 1971).


(55)

34

3. Ekstremitas Depan

Ekstremitas depan pada mencit hampir mirip dengan manusia terbagi atas regio brachii, regio antebrachii, dan regio manus. Adapun regio brachii terdiri atas os (tulang) humerus yang menghubungkan os scapula dengan os radius dan os ulna. Regio antebrachii terdiri atas os radius dan os ulna dimana dibagian medial yaitu os ulna dan di bagian lateral os radius. Antara regio brachii dan regio antebrachii terdapat articulatio cubiti. Pada regio manus terdiri dari beberapa kumpulan tulang yaitu osses carpal, osses metacarpal dan osses phalanges.


(56)

35


(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada bulan November sampai Desember 2012.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan uji eksperimental dengan menggunakan mencit dewasa (Mus musculus L.). Desain yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Mencit dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki homogenisitas metabolik yang mirip manusia, mencit memiliki organ dan fisiologi sistemik yang sama, serta memiliki gen yang mirip dengan manusia. Mencit juga mempunyai kemiripan yang baik bagi patogenesis suatu penyakit. Kemiripan inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa mencit digunakan dalam meneliti patogenesis penyakit maupun proses penuaan pada manusia.


(58)

37

Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus penentuan sample Frederer untuk uji eksperimental t(n-1) ≥ 15. Nilai t pada rumus tersebut adalah jumlah perlakuan yang diberikan selama percobaan. Sedangkan nilai n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel dalam setiap kelompok perlakuan. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan rumus Frederer (Sastrosupadi A, 2000):

Rumus Frederer : t (n-1) ≥ 15. 4 (n-1) ≥ 15

(4n - 4) ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75

n ≥ 5

Ditetapkan nilai n=5, jadi jumlah total sampel adalah 20 ekor mencit.

Kelompok pertama adalah kelompok kontrol. Kelompok kedua adalah kelompok perlakuan dengan mencit betina yang diketahui bunting dipaparkan dengan microwave oven selama 15 menit/hari. Kelompok ketiga adalah kelompok mencit betina yang diketahui bunting diberikan paparan microwave oven selama 30 menit/hari. Kelompok keempat adalah kelompok mencit betina yang diketahui bunting diberikan paparan microwave oven selama 45 menit/hari.


(59)

38

C.Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian yaitu kandang mencit yang terbuat dari kawat sebanyak 4 kandang dengan ukuran 40 x 40 cm, 24 kandang yang terbuat dari kayu dan kawat dengan ukuran15 x 20 cm, microwave oven dengan frekuensi 2.450 MHz (2,45 GHz), tempat makan dan minum mencit, alat bedah, lup, mikrometer, alat tulis, stopwatch, kertas label, dan kamera.

Berikut ini adalah spesifikasi teknik dari alat yang digunakan:

Type : PANASONIC NN-SM320M, Power source : 220 V 50 Hz, Power consumption : 4.5 A 800 W, Cooking power : 450 W, Outside dimension : 488 mm (W) x 279 mm (H) x 405 mm (D), Operating frecuency : 2.450 MHz, Net weight : Approx. 11,5 kg.


(60)

39

2. Bahan Penelitian

a. 20 ekor mencit betina bunting berumur 3-4 bulan dengan berat badan 30-40 gram.

b. 4 ekor mencit jantan fertile berumur 3-4 bulan dengan berat badan 30-40 gram.

c. Pellet ayam d. Aquades

3. Perangkaian

Menggunakan kandang yang terbuat dari kayu dan kawat dengan ukuran 15 x 20 cm sebanyak 24 buah, yang berukuran sama dengan mencit sebagai tempat meletakkan mencit tersebut, mencit akan terfiksasi sehingga tidak bisa banyak bergerak. Susunan kandang berisi mencit dibuat melingkar, microwave oven diletakkan ditengah-tengahnya dekat dengan kepala mencit.

D. Subjek penelitian

Penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit betina dan 4 ekor mencit jantan yang berumur 3-4 bulan dengan rata-rata berat 30-40 mg. Mencit tersebut diperoleh dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Mencit


(61)

40

tersebut dirawat di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan diberi makan pellet ayam, serta diberi minum air.

Kriteria inklusi:

a. Mencit dengan jenis kelamin betina. b. Berusia sekitar ± 3-4 bulan.

c. Memiliki berat badan antara 30 – 40 gram.

d. Sehat, sebagaimana morfologi mencit pada umumnya.

Kriteria eksklusi:

a. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif).

b. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium.

E. Prosedur penelitian

1.Pelaksanaan penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit yang dibagi dalam 4 kelompok perlakuan. Dengan satu kelompok sebagai kontrol dan 3 kelompok yang diberi perlakuan. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Mencit diaklimatisasi selama 1 minggu dalam kondisi laboratorium dengan pemberian makan dan minum ad libitum yang bertujuan untuk penyesuaian bagi mencit dalam lingkungan dan perlakuan yang baru, serta


(62)

41

membatasi pengaruh lingkungan dalam percobaan. Setelah diaklimatisasi induk betina yang berada pada fase estrus dikawinkan sampai dijumpai adanya sumbat vagina yang selanjutnya dihitung sebagai kebuntingan hari ke 0. Perlakuan yang diberikan meliputi:

Perlakuan 1 (K) : Kelompok pertama semua mencit tidak diberi perlakuan dengan microwave oven selama 18 hari kebuntingan, sebagai kontrol.

Perlakuan 2 (P1) : Kelompok mencit kedua betina yang telah diketahui bunting diberikan paparan microwave oven selama 15 menit perhari selama 18 hari kebuntingan.

Perlakuan 3 (P2) : Kelompok mencit ketiga betina yang telah diketahui bunting diberikan paparan microwave oven selama 30 menit perhari selama 18 hari kebuntingan.

Perlakuan 4 (P3) : Kelompok mencit keempat betina yang telah diketahui bunting diberikan paparan microwave oven selama 45 menit perhari selama 18 hari kebuntingan.


(63)

42

Gambar 16. Sketsa Prosedur Penelitian,

(Keterangan : A. Tampak Depan; B. Tampak Belakang).

15 cm 10 cm

0,5 cm

B A 20 cm


(64)

43

2. Pembedahan dan Pengamatan

Mempersiapkan alat-alat bedah (bak warfarin, gunting, pinset, jarum) yang akan digunakan. Meletakkan mencit yang telah dibius dengan chloroform di bak warfarin, kemudian bagian kaki mencit ditusuk dengan jarum agar mencit dapat dengan mudah dibedah, kemudian dilakukan pembedahan.

Setelah pembedahan selesai, embrio atau fetus diambil lalu diamati. Pada penelitian ini parameter yang akan diamati adalah panjang bagian tubuh extremitas depan yaitu: panjang metacarpus.

F. Identifikasi Variabel

a. Variabel independen/bebas

Variabel independen adalah paparan medan elektromagnetik microwave oven.

b. Variabel dependen/terikat

Variable dependen adalah panjang metacarpus.

G. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini parameter yang diamati adalah panjang metacarpus fetus mencit (Mus musculus L.) setelah paparan Microwave oven.


(65)

44

Tabel 3. Definisi Operasional

Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Paparan

microwave oven

Paparan yang berasal dari microwave oven

- - Nominal

Malformasi ekstremitas depan fetus mencit

Malformasi ekstremitas depan fetus mencit (Mus musculus L.) adalah

panjang metacarpus fetus mencit (Mus

musculus L.).

Jangka sorong mm (milimeter)

Numerik

H. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

Data diperoleh peneliti dengan cara mengukur panjang metacarpus yang diukur dengan mengunakan jangka sorong, data berasal langsung dari sumber atau dengan nama lain data primer. Satuan yang dipilih adalah milimeter disesuaikan dengan tampilan angka pada jangka sorong dimana satuan ini merupakan skala variabel numerik. Data akan diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA (analysis of variance) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan, namun jika ditemukan sebaran data tidak normal maka dilakukan uji Kruskal-Wallis. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Post HocLSD (Less Significant Different).


(66)

45

I. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 17. Diagram Alir Penelitian Persiapan penelitian : (Persiapan

kandang, hewan uji, alat dan bahan)

Dibagi menjadi 4 kelompok (masing-masing kelompok terdiri

dari 5 ekor induk mencit) 20 ekor mencit betina bunting

diaklimatisasi selama 7 hari

Dipapari medan elektromagnetik selama 18 hari kebuntingan

Pembedahan mencit dan pengambilan fetus

Pengolahan dan analisis data Pengukuran panjang ekstremitas

depan fetus mencit

Penyusunan laporan (K) Mencit tidak

terpapar microwave oven

(P1) Mencit terpapar 15 menit per hari selama 18 hari

(P2) Mencit terpapar 30 menit per hari selama 18

hari kebuntingan

(P3) Mencit terpapar 45 menit per hari selama 18


(67)

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Amsel, S. 2012. Movie Worksheets, What Owls Eat -- The Bones of a Mouse. Exploring Nature Educational Resource. http://visual. merriam-webster.com/images/animal-kingdom/rodents-lagomorphs/ rodent/skeleton-rat.jpg. Diakses pada 10 Oktober 2012 pada pukul 12.15 WIB

Anies. 2005. Mewaspadai penyakit Lingkungan. 5 juni 2006. http://www. Kompas.com/kompas cetak/0304/04/ilpeng/215874.htm. Diakses tanggal 15 September 2012. Pukul 14.00 WIB.

Anies. 2007. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi

Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Universitas

Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id /316/1/Anies.pdf. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 15.40 WIB

Anonim. 2011 . Bagaimana Cara Kerja Microwave Oven. http:// www.engineeringtown.com/kids/index.php/kamu-harus-tahu/50-bagaimana-cara-kerja-oven-microwave. Diakses pada tanggal 25 Janiari 2013 pada pukul 11.24 WIB

Anugrah, W. 2011. Laporan Adkl Amdal Badan Tenaga Nuklir Nasional Bandung. http://widiarnianugrah-widiarninajmlyby. blogspot.com /2012_04_01_archive.html. Diakses pada 7 Oktober 2012 pada pukul 11.43 WIB

Arief M. Tq. dan Atsirin O. P. 2000. Teratogenesis Embrio Tikus Setelah Paparan Dengan Medan Listrik Frekuensi Rendah. NEXUS, 13, Hal 62-68

Atmaja, I G D P. 2012. Nilai Ambang Batas Elektronika dan Standaarisasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana. Jimbaran. Hlm 14-15.


(69)

Behari J. 2010. Biological Responses Of Mobile Phone Frequency Exposure. Bioelectromagnetics Laboratory, School of Environmental Sciences Jawaharlal Nehru University, New Delhi 110 067, India. Indian J Exp Biol. 2010 Oct;48(10):959-81. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 04.15 WIB

Byman D, Battista SP, Wasserman FE, Kunz TH. 1985. Effect of microwave irradiation (2.45 GHz, CW) on egg weight loss, egg hatchability, and hatchling growth of the Coturnix quail. Bioelectromagnetics. 1985;6(3):271-82. PMID: 3836670. Diakses tanggal 7 Oktober 2012 pada pukul 4.43 WIB

Coillot, Christophe, Paul, L. 2008. Induction Magnetometers Principle, Modeling and Ways of Improvement. LPP Laboratory of Plasma Physics. Perancis

Cook, M. J. 2012. The Anatomy of the Laboratory Mouse. http://www.informatics.jax.org/cookbook/imageindex.shtml.

Diakses pada 10 Oktober 2012 pada pukul 12.13 WIB

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29 : Malformasi, Anomali. EGC. Jakarta

Dunn, W C. 2005. Fundamentals of Industrial Instrumentation and Process Control. The McGraw-Hill Companies

Febrian, Andreas, Arief R., Edwin K., Gita L., Intan S.H.H.Z, Isnina E.H., Mega P., Rangga M.J. 2011. Microwave Oven. http://scele.cs.ui.ac.id. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 15.08 WIB

Grant, August E., Meadows, Jennifer H. (eds.) 2008. Communication Technology Update and Fundamental. Eleventh Edition. Boston: Focal Press (AG)

Han J, Cao Z, Liu X, Zhang W, Zhang S. 2010. Effect Of Early Pregnancy Electromagnetic Field Exposure On Embryo Growth Ceasing. Institute for Environmental Health and Related Product Safety, Chinese Center for Disease Control and Prevention, Beijing 100021, China. Wei Sheng Yan Jiu. 2010 May;39(3):349-52. PMID:


(70)

20568468. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 04.14 WIB

Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Seminar Pengaruh Medan Listrik Dan Medan Magnet Terhadap Kesehatan. Muktamar Ikatan Dokter Indonesia. Padang, 1997.

International Radiation Protection Association (IRPA). Interim guideline on limits of exposure to 50/60 Hz electrical and magnetic fields. Health Physics 1990, 58(1): 30-36.

Iriani, S. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto. Skripsi FMIPA. Universitas Udayana

Jelodar, G., Zare, Y., Ansari, M. 2008. Effect of Radiation Leakage of Microwave Oven on Hematological Parameter of Rat at Pre and Pubertal Stage. Zahedan Journal of Research in Medical Science : 10(4). Diakses pada 10 Oktober 2012 pada pukul 12.18 WIB

Lu, F. C, 1994. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hlm. 155-157.

Marpanaji, E. 2009. Wireless Communication. Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Wireless%20Communication _part_01.pdf. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 13.33 WIB

Meister, F. 2011. Teratogen dan Medikasi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fetus. http://www.scribd.com/doc/47009433/ Teratogen-Dan-Medikasi-Yang-Mempengaruhi-Pertumbuhan-Fetus. Diakses pada 7 Oktober 2012 pada pukul 12.00 WIB

Nikki. 2010. Radiasi Elektromagnetik. http://www.scribd.com/ doc/14352623/radiasi-elektromagnetik. Diakses pada 25 Januari 2013 pada pukul 08.26 WIB


(71)

Nowak, M.R, and L.J. Paradiso, 1983. Walker’s Mammals of The World. 4th Edition. Volume 2. The John Hopkins University Press.

Baltimore and London. Page 755-758.

Panjaitan, R.G. 2003. Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan Minuman Beralkohol. Institut Pertanian Bogor. http://tumoutou.net/ 702_07134/ruqiah_gp.htm. Diekses pada 15 September 2012 pada pukul 14.00 WIB

Potter F. dan Christopher. 2010. Fisika Modern Di Sekitar Kita. P.T. Indeks. Jakarta

Prawirohardjo, S. 2007. Obat pada Perempuan Hamil dan Janinnya pp.67-80 dan Plasenta dan Cairan Amnion pp.148-156 : Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka. Jakarta.

Rugh R. 1971. A Guide to Vertebrate Development 6th. Burges Publishing Co. USA. Hlm 20.

Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Malformasi Kongenital. EGC. Jakarta. pp. 122-124.

Sadler, T.W. 2000.Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Masa Embriogenik. EGC. Jakarta. pp. 67-89.

Santoso, H.B, & Kuntorini E.M. 2004. Efek Doksisiklin Selama Masa Organogenesis Terhadap Struktur Histologi Kartilago Epifisialis Femur Fetus Mencit. Bioscientiae: Vol 1, No 1: 11-22. Http://bioscientiae .tripod.com/v1n1/v1_n1_santoso.PDF. Diakses tanggal 30 September 2012 pada pukul 16.30 WIB

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Septiani, V. 2009. Pengaruh Pemajanan Medan Elektromagnet Extremely Low Frequency Secara Kontinu Terhadap Jumlah Folikel Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Strain Swiss-Webster. Skripsi. Jakarta: FKUI Hlm 2.


(72)

Shari, B. 2008. Gelombang Elektromagnetik. http://aktifisika. wordpress.com/2008/11/17/gelombang-elektromagnetik/. Diakses tanggal 29 September 2012 pada pukul 19.50 WIB

Smith, B.J. dan Mangkoewidjoyo, S. 1998. Pemeliharaan Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah Tropis. Penerbit UI Press. Jakarta: Hlm 276.

Sukra Y. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio Benih Masa Depan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Hlm 291-300.

Surya, Y. 2010a. Microwave dan Keistimewaannya. http:// www.yohanessurya.com. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 12.40 WIB

Surya, Y. 2010b. Oven Microwave. Surabaya. http://soerya.surabaya.go.id. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 14.54 WIB

Tetebano, R. 2011. Rancangan Percobaan Racun Sianida pada Mencit. Diakses pada 10 Oktober pada pukul 11.10 WIB

Valentina, C. 2009. Pengaruh pemajanan medan elektromagnet extremely low frequency secara kontinu terhadap perubahan siklus estrus mencit (Mus Musculus L) Strain Swiss Webster. Skripsi. Jakarta: FKUI

Villoe C. A., Walker W. F. Jr., Barnes R. D. 1984. Zoologi umum. Erlangga. Jakarta.

Wilson, J.G. 1973. Environment and Birth Defects. Academic Press. New York, pp.6-8.

World Health Organization, Magnetic fields. Environments Health / Criteria 1987, 69: 53-54


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amsel, S. 2012. Movie Worksheets, What Owls Eat -- The Bones of a Mouse. Exploring Nature Educational Resource. http://visual. merriam-webster.com/images/animal-kingdom/rodents-lagomorphs/ rodent/skeleton-rat.jpg. Diakses pada 10 Oktober 2012 pada pukul 12.15 WIB

Anies. 2005. Mewaspadai penyakit Lingkungan. 5 juni 2006. http://www. Kompas.com/kompas cetak/0304/04/ilpeng/215874.htm. Diakses tanggal 15 September 2012. Pukul 14.00 WIB.

Anies. 2007. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id /316/1/Anies.pdf. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 15.40 WIB

Anonim. 2011 . Bagaimana Cara Kerja Microwave Oven. http:// www.engineeringtown.com/kids/index.php/kamu-harus-tahu/50-bagaimana-cara-kerja-oven-microwave. Diakses pada tanggal 25 Janiari 2013 pada pukul 11.24 WIB

Anugrah, W. 2011. Laporan Adkl Amdal Badan Tenaga Nuklir Nasional Bandung. http://widiarnianugrah-widiarninajmlyby. blogspot.com /2012_04_01_archive.html. Diakses pada 7 Oktober 2012 pada pukul 11.43 WIB

Arief M. Tq. dan Atsirin O. P. 2000. Teratogenesis Embrio Tikus Setelah Paparan Dengan Medan Listrik Frekuensi Rendah. NEXUS, 13, Hal 62-68

Atmaja, I G D P. 2012. Nilai Ambang Batas Elektronika dan Standaarisasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana. Jimbaran. Hlm 14-15.


(3)

Behari J. 2010. Biological Responses Of Mobile Phone Frequency Exposure. Bioelectromagnetics Laboratory, School of Environmental Sciences Jawaharlal Nehru University, New Delhi 110 067, India. Indian J Exp Biol. 2010 Oct;48(10):959-81. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 04.15 WIB

Byman D, Battista SP, Wasserman FE, Kunz TH. 1985. Effect of microwave irradiation (2.45 GHz, CW) on egg weight loss, egg hatchability, and hatchling growth of the Coturnix quail. Bioelectromagnetics. 1985;6(3):271-82. PMID: 3836670. Diakses tanggal 7 Oktober 2012 pada pukul 4.43 WIB

Coillot, Christophe, Paul, L. 2008. Induction Magnetometers Principle, Modeling and Ways of Improvement. LPP Laboratory of Plasma Physics. Perancis

Cook, M. J. 2012. The Anatomy of the Laboratory Mouse. http://www.informatics.jax.org/cookbook/imageindex.shtml.

Diakses pada 10 Oktober 2012 pada pukul 12.13 WIB

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29 : Malformasi, Anomali. EGC. Jakarta

Dunn, W C. 2005. Fundamentals of Industrial Instrumentation and Process Control. The McGraw-Hill Companies

Febrian, Andreas, Arief R., Edwin K., Gita L., Intan S.H.H.Z, Isnina E.H., Mega P., Rangga M.J. 2011. Microwave Oven. http://scele.cs.ui.ac.id. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 15.08 WIB

Grant, August E., Meadows, Jennifer H. (eds.) 2008. Communication Technology Update and Fundamental. Eleventh Edition. Boston: Focal Press (AG)

Han J, Cao Z, Liu X, Zhang W, Zhang S. 2010. Effect Of Early Pregnancy Electromagnetic Field Exposure On Embryo Growth Ceasing. Institute for Environmental Health and Related Product Safety, Chinese Center for Disease Control and Prevention, Beijing 100021, China. Wei Sheng Yan Jiu. 2010 May;39(3):349-52. PMID:


(4)

20568468. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 04.14 WIB

Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Seminar Pengaruh Medan Listrik Dan Medan Magnet Terhadap Kesehatan. Muktamar Ikatan Dokter Indonesia. Padang, 1997.

International Radiation Protection Association (IRPA). Interim guideline on limits of exposure to 50/60 Hz electrical and magnetic fields. Health Physics 1990, 58(1): 30-36.

Iriani, S. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto. Skripsi FMIPA. Universitas Udayana

Jelodar, G., Zare, Y., Ansari, M. 2008. Effect of Radiation Leakage of Microwave Oven on Hematological Parameter of Rat at Pre and Pubertal Stage. Zahedan Journal of Research in Medical Science : 10(4). Diakses pada 10 Oktober 2012 pada pukul 12.18 WIB

Lu, F. C, 1994. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hlm. 155-157.

Marpanaji, E. 2009. Wireless Communication. Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Wireless%20Communication _part_01.pdf. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 13.33 WIB

Meister, F. 2011. Teratogen dan Medikasi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fetus. http://www.scribd.com/doc/47009433/ Teratogen-Dan-Medikasi-Yang-Mempengaruhi-Pertumbuhan-Fetus. Diakses pada 7 Oktober 2012 pada pukul 12.00 WIB

Nikki. 2010. Radiasi Elektromagnetik. http://www.scribd.com/ doc/14352623/radiasi-elektromagnetik. Diakses pada 25 Januari 2013 pada pukul 08.26 WIB


(5)

Nowak, M.R, and L.J. Paradiso, 1983. Walker’s Mammals of The World. 4th Edition. Volume 2. The John Hopkins University Press.

Baltimore and London. Page 755-758.

Panjaitan, R.G. 2003. Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan Minuman Beralkohol. Institut Pertanian Bogor. http://tumoutou.net/ 702_07134/ruqiah_gp.htm. Diekses pada 15 September 2012 pada pukul 14.00 WIB

Potter F. dan Christopher. 2010. Fisika Modern Di Sekitar Kita. P.T. Indeks. Jakarta

Prawirohardjo, S. 2007. Obat pada Perempuan Hamil dan Janinnya pp.67-80 dan Plasenta dan Cairan Amnion pp.148-156 : Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka. Jakarta.

Rugh R. 1971. A Guide to Vertebrate Development 6th. Burges Publishing Co. USA. Hlm 20.

Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Malformasi Kongenital. EGC. Jakarta. pp. 122-124.

Sadler, T.W. 2000.Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Masa Embriogenik. EGC. Jakarta. pp. 67-89.

Santoso, H.B, & Kuntorini E.M. 2004. Efek Doksisiklin Selama Masa Organogenesis Terhadap Struktur Histologi Kartilago Epifisialis Femur Fetus Mencit. Bioscientiae: Vol 1, No 1: 11-22. Http://bioscientiae .tripod.com/v1n1/v1_n1_santoso.PDF. Diakses tanggal 30 September 2012 pada pukul 16.30 WIB

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Septiani, V. 2009. Pengaruh Pemajanan Medan Elektromagnet Extremely Low Frequency Secara Kontinu Terhadap Jumlah Folikel Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Strain Swiss-Webster. Skripsi. Jakarta: FKUI Hlm 2.


(6)

Shari, B. 2008. Gelombang Elektromagnetik. http://aktifisika. wordpress.com/2008/11/17/gelombang-elektromagnetik/. Diakses tanggal 29 September 2012 pada pukul 19.50 WIB

Smith, B.J. dan Mangkoewidjoyo, S. 1998. Pemeliharaan Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah Tropis. Penerbit UI Press. Jakarta: Hlm 276.

Sukra Y. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio Benih Masa Depan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Hlm 291-300.

Surya, Y. 2010a. Microwave dan Keistimewaannya. http:// www.yohanessurya.com. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 12.40 WIB

Surya, Y. 2010b. Oven Microwave. Surabaya. http://soerya.surabaya.go.id. Diakses tanggal 15 September 2012 pada pukul 14.54 WIB

Tetebano, R. 2011. Rancangan Percobaan Racun Sianida pada Mencit. Diakses pada 10 Oktober pada pukul 11.10 WIB

Valentina, C. 2009. Pengaruh pemajanan medan elektromagnet extremely low frequency secara kontinu terhadap perubahan siklus estrus mencit (Mus Musculus L) Strain Swiss Webster. Skripsi. Jakarta: FKUI

Villoe C. A., Walker W. F. Jr., Barnes R. D. 1984. Zoologi umum. Erlangga. Jakarta.

Wilson, J.G. 1973. Environment and Birth Defects. Academic Press. New York, pp.6-8.

World Health Organization, Magnetic fields. Environments Health / Criteria 1987, 69: 53-54