PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP BERAT DAN PANJANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP BERAT DAN PANJANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

Oleh Dewi Selvia

Gelombang elektromagnetik banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Salah satu pemanfaatan gelombang elektromagnetik adalah pada lampu merkuri. Radiasi gelombang elektromagnetik dapat mempengaruhi proses pembelahan sel pada saat mencit sedang gestasi. Radiasi pada sel-sel embrio tersebut akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal dan mempengaruhi bentuk morfologi tubuh dari fetus mencit.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh radiasi lampu

merkuri terhadap berat dan panjang fetus mencit (Mus musculus L.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Universitas Lampung pada bulan Oktober - Desember 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan yaitu 1 kontrol dan 4 tahap perlakuan (pemajanan 4 jam/hari, pemajanan 8 jam/hari, pemajanan 12 jam/hari, dan pemajanan 16 jam/hari). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Pemajanan ini dilakukan selama 18 hari. Parameter yang diamati adalah berat badan fetus dan panjang fetus. Berat badan fetus dan panjang fetus dianalisis dengan analisis ragam (ANARA) dan apabila terjadi perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Hasil analisis ragam berat badan fetus dan panjang fetus menunjukkan perbedaan nyata, dan uji lanjut BNT 5% pada berat badan menunjukkan hasil bahwa semua perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda, kecuali pada perlakuan pemajanan 12 jam/hari dan perlakuan pemajanan 16 jam/hari menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Pada panjang fetus menunjukkan bahwa kontrol berbeda dengan semua perlakuan pemajanan, perlakuan pemajanan 4 jam/hari tidak berbeda dengan perlakuan pemajanan 8 jam/hari, serta perlakuan pemajanan 12 jam/hari dan perlakuan pemajanan 16 jam/hari menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda.

Kata kunci : Gelombang elektromagnetik, radiasi, fetus, mencit (Mus musculus L.)


(2)

PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP BERAT DAN PANJANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

Oleh Dewi Selvia

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana sains

pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

PENGARUH RADIASI LAMPU MERKURI TERHADAP BERAT DAN PANJANG FETUS MENCIT (Mus musculus L.)

(Skripsi)

Oleh Dewi Selvia

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lampu merkuri dan diagram alir energinya ... 11

Gambar 2. Mencit (Mus musculus) ... 12

Gambar 3. Fetus mencit umur kehamilan ke-12 hari ... 16

Gambar 4. Desain/ tata letak percobaan ... 20

Gambar 5. Diagram alir penelitian ... 22

Gambar 6. Grafik pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap berat badan rata-rata fetus mencit (Mus musculus L.) ... 24

Gambar 7. Grafik pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap panjang rata- rata fetus mencit (Mus musculus L.) ... 25

Gambar 8. Panjang tubuh fetus mencit yang induknya diberi pemajanan pada (a) 0 jam/hari (kontrol), (b) 4 jam/hari, (c) 8 jam/hari, (d) 12 jam/hari, dan (e) 16 jam/hari selama 18 hari ... 26

Gambar 9. (a) Fetus mencit dalam keadaan normal, (b) Mortalitas pada fetus mencit pada perlakuan 16 jam/hari ... 31

Gambar 10. Fetus mencit yang mengalami kematian dalam uterus pada perlakuan pemajanan 12 jam/hari ... 32

Gambar 11. Mencit bunting yang dibedah ... 46

Gambar 12. Fetus yang masih terbungkus dalam uterus ... 46


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

SANWACANA ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir ... 4

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gelombang Elektromagnetik pada Morfologi Tubuh Fetus Mencit ... 6

B. Lampu Merkuri ... 9

C. Biologi Mencit (Mus musculus L.) ... 12

D. Perkembangan Fetus Mencit ... 14

III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

B. Alat dan Bahan ... 18

C. Pelaksanaan Percobaan ... 18

D. Rancangan Percobaan ... 20

E. Parameter yang Diamati ... 21

F. Analisis Data ... 21


(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Berat Badan Fetus Mencit ... 23 2. Panjang Tubuh Fetus Mencit ... 25 B. Pembahasan

1. Berat Badan Fetus Mencit ... 27 2. Panjang Tubuh Fetus Mencit ... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 33 B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN

A. Lampiran Tabel Data Penelitian ... 38 B. Lampiran Gambar Penelitian ... 46


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Data biologis mencit di laboratorium ... 14

Tabel 2. Rata-rata berat badan fetus (gram) yang induknya diberi pemajanan lampu merkuri selama 18 hari ... 23

Tabel 3. Rata-rata panjang fetus (cm) yang induknya diberi pemajanan lampu merkuri selama 18 hari ... 25

Tabel 4. Data berat fetus (gram) pada kontrol ... 38

Tabel 5. Data berat fetus (gram) pada perlakuan 4 jam/hari selama 18 hari.... 38

Tabel 6. Data berat fetus (gram) pada perlakuan 8 jam/hari selama 18 hari.... 39

Tabel 7. Data berat fetus (gram) pada perlakuan 12 jam/hari selama 18 hari.. 39

Tabel 8. Data berat fetus (gram) pada perlakuan 16 jam/hari selama 18 hari.. 40

Tabel 9. Rata-rata berat fetus (gram) pada masing-masing perlakuan ... 40

Tabel 10. Analisis ragam (ANARA) berat fetus (gram) ... 40

Tabel 11. Uji lanjut BNT berat fetus ... 41

Tabel 12. Data panjang fetus (cm) pada kontrol ... 42

Tabel 13. Data panjang fetus (cm) pada perlakuan 4 jam/hari selama 18 hari ... 42

Tabel 14. Data panjang fetus (cm) pada perlakuan 8 jam/hari selama 18 hari ... 43

Tabel 15. Data panjang fetus (cm) pada perlakuan 12 jam/hari selama 18 hari ... 43

Tabel 16. Data panjang fetus (cm) pada perlakuan 16 jam/hari selama 18 hari ... 44


(8)

Tabel 17. Rata-rata panjang fetus (cm) pada masing-masing perlakuan ... 44 Tabel 18. Analisis ragam (ANARA) panjang fetus (cm) ... 44 Tabel 11. Uji lanjut BNT panjang fetus ... 45


(9)

(10)

(11)

Tempat duduk terindah adalah duduk

diantara masalah

“masalah” mengingatkan kita akan

sayangnya ALLAH terhadap kita

Sehingga berhenti mengeluh

dalam menghadapi


(12)

Alhamdulillahirabbil’alamin

Ku persembahkan karya kecilku ini untuk

orang-orang yang mencintai dan memberi warna dalam

hidupku

Untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayah dan

Almarhumah Ibuku atas semua pengorbanan, kerja

keras, keringat, air mata, kasih sayang, doa-doa

tulus yang selalu mengiringi setiap langkah

kehidupanku

Kasih sayang yang ku percaya tetap akan mengalir

tanpa kalian harus berada di sampingku

Nenek-nenekku atas semua kasih sayang yang

tercurah selama ini

serta abang dan adikku yang selalu memberi

motivasi, dukungan dan perhatian


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sriwungu, Pringsewu pada tanggal 27 Januari 1990, anak kedua dari Ayahanda Almasyir dan Ibunda Khosmawati (Almh). Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2002 di SD Bintang Timur, pendidikan menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Sukoharjo, Pringsewu pada tahun 2005, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Padang Cermin, Pesawaran pada tahun 2008. Penulis tercatat sebagai mahasiswa di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di HIMBIO ( Himpunan

Mahasiswa Biologi ), ROIS (Rohani Islam) FMIPA dan BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa ) FMIPA. Penulis pada bulan Februari – April 2012 melaksanakan Kerja Praktek (KP) di PT. NTF (Nusantara Tropical Farm) Lampung Timur. KKN (Kuliah Kerja Nyata) penulis dilaksanakan di Ambarawa, Pringsewu pada Juli-Agustus 2011. Selama menempuh pendidikan di Jurusan Biologi FMIPA UNILA, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah SPH (Struktur Perkembangan Hewan) untuk Jurusan Biologi.


(14)

SANWACANA

Segala puji bagi Rabb Yang Maha Kuasa, Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

“Pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap berat dan panjang fetus mencit (Mus musculus L.)” merupakan skripsi yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sains. Skripsi ini dapat selesai berkat dukungan,

bantuan, doa dan masukan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Pembimbing I sekaligus Ketua Jurusan Biologi atas semua masukan, kritik, saran serta perhatian yang telah diberikan selama proses pembuatan proposal ini.

2. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukan, kritik, saran serta perhatian yang telah diberikan selama proses pembuatan proposal ini.

3. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku pembahas yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan-masukan dalam pembuatan proposal ini.

4. Bapak Tugiyono Ph.D., selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa.


(15)

5. Semua dosen dan guru-guru yang telah mendidik dan menberikan ilmu pengetahuan.

6. Abangku Iwan M. atas doa, semangat dan bantuannya, Adekku M. Juwita. atas doa dan semangatnya, serta semua keluarga besarku; alak, mamak, ibung, abang, kakak, adek atas doanya

7. Teman-teman seperjuangan Irke Novarainy, Destia Putri A., dan Rahmat Hidayat yang telah berbagi suka, duka, semangat dan perhatiannya.

8. Teman-teman angkatan 2008, Sari, Devi E, Devi M, Umi, Nevi, Bona, Eka, Aji, Aulia, Melinda, Zahra, Santi, Dina, Nando, Nisa, Ruri, Ira, Kiki N., Wiwid, Hafid, Meity, dan semua teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, kebersamaan, dan dukungannya.

9. Rya, Umi, Yeni, Ning, Mb Wulan, Mb Alif, Mb Sinta, Mb Nining, Mb Rita atas semangat, perhatian dan kasih sayangnya.

10. Semua kakak tingkat dan adik tingkat, terimakasih atas kebersamaannya. 11. Semua pihak yang telah turut membantu dan mendoakan dalam pelaksanaan

penelitian maupun proses pembuatan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Medan elektromagnetik merupakan medan magnet dan medan listrik yang dihasilkan oleh alam maupun peralatan elektronik yang bermuatan listrik. Manusia sebagai salah satu sistem biologi di antara sistem biologi lainnya, dimungkinkan akan selalu terpajan oleh medan elektromagnetik (Anies, 2003).

Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh alat elektronik dapat mengakibatkan cacat mental karena saraf otak terganggu oleh gelombang tersebut (Taufik, 2009).

Pada tahun 1972 untuk pertama kali diketahui mengenai dampak radiasi medan elektromagnetik terhadap kesehatan, ketika para peneliti Uni Soviet melaporkan bahwa mereka yang bekerja di bawah transmisi listrik tegangan tinggi menderita sakit yang berhubungan dengan sistem saraf seperti gangguan pola tidur, kelelahan, dan sakit kepala (Anies, 2003).

Kedekatan manusia dengan elektromagnet pada awalnya memudahkan


(17)

2

menyatakan adanya hubungan peningkatan resiko kematian akibat kanker pada anak-anak, yang bertempat tinggal dekat dengan jaringan transmisi listrik (Wertheimer and Leeper, 1979), membuat para peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hubungan medan

elektromagnet terhadap kesehatan manusia. Pool (1990) dan Shulman (1990) melakukan penelitian pada masyarakat yang bermukim di bawah daerah tegangan tinggi dan pekerja kelistrikan, melaporkan terjadinya peningkatan resiko menderita limfoma, leukimia, serta tumor otak.

Radiasi gelombang electric and magnetic fields (EMF) dapat dipancarkan dari berbagai peralatan listrik (Fathony, 2011). Salah satu peralatan listrik yang memancarkan EMF adalah lampu merkuri. Lampu merkuri menghasilkan sinar UV dengan panjang gelombang kurang dari 290 nm. Kadar merkuri pada setiap bola lampu sekitar 1-5 mg, apabila lampu ini pecah maka bahan merkuri dapat mencemari ruangan dan mengancam kesehatan manusia. Sebuah penelitian di Fraunhofer Wilhelm Klauditz Institute mengungkap bahwa bola lampu CFL (Compact Flurescent Lamp) yang pecah dapat meningkatkan kadar merkuri di udara tertutup hingga 7 mikrogram/cm3. Sementara batas aman yang tidak membahayakan adalah 0,35 mikrogram/cm3 (Dino, 2010).

Pajanan medan elektromagnetik dapat menimbulkan potensi gangguan kesehatan yang terjadi pada berbagai sistem tubuh, antara lain: sistem saraf, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, psikologis, hipersensitivitas, dan sistem darah (Riedlinger, 2004).


(18)

3

Dari penelitian diketahui bahwa pemajanan medan elektromagnetik ELF (Extremely Low Frequency) dapat menyebabkan efek samping pada

kehamilan mencit betina dan gangguan perkembangan pada keturunannya. Pemajanan gelombang elektromagmetik ELF dapat menyebabkan abortus spontan, terutama pada 9 minggu pertama kehamilan dan menyebabkan malformasi fetus (Valentine, 2009). Apabila gelombang elektromagnetik mempengaruhi malformasi fetus maka perlu diketahui bentuk malformasi tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap berat dan panjang fetus mencit (Mus musculus L.).

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui mengenai pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap berat dan panjang fetus mencit (Mus musculus L.).


(19)

4

D. Kerangka Pikir

Gelombang elektromagnetik banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan gelombang

elektromagnetik, tetapi gelombang elektromagnetik juga dapat memberikan dampak negatif. Salah satu pemanfaatan gelombang elektromagnetik adalah pada lampu merkuri. Lampu merkuri adalah lampu hemat energi yang biasa kita kenal dengan sebutan lampu neon/lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp), merupakan lampu yang banyak digunakan untuk menggantikan lampu pijar. Hal tersebut dikarenakan untuk menghasilkan terang yang sama lampu neon membutuhkan daya listrik yang lebih sedikit dibandingkan dengan lampu pijar. Lampu neon merupakan lampu yang di dalamnya berisi gas merkuri (air raksa) dan tabungnya dilapisi bahan fluoresen, listrik digunakan untuk menciptakan loncatan listrik seperti petir mini. Lampu merkuri menghasilkan sinar UV pada panjang gelombang 185 nm -254 nm.

Secara umum setiap bentuk radiasi gelombang elektromagnetik dapat berpengaruh terhadap tubuh manusia. Sel-sel tubuh yang mudah membelah adalah bagian yang paling mudah dipengaruhi oleh radiasi.

Pada proses embriogenesis mencit terjadi proses-proses pembelahan, sehingga jika pada saat mencit sedang gestasi dan diberi pemajanan gelombang

elektromagnetik maka sel-sel pada embrio tersebut dimungkinkan akan terpapar radiasi. Radiasi pada sel-sel embrio tersebut akan menyebabkan


(20)

5

pertumbuhan yang tidak normal dan mempengaruhi bentuk morfologi tubuh dari fetus mencit.

E. Hipotesis

Pemajanan lampu merkuri terhadap mencit yang sedang gestasi dapat


(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gelombang Elektromagnetik pada Morfologi Tubuh Fetus Mencit

Spektrum gelombang elektromagnetik merupakan susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan

frekuensinya. Frekuensi terendah atau panjang gelombang terbesar adalah gelombang radio dan frekuensi tertinggi atau gelombang terkecil adalah sinar gamma (Lala, 2009).

Penggunaan langsung maupun tidak langsung peralatan yang berbasis elektromagnetik seperti peralatan telekomunikasi dan elektronik lain akan menyerap energi dari gelombang elektromagnetik yang bersumber dari alat tersebut. Setiap orang akan tersinari atau terekspos oleh berbagai frekuensi gelombang elektromagnetik/electric and magnetic fields (EMF) yang

kompleks. Dengan demikian, EMF sudah mempengaruhi kondisi lingkungan. Tingkat paparan gelombang EMF dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan seiring dengan berkembangnya teknologi serta penemuan peralatan EMF (Fathony, 2011).

Medan dan arus listrik pada frekuensi rendah apabila berinteraksi dengan jaringan biologik dapat mengakibatkan efek fisiologik maupun psikologik.


(22)

7

Efek yang sering diamati adalah paparan EMF dan radio frekuensi (RF) pada sistem syaraf serta otak. Kemungkinan perubahan ditemukan pada respons (tanggapan) untuk beberapa sukarelawan setelah paparan EMF di bawah kabel listrik bertegangan tinggi. Hal ini juga didukung oleh data informasi efek EMF pada otak yang mengalami medan dari arus listrik. Perubahan-perubahan kecil dapat juga ditelaah pada perilaku mencit yang mengalami perlakuan dengan medan magnet 0,75 mT (tingkat yang dijumpai pada daerah kerja) (Fathony, 2011).

Pemajanan medan elektrostatik pada testis tikus jantan dewasa dengan tegangan 6 dan 7 kV selama 1 bulan, memperlihatkan berbagai kelainan kongenital pada turunannya, seperti kerdil, mata putih, dan lain sebagainya (Soeradi and Tadjudin, 1986). Pemajanan medan elektrostatik pada mencit terhadap gambaran kromosom dan proliferasi limfosit menunjukkan

peningkatan aberasi kromosom dan proliferasi yang bermakna (Sari, 1998). Selanjutnya pemajanan elektromagnet terus menerus pada mencit sampai 4 generasi menimbulkan beberapa kelainan morfologi kongenital dan tumor, yang menyebabkan mencit berumur pendek (Soeradi et.al., 2002).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marino, et al. (1976) dan Yunardi (2000), paparan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan, penurunan berat badan dan penurunan jumlah telur serta berat testis pada tikus (Yunardi, 2000), meningkatnya laju kematian pada keturunan tikus kenaikan berat badan tikus, peningkatan stres oksidatif pada telur ayam, burung laut, dan eritrosit manusia (Torres, et al., 2007). Hasil penelitian mengenai


(23)

8

pengaruh medan ELF pada kompetensi kekebalan pada binatang tampaknya negatif (Soesanto, 1996).

Menurut Mansyur (1998) secara garis besar radiasi elektromagnetik terbagi menjadi 2 kelompok yaitu:

(1) Radiasi pengion

Radiasi pengion yaitu emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan, berkas energi tersebut akan mampu

menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media tersebut.

Termasuk dalam kelompok radiasi pengion adalah sinar gamma, sinar-x, dan sebagian sinar ultra violet.

(2) Radiasi non-pengion

Radiasi non-pengion tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media karena tidak memiliki cukup energi untuk

menyebabkan terjadinya proses ionisasi. Contoh kelompok radiasi non-pengion yaitu sebagian sinar ultra violet, gelombang mikro, sinar infra merah, gelombang radio, sinar terlihat, dan medan elektromagnetik berfrekuensi ekstrim rendah. Radiasi yang dihasilkan oleh peralatan kantor dan rumah tangga pada umumnya termasuk pada kelompok radiasi non-pengion.

Penelitian menggunakan medan listrik statis memberikan pemajanan pada tikus jantan dan terlihat bahwa pada tingkat paparan 6 kV/10cm dan 7kV/10cm selama 1 jam per hari, 30 hari terus menerus, menimbulkan penyusutan berat testis, kerusakan sel tubulus seminiferus, dan terjadinya


(24)

9

kelainan kongenital pada anak seperti mikroftalmia, bulu kasar di sekitar kepala, penyempitan gelang panggul dan kelainan preputium testis, selain itu menghambat proses spermatogenesis mencit (Qadrijati and Puspita, 2007).

Spektrum yang dihasilkan oleh radiasi elektromagnetik sangat luas, dimulai dengan frekuensi ekstrim rendah (ELF-Electromagnetic) sampai pada elektromagnetik berfrekuensi sangat tinggi. Perbedaan panjang gelombang, frekuensi, dan energi foton yang dimiliki masing-masing radiasi

elektromagnet menyebabkan efek radiasi yang berbeda pula (Mansyur, 1998).

B. Lampu Merkuri

Merkuri merupakan bahan teratogenik dan sifatnya sangat beracun. Efek toksisitas utama merkuri adalah pada susunan saraf pusat dan ginjal.

Akumulasi merkuri akan menimbulkan kerusakan saraf pusat dan ginjal, antara lain hilangnya daya ingat dan tremor (Rorong, 2002).

Lampu uap merkuri merupakan model lampu HID tertua. HID (High Intensity Discharge) adalah sebuah tipe lampu elektronik yang cahayanya dihasilkan oleh semacam busur listrik di antara elektroda tungsten yang berada di dalam gelas kaca. Di dalam tabung gelas kaca ini diisi oleh merkuri. Merkuri bertugas untuk membantu permulaan awal busur listrik, setelah busur listrik menyala garam metal tersebut akan memanas dan menguap menghasilkan plasma yang secara otomatis akan menaikkan intensitas cahaya yang dihasilkan oleh busur listrik tersebut dan secara bersamaan menurunkan pemakaian daya


(25)

10

listrik. Pada awalnya merkuri banyak digunakan pada lampu HID komersial. Karakter lampu yang dihasilkan oleh keberadaan merkuri ini adalah cahaya yang biru kehijauan tetapi saat ini produsen lampu HID dapat menghasilkan warna cahaya yang lebih bagus tanpa menghasilkan cahaya khas

biru-kehijauan tersebut. Saat ini bohlam lampu HID lebih cenderung menggunakan uap sodium dan metal halide (Hutahuruk, 1996).

Kebanyakan lampu HID menghasilkan radiasi UV yang cukup signifikan dan memerlukan filter UV untuk menghindari penurunan kualitas lampu dan menghindari memudarnya barang-barang berwarna yang disinari oleh lampu HID. Lampu HID yang tidak memiliki filter UV yang mencukupi juga dapat mengakibatkan cidera kepada manusia dan hewan, contohnya kulit terbakar dan buta sesaat. Pada dasarnya, jenis sinar yang dihasilkan oleh lampu merkuri adalah dominan radiasi ultraviolet yang harus diubah menjadi cahaya tampak (Visible Light) dengan cara melapisi dinding bagian dalam bohlam dengan serbuk phosphor, sama halnya dengan lampu fluoresen (Hutahuruk, 1996).

Prinsip kerja lampu merkuri sama dengan prinsip kerja lampu tabung fluoresen, di mana cahaya yang dihasilkan berdasarkan terjadinya lucutan elektron (electron discharge) di dalam tabung lampu. Konstruksi lampu merkuri berbeda dengan konstruksi lampu fluoresen. Lampu merkuri terdiri dari dua tabung, yaitu tabung dalam yang disebut arc tube dan tabung luar yang disebut bohlam (bulb). Tabung dalam diisi merkuri yang berguna untuk menghasilkan radiasi ultraviolet dan gas argon yang berfungsi untuk keperluan


(26)

11

starting, sedangkan bohlam luar berfungsi sebagai tabung dan menjaga kestabilan suhu di sekitar tabung (Hutahuruk, 1996).

Lampu uap merkuri yang bening menghasilkan cahaya biru-hijau, terdiri dari tabung pemancar uap merkuri dengan elektroda tungsten di kedua ujungnya. Lampu tersebut memiliki efikasi terendah dari kelompok HID. Lampu uap merkuri masih merupakan sumber yang populer untuk penerangan taman karena umur lampunya yang mencapai 24.000 jam dan bayangan taman yang hijaunya terlihat seperti gambaran hidup. Tabung pemancar merupakan pemancar yang tersimpan di bagian dalam bola lampu. Tabung pemancar diisi dengan argon murni dan gas merkuri. Tabung pemancar tertutup di dalam bola lampu yang berada di luarnya yang diisi dengan nitrogen (Gambar 1) (UNEP, 2005).

Gambar 1. Lampu merkuri dan diagram alir energinya (UNEP, 2005).

Ultraviolet merupakan suatu bagian dari spektrum elektromagnetik dan tidak membutuhkan medium untuk merambat. Sinar ultraviolet mempunyai rentang panjang gelombang yang berada di antara spektrum sinar X dan cahaya tampak yaitu antara 400 – 100 nm. Sumber ultraviolet dapat diperoleh secara alamiah maupun buatan, dan sinar matahari merupakan sumber utama ultraviolet di


(27)

12

alam. Sumber ultraviolet buatan umumnya berasal dari lampu fluorescent khusus, yaitu lampu merkuri tekanan sedang dan lampu merkuri tekanan rendah (USEPA, 1999).

C. Biologi Mencit (Mus musculus L.)

Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan di

laboratorium, hewan ini (Gambar 2) dapat berkembang biak secara cepat dan dalam jumlah yang cukup banyak. Mencit termasuk hewan pengerat

(Rodentia) yang mudah dipelihara dalam jumlah banyak, cepat berbiak, variasi genetiknya cukup besar, anatomi serta fisiologinya terkarakteristik dengan baik (Smith et al., 1997).

Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) (Naroputra,2011)

Mencit dipilih menjadi subyek eksperimental sebagai bentuk relevansinya pada manusia. Walaupun mencit mempunyai struktur fisik dan anatomi yang jelas berbeda dengan manusia, tetapi mencit adalah hewan mamalia yang mempunyai beberapa ciri fisiologi dan biokimia yang hampir menyerupai manusia terutama dalam aspek metabolisme glukosa melalui perantaraan


(28)

13

hormon insulin. Di samping itu, mempunyai jarak gestasi yang pendek untuk berkembang biak (Syahrin, 2006).

Klasifikasi mencit (Mus musculus L.) menurut Arrington (1972), adalah sebagai berikut :

Sub Kingdom : Metazoa Filum : Chordata Sub Pilum : Vertebrata Sub Kelas : Tetrapoda Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Famili : Muridae Genus : Mus

Spesies : Mus musculus L.

Mencit adalah salah satu hewan darat berkaki empat yang diciptakan oleh Allah dan memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah sebagai hewan coba pada penelitian. Mencit termasuk dalam genus Mus, famili muridae, ordo rodentia. Mus musculus merupakan jenis mencit yang paling banyak dipakai untuk penelitian biomedis. Berbeda dengan hewan-hewan lainnya, mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur empat minggu berat badannya mencapai 18-20 gram. Mencit memiliki jantung empat ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Hewan ini memiliki karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. Dibandingkan spesies-spesies hewan lainnya, mencit paling banyak digunakan untuk tujuan


(29)

14

penelitian medis (60-80%) karena murah serta mudah berkembang biak (Kusumawati, 2004).

Adapun data biologis mencit di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data biologis mencit di laboratorium

Kriteria Jumlah

Berat badan (jantan) 20-40 gram

Lama hidup 1-3 tahun

Temperature tubuh 36,5 oC Kebutuhan minum ad libitum Kebutuhan makan 4-5 g/hari

Pubertas 28-49 hari

Glukosa 62,8-176 mg/dl

Kolesterol 26,0-82,4 mg/dl

SGOT 23,2-48,4 IU/I

SGPT 2,10-23,8 IU/

Sumber: Kusumawati (2004)

D. Perkembangan Fetus Mencit

Fertilisasi terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoon). Pada mamalia, fertilisasi terjadi di dalam tubuh hewan betina. Setelah ovum dibuahi kemudian mengalami meiosis II, lalu terjadi transformasi, embriogenesis dan organogenesis (Wijiastuti, 1994). Pembelahan sel yang pertama pada mencit terjadi 24 jam setelah pembuahan. Di dalam oviduk terjadi pembelahan secara cepat dan berulang (Situmorang, 2006). Morula merupakan produk akhir dari pembelahan ini. Pada tahap blastomer jumlah morula mencapai 16-32. Selama morulasi zona pelusida tetap utuh (Sukra, 2000).


(30)

15

Pada fase blastula pembelahan sel (cleavage) berlangsung secara terus menerus, akibatnya sel-selnya berbentuk seperti bola karet yang mempunyai rongga di dalamnya. Pada blastulasi, blastomer morula makin kecil namun besar blastula tidak berbeda dengan besar morula. Menjelang proses pembelahan berakhir, sebagian blastomer yang ada di bawah permukaan morula rontok, sehingga tempat yang semula padat dengan sejumlah blastomer menjadi rongga kosong. Rongga yang terbentuk tersebut disebut blastocoel atau rongga segmentasi (Sukra, 2000).

Pembelahan hanya terjadi pada sel-sel kutub animal, sedangkan kutub vegetatif terdesak ke dalam dan terjadilah invaginasi. Blastocoel mengecil dengan terbentuknya invaginasi. Blastocoel dengan invaginasi (lekuk ke dalam) disebut gastrocoel (arkenteron). Lubang lekukan tersebut disebut blastopor, dan terdiri dari dua lapisan sel, bagian dalam disebut endoterm dan bagian luar disebut ektoderm. Sel-sel antara ektoderm dan endoterm

berproliferasi dan mengisi ruang segmentasi. Sel-sel tersebut membentuk lapisan ketiga yang disebut mesoderm. Sel-sel lapisan mesoderm berpisah menjadi dua lapisan sel yaitu lapisan luar yang disebut sel somatik dan lapisan dalam yang disebut sel-sel splanknik. Selom atau ruang tubuh yang

sebenarnya terbentuk karena terjadinya dua lapisan sel (Brotowidjojo, 1994).

Akhir tahap perkembangan adalah proses pembentukan organ dari lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Proses pembentukan organ-organ ini disebut organogenesis (Panjaitan, 2003).


(31)

16

Tahap organogenesis merupakan tahap dimana sel secara intensif mengalami diferensiasi dan mobilisasi, akibatnya embrio sangat rentan terhadap efek teratogen. Periode ini biasanya berakhir pada hari ke 10-14 kehamilan pada hewan pengerat (Panjaitan, 2003). Lu (1995) menyatakan bahwa sebagian besar embrio mencit mulai rentan pada hari ke 8 dan berakhir pada hari ke 12 kehamilan (Gambar 3).

Gambar 3. Fetus mencit umur kehamilan ke-12 hari (Johnson et.al, 2006)

Menurut Lu (1995), 3 tahap perkembangan embrio yang sangat terpengaruh oleh efek pemberian zat teratogen, yaitu:

a. Tahap Pradiferensiasi

Selama tahap ini, embrio tidak rentan terhadap zat teratogen. Zat ini dapat menyebabkan kematian embrio akibat matinya sebagian besar sel embrio, atau tidak menimbulkan efek yang nyata. Sel yang masih hidup akan menggantikan kerusakan dan membentuk embrio normal apabila terjadi efek yang berbahaya. Lamanya tahap resisten ini berkisar antara 5 – 9 hari, tergantung dari jenis spesiesnya


(32)

17

b. Tahap Embrio

Pada periode ini sel secara intensif melakukan diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi. Selama periode ini sebagian besar organogenesis terjadi. Akibatnya, embrio sangat rentan terhadap efek teratogen. Pada hewan pengerat periode ini berakhir setelah beberapa waktu, yaitu pada hari ke-10 sampai hari ke-14 dan pada manusia berakhir pada minggu ke-14. Dalam suatu kehamilan, tidak semua organ rentan pada saat yang sama.

c. Tahap Fetus

Tahap ini ditandai dengan perkembangan dan pematangan fungsi. Dengan demikian, selama tahapan ini teratogen dapat mengakibatkan kelainan fungsi tetapi tidak mungkin menyebabkan cacat morfologik. Cacat morfologik dapat dideteksi pada saat kelahiran atau sesaat sesudah kelahiran, tetapi kelainan fungsi seperti gangguan sistem saraf pusat tidak dapat didiagnosis segera setelah kelahiran.


(33)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Universitas Lampung pada bulan Oktober - Desember 2012.

B. Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan adalah kandang mencit dengan ukuran 40 cm x 50 cm untuk satu ekor mencit, tempat minum, tempat makan, lampu merkuri, timbangan, kaos tangan, kamera, cat, dan alat bedah.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah mencit betina yang sedang gestasi, pakan mencit, dan air minum.

C. Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Hewan Percobaan

Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan tempat


(34)

19

cm untuk satu ekor mencit, sekam, tempat makan, minum, dan pakan mencit. Setelah itu dilakukan aklimatisasi di laboratorium selama 1 minggu. Mencit betina yang sedang dalam masa estrus dikandangkan bersama mencit jantan dalam bak perkawinan pada sore hari agar terjadi perkawinan, dengan perbandingan 4:1 (4 mencit jantan dan 1 mencit

betina) dalam satu bak, apabila ditemukan sumbat vagina keesokan harinya, maka dianggap mencit berada pada kehamilan hari ke nol. Mencit yang telah gestasi dipisahkan dan yang belum kawin dicampur kembali dengan mencit jantan (Almahdy, 2007). Mencit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok mencit yang diberi pemajanan lampu merkuri.

Pemajanan Lampu Merkuri

Penelitian ini menggunakan pemajanan lampu merkuri sebagai bentuk perlakuan terhadap objek penelitian. Adapun cara pemajanan lampu merkuri tersebut adalah sebagai berikut :

 Mencit ditempatkan pada ruangan fiksasi dan dilakukan penyinaran dengan lampu merkuri.

 Dua puluh ekor mencit betina yang gestasi dibagi ke dalam lima kelompok, masing-masing terdiri dari 4 ekor mencit. Kelima kelompok tersebut meliputi :

 Kelompok kontrol : tidak diberi perlakuan pemajanan lampu merkuri.


(35)

20

 Kelompok intensitas I : diberi perlakuan pemajanan lampu merkuri dengan intensitas 4 jam perhari selama 18 hari.  Kelompok intensitas II : diberi perlakuan pemajanan lampu

merkuri dengan intensitas 8 jam perhari selama 18 hari.  Kelompok intensitas III : diberi perlakuan pemajanan lampu

merkuri dengan intensitas 12 jam perhari selama 18 hari.  Kelompok intensitas IV : diberi perlakuan pemajanan lampu

merkuri dengan intensitas 16 jam perhari selama 18 hari. 

Gambar 4. Desain/ tata letak percobaan  Laparaktomi

Pada hari ke-18 kebuntingan mencit betina dibius dengan khloroform. Hal ini dilakukan pada kehamilan hari ke-18 karena proses pembentukan organ-organ tubuh mencit telah sempurna dan untuk mencegah kelahiran secara normal. Kemudian dilakukan laparaktomi untuk mengeluarkan fetus dengan membedah pada bagian abdomen ke arah atas sampai terlihat uterus yang berisi fetus. Fetus dikeluarkan dengan cara memotong uterus dan


(36)

21

plasenta. Setelah fetus dikeringkan dengan kertas tissu lalu ditimbang berat masing-masing fetus untuk mengetahui berat rata-rata kelahiran.

D. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan yaitu 1 kontrol dan 4 tahap perlakuan (penyinaran 4 jam/hari, 8 jam/hari, 12 jam/hari, dan 16 jam/hari). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Jadi jumlah mencit yang digunakan adalah 5x4 ekor= 20 ekor mencit betina.

E. Parameter yang Diamati

Pada penelitian ini parameter yang diukur terbatas pada perkembangan fetus dengan menggunakan beberapa variabel yaitu bobot badan fetus (berat fetus setelah dikeringkan dengan tissu) dan panjang fetus mencit (data panjang badan fetus diperoleh dengan mengukur jarak dahi sampai pangkal ekor (crown rump) fetus (Wijayanti et.al., 2008).

F. Analisis Data

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Analisis Ragam (ANARA). Apabila terjadi perbedaan yang nyata maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% untuk


(37)

22

G. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3:

Gambar 5. Diagram alir penelitian Mulai

Persiapan Penelitian

Pengawinan

Pemajanan Lampu Merkuri

Analisis panjang fetus

Analisis berat fetus

Interpretasi Data

Penyusunan Laporan

Selesai Aklimatisasi


(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian terhadap mencit (Mus musculus L.) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemajanan lampu merkuri terhadap induk mencit bunting menyebabkan penurunan berat badan fetus dan panjang tubuh fetus.

2. Ditemukan adanya kematian fetus dalam uterus pada perlakuan pemajanan cahaya lampu selama 12 dan 16 jam/hari.

B. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, perlu ditambah lama waktu pemajanan, sistem pengukuran yang tepat dan alat ukur yang lebih akurat sehingga data yang diperoleh semakin tepat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh radiasi lampu merkuri dalam kebuntingan pada organ-organ lain baik pada tubuh fetus mencit, induk, dan keadaan plasenta.


(39)

34

DAFTAR PUSTAKA

Almahdy, A. 2007. Teratogenic and fertility evaluation of safrole on mice, Artocarpus, 7, (1), 49-53.

Anies. 2003. Gangguan kesehatan pada keluarga yang bertempat tinggal di bawah saluran udara extra tinggi 500 kV. Jurnal Kedokteran YARSI. 9:2-101.

Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York.

Brotowidjojo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta. 348 hlm.

Dino. 2010. Bahaya Merkuri Dalam Lampu Neon.

http://dinooblog.blogspot.com/2010/12/bahaya-merkuri-dalam-lampu-neon.html. Diakses 13 Juli 2012.

Fathony, M. 2011. Radiasi Elektromagnetik dari Alat Elektronik dan Efeknya bagi Kesehatan. Kepala Bidang Dosimetri, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir, Batan.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092001/pus- 3.htm. Diakses 13 Juli 2012.

Hutahuruk, T.S. 1996.Transmisi Daya Listrik . Erlangga, Jakarta.

Johnson, J.T., M.S. Hansen, I. Wu, L.J. Healy, C.R. Johnson, G.M. Jones, M.R. Capecchi, C. Keller. 2006. Virtual histology of transgenic mouse

embryos for high-throughput phenotyping. PLoS Genet.: 2006, 2(4);e61 PMID:16683035 | PLoS Genetics.


(40)

35

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Lala, B. 2009. Gelombang elektromagnetik. (http://brigittalala.wordpress.com). Diakses 15 Juni 2012.

Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Penerbit UI. Jakarta. 155-158

Mansyur, M. 1998. Dampak Medan Elektromagnetik Terhadap Kesehatan. MKI; 48 : 264 - 69

Marino, G.; A.Taticchi, G. Distefano, F.P. Colonna, S. Pignataro. 1976.

Photoelectron spectra of the α-substituted derivatives of furan,

thiophen, selenophen, and tellurophen. A comparative study of the molecular orbital energies, J. Chem. Soc. Perkin Trans. 2, 1976, 276

Naroputra. 2011. Gambar Mencit.

http://naroputra.wordpress.com/2011/12/16/teman-baru-cerita-tentang-dia/. Diakses 12 Agustus 2012

Panjaitan, R.G.P. 2003. Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan Minuman Beralkohol. http://tumuotou,net/702-07134/ruqiah-gp.htm. Diakses tanggal 20 Juni 2012.

Pool, R.1990. Electromagnetic Fields, The Biological Evidence. Science. 249 : 1378 – 1381.

Qadrijati, I. and Puspita. 2007. Pengaruh Papapran Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Ekstrim Rendah terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus Musculus). Penelitian. Universitas Sebelas Maret.

Riedlinger. 2004. Virtual environments. www.rics.org/NR/rdonlyres/C184EA66-ED72-4597-8497-D02039286652/0/ Virtual_

environments20051202.pdf

Rorong, J.A. 2002. Dampak merkuri terhadap kesehatan manusia. Departemen Kimia, Universitas Sam Ratulangi. Manado.


(41)

36

Rugh, R. 1968. The Mouse: It’s Reproduction and Development. Burgess Publishing. Co.Minneapolis. Hlm 2.

Sari, P. 1998. Pemajanan Medan Elektrostatik pada mencit strain Swiss Webster dan Pengaruhnya Terhadap Kromosom serta Proliferasi Limfosit. Tesis Magister PPSUI. Jakarta.

Shulman, S. 1990. Cancer risk seen in electromagnet fields. Nature .345:463.

Situmorang, E.D. 2006. Malformasi Bagian-Bagian Tubuh Embrio Mencit (Mus musculus L.) Setelah Paparan Medan Listrik. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA Unila: Bandar Lampung.

Smith, J. B. and S. Mangkoewidjojo. 1997. Pemeliharaan Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press., Jakarta.

Soesanto, S.S. 1996. Medan Elektromagnetik. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 6 (3) : 6-12.

Soeradi, O., and Tadjudin.1986. Congenital anomalis in the offspring rats after exposure of the testis to an electrostatic fields. Int.J.Androl, 9.152 – 160.

Soeradi, O., P. Sari, D.A. Pujianto. 2002. The effect of Continuous Exposure to Electromagnetic Field on Four Successive Generations of Mice. MJI.

Sukra, Y. 2000. Wawasan Pengetahuan Embrio: Benih Masa Depan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 392 hlm.

Syahrin, A. 2006. Kesan Ekstrak Etanol Andrographis Paniculata (burm. F.) Nees ke atas Tikus betina diabetik aruhan streptozotosin. Malaisia: Universiti Sains Malaysia. Skripisi

Taufik. 2009. Peranan Elektronik pada Komunikasi.


(42)

37

UNEP. 2005. “Best Practice Manual –Lighting”. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20 %20Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20In donesi.pdf

USEPA. 1999. EPA Guidance Manual Alternative Disinfectant and

Oxidants, pp. 8-2. Center for Environmental Research Information, Cincinati, OH.

Valentine, C. 2009. Pengaruh Pemajanan Medan Elektromagnetik Extremely Low Frequency Secara Kontinu Terhadap Perubahan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.) Str ain Swiss Webster (Skripsi). Universitas

Indonesia. Jakarta. 2.

Wertheimer, N., and Leeper. 1979. Electrical wiring configurations and childhood cancer. Denver: American Journal of Epidemiology. 1979;109:273-84.

Wijayanti, E.D., B.P. Soenardiraharjo, B. Utomo. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia marina) terhadap Resorpsi Embrio, Berat Badan dan Panjang Badan Janin Mencit (Mus musculus). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.Surabaya.

Wijiastuti. 1994. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Kunyit Terhadap Siklus dan Jumlah Anak Tikus Putih Betina Galur Wistar. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UNILA. Bandar Lampung.

Wilson, J.G. 1973. Environment and Birth Defects. Academic Press, New York. Pp.6-8.

Wilson, J.G. and J. Warkany. 1975. Teratology Principles and Techniques. University of Chicago Press. Chicago IL.

Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi.Penerbit Tarsito. Bandung. 354 hlm.

Yurnadi. 2000. Medan Listrik dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia. 50 (8) : 393-397.


(1)

22

G. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3:

Gambar 5. Diagram alir penelitian Mulai

Persiapan Penelitian

Pengawinan

Pemajanan Lampu Merkuri

Analisis panjang fetus

Analisis berat fetus

Interpretasi Data

Penyusunan Laporan

Selesai Aklimatisasi


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian terhadap mencit (Mus musculus L.) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemajanan lampu merkuri terhadap induk mencit bunting menyebabkan penurunan berat badan fetus dan panjang tubuh fetus.

2. Ditemukan adanya kematian fetus dalam uterus pada perlakuan pemajanan cahaya lampu selama 12 dan 16 jam/hari.

B. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, perlu ditambah lama waktu pemajanan, sistem pengukuran yang tepat dan alat ukur yang lebih akurat sehingga data yang diperoleh semakin tepat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh radiasi lampu merkuri dalam kebuntingan pada organ-organ lain baik pada tubuh fetus mencit, induk, dan keadaan plasenta.


(3)

34

DAFTAR PUSTAKA

Almahdy, A. 2007. Teratogenic and fertility evaluation of safrole on mice, Artocarpus, 7, (1), 49-53.

Anies. 2003. Gangguan kesehatan pada keluarga yang bertempat tinggal di bawah saluran udara extra tinggi 500 kV. Jurnal Kedokteran YARSI. 9:2-101.

Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York.

Brotowidjojo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta. 348 hlm.

Dino. 2010. Bahaya Merkuri Dalam Lampu Neon.

http://dinooblog.blogspot.com/2010/12/bahaya-merkuri-dalam-lampu-neon.html. Diakses 13 Juli 2012.

Fathony, M. 2011. Radiasi Elektromagnetik dari Alat Elektronik dan Efeknya bagi Kesehatan. Kepala Bidang Dosimetri, Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir, Batan.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092001/pus- 3.htm. Diakses 13 Juli 2012.

Hutahuruk, T.S. 1996.Transmisi Daya Listrik . Erlangga, Jakarta.

Johnson, J.T., M.S. Hansen, I. Wu, L.J. Healy, C.R. Johnson, G.M. Jones, M.R. Capecchi, C. Keller. 2006. Virtual histology of transgenic mouse

embryos for high-throughput phenotyping. PLoS Genet.: 2006, 2(4);e61 PMID:16683035 | PLoS Genetics.


(4)

35

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Lala, B. 2009. Gelombang elektromagnetik. (http://brigittalala.wordpress.com). Diakses 15 Juni 2012.

Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Penerbit UI. Jakarta. 155-158

Mansyur, M. 1998. Dampak Medan Elektromagnetik Terhadap Kesehatan. MKI; 48 : 264 - 69

Marino, G.; A.Taticchi, G. Distefano, F.P. Colonna, S. Pignataro. 1976. Photoelectron spectra of the α-substituted derivatives of furan, thiophen, selenophen, and tellurophen. A comparative study of the molecular orbital energies, J. Chem. Soc. Perkin Trans. 2, 1976, 276

Naroputra. 2011. Gambar Mencit.

http://naroputra.wordpress.com/2011/12/16/teman-baru-cerita-tentang-dia/. Diakses 12 Agustus 2012

Panjaitan, R.G.P. 2003. Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan Minuman Beralkohol. http://tumuotou,net/702-07134/ruqiah-gp.htm. Diakses tanggal 20 Juni 2012.

Pool, R.1990. Electromagnetic Fields, The Biological Evidence. Science. 249 : 1378 – 1381.

Qadrijati, I. and Puspita. 2007. Pengaruh Papapran Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Ekstrim Rendah terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus Musculus). Penelitian. Universitas Sebelas Maret.

Riedlinger. 2004. Virtual environments. www.rics.org/NR/rdonlyres/C184EA66-ED72-4597-8497-D02039286652/0/ Virtual_

environments20051202.pdf

Rorong, J.A. 2002. Dampak merkuri terhadap kesehatan manusia. Departemen Kimia, Universitas Sam Ratulangi. Manado.


(5)

36

Rugh, R. 1968. The Mouse: It’s Reproduction and Development. Burgess Publishing. Co.Minneapolis. Hlm 2.

Sari, P. 1998. Pemajanan Medan Elektrostatik pada mencit strain Swiss Webster dan Pengaruhnya Terhadap Kromosom serta Proliferasi Limfosit. Tesis Magister PPSUI. Jakarta.

Shulman, S. 1990. Cancer risk seen in electromagnet fields. Nature .345:463.

Situmorang, E.D. 2006. Malformasi Bagian-Bagian Tubuh Embrio Mencit (Mus musculus L.) Setelah Paparan Medan Listrik. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA Unila: Bandar Lampung.

Smith, J. B. and S. Mangkoewidjojo. 1997. Pemeliharaan Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press., Jakarta.

Soesanto, S.S. 1996. Medan Elektromagnetik. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 6 (3) : 6-12.

Soeradi, O., and Tadjudin.1986. Congenital anomalis in the offspring rats after exposure of the testis to an electrostatic fields. Int.J.Androl, 9.152 – 160.

Soeradi, O., P. Sari, D.A. Pujianto. 2002. The effect of Continuous Exposure to Electromagnetic Field on Four Successive Generations of Mice. MJI.

Sukra, Y. 2000. Wawasan Pengetahuan Embrio: Benih Masa Depan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 392 hlm.

Syahrin, A. 2006. Kesan Ekstrak Etanol Andrographis Paniculata (burm. F.) Nees ke atas Tikus betina diabetik aruhan streptozotosin. Malaisia: Universiti Sains Malaysia. Skripisi

Taufik. 2009. Peranan Elektronik pada Komunikasi.


(6)

37

UNEP. 2005. “Best Practice Manual –Lighting”. Biro Efisiensi Energi,

Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20 %20Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20In donesi.pdf

USEPA. 1999. EPA Guidance Manual Alternative Disinfectant and

Oxidants, pp. 8-2. Center for Environmental Research Information, Cincinati, OH.

Valentine, C. 2009. Pengaruh Pemajanan Medan Elektromagnetik Extremely Low Frequency Secara Kontinu Terhadap Perubahan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.) Str ain Swiss Webster (Skripsi). Universitas

Indonesia. Jakarta. 2.

Wertheimer, N., and Leeper. 1979. Electrical wiring configurations and childhood cancer. Denver: American Journal of Epidemiology. 1979;109:273-84.

Wijayanti, E.D., B.P. Soenardiraharjo, B. Utomo. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia marina) terhadap Resorpsi Embrio, Berat Badan dan Panjang Badan Janin Mencit (Mus musculus). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.Surabaya.

Wijiastuti. 1994. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Kunyit Terhadap Siklus dan Jumlah Anak Tikus Putih Betina Galur Wistar. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UNILA. Bandar Lampung.

Wilson, J.G. 1973. Environment and Birth Defects. Academic Press, New York. Pp.6-8.

Wilson, J.G. and J. Warkany. 1975. Teratology Principles and Techniques. University of Chicago Press. Chicago IL.

Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi.Penerbit Tarsito. Bandung. 354 hlm.

Yurnadi. 2000. Medan Listrik dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia. 50 (8) : 393-397.