HUKUM PIDANA 012

HUKUM PIDANA

  

Disusun oleh:

Sandi Dwi Cahyono (1508015110)

Mush’ab Al Ma’ruf (1508015107)

Feri Andriawan (1508015083)

Ferdian Novi D.C (1508015) Cipta Prima Dasa (1508015)

  

Kelas: B

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

  

Contoh Kasus

Pidana

Contoh Kasus

Pidana

  POSO POSO Tindak Pidana Umum Tindak Pidana Umum

  Tindak Pidana Khusus

  Tindak Pidana Khusus

  KALTIM KALTIM Tindak Pidana Umum Tindak Pidana Umum

  Tindak Pidana khusus

  Tindak Pidana khusus

DELIK UMUM KALTIM

  BALIKPAPAN- Kasus pembunuhan di Gunung Meriam di jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Baru Tengah, Selasa (14/5) sore sekitar pukul 18.00 Wita dengan tersangka bernama Azis (33) warga jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Baru Tengah, Balikpapan Barat, dan korbannya bernama Baharudin (38).

  Ternyata tersangka Azis keluarga dekat almarhu, Baharudin. Yakni tersangka Azis merupakan paman korban. Karena istri Baharudin keponakan tersangka Azis. Keduannya dikenal sangat akrab dan sering terlihat berjalan bersama.

  “Tidak kami sangka juga mas, korban dan tersangka ini masih hubungan keluarga. Kami melihat sehari-hari mereka itu akrab-krab saja, kalau jalan berdua sering boncengan naik motor,” kata warga sekitar yang tak ingin namanya disebutkan. Dari keterangan tersangka Azis, awalnya dirinya yang datang ke rumah korban dan diajak minum minuman keras (miras) jenis tuak. Saat itu tersangka Azis dan Baharudin minum sambil mengobrol masalah kayu. Korban punya kayu dan menyuruh tersangka Azis untuk menjualkan. “Sambil minum, kami cerita-cerita masalah kayu yang dia punya. Dia (Baharudin, Red) kasih harga Rp700 ribu ke saya, kemudian saya keliling cari pembelinya. Tiba-tiba ada pembeli datang sendiri di rumahnya. Ternyata kayu dijual sendiri dengan harga Rp300 ribu,” Saat itu tersangka mengaku minum tuak baru 3 gelas. Karena tersangka Azis terus membahas masalah kayu, Baharudin pun marah, dan akhirnya mencabut badik yang dibawanya. Karena takut tertusuk duluan, dengan cepat tersangka Azis mencabut badik yang dibawanya dan langsung menusuk korban dengan membabi buta. “Masalah kayu yang kami bahas, begitu kita bahas dia yang marah, dia bilang kenapa sih itu terus yang dibahas. Saya dongkol, saya bilang kamu suruh carikan pembeli dengan harga Rp700 ribu, tapi kamu jual Rp300 ribu. Dia cabut pisau, saya juga cabut. Saya tusuk duluan dari pada saya kena duluan, kita sama-sama bawa badik,” papar Azis. Akibat perbuatannya tersangka Azis harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan meringkuk di tahanan Polsek Barat. motif pembunuhan tersebut karena dongkol masalah kayu. “Korban dan tersangka sebelum kejadian minum miras jenis tuak, dan terjadilah cek cok mulut yang akhirnya terjadi pembunuhan tersebut,” Baharudin tewas di Rumah Sakit Bersalin Sayang Ibu Kebun Sayur, setelah ditikam 3 kali oleh Azis. “Kami menerima laporan adanya penganiayaan berat di kawasan Gunung Meriam. Korban dibawa ke RSB Sayang Ibu,namun nyawanya tidak tertolong akibat beberapa luka tikaman di bagian tubuh korban,”. Korban menderita 3 luka tikaman di bagian perut sebelah kanan, di bagian pinggang, dan bahu sebelah kanan serta luka sayatan di bagian lengan atas sebelah kanan. Baharudin meninggal karena kehabisan darah.

  Akibat tindakan pidana yg di lakukan oleh tersangka itu merupakan tindakaan penganiayaan berat, dan penganiayaan yang menyebabkan kematian. Di atur dalam KUHP pasal 351 ayat (3) penganiayaan hingga mati di ancam penjara paling lama 7 tahun.

  Akibat tindakan yang dilakukan pelaku dijerat dengan pasal 338 KUHP "Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun."

DELIK KHUSUS POSO

  Sejak menjadi Amir Mujahidin Indonesia Timur (MIT), buronan teroris Santoso menantang polisi untuk perang terbuka. Santoso menyatakan bai’at kepada

  ISIS Aparat bersenjata berjaga di depan kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah, pada 16 Januari 2016. Tim gabungan TNI/Polri kembali menembak mati seorang terduga teroris saat terjadi kontak senjata di Desa Taunca, Poso pada 15 Januari. Foto oleh Basri Marzuki/Antara JAKARTA, Indonesia — Pada 14 Oktober 2012, Santoso, atas nama Amir Mujahidin Indonesia Timur (MIT) mengeluarkan gertakan melalui surat tantangan kepada Detasemen Khusus (Densus) 88: “Kami selaku Mujahidin gugus tugas Indonesia Timur menantang Densus88 Anti-Teror untuk berperang secara terbuka dan jantan! Mari kita berperang secara laki-laki! Jangan kalian cuma berani menembak, menangkapi anggota kami yang tidak bersenjata! Kalau kalian benar-benar Kelompok laki-laki, maka hadapi kami! Jangan kalian menang tampang saja tampil di televisi!”

  Santoso dan kawanannya menantang aparat keamanan yang sedang berada di Tamanjeka dalam rangka mencari dua polisi yang diculik untuk melakukan perang terbuka di Gunung Biru. Santoso dan kawan-kawannya sudah menebar ranjau di sekitar Gunung Biru. Aparat keamanan tidak terpancing. Mereka sudah mendapat info gerakan Santoso dan jebakan ranjau yang dipasang di area itu.

  Pasukan gabungan Polisi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan hati- hati terus menyisir wilayah Tamanjeka dan Gunung Biru. Ini menyulitkan pasukan Santoso. Pasokan logistik, termasuk makanan, dari Tamanjeka tak bisa masuk dari Gunung Biru.

  Mereka terdesak, mereka berusaha kabur ke luar wilayah Malino, Kabupaten Morowali. Untuk memecah konsentrasi aparat keamanan, kelompok MIT menebar teror di luar kawasan Tamanjeka.

  Pada 24 Oktober 2012, anak buah Santoso yang berada di Poso, Sulawesi Tengah, membom pos polisi dan Poso Kota. Beberapa polisi terluka. Akhir Oktober 2012, polisi berhasil menewaskan salah satu anak buah kepercayaan Santoso, yaitu Zipo. Teroris asal Bima itu ditembak mati dalam penyergapan di Desa Kalora, Poso Pesisir. Awal November tahun yang sama polisi menangkap Ustadz Yasin, pentolan Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT) Poso dan menembak mati seorang anak buah Santoso. Informasi di atas bukan fiksi, apalagi novel spionase ala Tom Clancy. Informasi ini dikutip secara cukup utuh dari buku berjudul Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia, yang ditulis oleh Ansyaad Mbai, pensiunan perwira tinggi kepolisian yang pernah menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Buku ini berisi laporan cukup rinci perkembangan jaringan teroris di Indonesia dan bagaimana aparat keamanan, terutama Densus 88 yang didukung TNI, berusaha melumpuhkan jaringan yang menghalalkan segala cara untuk melakukan apa yang mereka pahami sebagai “jihad” untuk mendirikan negara berdasarkan syariat Islam. Saat itu, tahun 2012, Santoso baru saja diangkat menjadi Amir, atau pemimpin Mujahidin Indonesia Timur. Sebelumnya dia menjabat ketua Asykariy atau sayap militer JAT Poso, yang ketuanya adalah Ustadz Yasin. Gagasan membentuk Negara Islam menguat kembali pada 2009. Penggagasnya adalah kelompok Lintas Tanzim Aceh. Kelompok ini

  Kelompok Ring Banten, Mujahidin KOMPAK, Tauhid Wal Jihad, dan lainnya. Penggagas utama Lintas Tanzim Aceh adalah Dulmatin, buronan teroris nomor wahid di Asia Tenggara.

  Dulmatin menghubungi sejumlah tokoh untuk mendukung gagasannya. Menurut catatan di buku Mbai, Amir JAT saat itu, Abu Bakar Ba’asyir, setuju.

  Ba’asyir sempat meminta bantuan Abu Tholut, penguru JAT, untuk membantu proyek ini. Ba’asyir juga bersedia membantu pendanaan proyek qoidah amanah, atau

  Aceh ini. Menurut rencana awal, Aceh akan dijadikan daerah basis. Setelah itu baru dideklarasikan Negara Islam. Aceh menjadi basis pelatihan militer. Tapi, proyek ini kandas. Pelatihan militer di daerah Jantho, terendus aparat keamanan. Polisi memburu peserta pelatihan dan penanggungjawabnya. Aparat keamanan berhasil menembak mati Dulmatin. Polisi juga menangkap puluhan orang yang terlibat, termasuk Abu Bakar Ba’asyir yang dianggap mendanai proyek ini. Menurut catatan Mbai, para pengikut yang kocar-kacir mendirikan sel-sel sendiri, salah satunya adalah di Poso. Oktober 2009, Abu Tholut datang ke Poso bertemu dengan Ustadz Yasin dan Santoso. Abu Tholut berbagi rencana qoidah amanah Negara Islam. Abu Proyek Uhud, menjadikan Poso sebagai Tholut juga mengusulkan berdirinya JAT Poso, sebagai cikal bakal tanzim jihad Negara Islam di sana.

  Santoso merealisasikan proyek itu dengan merekrut peserta untuk dilatih secara militer. Pada 2010 Santoso dan kawan-kawan berhasil mengumpulkan senjata dan menemukan tempat pelatihan militer di Gunung Mauro, Tambarana, Poso Pesisir, serta di daerah Gunung Biru, Tamanjeka, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

  Sepak terjang kelompok Santoso cukup merepotkan. Sasarannya adalah aparat kepolisian. Alasannya, balas dendam, karena polisi memburu dan menembak mati teman-temannya. Bahrun Naim, jihadi muda asal Solo, adalah salah satu pengikuti Santoso. Naim diminta merekrut pengikut dari wilayah asalnya. Februari 2014, dukungan terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mulai bermunculan dengan tindakan bai’at di beberapa lokasi.

  

Sejumlah kelompok Indonesia yang menyatakan dukungan terhadap ISIS. Sumber

BNPT. Kelompok Santoso dan jaringan Mujahidin Indonesia Timur juga melakukan baiat bergabung dengan ISIS.

  Kelompok Mujahidin Indonesia Timur dibai'at kepada ISIS. Sumber: BNPT Perang terhadap aparat keamanan, terutama polisi, terus dilancarkan. Sebaliknya polisi pun menggelar Operasi Camar Maleo I sampai IV selama satu tahun dan berakhir pada 9 Januari 2016. Operasi ini akan dilanjutkan dengan nama sandi lain. Aksi paling gres, ketika jaringan teroris di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016, meledakkan diri di pos Polisi dan menembaki mereka. Pemerintah dan pihak kepolisian menyebut bahwa otak serangan ke pos Polisi di depan Gedung Sarinah dan kedai Starbucks di Menara Cakrawala adalah Bahrun Naim, koordinator ISIS cabang Indonesia yang kini ada di Raqqa, Suriah. Menurut Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jendral Tito Karnavian, serangan itu

  

  Tito juga yang mengungkap bahwa otak serangan adalah Bahrun Naim. Siapa sosok ini? Baca laporan jurnalis Febriana Firdaus yang meliput ke Solo,

  

  Meskipun pernah menantang polisi dan Densus 88 untuk berperang secara terbuka dan jantan, ternyata Santoso tak berani muncul secara terbuka. Dia menyodorkan anak buahnya untuk menjadi pelaku bom bunuh diri dan menyerang di berbagai lokasi.

  Berikut beberapa kasus penyerangan teroris kepada polisi: Liputan6.com, Jakarta - Gembong teroris Santoso terus diburu aparat gabungan TNI dan Polri. Operasi dengan sandi Tinombala digelar untuk membekuk kelompok Santoso yang buron sejak 2011. Posisi Santoso saat ini disebut-sebut terkepung dan berada di pegunungan Napu. Ditambah keterbatasan logistik, kelompok tersebut membuat Santoso Cs makin terjepit. Belum lagi persoalan di dalam kelompok itu sendiri, yaitu perbedaan pendapat antara anggota kelompok dengan Santoso selaku pemimpin wilayah. "Saya pikir kelompok ini kelompok kecil, hanya kurang lebih 20-23 orang saja. Masalahnya adalah hutan dan gunung-gunung," ujar Kepala BNPT Irjen Tito Karnavian, Senin 21 Maret 2016. "Hanya masalah waktu saja. Untuk operasi saya yakin teman di sana (Polri dan TNI) sudah cukup mampu dan mereka sudah mempunyai peta yang cukup," dia menambahkan. Berikut rentetan peristiwa berdarah yang melibatkan teroris Santoso Cs di Poso

  1) 2011

  1. Penembakan Anggota Polri di Bank BCA Palu, 25 Mei 2011

  2) 2012

  2. Peledakan Bom di Rumah warga di Korowouw, 22 Februari 2011

  3. Penembakan Hasman Sao di Desa Masani, 7 Nopember 2012

  4. Pembunuhan 2 anggota Polri Andi Sapa dan Sudirman, 16 Nop 2012

  5. Peledakan Bom (Kawua) di rumah Okrifel Mamuaja, 9 Nopember 2012

  6. Bom Pos Lantas Smaker, 22 Nopember 2012

  7. Penembakan Noldy Ombolado, 27 Agustus 2012

  8. Kontak Penangkapan Kholid Tobingo, 3 Nopember 2012

  9. Penyerangan Polsek Poso Pesisir Utara, 15 Nopember 2012

  10. Penyerangan Patroli Brimob di Kalora, 20 Desember 2012

  11. Bom Pos Natal Pasar Sentral Poso, 25 Desember 2012

  3) 2013

  12. Bom Bunuh diri Polres Poso, 3 Juni 2013

  13. Temuan bom Pipa di Jalan Pulau Irian, 2 Maret 2013

  14. Temuan Bahan Bom Urea Nitrat sebanyak 7 Jeriken @30 Liter

  15. Bom di Mapolres Palu, 14 Mei 2013

  16. Bom di Mapolsek Paltim, 18 Mei 2013

  4) 2014

  17. Penembakan Mapolsek Poso Pesisir Utara, Juni 2014

  18. Bom di depan Pos Polmas Pantango Lembah, 24 Februari 2014

  19. Bom Pantango lembah (Bom Tangki seprot Hama), 25 Februari 2015

  20. Bom di Dewua, 9 Oktober 2014,

  21. Penyerangan Mobil Taktis Brimob di Jl Tangkura, 7 Nopember 2014

  22. Penembakan Amir alias Cama, 2 Juni 2014

  23. Penculikan 2 warga di Sedoa, 15 Desember 2014

  24. Penculikan 3 warga Tamadue

  25. Pembunuhan Fadly (alm) di Taunca, 18 September 2014

  5) 2015

  26. Pembunuhan 3 warga di Taunca, 16 Januari 2015

  28. Penembakan Iptu Bryan, 17 Agustus 2015

  29. Penembakan Serma Zainudin, 29 Nopember 2015

  6) 2016

  30. Penembakan Brigadir Wahyudi Saputra (alm) di Sanginora, 9 Februari 2016 Dalam kasus di atas jaringan teroris yang di komandoin oleh Santoso adapun ancaman pidana nya ialah berupa hukuman mati atau penjara seumur hidup.

  Dimana undang undang nomor 15 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorrisme . Pengertian dari undang-undang tersebut berkaitan dengan terorisme diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya terorisme ialah kekerasan terorganisir,menempatkan kekerasan sebagai kesadaran ,alat pencapaian tujuan. Perbuatan Terorismemerupakan perbuatan melawan hokum. Sanksi hukuman untuk pelaku tindak pidana terorisme di atur tersendiri, karena tindakan terorisme ini sangat luas sekali yaitu termasuk perusakan lingkungan hidup . sebagaimana diatur dalam pasal 6 UU No 15 tahun 2003pasal pasal yang merumuskan kata-kata “dengan sengaja” di tegaskan dalam pasal 6,7,8 huruf e,huruf f dan huruf I,huruf m,dan huruf n,, pasal 10,pasal 11,pasal 13,dan pasal 22. Bias juga di kenakan sanksipidana 340KUHP yaitu pembunuhan berencanadengan ancaman maksimal hukuman mati.

  

DELIK KHUSUS POSO

Sindikat Narkoba Beromzet Rp 1 Miliar Diringkus di Poso

  Red: Yudha Manggala P Putra Republika/Yasin Habibi Narkoba (ilustrasi) REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Badan Nasional Narkotika Provinsi Sulawesi Tengah menangkap empat anggota sindikat perdagangan narkoba ilegal yang beromzet Rp 1 miliar per bulan.

  Kepala BNN Provinsi Sulawesi Tengah Sutarso di Palu, Jumat (15/8), mengatakan penangkapan kawanan pengedar narkoba itu terjadi di Kabupaten Poso pada Rabu. Aparat telah melakukan pengintaian selama dua bulan untuk menangkap para pelaku penjualan sabu-sabu itu. Dalam operasi penangkapan itu polisi turut mengamankan 100 gram sabu, uang tunai Rp3,7 juta, tujuh telepon genggam, alat penghisap sabu, pistol replika (airsoft gun), timbangan digital, dan sejumlah barang bukti lainnya. Sutarso mengatakan sindikat tersebut diperkirakan adalah yang terbesar di Sulawesi Tengah dan bisa menjual sabu-sabu rata-rata 500 gram per bulan. ilegal itu dari wilayah Sulawesi Selatan dan kemudian dijual di wilayah Sulawesi Tengah bagian timur, seperti Kabupaten Poso, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Tojo Una-Una. Sabu dari Sulawesi Selatan itu sendiri diperoleh dari Malaysia.

  Sutarso mengatkan saat ini pihaknya terus mendalami keterangan dari para pelaku yang tertangkap. Empat pelaku tersebut adalah AD, MU, IS dan II, namun saat istirahat AD meninggal dunia dengan cara bunuh diri. "Biarlah pihak yang berwenang untuk mengungkap penyebab kematiannya," kata Sutarso. Sementara itu, keluarga korban meninggal yang berasal dari Kabupaten Poso telah berada di RS Bhayangkara Palu guna menjemput jenazah.

  Sumber : Antara

  Sebagaimana telah di atur dalam undang undang narkotika, maka dapat di ancam dengan : undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika.

  MENAWARKAN UNTUK DIJUAL,MENJUAL,MEMBELI,MENERIMA,MENJADI PERANTARA DALAM JUAL BELI, ATAU MENYERAHKAN

  Pasal 114 ayat (1) : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli,menukar atau menyerahkan narkotika golongan I ,pelaku dipidana penjara seumur hidup,penjara paling singkat 5 tahun,paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 1 miliar rupiah dan paling banyak Rp 10 miliar rupiah..

  MENGGUNAKAN NARKOTIKA TERHADAP ATAU DIBERIKAN UNTUK ORANG LAIN

  Pasal 116 ayat(1) : Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I untuk digunakan orang lain dipidana penjara paling singkat 5 tahun ,paling lama 15 tahun, pidana denda paling sedikit Rp 1 miliar rupiah dan paling banyak rp 10 miliar rupiah

  Satres Narkoba Polres Poso Bekuk 14 Tersangka Kasus Narkoba Selama Tahun 2014 AddeAgustus 2015.

  Saved unde Poso-BN, Narkotika dan Obat-obatan terlarang saat ini masih menjadi Polemik serta musuh masyarakat di Kabupaten Poso, karena jumlah pengguna narkotika dan pengguna obat-obatan terlarang semakin meningkat. Kasat Narkoba Polres Poso AKP Fredrik Taidi yang ditemui wartawan di ruangan Satres Narkoba Mapolres Poso, Jumat siang (3/06/2015) mengatakan dalam kurun waktu awal Januari sampai Desember 2014 Satuan Reserse Narkoba Polres Poso berhasil membekuk 14 orang tersangka kasus narkotika jenis ganja kering, sabu dan Obat-obatan terlarang. Dari 14 tersangka itu 10 orang diantaranya terlibat kasus sabu-sabu dan 4 tersangka lainnya sebagai pengedar Miras yang semuanya sudah berada di Lapas Kabupaten Poso. Ke-14 tersangka tersebut adalah E (BB 84 Kantong Plastik Miras Cap Tikus), HB (BB Sisa dan Alat penghisap Shabu shabu), A (BB 4 sachet Shabu shabu dan Uang), TPP (BB 4 sachet Sabu), SM (BB sisa Shabu dan Alat isap Shabu), I (BB Sisa Shabu shabu dan Alat Isap Shabu), H (BB 22 Kantong Plastik Miras cap Tikus), EO (BB 4 sachet Shabu Shabu), AC (BB 38 Plastik Miras Jenis Cap

  Tikus), YM (BB 3 Plastik Miras Jenis Cap Tikus), IF (BB 1 sachet Shabu), DP (BB 4 Sachet Shabu seberat 0.59 gram), FN (BB 1 Sachet Shabu seberat 0.29 gram), RM, LK, AA dan CU (BB 1 Sachet Shabu dan 1 buah Pireks), RM , LA, U, AB dan R (BB Rangkaian Alat Isap Shabu dan 2 sachet Shabu).

  “ Para Pelaku tersebut berkasnya sudah lengkap untuk P21 Kejaksaan dan Pengadilan di Kabupaten Poso dan terhadap para pelaku tersangka Miras Oplosan tersebut dikenakan Pasal 2 Yo Pasal 6 Perda No 27 tahun 2001 Tentang Larangan Peredaran Miras Oplosan di Kabupaten Poso dan juga tersangka penyalahgunaan narkotika jenis ganja, sabu dan Miras Minuman terlarang ini telah melanggar Pasal 114 ayat (1) sub Pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika dengan ancaman kurungan penjara minimal 5 tahun dan paling lama 20 tahun,” ungkap AKP Fredrik Taidi.

  Malpores Poso sendiri masih mengembangkan informasi dari tersangka untuk melakukan penelusuran lebih jauh lagi dalam mengungkap perkembangan narkotika di kalangan pemuda Luwuk Banggai dan sekitarnya. Kasat Narkoba AKP Fredrik Taidi berharap dan menghimbau kepada Masyarakat pada umumnya untuk bersama-sama memberantas Peredaran Narkoba yang ada di Kabupaten Poso .

  “ Harapan kami buat masyarakat agar memberikan input sebanyak mungkin pada Satres Narkoba Polres Poso untuk melakukan penindakkan disamping Lidik dari aparat Polres Poso sendiri,” pungkas AKP Fredrik Taidi menutup pembicaraan. (ags)

DELIK KHUSUS KALTIM

  Empat pengedar sabu di ciduk Teluk Bayur – Unit Reserse Kriminal(Reskrim) polsek teluk bayur bekerjasama dengan BNN berau berhasil menangkap peredaran sabu-sabu di dua tempat kejadian perkara (TKP) Kapolsek Teluk Bayur AKP Tatok Tri Haryanto mengatakan,- sekitar pukul 20:30 Wita Kamis 31/1, tim mengamankan 2 pelakuberinisial As(23) dan Ss(19)yang merupakan warga Teluk Bayur yang diduga merupakan pengedar narkotika jenis sabu-sabu Kedua nya berhasil diamankan setelah mendapat informasi dari masyarakat terkait peredaran sabu sabu ini . dari hasil penyelidikan tim memastikan informasi itu benar lalu menggerebek kedua pelaku,. Hasil nya dari tangan pelaku AS polisi berhasil satu paket sabu sabu berukuran 1 kilo gram. Totok Menjelaskan Berdasarkan Pengembangan Pemeriksaan , pihakkepolisian kembali mendapatkan satu nama lagi yang kabar nya ialah sebagai penyuplai barang haram tersebut. Tim langsung mencari pelaku dan menyelidikinya. Sekitar 10 menit kemudian pihak kepolisian berhasil mengamankan 1 pelaku berinisial SP usia 29 tahun, menangkap si pelaku di kediamannya, di jalan sungai kuyang, gang rumbia kecamatan teluk bayur. Dirumah Pelaku polisi menemukan bungkusan paket sabbu , beberapa pipet dan plastic pembungkus sabu, SP mengaku bahwa barang yang di amankan polisi dari tangan AS merukapan barang dari SP,”ujar tatok” Dugaan tersebut semakin jelas dan kuat setelah ada nya pesan singkat melalui handphone SP. Dalam pesan tersebut mengarah ke rencana transaksi pelaku. Setelah pelaku tertangkap polisi mengintrogasi para pelaku, dan mendapat info lagi. Dari pemeriksaan SP mengakui sabu sabu tersebut dia dapat dari seseorang beinisial SH, Atas informasi yang di dapat itu tim kembali mencari sosok yang berinisial SH tersebut , Tim melakukan pengembangan penyelidikan dari informasi tersebut. Sekitar pukul 21:10 Wita Tim mengaman kan orang yg berinisial SH (39)tahun di kediamannya di jalan sungai kuyang , teluk bayur. Dari tangan SH polisi menyita uang yang di akui uang itu hasill dari penjualan sabu sabu dengan SP. Jadi jaringannya berhasil di ungkkap semua . SH mengakui bahwa barang itu ia dapatkan dari seseorang di tanjung redep untuk di jual di teluk bayur. Hingga kini ke 4 pelaku tersebut menetap sebagai tersangka dan di amankan di mapolsek Teluk Bayur bersama jajaran Reskoba, polres berau masih mengembangkan kasus itu terkait dugaan masih ada nya pelaku lain dalam jaringan tersebut.

  hukuman yang berlaku bagi pengedar narkoba tersebut yang tercantum dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika.

  Pasal 114 ayat (2) : dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual,menjual,membeli,menerima,menjadi perantara dalam jual beli atau menyerahkan narkotika golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat(1) yang dalam bentuk tanaman beratnya lebih dari 1 kilogram atau 5 batang pohon,atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya lebih dari 5 gram pelaku dipidana mati,penjara seumur hidup,paling singkat 6 tahun,paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp 10 miliar ditambah 1/3 MENAWARKAN UNTUK DIJUAL,MENJUAL,MEMBELI,MENERIMA,MENJADI PERANTARA DALAM JUAL BELI ATAU MENYERAHKAN

  Pasal 112 ayat(1): Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,menyimpan,menguasai atau menyediakan narkotika bukan tanaman dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan denda paling sedikit Rp 800 juta rupiah dan paling banyak Rp 8 miliar rupiah MEMILIKI,MENYIMPAN,MENGUASAI, ATAU MENYEDIAKAN NARKOTIKA BUKAN TANAMAN(contoh:sabu,ekstacy

TINDAK PIDANA KHUSUS KALTIM

  Samarinda - Sidang kasus korupsi bansos Benanga berlanjut, kemarin (12/11), dengan mendudukkan Ketua Kelompok Tani Benanga Johansyah sebagai terdakwa. Yang mengejutkan, tersangka kasus polder Gang Indra, Busrani, juga disebut-sebut terseret dalam perkara itu.

  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merekomendasikan wali kota Samarinda untuk memberi sanksi kepada kepala Bagian Perkotaan, kepala Bagian Kesra, dan kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), yang menjabat saat kasus itu terjadi.

  Jarang terjadi, Kasi Tindak Pidana Khusus Kejari Samarinda Abdul Muis Ali duduk di kursi penuntut umum dalam siding perkara Johansyah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kasus bansos Benanga mendapat perhatian khusus Kejari Samarinda.

  Empat saksi didengar keterangannya kemarin. Mereka adalah Hanifa, Mandu, dan Suardin. Ketiganya merupakan penerima uang dari Johansyah. Hanifa mengaku menerima Rp 5 juta dari Johansyah. Alasannya bagi-bagi rezeki. Padahal, Johansyah adalah petani Hanifa mengaku tidak mengetahui muasal uang itu, tapi dirinya diminta menyerahkan fotokopi KTP. “Saya tidak mengetahui soal Kelompok Tani Beringin itu,” ucap Hanifa di persidangan.

  Mandu juga menerima uang Rp 5 juta dengan alasan sama, bagi-bagi rezeki. Tapi, dia tidak ingat apakah diminta fotokopi KTP atau tidak. “Berbagi rezeki. Ya, namanya juga teman,” kata dia.

  Sementara itu, Suardin mengungkapkan pernah menandatangani kuitansi untuk kocek Rp 5 juta yang turut dibagikan kepadanya. Uang tang dia terima terbungkus amplop. Saksi lain, bendahara pengeluaran BPKAD kala itu, Siti Aminah, menuturkan pernah mengeluarkan Rp 1,8 miliar yang disoal dalam perkara tersebut.

  Namun, dia berdalih tidak mengetahui lebih dalam. “Katanya untuk Benanga. Saya tidak tahu siapa yang mengajukan,” jawab dia.

  Dalam persidangan, Aminah sempat menyebut nama Abbas, terpidana dalam kasus itu. Namun, hal tersebut buru-buru dia bantah lagi di pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang diajukan majelis hakim. Soal pengeluaran duit, dia menyebut, stafnya yang mengurus.

  “Saya diperintah atasan. Berkas masuk ke staf saya. Saya tinggal tanda tangan,” tandas dia. Saat jaksa penuntut umum (JPU) diberi kesempatan bertanya, Muis meminta saksi, Aminah, berkata jujur. Namun, Aminah bersikeras tak mengetahui banyak soal pengeluaran duit itu. “Lupa atau ditutupi?” tegas Muis. Ditemui setelah sidang, Muis mengatakan Busrani akan diperiksa sebagai saksi dalam perkara tersebut. Kapasitas dia kala itu adalah kabag perkotaan. Pasalnya, tentang ganti rugi lahan di Waduk Benanga senilai Rp 1,8 miliar dari bantuan keuangan Pemprov Kaltim 2009.

  Dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK yang didapat media ini diketahui, pembentukan Kelompok Tani Beringin pada 28 Januari 2011 dianggap BPK tak sesuai ketentuan. Kelompok tani itu hanya terdiri dari 16 orang, padahal seharusnya sesuai Perwali Nomor 34/2011 kelompok tani terdiri dari 20–25 orang. Selain itu, Kelompok Tani Beringin tak terdaftar di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. Lalu, tanda tangan pada daftar hadir berbeda dengan tanda tangan segel kepemilikan lahan. Kemudian, bukti pertanggungjawaban berupa daftar pemberian uang kepada pemilik tanah masing-masing senilai Rp 112.500.000 tak sesuai realita.

  Kondisi itu mengakibatkan belanja bansos Rp 1,8 miliar tak dapat diyakini memberikan sanksi sesuai ketentuan kepada kepala Bagian Perkotaan dan kepala Bagian Kesra Setkot Samarinda, serta kepala BPKAD kala itu. Muis yang dikonfirmasi soal hasil pemeriksaan BPK, tak banyak komentar. “Lihat saja fakta yang muncul di persidangan nanti,” ujarnya. Diketahui, awal 2010, proposal bansos diajukan ke Pemkot Samarinda untuk Kelompok Tani Beringin di Desa Benanga, Samarinda Utara. Proposal diajukan dengan menyertakan 13 nama anggota Kelompok Tani Beringin. Atas proposal itu, pemkot mencairkan dana Rp 1,8 miliar pada Desember 2011. Faktanya, 13 nama tersebut bukan anggota dan tidak mengetahui bahwa nama mereka masuk dalam Kelompok Tani Beringin. Kelompok tani tersebut ternyata fiktif. Dana yang dicairkan dari pemkot senilai Rp 1,8 miliar dibagi empat. Yakni, Johansyah selaku ketua kelompok tani menerima Rp 400 juta. Abidinsyah mendapat Rp 200 juta dan Abbas yang sudah divonis tujuh tahun penjara di Pengadilan Tipikor Samarinda, mengambil Rp 1,2 miliar, lantas dibagi kepada Naiem Rp 400 juta.

  

TINDAK PIDANA UMUM POSO

3 orang di poso murni melakukan curanmor.

  Poso, Metrosulteng.com - Tiga orang yang ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah Senin tiga hari lalu adalah murni para pelaku Pencurian Sepeda Motor atau Curanmor. Mereka tidak memiliki hubungan dengan kelompok terorisme Santoso.

  “Ke tiga orang itu murni pelaku Curanmor, tidak ada sangkut pautnya dengan ISIS maupun teroris, dua orang dari mereka merupakan residivis dengan kasus yang sama” kata Kapolres Poso AKBP Susnadi, Kamis (18/9/2014).

  Tiga orang itu masing-masing berinisial RS (38 Thn), SL (31 Thn), R (30 Thn). Mereka dikenakan pasal pencurian 363 KUHP dengan ancaman tujuh tahun

  Seperti diketahui, Senin tiga hari lalu, Tim Buser Polres Poso menangkap dua orang pelaku tersebut di Jalan Pulau Sabang, Kampung Uedingki, Kelurahan Kayamanya, Poso Kota.

  Keduanya ditangkap setelah disergap di dalam kosnya. Setelah itu Polisi mengembangkan penyelidikan dengan menangkap satu orang lagi berinisial R di Ampana.

  Dihadapan penyidik, kedua orang itu juga mengaku sebagai pelaku yang mencuri uang Rp 15 Juta milik Pantia Porprov pada, Kamis (11/09/2014) sekitar pukul 18.00 wita dari dalam mobilnya yang diparkir di depan Gedung Dharma Wanita Poso.

  Para pelaku mengakui ada tujuh kasus pencurian yang mereka lakukan selama di Poso. Mereka memanfaatkan keramaian Porprov untuk melakukan aksi pencurian sepeda motor dan barang

TINDAK PIDANA UMUM POSO

  warga Poso Digorok di Depan Istri Sabtu, 20 September 2014 , 04:54:00 POSO - Seorang warga Desa Padanglembara Kecamatan Poso Pesisir Selatan Kabupaten Poso tewas mengenaskan setelah lehernya digorok hingga nyaris putus oleh sekeolompok pria bersenjata pada, Kamis (18/9) malam. Warga nahas yang diketahui bernama Muh Fadli (55) digorok di depan rumahnya. Informasi yang diperoleh Radar Sulteng (JPNN Grup), Jumat (19/9), pembunuhan sadis itu terjadi sekitar pukul 22.00 Wita. Saat itu korban bersama istrinya, Syahni (46), sedang menonton sebuah acara di televisi kedatangan tamu. Setelah mengucap salam dan mengetuk pintu rumah yang sudah dikunci, istri korban beranjak dari duduknya dan kemudian beranjak membuka pintu. Saat pintu dibuka, terkejutlah Syahni, karena tamu yang diperkirakan sebanyak lima lima orang tersebut menggunakan cadar (sabo) dan bersenjata laras panjang.

  Tanpa basa-basi, tamu tak diundang yang bersenjata dan bercadar tersebut langsung menanyakan keberadaan suaminya. Setelah melihat Muh Fadli sedang menonton, sekelompok pria bersenjata itu langsung menggiringnya ke halaman rumah dengan terlebih dahulu mengikat kedua tangannya di belakang. Sebelum diikat dan digiring keluar rumah, Fadli sempat dianiaya dan dimaki- maki oleh para pelaku. "Istrinya sempat berontak. Tapi langsung ditodongkan senjata di kepalanya dan digiring masuk ke dalam rumah,” cerita warga. Dari dalam rumah itulah, sang istri mendengar suara suaminya meregang nyawa dengan luka gorok yang nyaris memutus leher korban. “Sangat sadis dan tidak berperikemanusiaan,” jelas warga yang mengaku melihat langsung kondisi luka gorokan leher Fadli.

  Setelah mengeksekusi korban, kelompok bersenjata misterius yang menjadi pelaku langsung bergegas meninggalkan lokasi. Beberapa saat kemudian polisi bersenjata lengkap mendatangi lokasi untuk mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Umum Poso.

  Kapolres Poso AKBP Susnadi membenarkan kasus pembunuhan sadis yang dialami Muh Fadli. Polisi pun tengah menyelidiki pelaku dan motif pembunuhan sadis yang dialami Fadli. “Kita sudah melakukan olah TKP. Beberapa petunjuk sudah kita temukan dari peristiwa pembunuhan ini,” kata Susnadi.

TINDAK PIDANA UMUM KALTIM

  Samarinda (Mulai) Tidak Aman: Dua Perampokan dalam Empat Hari, Pelaku Diduga Sama SAMARINDA – Aksi perampokan di ibu kota Kaltim belakangan kembali menggeliat. Peristiwa yang terjadi di toko suku cadang kendaraan Tingkil Motor New di Jalan DI Panjaitan pada Senin petang (16/2) adalah kejadian kedua dalam empat hari terakhir.

  Sebelumnya, Jumat siang (13/3) rumah Suryanata Gozali (40) di Jalan Hasan Basri, Kelurahan Bandara, Kecamatan Sungai Pinang, dibobol kawanan perampok. Peristiwanya mirip di Toko Tingkil Motor New.

  Saat itu, orangtua Suryanata, yakni Sugiarti (67), sedang sendirian di rumah, kemudian ditodong kawanan menggunakan pisau. “Sebelumnya (untuk kejadian di Jalan Hasan Basri, Red) orangtuanya sampai trauma. Tidak jauh berbeda dengan Purnama Wati (72) yang juga trauma,” ujar Kapolsekta Samarinda Utara Kompol Ervin Suryatna kepada Kaltim Post Selasa (17/3). Purnama Wati adalah orangtua Wiyanto Dori (39)–pemilik toko spare part Tingkil Motor New–yang bahkan sempat disekap kawanan dalam kejadian dua hari lalu.

  Senin pukul 17.30 Wita, bangunan rumah-toko (rukan) berlantai tiga di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Temindung Permai, Kecamatan Sungai Pinang, itu disatroni kawanan perampok. Setelah berhasil masuk, tiga pelaku menodong Purnama Wati, bahkan dipukul dan diinjak. Komplotan diduga enam orang dengan beberapa pelaku berjaga-jaga di luar memantau situasi.

  “Dari keterangan korban (Wiyanto, Red) setelah melihat hasil rekaman CCTV, kepala Purnama Wati sempat ditutup dengan kardus,” ujar Kompol Ervin. Cucu Purnama Wati yang berada di lantai dua juga diperintahkan turun. Dia ditodong lalu diminta menunjukkan meja tempat penyimpanan uang.

  Kawanan berhasil menggasak uang Rp 250 juta, satu unit handphone, serta laptop yang ditaruh dalam kamar di lantai dua. Merujuk hasil penyelidikan untuk kasus Jalan Hasan Basri sebelumnya, polisi menyebut komplotan perampok berjumlah sekitar lima atau enam orang. “Artinya, ada kemungkinan ini adalah pelaku yang sama,” ujar Ervin. Padahal, rumah milik Suryanata itu juga terpasang closed circuit television (CCTV). Namun, kali ini pelaku bertindak sigap dengan menggasak receiver CCTV di rumah berlantai dua tersebut. WAJAH PELAKU TERLIHAT Mengenai perkembangan penyelidikan untuk kasus Toko Tingkil Motor New, polisi masih memeriksa rekaman CCTV yang diambil dari rukan milik Wiyanto. Polisi sudah meminta keterangan orangtua Wiyanto yang mengalami langsung peristiwa nahas tersebut. “Kami tidak bisa maksimal. Yang bersangkutan (Purnama Wati) masih trauma dengan kejadian,” ungkap Kompol Ervin. Namun, polisi telah memeriksa ulang rumah korban hingga ke tempat penyimpanan suku cadang lain yang berada di bawah tanah.

  Keterangan yang diperoleh Kaltim Post, dua dari tiga orang yang masuk ke toko sempat terekam kamera CCTV. Berdasar rekaman tersebut, polisi mendapat secercah harapan terkait identitas pelaku. Sayang, Ervin belum mau membeberkan secara detail.

  Polisi yang sudah menjabat kapolsekta selama satu tahun lebih di wilayah hukum Samarinda Utara itu juga belum memberikan hasil rekaman CCTV. “Ini guna penyelidikan anggota,” tegas Ervin. Berdasar informasi lain, dua orang yang sempat terekam itu merupakan pelaku profesional yang pernah beraksi sebelumnya. Namun, Kapolsekta Samarinda Utara lagi-lagi belum mau mengonfirmasi hal itu. Yang pasti, pelaku pencurian dengan kekerasan (curas) atau perampokan yang terjadi beberapa hari terakhir membuat masyarakat layak cemas akan keamanan kota. Apalagi, dua laporan yang masuk ke Polsekta Samarinda Utara adalah kejadian yang sama-sama melibatkan warga keturunan sebagai korban dengan jangka waktu tidak terlalu lama.

  Peristiwa di Jalan DI Panjaitan dan Jalan Hasan Basri sekaligus menjadi dua kasus curas perdana pada 2015. Pada 2014, kejadian perampokan di Samarinda berjumlah 36 kasus, meningkat dibanding 2013 dan 2012 yang masing-masing 33 kasus.

  Unit Reskrim Polsekta Samarinda Utara telah berkoordinasi dengan Polresta Samarinda serta beberapa unit polisi lainnya untuk segera mengungkap dua kasus tersebut.

  Kompol Ervin memerintahkan anggotanya kembali membuka berkas tindakan kriminal serupa sebelumnya. “Kemungkinan bisa dilacak siapa tahanan yang sudah bebas dan diduga kembali beraksi. Yang jelas ini masih penyelidikan,” tandas Ervin. (kp)