UPAYA LAZDAI DALAM MENYADARKAN MASYARAKAT UNTUK MENGELUARKAN ZAKAT

(1)

ABSTRACT

EFFORTS TO INCREASE AWARENESS IN THE COMMUNITY LAZDAI TO ISSUE ZAKAT

By JUNDIYANTI

This study aims to determine LAZDAI efforts in raising public awareness for the issue of zakat, the fact that the potential of zakat in Indonesia is very big but the collection and management is still not organized. Another thing to note is that the factors supporting and inhibiting factors in an effort to increase public awareness of Zakat issue. LAZDAI study was conducted in Lampung. Desktiptif kind of research is qualitative, with data collection techniques such as in-depth interviews using interview guidelines and documentation study data to support research. Informants in this study is comprised of seven people who were board LAZDAI three people who are considered to meet the needs research author in doing this, and four people who have seen the donors LAZDAI information related to efforts to increase awareness of Zakat issued through the LAZ. Informants are determined by using purposive sampling technique. The results showed LAZDAI efforts in raising public awareness is being made by way of socialization into society and companies, improving LAZDAI services and make these programs attractive. LAZDAI supporting factors in raising public awareness is the presence of donor assistance LAZDAI long to introduce to the community, good service and the existence of programs that are interesting. Consists of inhibiting factors inhibiting factors inhibiting factors internal and external. Internal inhibiting factors are lack of manpower personnel and the unavailability of four-wheeled vehicle assets, whereas the external inhibiting factor is the presence of habit tithe directly in certain societies, the level of interest and public confidence remains low and is still a lack of understanding of religion in society.


(2)

UPAYA LAZDAI DALAM MENYADARKAN MASYARAKAT UNTUK MENGELUARKAN ZAKAT

Oleh JUNDIYANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat, karena ternyata potensi zakat di Indonesia sangat besar namun pengumpulan dan pengelolaannya masih belum terorganisir. Hal lain yang ingin diketahui adalah faktor-faktor pendukung dan faktor- faktor penghambat upaya menyadarkan masyarakat mengeluarkan zakat. Penelitian ini dilakukan di LAZDAI Lampung. Jenis penelitian ini adalah desktiptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dan data studi dokumentasi untuk menunjang penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yang terdiri dari 3 orang adalah pengurus LAZDAI yang dianggap memenuhi kebutuhan penulis dalam melakukan penelitian ini, dan 4 orang donatur LAZDAI yang dianggap memiliki informasi berkaitan dengan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat melalui LAZ. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sample. Hasil penelitian ini menunjukkan upaya yang dilakukan LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi ke masyarakat dan perusahaan-perusahaan, meningkatkan layanan LAZDAI dan membuat program-program yang menarik. Faktor-faktor pendukung LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat adalah adanya bantuan dari donatur lama untuk mengenalkan LAZDAI pada masyarakat, layanan yang baik dan adanya program-program yang menarik. Faktor penghambat terdiri dari faktor penghambat internal dan faktor penghambat eksternal. Faktor penghambat internal yaitu kurangnya tenaga personel dan belum adanya aset kendaraan roda empat, sedangkan yang menjadi faktor penghambat eksternal adalah adanya kebiasaan berzakat secara langsung di kalangan masyarakat tertentu, tingkat ketertarikan dan kepercayaan masyarakat masih rendah dan masih kurangnya pemahaman ajaran agama di kalangan masyarakat.


(3)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masalah kemanusiaan yang terbesar adalah masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar umat manusia termasuk di dalamnya umat Islam. Masalah kaya miskin dalam masyarakat kadang-kadang dipandang sebagai masalah rawan karena keadaan demikian dapat menimbulkan kesenjangan dan masalah sosial. Masalah sosial yang timbul dari kemiskinanan seperti kriminalitas, penculikan anak, kenakalan remaja, anak jalanan, gelandangan, pengemis, narkoba, prostitusi dan masalah sosial lainnya. Masalah-masalah sosial tersebut tentunya akan meresahkan masyarakat dan perlu ditangani dengan cara mengentaskan kemiskinan terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi perbedaan kaya dan miskin yang mencolok dalam masyarakat. Untuk mengentaskan kemiskinan diperlukan kerjasama dari semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri, karena mengentaskan kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama sebagai bentuk solidaritas sosial dalam masyarakat.

Tiap agama membawa ajaran yang baik terlepas dari perbedaan-perbedaan sangat mendasar yang menyertainya. Termasuk di dalamnya ajaran kedermawanan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama dan ajaran menciptakan persatuan dan


(4)

kesatuan antar umat manusia. Menurut Jalaluddin (2005 : 263) agama memiliki fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas sosial dimana penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan : iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Karena agama mendorong manusia untuk tidak selalu memikirkan kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan sesama. Itu berarti agama membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi kewajiban-kewajiban sosial dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan isi kewajiban-kewajiban sosial mereka. Dalam peranan ini agama telah membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh.

Peranan sosial agama harus dilihat terutama sebagai sesuatu yang mempersatukan. Dalam pengertian harfiahnya, agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat. Agama juga cenderung melestarikan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial keagamaan tersebut tidak mudah diubah karena adanya perubahan-

perubahan dalam konsepsi-konsepsi kegunaan dan kesenangan duniawi (Nottingham, 1997 : 42). Seperti halnya ajaran agama Islam yang menghendaki


(5)

memikirkan nasib orang lain dan memiliki kewajiban sosial membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu ajaran Islam yang menunjukkan solidaritas dan kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat adalah zakat. Zakat merupakan ibadah umat Islam di bidang harta yang sering dipandang sebagai instrumen untuk merealisasikan konsep keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat. Zakat merupakan manifestasi dalam hubungan antara manusia dengan prinsip mendistribusikan harta kekayaan dari yang kaya kepada yang miskin sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial.

Islam mewajibkan seorang muslim yang mampu untuk mengeluarkan hartanya dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan bagi orang yang tidak mampu berusaha dan tidak sanggup bekerja, serta tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, maka ia berhak mendapat jaminan dari saudara-saudaranya yang mampu, karena dalam Islam semua muslim itu bersaudara. Jaminan yang dimaksud tersebut berupa zakat yang diberikan oleh muslim yang mampu kepada saudara muslim yang tidak mampu. Zakat inilah yang diharapkan mampu meminimalisir kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, sebagai sikap dari saling membantu dan solidaritas dalam Islam yang pada akhirnya mampu pula memberantas kemiskinan dalam masyarakat.

Yusuf Qardhawi (Nuruddin, 2006 :152-153) mengemukakan bahwa zakat adalah sistem sosial, karena zakat berfungsi menyelamatkan masyarakat dari kelemahan baik karena bawaan ataupun karena keadaan. Zakat dapat menanggulangi


(6)

berbagai bencana dan kecelakaan, memberikan santunan kemanusiaan, orang yang berada menolong yang tidak punya, yang kuat membantu yang lemah, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan kehabisan bekal dan memperkecil perbedaan antara si kaya dan si miskin.

Sedangkan zakat menurut Hikmat Kurnia dan A. Hidayat (2008 : 8) merupakan salah satu dari sistem ekonomi Islam karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Di sisi lain Sahal (Sidiq, 2005 : 11) juga menyatakan zakat adalah institusi-institusi untuk mencapai keadilan sosial, dalam arti sebagai mekanisme penekanan modal pada sekelompok kecil masyarakat.

Zakat merupakan ibadah yang memiliki akar historis yang cukup panjang, seperti juga ibadah shalat. Kalau shalat merupakan ibadah ruhiyah, maka zakat adalah ibadah harta dan sosial yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan menentukan, baik yang dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Dengan kata lain, zakat disamping memiliki dimensi spiritual juga memiliki dimensi sosial ekonomi. Dengan demikian, bagi setiap muslim yang telah menunaikan zakat, tidak hanya beribadah untuk dirinya sendiri tetapi juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan sesamanya, dimana pengeluaran zakat dibebankan atas harta atau kekayaan seorang muslim sehingga zakat memiliki tujuan sangat mulia .

Adapun tujuan mulia dari zakat menurut Muhammad Said Wahbah (Nuruddin, 2006 : 32-33) yaitu :


(7)

1. Membangun jiwa dan semangat untuk saling menunjang dan solidaritas sosial di kalangan masyarakat Islam.

2. Merapatkan dan mendekatkan kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat. 3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai bencana,

seperti bencana alam maupun bencana lainnya.

4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadnya konflik, persengketaan dan berbagai bentuk kekerasan dalam masyarakat.

5. Menyediakan dana taktis dan khusus untuk penangulangan biaya hidup para gelandangan, para pengangguran, dan tuna sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak menikah, tetapi tidak memiliki dana untuk itu.

Peran strategis zakat dalam mensejahterakan umat, bukan hanya janji kosong ataupun angan-angan. Zakat telah terbukti begitu efektif pada zaman kekhalifahan Umar bin Khaththab yang mampu mengentaskan kemiskinan karena tidak lagi ditemukan orang-orang miskin untuk diberikan zakat. Seperti yang dikisahkan Abu Ubaid bahwa Mu’adz bin Jabal pernah mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di Yaman kepada khalifah Umar, karena beliau tidak lagi menemukan mustahik (penerima zakat) zakat di Yaman, tapi dikembalikan oleh Umar, Mu’adz kemudian mengirimkan sepertiga hasil zakat itu yang kembali ditolak oleh Umar. (www.Sebi.ac.id, akses tanggal 30 Oktober 2008).

Sebuah potret yang begitu mengagumkan dari adanya kewajiban zakat bagi umat muslim. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, yang secara logika sederhana, muzakki-nya (pembayar zakat) tentu sangat banyak, dan jika ini bisa dimaksimalkan, bukan tidak mungkin bangsa ini akan bebas dari lilitan hutang dan masyarakatnya bisa sejahtera. Agar menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan


(8)

zakat secara professional dan bertanggungjawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah.

Di Indonesia sendiri pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai landasan hukum sekaligus pengatur dalam upaya pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang disertai dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji No. D / 291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Walau telah ada dasar hukum yang kuat mengenai pengelolaan zakat, namun masih ada kekurangan dari undang-undang tersebut, seperti tidak adanya sanksi bagi orang yang telah mampu dan wajib berzakat tetapi tidak melaksanakannya (tidak mau membayar zakat). Sehingga mengeluarkan zakat masih bergantung pada kesadaran individu masing-masing.

Dalam Bab II pasal 5 Undang-undang zakat tersebut dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai tuntutan agama.

2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial .

3. Meningkatkan hasil dan daya guna zakat.

Dalam undang-undang tersebut juga dikemukakan bahwa pemerintah Indonesia menetapkan dan mengesahkan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai organisasi yang bergerak dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai badan yang didirikan oleh


(9)

pemerintah menjadi ujung tombak pemerintah dalam upaya pengumpulan dan pendistribusian zakat. Badan ini didirikan di berbagai tingkatan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. Pelaksanaan pengelolaan zakat turut pula dilaksanakan oleh unsur masyarakat melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah setelah memenuhi beberapa persyaratan tertentu.

Berkaitan dengan upaya pembentukan pengelola zakat yang kuat, amanah dan dipercaya oleh masyarakat maka diatur pula sanksi bagi lembaga pengelola zakat seperti yang tercantum dalam Bab VIII pasal 21 butir 1 bahwa :

“setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau tidak mencatat dengan tidak benar harta zakat, infak, sedekah, hibah, wasiat,waris dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, pasal 12, dan pasal 13 dalam undang-undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/ atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)”.

Dengan adanya sanksi tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat percaya dan sengaja mengeluarkan zakatnya melalui lembaga amil zakat.

Sejak dikeluarkannya UU No.38 tahun 1999 tersebut, pengelolaan zakat di Indonesia terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Terbukti dengan semakin banyaknya badan/lembaga yang berdiri untuk mengelola zakat. Menurut data Forum Zakat (FOZ) hingga Nopember 2007 di Indonesia sudah ada BAZ (Badan Amil Zakat) sebanyak 433 badan dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) sebanyak 60 lembaga atau total BAZ/LAZ = 493 lembaga. Dari 493 lembaga tersebut berhasil dihimpun dana sebesar Rp 1,8 Triliun (http : //www.dsniamanah.or.id, tanggal 31 Januari 2009).


(10)

Berdasarkan hasil penelitian Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah dan Ford Foundation (http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=1628&kd=B tanggal 30 Desember 2008) mengungkapkan, jumlah filantropi (kedermawanan) umat Islam Indonesia mencapai Rp 19,3 triliun dalam bentuk barang Rp 5,1 triliun dan uang Rp 14,2 triliun. Jumlah dana sebesar itu, sepertiganya masih berasal dari zakat fitrah (Rp 6,2 triliun) dan sisanya zakat harta sebesar Rp. 13,1 triliun.

Potensi zakat di Indonesia sesungguhnya sangat besar, berdasarkan hitungan Kompas, potensi minimal zakat di Indonesia sebesar Rp 4,8 triliun. Asumsinya, penduduk Muslim 88,2 persen dari total penduduk Indonesia. Mengacu pada Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007, dari 56,7 juta keluarga di seluruh Indonesia, 13 persen di antaranya memiliki pengeluaran lebih dari Rp 2 juta per bulan. Dengan asumsi bahwa penghasilan setiap keluarga itu lebih besar daripada pengeluaran, minimal keluarga itu mampu membayar zakat 2,5 persen dari pengeluarannya. Dengan demikian, nilai totalnya menjadi Rp 4,8 triliun. Hasil survei Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) tahun 2007 menyebutkan, potensi zakat di Indonesia lebih besar lagi, yaitu Rp 9,09 triliun. Survei ini menggunakan 2.000 responden di 11 kota besar di Indonesia.

Pakar ekonomi syariah, Syafii Antonio, bahkan menyebut potensi zakat Indonesia mencapai Rp 17 triliun. Namun, hasil riset terbaru dari Ivan Syaftian, peneliti dari Universitas Indonesia, tahun 2008, dengan menggunakan qiyas zakat emas, perak, dan perdagangan, didapat data potensi zakat profesi sebesar Rp 4,825 triliun per tahun. Penghitungan ini menggunakan variabel persentase penduduk Muslim yang


(11)

bekerja dengan rata-rata pendapatan di atas nisab (http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/30/00185540/potensi.zakat.triliunan.r upiah).

Sementara itu, jumlah dana zakat yang bisa dihimpun Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) tahun 2007 sebesar Rp 14 miliar. Apabila digabung dengan penerimaan zakat seluruh lembaga amil zakat (LAZ) tahun 2007, dicapai Rp 600 miliar. Nilai ini hanya 12,5 persen dari potensi minimal yang ada jika asumsi potensi Rp 4,8 triliun. Ini membuktikan bahwa dari potensi zakat yang besar belum sepenuhnya tergali untuk digunakan mengatasi masalah kemiskinan.

Hasil Survei “Potensi dan Perilaku Masyarakat dalam Berzakat” (http:/ www. PIRAC.co.id, akses tanggal 3 Februari 2009) yang dilakukan PIRAC pada akhir 2007 dengan melibatkan 2000 responden yang dilakukan setiap tiga tahun untuk mengetahui potensi dan perubahan perilaku masyarakat dalam berzakat. Survei yang dilakukan di 11 kota besar, yakni Medan, Padang, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, Balikpapan, Makassar, dan Manado menunjukkan bahwa 55 persen masyarakat muslim yang menjadi responden sadar atau mengakui dirinya sebagai pembayar zakat (muzaki).

Tingkat kesadaran para muzaki ini meningkat 5,2 persen dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya (2004) yang besarnya 49,8 persen. Fenomena ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat akan kewajibannya sebagai wajib zakat. Peningkatan kesadaran ini juga terlihat dari kepatuhan muzaki dalam menunaikan kewajibannya berzakat. Survei menunjukkan sebagian besar


(12)

responden yang mengaku sebagai muzaki (95,5 persen) menunaikan kewajibannya dengan membayar zakat. Jumlah persentase muzaki yang membayar zakat ini juga sedikit meningkat dibanding hasil survei 2004 yang besarnya (94,5 persen). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakatnya.

Munculnya lembaga-lembaga pengelola zakat dan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan ibadah zakat, belum disertai dengan kesadaran untuk menyalurkan zakat melalui badan amil zakat ataupun lembaga amil zakat. Jumlah muzaki (pembayar zakat) yang menyalurkan zakat secara langsung lebih besar daripada yang menyalurkan melalui BAZ dan LAZ. Hal ini dapat dilihat dari hasil Survei PIRAC yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (59%) ternyata memilih menyalurkan zakatnya kepada masjid di sekitar rumah. Responden yang memilih menyalurkan zakatnya langsung kepada penerima zakat sebesar 25 %, sementara responden yang menyalurkan zakatnya ke BAZ dan LAZ hanya 6% dan 1,2%.

Di Bandar Lampung sendiri, menurut Ansori, direktur LAZIS Lampung (Lampung Post, 28 September 2007) masyarakat Lampung cenderung memberikan zakatnya langsung kepada mustahiq (penerima zakat), sehingga zakat yang dikelola masih minim. Di sisi lain, lembaga amil zakat kurang berkembang karena tingkat kepercayaan masyarakat untuk memberikan zakatnya kepada LAZIS masih rendah. Padahal, potensi zakat di Lampung ini sangat besar, mencapai Rp30 miliar/tahun.


(13)

Banyak pemberi zakat yang lebih senang menyalurkan zakatnya melalui masjid sekitar rumah ataupun secara langsung kepada mustahik. Pengelolaan zakat lewat masjid umumnya tidak seoptimal dan profesional lewat BAZ dan LAZ. Pola pengelolaan zakatnya biasanya bersifat pasif, tentatif atau tidak rutin, booming pada saat Ramadhan, dikelola oleh panitia sementara dan pendayagunaannya hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan pembagian zakat secara langsung merupakan niat baik, namun niat baik juga harus disertai dengan pelaksanaan yang baik agar tidak terjadi hal yang merugikan seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Contoh penyaluran zakat yang berakhir tragis terjadi saat ada pembagian zakat secara massal oleh keluarga Haji Syaikon di Pasuruan, Jawa Timur, pada tanggal 15 September 2008 yang menyebabkan 21 orang tewas dan belasan korban luka-luka akibat pembagian zakat yang tidak tertib (http ://www. Detiknews.com tanggal 2 Februari 2009) dan berita Ramadhan tahun sebelumnya menewaskan 5 orang di rumah Habib Ismet Alhabsyi Jl. Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan merupakan berita yang sangat miris didengar. Insiden ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi, namun pola penyaluran zakat secara massal ini tampaknya masih diminati masyarakat. Insiden Pasuruan ini tak perlu terjadi seandainya H. Syaikhon dan Habib Ismet sebagai muzaki mau menyerahkan zakatnya kepada amil zakat yang sudah ada, yakni badan amil zakat daerah atau lembaga amil zakat lainnya.


(14)

Selain mengindari hal-hal yang tak diinginkan, penyaluran zakat secara kolektif melalui lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, menurut Abdurrahman Qadir (Hafidhuddin, 2002 : 126) akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain : Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin muzakki (pemberi zakat). Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik (penerima zakat), apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.

Sebaliknya, jika zakat diserahkan secara langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat , terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan. Seperti yang diungkapkan oleh Yusuf Wibisono (2007 : 3) bahwa zakat sebagai salah satu ibadah memiliki potensi yang menjanjikan bagi perekonomian dan dapat mengentaskan kemiskinan, baru akan terasa dampaknya pada tingkat yang diharapkan jika dana zakat terkumpul dalam jumlah yang cukup signifikan, dikumpulkan secara terorganisir dan dikelola secara profesional.

Besarnya manfaat zakat dan pentingnya penghimpunan zakat secara kolektif serta rendahnya kesadaran masyarakat menyalurkan zakat melalui LAZ inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian bagaimana upaya LAZDAI dalam


(15)

menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat ?

2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat LAZDAI dalam upaya menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan ;

1. upaya yang dilakukan LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat


(16)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial yang bertema sama khususnya dalam bidang sosiologi. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

informasi bagi lembaga amil zakat dalam upaya menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.


(17)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Hasil Penelitian

Setelah diadakan penelitian terhadap beberapa orang informan yang berkaitan dengan LAZDAI, berikut ini akan digambarkan hasil wawancara peneliti dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah oleh peneliti secara sistematis. Adapun data masing-masing informan adalah sebagai berikut :

Tabel 1 . Data Informan

No. Nama Jenis Kelamin

Umur Pendidikan Terakhir

Pekerjaan Status di LAZDAI 1. Tiono Laki-laki 35

tahun Perguruan tinggi Pengurus LAZDAI Ketua pengurus harian

2. Abi Laki-laki 24 tahun

SMA Pengurus LAZDAI

Penanggungjawab distribusi

3. Andy Laki-laki 35 tahun Perguruan tinggi Pengurus LAZDAI Staf fundrising (penghimpun dana) 4. Anti Perempuan 35

tahun

Perguruan tinggi

PNS Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan profesi

5. Wahidi Laki-laki 39 tahun

STM Pegawai Honor

Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan profesi

6. Reza Laki-laki 29 tahun

Perguruan tinggi

Pengajar Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan infak

7. Pian Laki-laki 21 tahun

SMK Mekanik Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan profesi


(18)

1. Informan dari Pihak Pengurus

a. Informan 1

Informan ini bernama Tiono dan berusia 35 tahun. Beliau telah bergabung di LAZDAI selama tujuh tahun, terhitung sejak tahun 2001 dan pada tahun 2008 diberi kepercayaan menjadi Ketua Pengurus Lembaga Amil Zakat Daerah Amal Insani Lampung setelah sebelumnya sempat menjabat sebagai staf fundrising. Tiono menceritakan bahwa awal mula terbentuknya LAZDAI adalah saat terjadi gempa bumi Liwa pada tahun 1994, saat perlunya membantu para pengungsi dan korban sehingga lahirlah Lembaga Penghimpun dan Pengelolaan Infaq (LPPI) yang mengumpulkan bantuan untuk membantu korban gempa Liwa. Sampai pada tahun 2000 pengurus mulai berpikir untuk melakukan pengembangan ke arah pendidikan dan kesehatan. Untuk legalitas mendaftarkan diri ke notaris sehingga menjadi salah satu dari dua lembaga amil zakat yang terakreditasi di Bandar Lampung di bawah naungan Yayasan Amal Insani dengan nama Lembaga Amil Zakat Dompet Amal Insani (LAZDAI). Setelah mendapat SK Gubernur tahun 2002 berubah nama menjadi Lembaga Amil Zakat Daerah Amal Insani yang tetap menggunakan singkatan LAZDAI.

Seperti yang diceritakan Tiono berbagai upaya dilakukan untuk mengenalkan LAZDAI sebagai organisasi pengelola zakat diantaranya yaitu melakukan presentasi-presentasi di instansi atau kantor, melakukan pendekatan personal dan silahturahmi serta melalui majalah LAZDAI. Presentasi dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan pihak lain seperti dengan IKADI (Ikatan Da’i


(19)

Indonesia), Salimah (Persaudaraan Muslimah), perkumpulan majelis taklim, instansi/kantor-kantor swasta. Alasan bekerja sama dengan lembaga-lembaga itu karena mereka punya massa sehingga diharapkan pengetahuan tentang zakat akan bertambah dan kesadaran membayar zakat pun meningkat. Kerjasama dengan pemerintah hanya sebatas memberikan laporan kepada BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Lampung, tapi kemarin BAZDA memberikan dananya untuk disalurkan melalui lembaga yang dipimpinnya tersebut.

Menurut Tiono masyarakat sudah banyak yang tahu akan kewajiban zakat tapi sebatas zakat fitrah yang dibayarkan menjelang Lebaran, padahal masih ada jenis zakat yang lain. Pengetahuan masyarakat tentang zakat ini yang perlu ditingkatkan melalui dakwah, ceramah dan pengajian-pengajian.

Upaya LAZDAI untuk menarik donatur dengan membuat program-program yang menarik serta mengundang para pimpinan perusahaan atau disebut prospek untuk mengikuti kegiatan LAZDAI. Ada program roadshow atau buka puasa bersama seperti tahun lalu dimana LAZDAI bersama undangan mendatangi panti asuhan dan bertukar makanan. Anak-anak panti asuhan makan makanan yang kami bawa dan kami makan makanan yang mereka sediakan.Hal ini dilakukan agar prospek melihat sendiri kegiatan LAZDAI dan kemudian tertarik menjadi donatur. Setelah menjadi donatur, saat penyaluran dana pada mustahik, donatur pun diikutsertakan. Selain itu, untuk menjaga hubungan silaturahmi dengan para donatur, LAZDAI juga mengadakan kegiatan untuk para donatur seperti mengadakan pelatihan


(20)

sholat khusyuk, layanan baca Al-Qur’an melalui telepon, serta mengundang donatur pada beberapa kegiatan LAZDAI.

Tiono mengakui hasil dari presentasi dan pendekatan secara personal kepada calon donatur hasilnya 50-50. Hasil presentasi di beberapa perusahaan kadang-kadang ada yang langsung bersedia jadi donatur, ada pula yang pikir-pikir atau tanya istri dulu. Keberhasilan presentasi di perusahaan ada yang sampai 25 orang, ada yang 10 orang bahkan ada yang hanya 4 orang yang bersedia jadi donatur. Hal ini bergantung pada kesadaran masing-masing. Kebanyakan donatur mengaku tahu LAZDAI dari majalah.

Diungkapkan oleh Tiono bahwa masih ada hambatan dalam menjalankan tugas sebagai lembaga pengelola zakat diantaranya adalah masih kurang personel yang berpotensi dan kurang asset yaitu kendaraan roda empat untuk memudahkan penghimpunan dan penyaluran bantuan. Untuk mengatasi masalah ini sedang diupayakan untuk menambah personel ataupun relawan pada setiap kegiatan yang diadakan. Sedangkan menurutnya yang membuat donatur LAZDAI meningkat setiap tahunnya dikarenakan, LAZDAI yang berupaya terus membuat program-program penyaluran untuk menarik para muzaki agar mengeluarkan zakatnya melalui LAZDAI, adanya peran serta dari donatur yang memberitahukan kepada reken-rekannya tentang keberadaan LAZDAI serta pemahaman agama yang makin baik dibeberapa kalangan masyarakat.


(21)

b. Informan 2

Informan kedua ini merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pemuda berusia 24 tahun yang bernama Abi ini, beralamat di Kelurahan Gulak Galik, Teluk Betung Barat. Abi telah bergabung di LAZDAI sejak akhir tahun 2007, dan saat ini menjabat sebagai penanggungjawab distribusi/penyaluran dana zakat, infak dan shodaqoh.

Dari wawancara dengan Abi diketahui bahwa dalam memperkenalkan LAZDAI dan menghimpun dana dari masyarakat, LAZDAI melakukan dengan dua cara. Cara tersebut dengan melakukan sosialisasi melalui media cetak dan melakukan sosialisasi langsung pada masyarakat. Bentuk sosialisasi melalui media cetak dengan menggunakan majalah yang terbit dua bulan sekali, brosur dan spanduk. Sosialisasi langsung pada masyarakat dilakukan oleh tim fundrising yang melakukan perekrutan donator via perorangan dan juga melalui perusahaan/instansi. Cara perekrutan donatur secara perorangan dilakukan denagn membagikan brosur dan juga pendekatan langsung atau istilahnya face to face dengan memperkenalan tentang LAZDAI dan pemahaman tentang zakat. Perekrutan melalui perusahaan/instansi dilakukan dengan terlebih dahulu mengirimkan surat izin presentasi, surat audiensi dan juga proposal kerjasama.

Kerjasama dengan perusahaan pernah dilakukan dengan Tegar TV Lampung dengan menayangkan acara Reality show (berisi kegiatan-kegiatan penyaluran zakat dan dana lainnya pada masyarakat), kerjasama dengan Radio Mix Female dan A Radio 101-FM. Bentuk kerjasama yang dilakukan bermacam-macam,


(22)

seperti LAZDAI bekerjasama dengan perusahaan untuk menyalurkan CSR (corporate social responsibility) perusahaannya.

Target para calon donatur adalah rata-rata masyarakat kalangan atas yang memang sudah mencukupi syarat unuk menjadi pembayar zakat, sedangkan untuk distribusi adalah pada masyarakat menegah ke bawah yang merupakan golongan penerima zakat. Dari donatur yang ada memang lebih banyak yang merupakan para muzaki atau pembayar zakat profesi. Selain menghimpun dana zakat, LAZDAI juga menghimpun dana infaq dan shodaqoh, yang dilakukan dengan adanya program Kotak Tangis Dhuafa (kotak amal) yang disebar di sekolah-sekolah maupun warung. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan melatih para siswa dan masyarakat untuk mau bersedekah. Sekaligus juga mengenalkan LAZDAI pada masyarakat luas.

Dari hasil presentasi pada karyawan perusahaan yang bersedia menjadi donatur pun kadang ada yang sampai 50 persen dari jumlah karyawan, ada yang cuma 2-4 orang saja. tapi dari tahun ke tahun jumlah pembayar zakat melalui LAZDAI terus bertambah. Untuk melayani kebutuhan para muzaki LAZDAI memberikan kemudahan dengan cara menjemput dana zakat dari muzaki sesuai perjanjian sebelumnya, melalui transfer bank dan juga dengan cara diantarkan langsung ke kantor LAZDAI.

Hubungan LAZDAI dengan donatur tidak hanya sekedar memberi dan menerima dana zakat saja. LAZDAI berusaha menjalin hubungan dengan donatur dengan cara mengikutsertakan donatur pada kegiatan-kegiatan LAZDAI. Namun kami


(23)

memaklumi kalau donatur tidak bisa hadir yang mungkin karena kesibukan masing-masing.

Dalam menyadarkan masyarakat diakui oleh Abi kadang menemui banyak kendala. Hambatan yang dialami adalah tingkat kesadaran masyarakat memang masih minim, namun hal ini memang yang perlu ditingkatkan dengan banyak memberikan pengetahuan dan pemahaman agama pada masyarakat, kadang proses pemahaman tersebut tidak langsung terjadi sehingga butuh beberapa kali pendekatan. Serta kendala masih kurangnya petugas untuk menghimpun dana zakat sehingga sering dibantu oleh relawan.

Selain adanya kendala tersebut, Abi juga mengemukakan bahwa keberadaan dan kepercayaan donatur terhadap LAZDAI merupakan hal yang ikut membantu dalam meningkatkan kesadaran untuk berzakat melalui LAZDAI. Kebanyakan donatur akan memberitahukan pada rekannya tentang LAZDAI atau sekedar meminjamkan majalah Amal Insani pada rekannya. Kami percaya dengan meningkatkan pelayanan sebaik mungkin merupakan salah satu yang membuat orang tertarik menjadi donatur.

c. Informan 3

Informan Andy merupakan staf fundrising yang telah bertugas sejak tahun 2008 pada kepengurusan LAZDAI tahun 2008-2009. Bapak berusia 35 tahun ini berasal dari suku Jawa dan telah memiliki seorang putra. Beliau yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi ini tinggal bersama istri dan putranya di


(24)

Sukarame. Sebagai staf fundrising beliau bertugas untuk mengambil zakat dari para muzaki setiap bulannya dan mencari donatur baru.

Dalam mengenalkan LAZDAI dan mendapatkan donatur baru, LAZDAI melakukan beberapa upaya. Upaya tersebut dilakukan dengan cara melakukan prospek baik secara perorangan maupun melalui instansi/perusahaan. Dalam melakukan prospek secara perorangan dilakukan dengan pendekatan personal kepada calon donatur. Namun dalam melakukan pendekatan secara personal kadang waktu yang diperlukan cukup lama, karena membuka kesadaran orang untuk membayar zakat tidaklah mudah apalagi jika pemahaman tentang agamanya kurang.

Merekrut donatur melalui perusahaan dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan lembaga tersebut. Proses pendekatan tersebut dilakukan dengan memberikan surat permintaan audiensi untuk melakukan presentasi proposal kerjasama. Dari keterangannya, sebagai lembaga pengelola zakat LAZDAI tidak hanya mengumpulkan zakat saja tapi juga mengumpulkan dana infaq, sedekah, dana CSR (coorporate social responsibility) perusahaan, dana bantuan kemanusiaan dan dana lainnya yang sesuai syariah. Selain melakukan pendekatan secara langsung, sosialisasi LAZDAI juga dilakukan melalui media cetak berupa majalah, brosur dan pernah juga melalui saluran televisi lokal dan radio serta melalui promosi dari mulut ke mulut. Biasanya donatur akan mengajak teman atau saudaranya untuk menyalurkan zakat melalui LAZDAI. Sosialisasi juga dilakukan


(25)

melalui pengajian ataupun majelis taklim dimana pada pengajian tersebut diberikan pengetahuan tentang zakat dan kelebihan berzakat melalui lembaga.

Saat ditanyakan masalah keberhasilan menyadarkan untuk berzakat, menurut Andy cukup berhasil karena setiap tahunnya ada penambahan donatur baru. Kemudahan bagi muzaki adalah dengan adanya layanan jemput zakat sehingga muzaki yang sibuk tidak perlu repot mengantarkan zakatnya, selain itu zakat bisa ditransfer lewat bank atau dapat diantar langsung ke kantor LAZDAI. Kelebihan lain dari adanya layanan jemput zakat, petugas zakat bisa bersilaturahmi dengan donatur. Donatur juga senang karena bisa mengobrol langsung seputar kegiatan LAZDAI serta bisa bertanya tentang masalah agama.

Dalam upaya menyadarkan masyarakat untuk mau berzakat melalui LAZDAI tentu ada saja hambatannya terutama dari masyarakatnya sendiri. Hal ini menurutnya memang tergantung dari faktor individu masing-masing. Ada yang harta atau pendapatannya sudah mencapai nishab tapi belum sadar membayar zakat, ada juga yang orang pendapatannya belum mencapai nishab tapi sudah mau belajar berzakat, walau masih berupa sedekah. Sehingga ketika pendapatannya telah mencapai nishab donatur sudah terbiasa berzakat. Ada juga yang memang sudah menyalurkan zakatnya melalui lembaga lainnya ataupun secara langsung. Hambatan lainnya adalah kurangnya SDM di LAZDAI sehingga kerap kali menggunakan tenaga relawan untuk menjemput zakat terutama pada bulan Ramadhan dan faktor kebiasaan di kalangan tertentu pada masyarakat yang lebih senang menyalurkan zakat secara langsung.


(26)

Selain adanya hambatan menurut Andy ada juga faktor yang mendukung bertambahnya donatur LAZDAI yaitu adanya promosi dari para donatur kepada rekan-rekannya tentang LAZDAI. Promosi LAZDAI tentang kegiatan-kegiatan penyaluran zakat serta donasi lainnya juga membuat masarakat bersedia mengeluarkan zakatnya melalui LAZDAI.

2. Informan dari Pihak Donatur

a. Informan 4

Anti adalah seorang ibu dari tiga orang anak yang bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil di Kota Bandar Lampung. Beliau merupakan salah seorang donatur LAZDAI Lampung. Dengan penghasilan Rp. 2,7 juta per bulan beliau menyalurkan zakat penghasilan melalui LAZDAI sejak tahun 2007. Zakat tersebut dibayarkan setiap ada rejeki lebih karena suami juga merupakan wiraswasta, tapi Anti lebih memilih mengeluarkan zakat setiap satu tahun sekali menjelang Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri.

Karena sering mengikuti pengajian beliau sadar zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang telah mampu dan dihitung berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebelum mengenal LAZDAI, ibu berusia 35 tahun ini menyalurkan zakat fitrah langsung ke orang-orang tidak mampu di sekitar rumahnya. Dari majalah Amal Insani milik teman sekantornya beliau baru mengetahui adanya lembaga yang khusus mengurusi masalah zakat, selama ini Anti hanya tahu amil zakat masjid yang ada setiap menjelang Lebaran. Dari situ Anti mulai tertarik


(27)

untuk menyalurkan zakatnya melalui LAZ, apalagi rekan sekantornya pun sudah ada yang lebih dulu menjadi donatur LAZDAI. Tidak hanya zakat fitrah tapi juga zakat penghasilan yang ia salurkan, karena dari pengurus LAZDAI ia dibantu untuk menghitung besaran zakat penghasilannya.

Alasan Anti menyalurkan zakat melalui LAZDAI karena dana zakat yang terkumpul peruntukannya jelas dan lebih amanah, ada program-program kerja yang bagus dan yang membuatnya senang ketika membayar zakat langsung didoakan oleh petugas zakat sehingga bisa menjadi berkah bagi yang memberi maupun yang menerima. Menurutnya zakat yang disalurkan melalui lembaga resmi juga akan lebih bermanfaat. Model pembayaran zakat yang dipilihnya adalah dengan cara dijemput sehingga bisa langsung bertemu dengan petugas zakat dan didoakan. Dengan cara tersebut juga Anti sering mendapat pengetahuan tentang Islam.

Ibu yang mudah tersentuh jika melihat orang susah ini lebih memilih penyaluran zakatnya untuk program beasiswa dan pendidikan anak-anak tidak mampu. Karena menurutnya pendidikan sangat penting bagi anak-anak sehingga bisa bermanfaat dikemudian hari. Menurut Anti kinerja LAZDAI cukup baik dalam mengelola dana yang ada dan program-program penyaluran zakatnya bagus-bagus. Walaupun tidak pernah ikut langsung kegiatan LAZDAI dan silahturahmi hanya terjadi saat zakat diambil, namun Anti dapat mengetahui kegiatan LAZDAI dari majalahnya dan ia cukup puas dengan menyalurkan zakat melalui LAZDAI.


(28)

Mengenai upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat mengeluarkan zakat, menurut Anti LAZDAI harus lebih mensosialisasikan lembaganya tersebut tidak terbatas majalah saja. Jika memungkinkan sosialisasinya bisa sampai ke seluruh daerah bahkan sampai ke pelosok karena banyak juga orang yang telah memenuhi syarat wajib zakat di daerah-daerah. Sehingga potensi zakat di daerah juga bisa tergali, dari zakat hasil pertanian atau ternak misalnya. Dengan adanya petugas khusus zakat, masyarakat akan lebih sadar akan kewajiban zakat dan bisa menyalurkan zakatnya melalui LAZDAI sehingga dana yang terkumpul bisa semakin banyak.

b. Informan 5

Wahidi seorang pria berusia 39 tahun ini merupakan suami dari seorang pengajar di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandar Lampung, bekerja sebagai pegawai honor di sebuah koperasi. Pria tamatan salah satu STM di Bandar Lampung ini mengak telah menjadi donatur LAZDAI sejak tahun 2006 dengan menyalurkan zakat profesi dalam bentuk uang dari penghasilan beliau dan istrinya.

Pria asal Jawa ini mengetahui bahwa zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang bersumber dari agama, hal ini diketahui sejak beliau masih sekolah dan kemudian lebih tahu lagi sejak memperdalam ajaran Islam. Adapun jenis- jenis zakat yang diketahuinya yaitu zakat profesi, zakat fitrah, zakat harta temuan dan juga zakat pertanian.


(29)

Sebelum mengenal LAZDAI, Wahidi sudah membayar zakat fitrah dengan memberikan secara langsung kepada fakir miskin . Sejak membaca majalah Amal Insani Wahidi mengetahui program- program LAZDAI dan mengetahui kelebihan membayar zakat melalui LAZ, timbul kesadaran untuk menyalurkan zakat melalui LAZDAI. Alasan menyalurkan zakat profesinya melalui LAZDAI adalah dana yang terkumpul bisa banyak dan diharapkan bisa lebih berarti untuk para mustahik zakat karena LAZDAI lebih tahu dan lebih tepat sasaran dalam menyalurkan zakat. Selain itu ada kemudahan karena zakat diambil oleh petugas zakat jadi Wahidi merasa tidak perlu repot untuk mencari orang yang berhak. Selain zakat profesi Wahidi juga menyalurkan zakat fitrah setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri,namun untuk zakat ini Wahidi menyalurkannya melalui masjid dekat rumahnya.

Dari program-program LAZDAI seperti Bedah Rumah Dhuafa, bantuan sembako, Bantuan Rutin Beasiswa dan lain-lain, Wahidi tertarik untuk menyalurkan zakatnya pada bidang pendidikan dan bantuan untuk yatim piatu. Pendapatnya tentang kinerja LAZDAI sudah cukup bagus dengan dikelola orang-orang yang terpercaya dan program yang bagus-bagus diharapkan dana zakat, infaq, sedekah bisa lebih bermanfaat bagi kaum dhuafa. Sementara itu pendapatnya tentang upaya LAZDAI meningkatkan masyarakat untuk menyalurkan zakat melalui LAZ sudah cukup berhasil. Melalui majalah yang diterbitkan dan pendekatan secara personal banyak orang yang tertarik menjadi donatur LAZDAI, termasuk dirinya dan rekan kerjanya. Menurut Wahidi promosi sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, dapat melalui iklan di televisi, sehingga yang tidak membaca majalah pun bisa


(30)

mengetahui LAZDAI dan mengetahui kelebihan menyalurkan zakat melalui amil zakat sehingga masyarakat luas bisa tertarik juga menyalurkan zakat lewat lembaga pengelola zakat.

Selama menjadi donatur beliau mengaku belum pernah mengikuti kegiatan penyaluran zakat nya karena sibuk. Tapi beliau percaya karena di majalah yang diterima setiap dua bulan sekali selalu ada laporan kegiatan dan laporan keuangannya.

d. Informan 6

Reza merupakan seorang bapak berusia 29 tahun, pendidikan terakhirnya adalah sarjana pendidikan dan sekarang bekerja sebagai pengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar terkemuka di Bandar Lampung. Saat ini ia tinggal di daerah Tamin, Tanjung Karang Pusat. Pandangannya tentang zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah mampu sesuai dengan ketetapan agama Islam. Dari yang beliau ketahui zakat terdiri dari zakat penghasilan, zakat fitrah, zakat pertanian. Beliau mengetahui tentang zakat sejak di sekolah dan semakin tahu tentang zakat dari mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah.

Sebelum mengenal LAZDAI, Reza menyalurkan zakat melalui masjid di dekat rumahnya. Reza sendiri mengetahui LAZDAI karena diperkenalkan oleh temannya yang merupakan pengurus di LAZDAI yang memberi tahu kelebihan berzakat melalui LAZDAI dan menjadi tertarik ketika membaca majalah Amal Insani yang isi majalah tersebut mengenai program-program kerja LAZDAI,


(31)

penyaluran dana zakat, infaq dan shodaqoh juga ada laporan keuangan dalam majalah tersebut. Selain berisi tentang laporan program kerja LAZDAI, majalah tersebut juga berisi cerita-cerita yang membuat orang tertarik untuk menyalurkan zakat melalui LAZDAI dan ada profil-profil orang yang menerima bantuan.

Alasan Reza menyalurkan zakat melalui LAZDAI karena melalui LAZDAI penyaluran pasti benar mereka punya tim khusus untuk mensurvey kebutuhan orang miskin, selain itu ada program pembinaan usahawan sehingga bantuan dana tidak hanya untuk kebutuhan konsumtif saja tapi juga kebutuhan produktif, yaitu peningkatan kemampuan berusaha sehingga yang tadinya menerima zakat diharapkan nantinya bisa mandiri dan tidak perlu menerima zakat lagi, apalagi kalau bisa menjadi pemberi zakat juga. Kalau lewat masjid kan sekedar bantuan uang saja dan kerjanya baru aktif pada bulan Ramadhan menjelang Lebaran saja.

Selama menjadi donatur sejak tahun 2006, Reza mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan LAZDAI karena masalah waktu. Karena penghasilannya belum mencukupi maka zakat yang disalurkan hanyalah zakat fitrah dalam bentuk uang setiap menjelang Idul Fitri. Selain zakat ia juga menyalurkan infaq dan sedekah setiap kali mendapat rejeki, kalau dulu hampir tiap bulan Reza menyalurkan infaq dan sedekah tapi sekarang sudah mulai jarang. Dari beberapa model pembayaran yang ditawarkan, Reza memilih mengantar langsung zakatnya ke kantor LAZDAI. Alasannya karena kantor LAZDAI tidak jauh dari tempat ia bekerja selain itu ia bisa bersilahturahmi dengan temannya di sana.


(32)

Melihat upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat sudah cukup bagus karena dilakukan dengan banyak cara, yang Reza ketahui adalah melalui jaringan teman-teman, kerjasama dengan instansi-instansi seperti Telkom, pendekatan secara langsung oleh agen-agen LAZDAI dan lewat majalah. Namun hal tersebut perlu ditingkatkan lagi karena masih belum cukup menjangkau masyarakat. Sosialisasi kalau bisa lewat bulletin Jumat, pamflet ataupun selebaran sehingga lebih banyak orang yang tahu. Selain itu perlu ditambah juga petugas zakatnya.

e. Informan 7

Pian adalah seorang pria berusia 21 tahun yang baru saja menikah. Pekerjaannya adalah seorang mekanik di sebuah dealer mobil di Bandar Lampung. Pekerjaannya tersebut sesuai dengan latar belakang pendidikannya yang merupakan lulusan STM jurusan Otomotif. Pria asal Jawa Timur ini mengaku sudah mengetahui tentang zakat sejak masih kecil yaitu zakat fitrah. Ia tahu hal itu karena setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, masjid sekitar rumahnya mengumpulkan zakat dalam bentuk beras maupun uang. Saat di bangku sekolah Pian mengetahui macam-macam zakat yaitu zakat harta, zakat pertanian, zakat harta temuan dan zakat profesi.

Dulu ia hanya tahu wajib zakat fitrah sedangkan harta lain yang wajib dizakati itu untuk orang kaya saja. Padahal zakat harta harus dikeluarkan juga kalau seseorang memiliki harta/penghasilan yang telah mencapai nishab.


(33)

Pian mengungkapkan awalnya tahu mengenai LAZDAI karena diajak menjadi donatur oleh seorang atasannya yang sudah menjadi donatur lebih dulu. Pian merasa heran ada zakat yang dijemput cara membayarnya. Setelah membaca majalah LAZDAI dan melihat pengurus LAZDAI yang mengambil zakat atasannya itulah, dan mendapat keterangan dari pengurus tersebut Pian tertarik untuk menjadi donatur LAZDAI.

Tahun 2006 saat pertama kali menjadi donatur LAZDAI bukan zakat yang dikeluarkan melainkan infaq dan sedekah karena saat itu penghasilannya belum mencapai nishab. Hal itu dilakukan atas saran atasannya, alasannya untuk membiasakan diri membayar zakat kalau sudah mencapai nishab sekaligus berbagi rejeki. Setelah ada kenaikan gaji dan penghasilannya telah mencapai nishab, ia dapat menunaikan kewajinannya membayar zakat penghasilan. Zakat tersebut diberikan setiap bulan dengan cara diambil oleh pengurus LAZDAI. Selain zakat penghasilan Pian juga membayar zakat fitrah setiap menjelang Lebaran, ia menyalurkan melalui LAZDAI dan menyalurkan langsung di kampungnya. Alasan menyalurkan dua kali supaya lebih banyak orang yang menerima zakatnya.

Setelah menjadi donatur LAZDAI setiap dua bulan sekali Pian mendapat majalah Amal Insani. Membaca majalah tersebut Pian dapat mengetahui laporan keuangan, program-program LAZDAI dan mendapat pengetahuan agama juga karena ada artikel-artikel Islaminya. Mengenai penyaluran dana Pian percaya saja kepada para pengurus, yang memang donatur diberikan pilihan akan disalurkan ke


(34)

program apa dana zakatnya, ke pendidikan, kesehatan atau sosial ia terserah saja mau disalurkan kemana. Selama menjadi donatur ia tidak pernah ikut kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran dana zakat, ia hanya pernah mengikuti kegiatan tertentu yang diadakan LAZDAI seperti pengajian dan pernah ikut acara buka puasa bersama.

Alasan Pian sendiri untuk menyalurkan zakat melalui lembaga pengelola zakat adalah karena jika melalui lembaga resmi dana yang terkumpul banyak sehingga diharapkan bisa lebih bermanfaat bagi penerimanya, tidak repot untuk mencari orang yang tepat menerima zakat, lebih tepat sasaran karena pengurus sudah mensurvey orang-orang yang membutukan dan ada kemudahan dalam penyaluran karena zakat diambil oleh petugas.

Pendapat Pian tentang kinerja LAZDAI sendiri sudah cukup baik walaupun harus tetap ditingkatkan. Ia menyukai program-program LAZDAI karena programnya tidak hanya berupa bantuan untuk kebutuhan sehari-hari (kebutuhan konsumtif) tetapi juga ada bantuan untuk membuka usaha, seperti bantuan gerobak usaha. Menurutnya banyak orang yang ingin berusaha tapi tidak punya modal sehingga dari bantuan seperti ini diharapkan orang yang menerima bantuan bisa mempunyai penghasilan untuk memperbaiki nasibnya. Pendapatnya tentang upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyalurkan zakat melalui LAZDAI pun sudah bagus, karena menurutnya, dirinya sendiri pun sudah menyalurkan zakat melalui LAZDA. Sosialisasi melalui koran atau televisi lokal bisa dilakukan agar masyarakat luas lebih mengenal LAZDAI.


(35)

B.Pembahasan

1. Upaya LAZDAI dalam Menyadarkan Masyarakat untuk Mengeluarkan Zakat

Lembaga amil zakat sebagai lembaga yang melayani kepentingan umat dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sodaqoh dari masyarakat, sudah seharusnya memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan niat baiknya tersebut. Begitu pula halnya LAZDAI (Lembaga Amil Zakat Daerah Amal Insani) yang merupakan salah satu lembaga pengelola zakat yang telah terakreditasi di Bandar Lampung dalam menjalankan perannya sebagai lembaga amil zakat.

Dalam menjalankan tugas sebagai lembaga pengelola zakat yang tidak hanya menyalurkan dana zakat tetapi juga menghimpun dana dari masyarakat, LAZDAI memiliki divisi Fundrising (penghimpunan dana) yang tugasnya adalah mengumpulkan, menghimpunan dana, menambah donatur serta melayani donatur yang menyalurkan zakatnya melalui LAZDAI. LAZDAI memiliki peranan penting untuk bisa mempengaruhi dan menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat adalah : (1) melakukan sosialisasi ke masyarakat, sosialisasi tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung (melalui media cetak dan elektronik), (2) meningkatkan layanan dan (3) membuat program-program yang menarik. Upaya-upaya tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :


(36)

a. Sosialisasi

Upaya sosialisasi ini sendiri terdiri dari dua cara yaitu melakukan sosialisasi langsung dan sosialisasi tidak langsung (melalui media cetak dan elektronik), berikut ini merupakan upaya-upaya sosialisasi tersebut :

(1) Sosialisasi ke perusahaan/instansi

Sosialisasi melalui perusahaan dilakukan dengan kegiatan presentasi atau seminar pelatihan zakat. Hal ini dilakukan dengan mengirimkan surat izin audiensi ke perusahaan yang dituju, jika sudah mendapatkan izin, baru mengadakan presentasi kepada karyawan-karyawan perusahaan tersebut atau mengikutsertakan pimpinan perusahaan pada kegiatan LAZDAI sehingga tertarik menjadi donatur LAZDAI. Kegiatan presentasi itu diisi dengan materi-materi yang berkaitan dengan zakat serta tentang keberadaan LAZDAI sebagai salah satu lembaga zakat di Lampung.

Contoh kegiatan presentasi zakat dilakukan pada bulan April 2008 bertempat di kantor Bank Indonesia. Acara tersebut diikuti oleh sekitar 20 karyawan Bank Indonesia dan diisi oleh ustadz Hafi Suyanto, Grafieldy Mamesah dan Prihtiono. Acara tersebut berisikan materi tentang kewajiban zakat, harta yang wajib dizakati, nishab zakat, besar hitungan zakat dan lain-lain yang berkaitan dengan zakat serta sosialisasi LAZDAI sebagai lembaga pengelola zakat dan kelebihan menyalurkan zakat melalui lembaga pengelola zakat (LAZ).

Pada kegiatan presentasi tersebut juga dibagikan majalah Amal Insani dan brosur yang berisi formulir kesediaan menjadi donatur. Dari presentasi tersebut dapat diketahui respon masyarakat, ada yang langsung tertarik menjadi donatur dan


(37)

menyalurkan zakatnya melalui LAZDAI, namun ada pula yang belum tertarik. Hasil presentasi tersebut berhasil menambah lima donatur baru yang tertarik mengeluarkan zakatnya melalui LAZDAI.

(2) Kerjasama dengan perusahaan

Selain mengajak karyawan perusahaan untuk berzakat melalui LAZDAI, LAZDAI juga mengajukan proposal kerjasama dengan perusahaan. Bentuk kerjasama tersebut berupa pengumpulan zakat karyawan secara kolektif yang dipotong langsung dari gaji karyawan setiap bulannya juga kerjasama penyaluran CSR (coorporate social responsibility) perusahaan. Bentuk kegiatan kerjasama tersebut bisa merupakan program yang ditawarkan oleh LAZDAI juga bisa berupa permintaan acara yang dibuat oleh perusahaan tersebut.

Salah satu bentuk kerjasama dengan perusahaan adalah memberikan kemudahan penyaluran zakat karyawan perkantoran ke lembaga amil zakat adalah dengan Sistem Auto zakat. Sistem auto Zakat dan Infak LAZDAI adalah sistem zakat profesi (zakat profesi) dan infak dengan cara potong gaji langsung untuk seluruh karyawan perkantoran berkerjasama dengan Bagian Keuangan kantor. Sistem ini memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan zakat dan infak per bulan lebih disiplin

2. Zakat dan infak per bulan lebih ringan daripada akumulasi tahunan 3. Pemantauan dan penghimpunan dana lebih mudah

Adapun pelaksanaan Auto Zakat LAZDAI adalah sebagai berikut :

1. Karyawan diedarkan isian surat/formulir kesediaan (dari LAZ atau Bagian Kerohanian Islam perusahaan) untuk Auto Zakat/ infak termasuk memilih


(38)

atau menuliskan besar persen/jumlah rupiah yang ingin di zakatkan/dipotong.

2. Apabila karyawan telah berzakat di tempat lain bisa ditawarkan kolom potongan untuk infak atau sedekah 1 %, 1,5 % atau 2 % atau terserah yang bersangkutan. Setelah formulir diisi kemudian diserahkan kembali ke Bagian Keuangan Kantor.

3. Selanjutnya gaji karyawan akan dipotong sesuai kesediaan, dari bagian keuangan kemudian secara rutin mengamanahkan penyaluran zakat dan infak yang terhimpun ke LAZDAI. Setiap bulannya karyawan akan mendapatkan laporan kegiatan LAZDAI dalam bentuk majalah Amal Insani.

Berikut ini merupakan data perusahaan yang bergabung dalam program Auto Zakat, berdasarkan data dokumentasi yang ada pada tahun 2009.

Tabel 2. Data Muzaki LAZDAI Auto Zakat

Nama Perusahaan Jumlah Muzaki

Bank Mandiri Hub Lampung 33 orang

Bimbel Al Qolam 6 orang

Bank Eka Lampung 59 orang

Kantor Pelayanan Pajak Natar 5 orang Kantor Pelayanan Pajak Kedaton 23 orang Kantor Pelayanan Pajak Tanjung

Karang

24 orang

Kanwil Dirjen Pajak 28 orang

PT. Telkom Kandatel Lampung 24 orang


(39)

Sumber : Majalah Amal Insani, edisi 019/Mei-Juni 2009

Walaupun melalui perusahaan, sistem ini tidak memaksakan karyawannya untuk berzakat melalui LAZDAI, hal ini tergantung pada kesadaran dan kemauan karyawan, sehingga gaji akan dipotong jika sudah ada kesediaan dari karyawan untuk mengisi formulir zakat, infak, dan sodaqoh (lihat lampiran 1).

(3) Pengajian/majelis taklim dan pendekatan secara personal

Menurut informan pihak pengurus untuk sosialisasi LAZDAI ke masyarakat luas dilakukan melalui pengajian ataupun majelis taklim di lingkungan masyarakat, maupun pendekatan secara personal kepada calon donatur. Pengajian/taklim yang pernah dilakukan yaitu di majelis taklim Baiturrahmah pada tanggal 14 Februari 2009, kerjasama dengan Salimah (Persaudaraan Muslimah), majelis taklim pedagang Pasar Bandar Jaya pada 19 Maret 2009, di majelis Taklim Al Hidayah Sukarame pada bulan Mei 2009 dan majelis taklim RS Jiwa Lampung pada bulan Juni 2009. Materi yang disampaikan pada pengajian/taklim tersebut berkaitan dengan zakat dan profil LAZDAI.

Pendekatan secara personal dilakukan oleh pengurus LAZDAI kepada calon donatur, pendekatan seperti ini kadang memerlukan waktu yang cukup lama seperti yang diungkapkan oleh Pak Andi. Pendekatan secara personal ini juga cukup efektif untuk menambah donatur seperti yang diungkapkan informan Reza. Ia mengaku mengenal LAZDAI dari temannya yang merupakan salah seorang pengurus LAZDAI.


(40)

Sosialisasi secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan media cetak. LAZDAI setiap dua bulan sekali menerbitkan majalah Amal Insani sebagai sarana komunikasi dengan para donatur dan masyarakat. Majalah Amal Insani berisikan laporan kegiatan LAZDAI, laporan keuangan, profil muzaki maupun profil mustahik, tanya jawab tentang zakat, formulir kesediaan menjadi donatur dan artikel-artikel tentang zakat serta artikel-artikel Islami lainnya (lihat lampiran 2, 3, 4, 5 dan 6).

Sosialisasi juga dilakukan melalui brosur LAZDAI (lihat lampiran 8) yang berisikan profil singkat LAZDAI dan formulir kesediaan menjadi donatur. LAZDAI juga membuat spanduk menjelang acara-acara tertentu yang dipasang di tempat-tempat strategis. Contoh spanduk yang telah dibuat yaitu pada bulan Juni mencetak spanduk berisi ajakan berzakat dan banner Beasiswa Pro Cermat, bulan Juli mencetak spanduk yang berisikan peduli pendidikan serta pada bulan November membuat spanduk yang berisikan ajakan Qurban (lihat lampiran 6).

(5) Sosialisasi melalui media koran, radio dan televisi

Sosialisasi melalui media koran, radio dan televisi masih jarang dilakukan. Sosialisasi melalui media koran, radio dan televisi hanya dilakukan pada acara-acara tertentu seperti di bulan September 2008 bekerjasama dengan TKIT Fitrah Insani, LAZDAI mensosialisasikan kegiatannya melalui Society Radar Lampung, menayangkan acara Reality Show yang berisi kegiatan penyaluran zakat dan donasi lainnya selama bulan Ramadhan tahun 2008 di Tegar TV. Publikasi lewat radio bekerjasama dengan Mix Female Radio dan A Radio 101-FM.


(41)

Tujuan sosialisasi tersebut untuk meningkatkan pengetahuan tentang Islam dan menggugah kesadaran para pembacanya akan kewajiban zakat. Diungkapkan oleh informan Tiono kesadaran masyarakat akan meningkat jika pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang ajaran agama bertambah, maka lewat upaya sosialisasi itulah LAZDAI memberikan pengetahuan tentang zakat, manfaat zakat serta kelebihan berzakat melalui LAZ, selain itu juga merupakan dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam. Setelah masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam akan mudah untuk menjalankan perintah agama dan bisa mengerjakannya secara ikhlas. Agar mereka mau menyalurkan zakatnya melalui LAZDAI, LAZDAI senantiasa membuat program-program penyaluran yang tepat sasaran dan memang sangat diperlukan oleh mustahik.

b. Peningkatan Layanan

Sebagai lembaga yang selalu berinteraksi dengan masyarakat dituntut adanya pelayanan yang baik dan professional. Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha dan kegiatan, dengan adanya peningkatan layanan akan menimbulkan dampak positif dalam meningkatkan kepercayan terhadap kinerja pengurus LAZDAI. Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan zakat ada 3 cara yaitu melalui transfer ke rekening LAZDAI, menyerahkan langsung ke kantor LAZDAI dan jemput zakat. Cara jemput zakat atau mendatangi para donatur setiap bulannya sesuai tanggal yang dijanjikan, rupanya merupakan salah satu cara yang membuat donatur tertarik. Dari hasil wawancara dengan para donatur, metode ini memberi kemudahan dalam berzakat, sehingga tidak perlu


(42)

repot menyalurkan sendiri seperti yang diungkapkan oleh informan Anti, Wahidi, dan Pian. LAZDAI juga memberikan bantuan untuk menghitung harta yang wajib dikeluarkan zakatnya oleh para muzaki. Karena keterbatasan data sehingga tidak dapat digambarkan jumlah donatur yang menggunakan ketiga metode penghimpunan zakat, namun dari data yang ada dapat diketahui tempat-tempat pengambilan zakat (jemput zakat) LAZDAI di Bandar Lampung seperti pada tabel berikut :

Tabel 3. Titik Pengambilan Zakat LAZDAI di Bandar Lampung

Kecamatan Lokasi

Tanjung Karang Pusat RSB Anugerah Medika PT. Amarta Karya Dr. Ramdhan- Enggal Kantor Bank BRI T.Karang Teluk Betung Barat Kantor KPKNL

Teluk Betung Utara Kantor Dirjen Pajak Kantor KPP

Bank Indonesia

Dinas Kesehatan Propinsi Kantor Koperasi KPN Saptawa Sukarame Perum Griya Sukarame

Perum Indah Sejahtera Gang Pembangunan Jl. Urip Sumoharjo

Kedaton Kantor Radar Lampung

Dealer Nissan Labuhan Ratu Belakang Ponpes Al Hikmah Rajabasa Akper Malahayati

Bunderan Tugu Raden Intan

Kemiling RS Jiwa Lampung

Sumber : data LAZDAI

Upaya meningkatkan pelayanan dan memperbaiki kinerja terus dilakukan oleh pengurus LAZDAI, baik dalam hal mengumpulkan zakat maupun menyalurkan


(43)

kepada orang-orang yang berhak. Untuk meningkatkan kualitas SDM, maka pada bulan Mei 2008, LAZDAI mengirimkan salah satu pengurus untuk mengikuti Pelatihan Amil Development Program (ADP) di Institut Manajemen Zakat (IMZ) di Jakarta selama 6 minggu, selain itu untuk memberikan layanan pemberdayaan ZIS (zakat, infak dan sodaqoh) terbaik, segenap pengurus LAZDAI selalu melakukan rapat kerja. Hal-hal yang dibahas adalah kesiapan SDM, program yang bersifat kedermawanan dan layanan bagi mustahik dan donatur.

c. Program-Program yang Menarik

Program penyaluran zakat dan donasi lainnya merupakan hal yang penting dimana zakat harus benar-benar disampaikan pada golongan Ashnaf (8 golongan yang berhak menerima zakat. Untuk itu LAZDAI melakukan survey terlebih dulu pada para mustahik agar zakat yang disampaikan tepat sasaran dan berdayaguna. Program-program ini juga merupakan salah satu alasan yang membuat donatur tertarik mengeluarkan zakatnya melalaui LAZDAI. Seperti yang diungkapkan oleh keempat informan yang berstatus sebagai muzaki. Mereka sependapat bahwa program-program yang ada di LAZDAI merupakan salah satu alasan mereka mengeluarkan zakat melalui LAZDAI.

Program-program LAZDAI mengacu pada empat bidang yaitu bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan fundrising. Program-program tersebut direalisasikan dalam berbagai kegiatan, seperti, bidang pendidikan dan dakwah terdiri dari bantuan rutin beasiswa dan sarana pendidikan siswa SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tinggi, santunan dan bantuan dana untuk guru ngaji, sosialisasi zakat, dan


(44)

pelatihan Da’i. Proram-program pada bidang sosial terdiri dari bedah rumah, bantuan sembako, bantuan kemanusiaan, tebar hewan qurban, aksi cepat tanggap bencana, paket lebaran dhuafa dan pemeriksaan kesehatan gratis. Sedangkan pada program di bidang ekonomi yaitu bantuan gerobak usaha dan bantuan modal usaha mikro dhuafa (jumlah penyaluran Zakat,infaq dan sodaqoh tahun 2008 pada lampiran 3). Berikut ini akan dijelaskan program-program yang telah dilakukan oleh LAZDAI pada tahun 2008.

Pada Januari 2008 LAZDAI menyalurkan dana untuk korban kebakaran rumah seorang tukang bangunan di wilayah Way Kandis. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk uang untuk meringankan biaya perbaikan rumah. LAZDAI juga memberikan santunan untuk mustahik yang membutuhkan biaya operasi ginjal untuk anaknya yang diberikan langsung oleh pengurus LAZDAI. Di bulan ini juga LAZDAI bekerjasama dengan Indosat Lampung menggelar Layanan Kesehatan Gratis di daerah Blambangan Pagar, Lampung Utara. Acara tersebut dihadiri sekitar 200-an warga yang menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.

Sebagai tindak lanjut kerjasama antara LAZDAI dan PPDI PT. PELINDO yang sudah disepakati, pada 23 Februari 2008 LAZDAI menyalurkan zakat para muzaki dan donatur di perkampungan nelayan Feri, Srengsem Panjang, Bandar Lampung. Penyaluran zakat itu dalam bentuk Bantuan Modal untuk 10 pengrajin kerang, santunan untuk 10 orang guru ngaji, Bantuan Gerobak pengangkut air, Gerobak Usaha penjual makanan Sosis, penyaluran 200 paket sembako murah dan


(45)

Layanan Kesehatan Gratis untuk 200 orang (layanan kesehatan gratis ini bekerjasama dengan BSMI Bandar Lampung. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Umum LAZDAI, Yusuf Effendi, Suryadi (Sekretaris PPDI PT. PELINDO II Panjang), Hadi Purnomo (PT. Bahana Utama Line) dan perwakilan camat serta lurah setempat. Acara tersebut mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat.

Maret 2008 bersama dengan PT. TELKOM dan Radar Lampung menyalurkan 225 paket sembako murah, santunan ntuk 12 guru ngaji, 10 paket makanan tambahan ibu dan balita, beasiswa program Pro Cermat untuk 27 siswa SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi serta 3 Gerobak Usaha untuk penjual nasi uduk, bakso tusuk keliling dan penjual mainan anak-anak. Selain penyaluran bantuan, acara ini juga diisi dengan memberikan siraman rohani kepada warga dengan penceramah Ustad Abdul Kodir.

Bulan Maret juga LAZDAI menggelar Sarasehan dan Pelatihan Amil Zakat se-Lampung selama 2 hari di Wisma Dahlia, Unila Bandar se-Lampung. Pembicara pada acara tersebut adalah drh. Hamy, MM (YSDF), H. Kherlani, SE, M.M (Wakil Walikota Bandar Lampung) dan Ridwan (BAZDA Provinsi Lampung). Selain itu LAZDAI juga menyalurkan bantuan biaya pengobatan untuk bayi penderita Hidrocepalus dan beasiswa untuk Pelajar Muslim Teladan Dhuafa (Anugerah PPMT) se-Lampung. Pada 19 Maret 2008, LAZDAI melakukan sosialisasi zakat untuk pedagang pasar Bandar Jaya pada acara kajian taklim di desa Candi Rejo, Lampung Tengah. Acara yang diisi oleh ustad Asep Abdulah, Lc


(46)

itu membuka wawasan zakat para pedagang untuk menyisihkan sebagian penghasilannya melalui UPZ (unit pengelola zakat) di sekitar mereka.

Bulan April 2008 bekerjasama dengan TKIT Anak Cemerlang menyantuni anak yatim yang ada di sekitar sekolah, bersama PT TELKOM menyalurkan 1500 paket sembako senilai 35 juta rupiah untuk keluarga miskin di Lampung Utara, Metro dan Bandar Lampung. Bulan ini juga LAZDAI melakukan Presentasi Fiqh Zakat di PT. Bayer Lampung dan kantor Bank Indonesia. Sosialisasi tersebut disambut dengan antusias oleh direksi maupun para karyawan. Pada akhir acara yang diisi oleh Ustadz Hafi Suyanto, Lc, Grafieldi Mamesah, S.Si, dan Prihtiono, S.Si beberapa karyawan langsung menyatakan bergabung menjadi donatur tetap LAZDAI.

Bulan Mei dan Juni LAZDAI menyalurkan Beasiwa Pro Cermat untuk 17 siswa di Lampung Tengah bantuan mesin jahit dan mesin obras untuk pelatihan menjahit di Khadijah Centre. Melakukan Bedah Rumah keluarga Pak Badrun yang bekerja sebagai tukang becak. Pada bulan September 2008 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan LAZDAI mengadakan acara Buka Bersama 1000 Umat, pelatihan amil zakat, Sahur Bersama Da,I, Parcel Dhuafa, dan Dialog Ramadhan. Penyaluran dana zakat dan bantuan lainnya dilakukan rutin setiap bulan dan disesuaikan dengan kaum dhuafa yang membutuhkan terutama pada saat terjadi bencana seperti bantuan untuk korban tanah longsor di kelurahan Pidada, Panjang maupun bencana yang berskala nasional seperti gempa di Jogja dan tsunami di Aceh.


(47)

Saat pertama kali menjadi donatur, pengurus akan menanyakan kepada donatur akan disalurkan ke program apa dana zakatnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan Anti yang menyalurkan dananya untuk program beasiswa dan bantuan anak yatim. Namun ada juga yang menyerahkan ke pengurus penyalurannya yang penting tepat sasaran seperti yang diungkapkan oleh informan Reza dan Pian.

Untuk menilai keberhasilan yang dicapai LAZDAI dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah donatur yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika donatur tidak bertambah atau malah berkurang itu menandakan masyarakat mulai tidak percaya dengan kinerja LAZDAI. Gambaran peningkatan muzaki LAZDAI dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4. Jumlah Pertumbuhan Muzaki LAZDAI tahun 2001-2008

Tahun Jumlah Muzaki

2001 58

2002 62

2003 76

2004 81

2005 124

2006 356

2007 404

2008 409

Sumber : LAZDAI Lampung

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah donatur LAZDAI yang bertambah setiap tahun menunjukkan keberhasilan upaya LAZDAI dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Donatur yang mengeluarkan zakat melalui


(48)

perusahaan pada tahun 2008 berjumlah 202 orang, sedangkan yang mengeluarkan secara pribadi/perorangan berjumlah 207 orang.

Selain menghimpun dana zakat, LAZDAI juga menghimpun dana Infaq, sodaqoh dan fidyah, berikut ini merupakan data donatur LAZDAI pada tahun 2008.

Tabel 5. Data Donatur LAZDAI Bulan Juni-November 2008

No. Donatur Jumlah

Donatur

Jumlah Dana yang terkumpul 1. Muzaki Zakat Profesi 110 orang Rp. 61.405.041,- 2. Muzaki

Z

akat Maal 13 orang Rp. 15.417.580,- 3. Pemberi Infaq 35 orang Rp. 8.567.400,- 4. Pemberi Sodaqoh 2 orang Rp.135.000,- 5. Pembayar Fidyah 3 orang Rp. 1.020.000,-

Total 163 orang Rp. 86.545.021,-

Sumber : LAZDAI Lampung (setelah diolah)

Berkat kepercayaan donatur, pada bulan Ramadhan, LAZDAI mampu menghimpun Zakat Fitrah dan Fidyah berupa uang sebanyak Rp.46.243.100 dan beras sebanyak 48 kg dan telah disalurkan sebelum Lebaran kepada yang berhak di wilayah Lampung Tengah, Bandar lampung dan Tulang Bawang (dokumentasi LAZDAI),

Bertambahnya jumlah muzaki yang menyalurkan zakatnya melalui LAZDAI merupakan harapan-harapan yang dimiliki oleh LAZDAI sebagai pemegang peran dalam masyarakat, sedangkan masyarakat memiliki harapan agar zakat yang mereka berikan bisa tepat sasaran dan bermanfaat bagi orang lain. Seperti yang


(49)

diungkapkan oleh para muzaki yang mengeluarkan zakatnya agar tepat sasaran dan bisa berguna tidak hanya untuk kebutuhan konsumtif tapi juga kebutuhan produktif. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh David Berry (1995;101) yang menyebutkan :

“ di dalam peranan terdapat dua macam harapan, pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya”.

Keberhasilan menjalankan peran sebagai lembaga amil zakat ditentukan dari cara sosialisasinya. Sosialisasi tentang pentingnya berzakat dan mengeluarkan zakat melalui LAZ merupakan salah satu bentuk interaksi sosial antara LAZ dengan masyarakat yang akan menghasilkan pemaknaan yang sama dan penyatuan tujuan antara pengurus LAZ dan masyarakat . Seperti yang dikemukakan oleh Soleman Taneko (1993 ; 14) ia menyebutkan :

“oleh karena interaksi sosial terdiri dari kontak dan komunikasi, dan di dalam proses komunikasi mungkin terjadi berbagai penafsiran makna perilaku. Dan penafsiran makna yang sesuai dengan pihak pertama akan menghasilkan kondisi yang kondusif diantara kedua belah pihak yang dinamakan kerjasama. Tetapi apabila penafsiran makna tingkah laku itu menyimpang atau bertentangan dengan makna yang dimaksud kemungkinan akan menghasilkan pertikaian dan mungkin berlanjut menjadi suatu persaingan”.

Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan muzaki akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui LAZ yang kuat, amanah dan terpercaya. Lembaga Amil zakat memiliki peranan penting dalam menyalurkan zakat masyarakat miskin, demikian pula halnya dalam menyadarkan masyarakat dalam mengeluarkan zakat . Lembaga amil zakat dalam hal ini tidak berdiri sendiri tetapi juga harus mampu mempengaruhi dan menyadarkan masyarakat untuk mau


(50)

membayar zakat dan menyalurkan zakatnya secara kolektif agar lebih berdayaguna. Sehingga LAZ dan masyarakat saling bekerjasama demi tercapainya tujuan zakat yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan kaum dhuafa.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat LAZDAI dalam Menyadarkan Masyarakat untuk Mengeluarkan Zakat

Meningkatnya jumlah donatur setiap tahun tentunya karena ada faktor yang mendukung seperti yang diungkapkan para pengurus bahwa donatur yang sudah bergabung di LAZDAI turut berperan untuk menambah donatur baru. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh informan Pian yang diajak bergabung di LAZDAI oleh atasan di tempatnya bekerja. Begitu pula dengan ibu Atik yang mengetahui LAZDAI dari majalah Amal Insani yang dipinjamkan oleh rekan kerjanya. Layanan yang baik serta program yang menarik juga merupakan faktor pendukung untuk menarik para donatur seperti yang diungkapkan oleh keempat informan yang berstatus Muzaki.

Dalam menyadarkan masyarakat masih ada faktor-faktor penghambat baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor penghambat internal adalah kurangnya sumber daya manusia yang mereka miliki untuk mengumpulkan zakat dari para donatur, bahkan ketua pengurus hariannya pun turut mengambil zakat dari para donatur. Hal ini terungkap dari informan pihak pengurus yang mengatakan bahwa kurangnya tenaga personil membuat pengurus kesulitan terutama pada bulan Ramadhan. Jumlah muzaki musiman akan bertambah pada


(51)

bulan tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh informan dari donatur yaitu Reza yang melihat LAZDAI masih kekurangan tenaga personil.

Selain itu kurangnya aset LAZDAI karena belum mempunyai kendaraan roda empat dalam menjalankan aktivitas sebagai lembaga amil zakat cukup menjadi kendala. Sehingga untuk mengumpulkan dan menyalurkan bantuan ,terutama untuk daerah luar kota Bandar Lampung masih menyewa kendaraan roda empat.

Menurut informan Andy selaku staf fundrising, untuk hambatan yang bersifat eksternal yaitu masih sulit pada tahap menyadarkan masyarakat yang memang bukan pekerjaan mudah, diantaranya adalah faktor kebiasaan berzakat di kalangan tertentu yang menganggap jika memberi langsung pada mustahik akan lebih dipandang, padahal zakat salah satu tujuan menyalurkan zakat melalui LAZ adalah agar terhindar dari sifat pamer, tingkat ketertarikan dan kepercayaan masyarakat masih minim, dan masih kurangnya pemahaman ajaran agama di beberapa kalangan.

Menghadapi masalah yang bersifat internal tersebut LAZDAI melakukan beberapa tindakan untuk mengatasinya, antara lain dengan merekrut tenaga relawan untuk membantu mengumpulkan zakat pada bulan Ramadhan atau pada saat ada kegiatan-kegiatan tertentu. Untuk meningkatkan motivasi relawan LAZDAI akan memberikan penghargaan berupa jaket bertuliskan LAZDAI atau lain sebagainya. Selain itu saat ini sudah terpikirkan untuk menambah personel tetap, namun hal itu masih dibicarakan.


(52)

Untuk melengkapi aset kendaraan roda empat, LAZDAI masih menawarkan program pada beberapa perusahaan untuk dapat membantu agar kendaraan tersebut dapat terealisasi. Diharapkan dengan adanya kendaraan roda empat kegiatan fundrising dan distribusi bantuan dapat lebih lancar.

Mengatasi hambatan eksternal dengan melakukan pendekatan personal, yang tidak cukup dilakukan sekali saja, meningkatkan pengetahuan agama, melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, membuat program-program penyaluran zakat yang menarik dan lebih berdaya guna. Serta menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap LAZDAI dengan melakukan kinerja yang baik Sehingga minimal menjaga kepercayaan para donatur yang sudah ada bahkan mampu menarik donatur baru melalui promosi dari donatur LAZDAI sendiri.


(1)

Saat pertama kali menjadi donatur, pengurus akan menanyakan kepada donatur akan disalurkan ke program apa dana zakatnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan Anti yang menyalurkan dananya untuk program beasiswa dan bantuan anak yatim. Namun ada juga yang menyerahkan ke pengurus penyalurannya yang penting tepat sasaran seperti yang diungkapkan oleh informan Reza dan Pian.

Untuk menilai keberhasilan yang dicapai LAZDAI dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah donatur yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika donatur tidak bertambah atau malah berkurang itu menandakan masyarakat mulai tidak percaya dengan kinerja LAZDAI. Gambaran peningkatan muzaki LAZDAI dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4. Jumlah Pertumbuhan Muzaki LAZDAI tahun 2001-2008

Tahun Jumlah Muzaki

2001 58

2002 62

2003 76

2004 81

2005 124

2006 356

2007 404

2008 409

Sumber : LAZDAI Lampung

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah donatur LAZDAI yang bertambah setiap tahun menunjukkan keberhasilan upaya LAZDAI dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Donatur yang mengeluarkan zakat melalui


(2)

perusahaan pada tahun 2008 berjumlah 202 orang, sedangkan yang mengeluarkan secara pribadi/perorangan berjumlah 207 orang.

Selain menghimpun dana zakat, LAZDAI juga menghimpun dana Infaq, sodaqoh dan fidyah, berikut ini merupakan data donatur LAZDAI pada tahun 2008.

Tabel 5. Data Donatur LAZDAI Bulan Juni-November 2008

No. Donatur Jumlah Donatur

Jumlah Dana yang terkumpul 1. Muzaki Zakat Profesi 110 orang Rp. 61.405.041,- 2. Muzaki Zakat Maal 13 orang Rp. 15.417.580,- 3. Pemberi Infaq 35 orang Rp. 8.567.400,- 4. Pemberi Sodaqoh 2 orang Rp.135.000,- 5. Pembayar Fidyah 3 orang Rp. 1.020.000,-

Total 163 orang Rp. 86.545.021,-

Sumber : LAZDAI Lampung (setelah diolah)

Berkat kepercayaan donatur, pada bulan Ramadhan, LAZDAI mampu menghimpun Zakat Fitrah dan Fidyah berupa uang sebanyak Rp.46.243.100 dan beras sebanyak 48 kg dan telah disalurkan sebelum Lebaran kepada yang berhak di wilayah Lampung Tengah, Bandar lampung dan Tulang Bawang (dokumentasi LAZDAI),

Bertambahnya jumlah muzaki yang menyalurkan zakatnya melalui LAZDAI merupakan harapan-harapan yang dimiliki oleh LAZDAI sebagai pemegang peran dalam masyarakat, sedangkan masyarakat memiliki harapan agar zakat yang mereka berikan bisa tepat sasaran dan bermanfaat bagi orang lain. Seperti yang


(3)

diungkapkan oleh para muzaki yang mengeluarkan zakatnya agar tepat sasaran dan bisa berguna tidak hanya untuk kebutuhan konsumtif tapi juga kebutuhan produktif. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh David Berry (1995;101) yang menyebutkan :

“ di dalam peranan terdapat dua macam harapan, pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya”.

Keberhasilan menjalankan peran sebagai lembaga amil zakat ditentukan dari cara sosialisasinya. Sosialisasi tentang pentingnya berzakat dan mengeluarkan zakat melalui LAZ merupakan salah satu bentuk interaksi sosial antara LAZ dengan masyarakat yang akan menghasilkan pemaknaan yang sama dan penyatuan tujuan antara pengurus LAZ dan masyarakat . Seperti yang dikemukakan oleh Soleman Taneko (1993 ; 14) ia menyebutkan :

“oleh karena interaksi sosial terdiri dari kontak dan komunikasi, dan di dalam proses komunikasi mungkin terjadi berbagai penafsiran makna perilaku. Dan penafsiran makna yang sesuai dengan pihak pertama akan menghasilkan kondisi yang kondusif diantara kedua belah pihak yang dinamakan kerjasama. Tetapi apabila penafsiran makna tingkah laku itu menyimpang atau bertentangan dengan makna yang dimaksud kemungkinan akan menghasilkan pertikaian dan mungkin berlanjut menjadi suatu persaingan”.

Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan muzaki akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui LAZ yang kuat, amanah dan terpercaya. Lembaga Amil zakat memiliki peranan penting dalam menyalurkan zakat masyarakat miskin, demikian pula halnya dalam menyadarkan masyarakat dalam mengeluarkan zakat . Lembaga amil zakat dalam hal ini tidak berdiri sendiri tetapi juga harus mampu mempengaruhi dan menyadarkan masyarakat untuk mau


(4)

membayar zakat dan menyalurkan zakatnya secara kolektif agar lebih berdayaguna. Sehingga LAZ dan masyarakat saling bekerjasama demi tercapainya tujuan zakat yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan kaum dhuafa.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat LAZDAI dalam Menyadarkan Masyarakat untuk Mengeluarkan Zakat

Meningkatnya jumlah donatur setiap tahun tentunya karena ada faktor yang mendukung seperti yang diungkapkan para pengurus bahwa donatur yang sudah bergabung di LAZDAI turut berperan untuk menambah donatur baru. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh informan Pian yang diajak bergabung di LAZDAI oleh atasan di tempatnya bekerja. Begitu pula dengan ibu Atik yang mengetahui LAZDAI dari majalah Amal Insani yang dipinjamkan oleh rekan kerjanya. Layanan yang baik serta program yang menarik juga merupakan faktor pendukung untuk menarik para donatur seperti yang diungkapkan oleh keempat informan yang berstatus Muzaki.

Dalam menyadarkan masyarakat masih ada faktor-faktor penghambat baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor penghambat internal adalah kurangnya sumber daya manusia yang mereka miliki untuk mengumpulkan zakat dari para donatur, bahkan ketua pengurus hariannya pun turut mengambil zakat dari para donatur. Hal ini terungkap dari informan pihak pengurus yang mengatakan bahwa kurangnya tenaga personil membuat pengurus kesulitan terutama pada bulan Ramadhan. Jumlah muzaki musiman akan bertambah pada


(5)

bulan tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh informan dari donatur yaitu Reza yang melihat LAZDAI masih kekurangan tenaga personil.

Selain itu kurangnya aset LAZDAI karena belum mempunyai kendaraan roda empat dalam menjalankan aktivitas sebagai lembaga amil zakat cukup menjadi kendala. Sehingga untuk mengumpulkan dan menyalurkan bantuan ,terutama untuk daerah luar kota Bandar Lampung masih menyewa kendaraan roda empat.

Menurut informan Andy selaku staf fundrising, untuk hambatan yang bersifat eksternal yaitu masih sulit pada tahap menyadarkan masyarakat yang memang bukan pekerjaan mudah, diantaranya adalah faktor kebiasaan berzakat di kalangan tertentu yang menganggap jika memberi langsung pada mustahik akan lebih dipandang, padahal zakat salah satu tujuan menyalurkan zakat melalui LAZ adalah agar terhindar dari sifat pamer, tingkat ketertarikan dan kepercayaan masyarakat masih minim, dan masih kurangnya pemahaman ajaran agama di beberapa kalangan.

Menghadapi masalah yang bersifat internal tersebut LAZDAI melakukan beberapa tindakan untuk mengatasinya, antara lain dengan merekrut tenaga relawan untuk membantu mengumpulkan zakat pada bulan Ramadhan atau pada saat ada kegiatan-kegiatan tertentu. Untuk meningkatkan motivasi relawan LAZDAI akan memberikan penghargaan berupa jaket bertuliskan LAZDAI atau lain sebagainya. Selain itu saat ini sudah terpikirkan untuk menambah personel tetap, namun hal itu masih dibicarakan.


(6)

Untuk melengkapi aset kendaraan roda empat, LAZDAI masih menawarkan program pada beberapa perusahaan untuk dapat membantu agar kendaraan tersebut dapat terealisasi. Diharapkan dengan adanya kendaraan roda empat kegiatan fundrising dan distribusi bantuan dapat lebih lancar.

Mengatasi hambatan eksternal dengan melakukan pendekatan personal, yang tidak cukup dilakukan sekali saja, meningkatkan pengetahuan agama, melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, membuat program-program penyaluran zakat yang menarik dan lebih berdaya guna. Serta menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap LAZDAI dengan melakukan kinerja yang baik Sehingga minimal menjaga kepercayaan para donatur yang sudah ada bahkan mampu menarik donatur baru melalui promosi dari donatur LAZDAI sendiri.