UPAYA LAZDAI DALAM MENYADARKAN MASYARAKAT UNTUK MENGELUARKAN ZAKAT

(1)

ABSTRACT

EFFORTS TO INCREASE AWARENESS IN THE COMMUNITY LAZDAI TO ISSUE ZAKAT

By JUNDIYANTI

This study aims to determine LAZDAI efforts in raising public awareness for the issue of zakat, the fact that the potential of zakat in Indonesia is very big but the collection and management is still not organized. Another thing to note is that the factors supporting and inhibiting factors in an effort to increase public awareness of Zakat issue. LAZDAI study was conducted in Lampung. Desktiptif kind of research is qualitative, with data collection techniques such as in-depth interviews using interview guidelines and documentation study data to support research. Informants in this study is comprised of seven people who were board LAZDAI three people who are considered to meet the needs research author in doing this, and four people who have seen the donors LAZDAI information related to efforts to increase awareness of Zakat issued through the LAZ. Informants are determined by using purposive sampling technique. The results showed LAZDAI efforts in raising public awareness is being made by way of socialization into society and companies, improving LAZDAI services and make these programs attractive. LAZDAI supporting factors in raising public awareness is the presence of donor assistance LAZDAI long to introduce to the community, good service and the existence of programs that are interesting. Consists of inhibiting factors inhibiting factors inhibiting factors internal and external. Internal inhibiting factors are lack of manpower personnel and the unavailability of four-wheeled vehicle assets, whereas the external inhibiting factor is the presence of habit tithe directly in certain societies, the level of interest and public confidence remains low and is still a lack of understanding of religion in society.


(2)

UPAYA LAZDAI DALAM MENYADARKAN MASYARAKAT UNTUK MENGELUARKAN ZAKAT

Oleh JUNDIYANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat, karena ternyata potensi zakat di Indonesia sangat besar namun pengumpulan dan pengelolaannya masih belum terorganisir. Hal lain yang ingin diketahui adalah faktor-faktor pendukung dan faktor- faktor penghambat upaya menyadarkan masyarakat mengeluarkan zakat. Penelitian ini dilakukan di LAZDAI Lampung. Jenis penelitian ini adalah desktiptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dan data studi dokumentasi untuk menunjang penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yang terdiri dari 3 orang adalah pengurus LAZDAI yang dianggap memenuhi kebutuhan penulis dalam melakukan penelitian ini, dan 4 orang donatur LAZDAI yang dianggap memiliki informasi berkaitan dengan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat melalui LAZ. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sample. Hasil penelitian ini menunjukkan upaya yang dilakukan LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi ke masyarakat dan perusahaan-perusahaan, meningkatkan layanan LAZDAI dan membuat program-program yang menarik. Faktor-faktor pendukung LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat adalah adanya bantuan dari donatur lama untuk mengenalkan LAZDAI pada masyarakat, layanan yang baik dan adanya program-program yang menarik. Faktor penghambat terdiri dari faktor penghambat internal dan faktor penghambat eksternal. Faktor penghambat internal yaitu kurangnya tenaga personel dan belum adanya aset kendaraan roda empat, sedangkan yang menjadi faktor penghambat eksternal adalah adanya kebiasaan berzakat secara langsung di kalangan masyarakat tertentu, tingkat ketertarikan dan kepercayaan masyarakat masih rendah dan masih kurangnya pemahaman ajaran agama di kalangan masyarakat.


(3)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masalah kemanusiaan yang terbesar adalah masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar umat manusia termasuk di dalamnya umat Islam. Masalah kaya miskin dalam masyarakat kadang-kadang dipandang sebagai masalah rawan karena keadaan demikian dapat menimbulkan kesenjangan dan masalah sosial. Masalah sosial yang timbul dari kemiskinanan seperti kriminalitas, penculikan anak, kenakalan remaja, anak jalanan, gelandangan, pengemis, narkoba, prostitusi dan masalah sosial lainnya. Masalah-masalah sosial tersebut tentunya akan meresahkan masyarakat dan perlu ditangani dengan cara mengentaskan kemiskinan terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi perbedaan kaya dan miskin yang mencolok dalam masyarakat. Untuk mengentaskan kemiskinan diperlukan kerjasama dari semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri, karena mengentaskan kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama sebagai bentuk solidaritas sosial dalam masyarakat.

Tiap agama membawa ajaran yang baik terlepas dari perbedaan-perbedaan sangat mendasar yang menyertainya. Termasuk di dalamnya ajaran kedermawanan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama dan ajaran menciptakan persatuan dan


(4)

kesatuan antar umat manusia. Menurut Jalaluddin (2005 : 263) agama memiliki fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas sosial dimana penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan : iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Karena agama mendorong manusia untuk tidak selalu memikirkan kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan sesama. Itu berarti agama membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi kewajiban-kewajiban sosial dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan isi kewajiban-kewajiban sosial mereka. Dalam peranan ini agama telah membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh.

Peranan sosial agama harus dilihat terutama sebagai sesuatu yang mempersatukan. Dalam pengertian harfiahnya, agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat. Agama juga cenderung melestarikan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial keagamaan tersebut tidak mudah diubah karena adanya perubahan-

perubahan dalam konsepsi-konsepsi kegunaan dan kesenangan duniawi (Nottingham, 1997 : 42). Seperti halnya ajaran agama Islam yang menghendaki


(5)

memikirkan nasib orang lain dan memiliki kewajiban sosial membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu ajaran Islam yang menunjukkan solidaritas dan kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat adalah zakat. Zakat merupakan ibadah umat Islam di bidang harta yang sering dipandang sebagai instrumen untuk merealisasikan konsep keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat. Zakat merupakan manifestasi dalam hubungan antara manusia dengan prinsip mendistribusikan harta kekayaan dari yang kaya kepada yang miskin sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial.

Islam mewajibkan seorang muslim yang mampu untuk mengeluarkan hartanya dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan bagi orang yang tidak mampu berusaha dan tidak sanggup bekerja, serta tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, maka ia berhak mendapat jaminan dari saudara-saudaranya yang mampu, karena dalam Islam semua muslim itu bersaudara. Jaminan yang dimaksud tersebut berupa zakat yang diberikan oleh muslim yang mampu kepada saudara muslim yang tidak mampu. Zakat inilah yang diharapkan mampu meminimalisir kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, sebagai sikap dari saling membantu dan solidaritas dalam Islam yang pada akhirnya mampu pula memberantas kemiskinan dalam masyarakat.

Yusuf Qardhawi (Nuruddin, 2006 :152-153) mengemukakan bahwa zakat adalah sistem sosial, karena zakat berfungsi menyelamatkan masyarakat dari kelemahan baik karena bawaan ataupun karena keadaan. Zakat dapat menanggulangi


(6)

berbagai bencana dan kecelakaan, memberikan santunan kemanusiaan, orang yang berada menolong yang tidak punya, yang kuat membantu yang lemah, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan kehabisan bekal dan memperkecil perbedaan antara si kaya dan si miskin.

Sedangkan zakat menurut Hikmat Kurnia dan A. Hidayat (2008 : 8) merupakan salah satu dari sistem ekonomi Islam karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Di sisi lain Sahal (Sidiq, 2005 : 11) juga menyatakan zakat adalah institusi-institusi untuk mencapai keadilan sosial, dalam arti sebagai mekanisme penekanan modal pada sekelompok kecil masyarakat.

Zakat merupakan ibadah yang memiliki akar historis yang cukup panjang, seperti juga ibadah shalat. Kalau shalat merupakan ibadah ruhiyah, maka zakat adalah ibadah harta dan sosial yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan menentukan, baik yang dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Dengan kata lain, zakat disamping memiliki dimensi spiritual juga memiliki dimensi sosial ekonomi. Dengan demikian, bagi setiap muslim yang telah menunaikan zakat, tidak hanya beribadah untuk dirinya sendiri tetapi juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan sesamanya, dimana pengeluaran zakat dibebankan atas harta atau kekayaan seorang muslim sehingga zakat memiliki tujuan sangat mulia .

Adapun tujuan mulia dari zakat menurut Muhammad Said Wahbah (Nuruddin, 2006 : 32-33) yaitu :


(7)

1. Membangun jiwa dan semangat untuk saling menunjang dan solidaritas sosial di kalangan masyarakat Islam.

2. Merapatkan dan mendekatkan kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat. 3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai bencana,

seperti bencana alam maupun bencana lainnya.

4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadnya konflik, persengketaan dan berbagai bentuk kekerasan dalam masyarakat.

5. Menyediakan dana taktis dan khusus untuk penangulangan biaya hidup para gelandangan, para pengangguran, dan tuna sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak menikah, tetapi tidak memiliki dana untuk itu.

Peran strategis zakat dalam mensejahterakan umat, bukan hanya janji kosong ataupun angan-angan. Zakat telah terbukti begitu efektif pada zaman kekhalifahan Umar bin Khaththab yang mampu mengentaskan kemiskinan karena tidak lagi ditemukan orang-orang miskin untuk diberikan zakat. Seperti yang dikisahkan Abu Ubaid bahwa Mu’adz bin Jabal pernah mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di Yaman kepada khalifah Umar, karena beliau tidak lagi menemukan mustahik (penerima zakat) zakat di Yaman, tapi dikembalikan oleh Umar, Mu’adz kemudian mengirimkan sepertiga hasil zakat itu yang kembali ditolak oleh Umar. (www.Sebi.ac.id, akses tanggal 30 Oktober 2008).

Sebuah potret yang begitu mengagumkan dari adanya kewajiban zakat bagi umat muslim. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, yang secara logika sederhana, muzakki-nya (pembayar zakat) tentu sangat banyak, dan jika ini bisa dimaksimalkan, bukan tidak mungkin bangsa ini akan bebas dari lilitan hutang dan masyarakatnya bisa sejahtera. Agar menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan


(8)

zakat secara professional dan bertanggungjawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah.

Di Indonesia sendiri pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai landasan hukum sekaligus pengatur dalam upaya pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang disertai dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji No. D / 291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Walau telah ada dasar hukum yang kuat mengenai pengelolaan zakat, namun masih ada kekurangan dari undang-undang tersebut, seperti tidak adanya sanksi bagi orang yang telah mampu dan wajib berzakat tetapi tidak melaksanakannya (tidak mau membayar zakat). Sehingga mengeluarkan zakat masih bergantung pada kesadaran individu masing-masing.

Dalam Bab II pasal 5 Undang-undang zakat tersebut dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai tuntutan agama.

2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial .

3. Meningkatkan hasil dan daya guna zakat.

Dalam undang-undang tersebut juga dikemukakan bahwa pemerintah Indonesia menetapkan dan mengesahkan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai organisasi yang bergerak dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai badan yang didirikan oleh


(9)

pemerintah menjadi ujung tombak pemerintah dalam upaya pengumpulan dan pendistribusian zakat. Badan ini didirikan di berbagai tingkatan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. Pelaksanaan pengelolaan zakat turut pula dilaksanakan oleh unsur masyarakat melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah setelah memenuhi beberapa persyaratan tertentu.

Berkaitan dengan upaya pembentukan pengelola zakat yang kuat, amanah dan dipercaya oleh masyarakat maka diatur pula sanksi bagi lembaga pengelola zakat seperti yang tercantum dalam Bab VIII pasal 21 butir 1 bahwa :

“setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau tidak mencatat dengan tidak benar harta zakat, infak, sedekah, hibah, wasiat,waris dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, pasal 12, dan pasal 13 dalam undang-undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/ atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)”.

Dengan adanya sanksi tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat percaya dan sengaja mengeluarkan zakatnya melalui lembaga amil zakat.

Sejak dikeluarkannya UU No.38 tahun 1999 tersebut, pengelolaan zakat di Indonesia terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Terbukti dengan semakin banyaknya badan/lembaga yang berdiri untuk mengelola zakat. Menurut data Forum Zakat (FOZ) hingga Nopember 2007 di Indonesia sudah ada BAZ (Badan Amil Zakat) sebanyak 433 badan dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) sebanyak 60 lembaga atau total BAZ/LAZ = 493 lembaga. Dari 493 lembaga tersebut berhasil dihimpun dana sebesar Rp 1,8 Triliun (http : //www.dsniamanah.or.id, tanggal 31 Januari 2009).


(10)

Berdasarkan hasil penelitian Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah dan Ford Foundation (http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=1628&kd=B tanggal 30 Desember 2008) mengungkapkan, jumlah filantropi (kedermawanan) umat Islam Indonesia mencapai Rp 19,3 triliun dalam bentuk barang Rp 5,1 triliun dan uang Rp 14,2 triliun. Jumlah dana sebesar itu, sepertiganya masih berasal dari zakat fitrah (Rp 6,2 triliun) dan sisanya zakat harta sebesar Rp. 13,1 triliun.

Potensi zakat di Indonesia sesungguhnya sangat besar, berdasarkan hitungan Kompas, potensi minimal zakat di Indonesia sebesar Rp 4,8 triliun. Asumsinya, penduduk Muslim 88,2 persen dari total penduduk Indonesia. Mengacu pada Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007, dari 56,7 juta keluarga di seluruh Indonesia, 13 persen di antaranya memiliki pengeluaran lebih dari Rp 2 juta per bulan. Dengan asumsi bahwa penghasilan setiap keluarga itu lebih besar daripada pengeluaran, minimal keluarga itu mampu membayar zakat 2,5 persen dari pengeluarannya. Dengan demikian, nilai totalnya menjadi Rp 4,8 triliun. Hasil survei Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) tahun 2007 menyebutkan, potensi zakat di Indonesia lebih besar lagi, yaitu Rp 9,09 triliun. Survei ini menggunakan 2.000 responden di 11 kota besar di Indonesia.

Pakar ekonomi syariah, Syafii Antonio, bahkan menyebut potensi zakat Indonesia mencapai Rp 17 triliun. Namun, hasil riset terbaru dari Ivan Syaftian, peneliti dari Universitas Indonesia, tahun 2008, dengan menggunakan qiyas zakat emas, perak, dan perdagangan, didapat data potensi zakat profesi sebesar Rp 4,825 triliun per tahun. Penghitungan ini menggunakan variabel persentase penduduk Muslim yang


(11)

bekerja dengan rata-rata pendapatan di atas nisab (http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/30/00185540/potensi.zakat.triliunan.r upiah).

Sementara itu, jumlah dana zakat yang bisa dihimpun Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) tahun 2007 sebesar Rp 14 miliar. Apabila digabung dengan penerimaan zakat seluruh lembaga amil zakat (LAZ) tahun 2007, dicapai Rp 600 miliar. Nilai ini hanya 12,5 persen dari potensi minimal yang ada jika asumsi potensi Rp 4,8 triliun. Ini membuktikan bahwa dari potensi zakat yang besar belum sepenuhnya tergali untuk digunakan mengatasi masalah kemiskinan.

Hasil Survei “Potensi dan Perilaku Masyarakat dalam Berzakat” (http:/ www. PIRAC.co.id, akses tanggal 3 Februari 2009) yang dilakukan PIRAC pada akhir 2007 dengan melibatkan 2000 responden yang dilakukan setiap tiga tahun untuk mengetahui potensi dan perubahan perilaku masyarakat dalam berzakat. Survei yang dilakukan di 11 kota besar, yakni Medan, Padang, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, Balikpapan, Makassar, dan Manado menunjukkan bahwa 55 persen masyarakat muslim yang menjadi responden sadar atau mengakui dirinya sebagai pembayar zakat (muzaki).

Tingkat kesadaran para muzaki ini meningkat 5,2 persen dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya (2004) yang besarnya 49,8 persen. Fenomena ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat akan kewajibannya sebagai wajib zakat. Peningkatan kesadaran ini juga terlihat dari kepatuhan muzaki dalam menunaikan kewajibannya berzakat. Survei menunjukkan sebagian besar


(12)

responden yang mengaku sebagai muzaki (95,5 persen) menunaikan kewajibannya dengan membayar zakat. Jumlah persentase muzaki yang membayar zakat ini juga sedikit meningkat dibanding hasil survei 2004 yang besarnya (94,5 persen). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakatnya.

Munculnya lembaga-lembaga pengelola zakat dan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan ibadah zakat, belum disertai dengan kesadaran untuk menyalurkan zakat melalui badan amil zakat ataupun lembaga amil zakat. Jumlah muzaki (pembayar zakat) yang menyalurkan zakat secara langsung lebih besar daripada yang menyalurkan melalui BAZ dan LAZ. Hal ini dapat dilihat dari hasil Survei PIRAC yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (59%) ternyata memilih menyalurkan zakatnya kepada masjid di sekitar rumah. Responden yang memilih menyalurkan zakatnya langsung kepada penerima zakat sebesar 25 %, sementara responden yang menyalurkan zakatnya ke BAZ dan LAZ hanya 6% dan 1,2%.

Di Bandar Lampung sendiri, menurut Ansori, direktur LAZIS Lampung (Lampung Post, 28 September 2007) masyarakat Lampung cenderung memberikan zakatnya langsung kepada mustahiq (penerima zakat), sehingga zakat yang dikelola masih minim. Di sisi lain, lembaga amil zakat kurang berkembang karena tingkat kepercayaan masyarakat untuk memberikan zakatnya kepada LAZIS masih rendah. Padahal, potensi zakat di Lampung ini sangat besar, mencapai Rp30 miliar/tahun.


(13)

Banyak pemberi zakat yang lebih senang menyalurkan zakatnya melalui masjid sekitar rumah ataupun secara langsung kepada mustahik. Pengelolaan zakat lewat masjid umumnya tidak seoptimal dan profesional lewat BAZ dan LAZ. Pola pengelolaan zakatnya biasanya bersifat pasif, tentatif atau tidak rutin, booming pada saat Ramadhan, dikelola oleh panitia sementara dan pendayagunaannya hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan pembagian zakat secara langsung merupakan niat baik, namun niat baik juga harus disertai dengan pelaksanaan yang baik agar tidak terjadi hal yang merugikan seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Contoh penyaluran zakat yang berakhir tragis terjadi saat ada pembagian zakat secara massal oleh keluarga Haji Syaikon di Pasuruan, Jawa Timur, pada tanggal 15 September 2008 yang menyebabkan 21 orang tewas dan belasan korban luka-luka akibat pembagian zakat yang tidak tertib (http ://www. Detiknews.com tanggal 2 Februari 2009) dan berita Ramadhan tahun sebelumnya menewaskan 5 orang di rumah Habib Ismet Alhabsyi Jl. Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan merupakan berita yang sangat miris didengar. Insiden ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi, namun pola penyaluran zakat secara massal ini tampaknya masih diminati masyarakat. Insiden Pasuruan ini tak perlu terjadi seandainya H. Syaikhon dan Habib Ismet sebagai muzaki mau menyerahkan zakatnya kepada amil zakat yang sudah ada, yakni badan amil zakat daerah atau lembaga amil zakat lainnya.


(14)

Selain mengindari hal-hal yang tak diinginkan, penyaluran zakat secara kolektif melalui lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, menurut Abdurrahman Qadir (Hafidhuddin, 2002 : 126) akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain : Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin muzakki (pemberi zakat). Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik (penerima zakat), apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.

Sebaliknya, jika zakat diserahkan secara langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat , terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan. Seperti yang diungkapkan oleh Yusuf Wibisono (2007 : 3) bahwa zakat sebagai salah satu ibadah memiliki potensi yang menjanjikan bagi perekonomian dan dapat mengentaskan kemiskinan, baru akan terasa dampaknya pada tingkat yang diharapkan jika dana zakat terkumpul dalam jumlah yang cukup signifikan, dikumpulkan secara terorganisir dan dikelola secara profesional.

Besarnya manfaat zakat dan pentingnya penghimpunan zakat secara kolektif serta rendahnya kesadaran masyarakat menyalurkan zakat melalui LAZ inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian bagaimana upaya LAZDAI dalam


(15)

menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat ?

2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat LAZDAI dalam upaya menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan ;

1. upaya yang dilakukan LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat


(16)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial yang bertema sama khususnya dalam bidang sosiologi. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

informasi bagi lembaga amil zakat dalam upaya menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Peranan Lembaga Amil Zakat

1. Pengertian Peranan

Peranan dapat didefinisikan sebagai kumpulan harapan terencana seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Menurut Margono Slamet (Emirzan, 2006 : 6) peranan mencakup tindakan aturan perilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial.

Soleman B. Taneko (Emirzan, 2006 : 7) mengemukakan bahwa dalam konsep peranan terkandung harapan-harapan tertentu yaitu harapan agar menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Dalam hal ini ada dua macam harapan, yaitu :

1. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peranan.

2. Harapan yang dimiliki oleh pemegang peranan terhadap masyarakat atau terhadap orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peran atau kewajibannya.


(18)

Soerjono Soekamto (Emirzan, 2006 : 7-8) menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis kedudukan, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Menurut Levinson peranan mencakup tiga hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan ini dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perkelakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Berkaitan dengan kepentingan penelitian, dalam hal ini peranan lembaga amil zakat dapat diartikan sebagai tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh lembaga amil zakat dalam melaksanakan harapan yang dimiliki. Peranan suatu lembaga atau organisasi dalam masyarakat lebih banyak menyangkut pada aktivitasnya tersebut yang bersumber dari program-program yang dijalankan. Keberhasilan LAZ dalam melakukan upaya menyadarkan masyarakat diukur dari bertambahnya jumlah muzaki yang menyalurkan zakat melalui LAZ. Namun sebaliknya, jika jumlah orang yang menyalurkan zakat semakin berkurang, maka LAZ tersebut gagal dalam menyadarkan masyarakat.


(19)

2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Lembaga Amil Zakat (LAZ) sering diartikan sebagai suatu lembaga masyarakat yang informal, temporer dan hanya bekerja menerima zakat dan membagikan kepada yang berhak menerimanya.

Lembaga amil zakat (LAZ) menurut Wiwoho, Yatim dan Hendargo (Sidiq, 2005 : 14) merupakan suatu bentuk organisasi, sistem manajemen dan mekanisme kerja yang menjamin pengumpulan zakat dari yang berkewajiban membayarnya dan menjamin pula pembagian atau penyebarannya sehingga tercapai tujuan yang lebih jauh yaitu ikut memberantas kemiskinan dan kefakiran dengan mengembangkan usaha-usaha produksi sehingga berkelanjutan ikut meningkatkan kualitas kehidupan umat. Sebagai organisasi pengelola zakat, lembaga amil zakat dapat menerima berbagai jenis dana selain zakat yaitu dan infaq/shadaqah, dana wakaf dan dana pengelola

Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga yang melayani kepentingan publik dalam penghimpunan dan penyaluran dana umat. Sebagai organisasi sektor publik tentu saja LAZ memiliki stakeholders yang sangat luas. Konsekwensinya LAZ dituntut dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan kepada semua pihak yang berkepentingan. Kemampuan untuk memberikan informasi yang terbuka, seimbang dan merata kepada stakeholders terutama mengenai pengelolaan keuangan adalah salah satu kriteria yang menentukan tingkat akuntabilitas dan aksesibilitas lembaga (http://InzoPlus KR.Co.id, 24 Agustus 2007)


(20)

Dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, lembaga amil zakat adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemashlahatan umat Islam.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 581, dikemukakan bahwa Lembaga amil zakat harus memiliki beberapa persyaratan teknis, antara lain :

1. Berbadan hukum

2. Memiliki data muzakki dan mustahik 3. Memiliki program kerja yang jelas 4. Memiliki pembukuan yang baik

5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit

Tugas pokok dari lembaga amil zakat adalah mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Pengertian dari kegiatan pengelolaan zakat menurut UU No. 38 tahun 1999 adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lembaga amil zakat adalah sebuah lembaga amil zakat yang dibentuk oleh masyarakat, bertugas menghimpun zakat dari para muzaki (pemberi zakat), mengelola dan menyalurkan kepada mustahik (penerima zakat) serta berkewajiban menginformasikan laporan keuangannya kepada publik melalui media komunikasi yang dimiliki LAZ tersebut.


(21)

B.Tinjauan tentang Kesadaran Masyarakat

1. Pengertian Kesadaran

Menurut Salam ( Zainidah, 2008 : 36) kesadaran terdiri dari kata dasar sadar yang berisi pengertian tahu, kenal, mengerti, dapat memperhitungkan arti, guna sampai pada soal akibat perbuatan satu pekerjaan yang dihadapi seseorang baru dapat dimintai tanggungjawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya. Menurut Devito, kesadaran adalah kemampuan untuk merespon atau memilah sesuatu (Zainidah, 2008:38).

Sedangkan menurut Moenir (Marleni, 2003:9) kesadaran merupakan suatu proses berpikir, metode dan renungan pertimbangan dan perbandingan sehingga menghasilkan keyakinan, ketenangan dan ketetapan hati dan kesinambungan jiwa sebagai tolak ukur perbuatan dan tindakan yang akan dilakukan.

2. Pengertian Masyarakat

Beberapa sarjana sosial mengemukakan pengertian yang berbeda - beda tentang masyarakat, tergantung sudut pandang masing-masing. Menurut Soerjono Soekamto (Abdulsyani, 2005:13) masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia yang memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut :

1. Manusia yang hidup bersama secara teoritis, maka jumlah manusia yang hidup bersama minimal dua orang.

2. Bergaul dalam jangka waktu yang lama.


(22)

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu sama lain.

W.J.S Poerwadarminta (Abdul Syani, 2005:3) mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia atau sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu.

Selanjutnya, menurut Ralp Linton (Abdul Syani, 2005:11) yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang bergaul bersama dalam suatu kesatuan sistem hidup yang mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu hidup bersama dan dalam waktu lama dengan batas-batas tertentu serta terkandung unsur-unsur seperti kepentingan, keinginan dan memiliki tujuan yang sifatnya fungsional.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat adalah sebagai suatu keadaan dimana masyarakat mengerti, tahu dan merasa yang menimbulkan ketenangan dan ketetapan hati serta timbulnya keyakinan dalam


(23)

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai bagian masyarakat tanpa ada paksaan dari pihak lain.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat

W. A. Gerungan (Elentari, 2005:19) mengemukakan bahwa dua aspek yang mempengaruhi sikap, kesadaran dan pengertian anggota kelompok adalah :

1. Peranan (fungsinya pada kelompok itu) 2. Timbal balik hubungan anggota kelompok

Saifudi Azwar (Elentari, 2005:19-20) mengemukakan bahwa kesadaran masyarakat merupakan sikap sosial yang terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah :

1. Pengalaman pribadi

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

2. Orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang klonformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman-pengalaman individu.


(24)

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya dasar pengertian dan konsep moral dalam individu.

6. Faktor emosional

Kadang-kadang suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Berkaitan dengan penelitian ini kesadaran masyarakat dalam menyalurkan zakat dipengaruhi oleh peranan yang dimiliki oleh lembaga amil zakat dan adanya interaksi antara LAZ dan masyarakat yang memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang zakat sehingga masyarakat secara sadar dan tanpa paksaan akan mengeluarkan zakatnya melalui LAZ.

C. Tinjauan tentang Zakat

1. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan bentuk kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Karenanya zaka, berarti tumbuh dan berkembang. Dari istilah zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Nuruddin , 2006 : 6)


(25)

adapun orang yang menerima zakat disebut mustahik, sedangkan bagi yang orang memberi zakat disebut muzakki (http://www.laziz UNS.ac.id tanggal 30 Oktober 2008).

Menurut Hikmat Kurnia dan A. Hidayat (2008 : 8) zakat merupakan salah satu dari sistem ekonomi Islam karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Di sisi lain Sahal (Sidiq, 2005 : 12 ) juga menyatakan zakat adalah institusi-institusi untuk mencapai keadilan sosial, dalam arti sebagai mekanisme penekanan modal pada sekelompok kecil masyarakat.

Zakat menurut Sudarsono (Sidiq, 2005 : 11) adalah mengeluarkan sebagian harta bendanya untuk diberikan kepada fakir miskin sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam Al Qur’an sebagai pembersih serta penghapus kesalahan -kesalahan manusia. Menurut Hafidduddin (2002 : 2) zakat merupakan bagian dari harta dengan prasyarat tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

2. Penerima Zakat (Mustahik)

Zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim dengan syarat-syarat tertentu juga memiliki batasan sehingga hanya diberikan kepada yang berhak. Batasan bagi penerima zakat terdapat dalam Al-Qur’an, surat At-Taubah ayat 60, dimana yang berhak menerima zakat ada 8 golongan. Golongan masyarakat yang berhak menerima zakat dinamakan dengan Ashnaf yang terdiri dari :


(26)

a. fakir, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak memiliki harta

b. miskin, adalah orang yang memiliki pekerjaan namun penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya

c. amil, yaitu petugas zakat. Kelompok ini berhak mendapatkan bagian dari zakat, maksimal satu perdelapan atau 12,5 persen, dengan catatan bahwa petugas zakat ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut.

d. Muallaf , yaitu kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya, karena baru masuk Islam

e. Riqab, adalah budak yang ingin memerdekakan diri dengan membayar uang tebusan budak belian untuk membebaskan dirinya,

f. gharimin atau kelompok orang yang berhutang. Tapi bukan berarti semua bentuk hutang dapat dibayarkan dari zakat. Menurut para ulama ada beberapa jenis hutang yang menjadikan orang yang berhutang berhak untuk mendapatkan zakat yaitu :

1) Pertama, orang yang berhutang untuk kemaslahatan dan memenuhi kebutuhan pokok pribadi dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

2) Kedua, orang yang berhutang untuk kemaslahatan umum, seperti orang yang mendamaikan dua kelompok yang bertikai, dan untuk mendamaikan ini ia memerlukan dana, kemudian ia meminjam


(27)

kepada orang lain. Mereka itulah orang-orang yaang berhak mendapatkan zakat.

Adapun orang yang mempunyai hutang untuk bisnis, jika pada waktu jatuh tempo ia tidak mempunyai sesuatu untuk membayar hutangnya, maka menurut sebagian ulama mereka berhak menerima zakat. Namun bagi mereka yang berhutang untuk bisnis, meskipun mereka mempunyai hutang tapi kehidupan mereka sangat berkecukupan, seperti para bisnisman dan para konglomerat yang sebenarnya banyak diantara mereka memiliki hutang, maka mereka adalah orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat dan bukan orang yang berhak menerima zakat

g. Fi sabilillah, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah dan h. Ibnu Sabil, yaitu orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan.

Dari sudut pandang kesejahteraan masyarakat yang timpang maka golongan ashnaf yang perlu diutamakan, karena kondisi yang mereka alami dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup, kelaparan,bahkan kematian.

3. Syarat Wajib Zakat

Zakat diambil dari orang kaya (mampu) dan diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu, seperti fakir dan miskin. Indikator kemampuan itu adalah dihitung dari nishab (nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya). Jika seorang muslim memiliki harta kurang dari nishab, ajaran Islam membuka jalan


(28)

untuk mengeluarkan sebagian penghasilannya tanpa adanya nishab, yaitu dalam bentuk infak atau sedekah (Hafidhuddin, 2002:25).

Adapun syarat-syarat wajib untuk mengeluarkan zakat adalah a. Islam; Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja.

b. Merdeka; Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada.

c. Milik Sepenuhnya; Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.

d. Cukup Haul; cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi.

e. Cukup Nisab; Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kebanyakan standar zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas dijadikan ukuran nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.


(29)

4. Macam-macam Zakat

Zakat ada dua macam yang terdiri dari zakat Nafs/fitrah dan zakat mal/harta (Gustian Djuanda, 2006 : 18). Zakat fitrah merupakan zakat untuk menyucikan diri. Dikeluarkan dan disalurkan kepada yang berhak pada bulan Ramadhan sebelum tanggal 1 Syawal (hari raya Idul Fitri). Zakat ini dapat berbentuk bahan pangan atau makanan pokok sesuai dengan daerah yang ditempati, maupun berupa uang yang nilainya sebanding dengan ukuran/harga bahan pangan atau makanan pokok tersebut.

Zakat mal atau zakat harta adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Zakat mal terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki, antara lain :

a. Zakat binatang ternak, meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba), dan unggas (ayam, itik, burung)

b. Zakat emas dan perak, termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena itu segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya termasuk ke dalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan nishab (jumlah minimal) dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.


(30)

c. Zakat harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang-barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan dan lain-lain.

d. Zakat hasil pertanian adalah zakat dari hasil tumbuh-tumbuhan yang bernilai ekonomis, seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan dan lain-lain.

e. Zakat ma’din (hasil tambang) dan kekayaan laut. Hasil tambang adalah benda-benda yang terdapat di perut bumi dan memilki nilai ekonomis, seperti emas, perak, timah, tembaga dan lain-lain. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut, seperti mutiara, ambar dan lain-lain

f. Rikaz (harta temuan) yaitu harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk di dalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengakui sebagai pemiliknya.

g. Zakat profesi merupakan zakat hasil profesi (pegawai negeri/swasta, konsultan, dokter, notaris dan lain-lain)

5. Nishab Zakat

Nishab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Untuk zakat fitrah, nishabnya adalah mempunyai kelebihan bahan makanan pokok pada hari Raya Idul Fitri dengan kadar zakat 2,5 kg beras atau 3,5 liter bahan pokok. Sedangkan untuk zakat harta kebanyakan standar zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas


(31)

dijadikan ukuran nishab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.

a. Emas dan Perak

(1) Nishab Emas sebesar 20 dinar (85 gram), perak sebesar 200 Dirham (672 gram)

(2) sebagai acuan untuk perhitungan kadar zakat yang lain

(3) bentuk lain baik dari saham/obligasi, penjualan rumah,profesi komersial.

b. Harta Perniagaan

(1) bidang perdagangan , industri, agro industri, jasa, (2) nishab sebesar 85 gram emas selama satu tahun (3) kadar : 2,5 % x nishab

c. Harta Peternakan

(1) Sapi, Kerbau, Kuda, Unta - Nishab 30 ekor

Jumlah Wajib Zakat

30 – 39 ekor 1 ekor sapi jantan/betina tabi’ 40 – 59 ekor 1 ekor betina musinnah 60 – 69 ekor 2 ekor sapi tabi’

70 – 79 ekor 1 ekor musinnah, 1 ekor tabi’ 80 – 89 ekor 2 ekor musinnah


(32)

Keterangan : yang dimaksud dengan sapi tabi’ adalah sapi yang berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2, sedangkan sapi mussinah adalah sapi yang berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3.

(2) Kambing, Domba - Nishab 40 ekor

Jumlah Wajib Zakat

40 – 120 ekor 1 ekor kambing/domba 121 – 200 ekor 2 ekor kambing/domba

201 – 300 ekor 3 ekor kambing/domba (3) Ternak Unggas dan Perikanan

Besar zakat = 2,5 % x nilai kekayaan yang berkembang d. Hasil Pertanian

(1) Nishab sebesar 5 wasq ( 750 kg) makanan pokok yang paling umum (2) Kadar Zakat 10 % x hasil bersih ( tadah hujan)

(3) Kadar Zakat 5 % x hasil bersih (pengairan buatan) e. Hasil tambang, hasil laut, dan barang temuan (rikaz)

(1) Nishab 85 gram emas

(2) Kadar Zakat 20,5 x nilai bersih f. Zakat Profesi

(1) Nishab 85 gram emas (2) Kadar zakat 2,5 %


(33)

6. Manfaat Zakat

Secara umum zakat bertujuan untuk menutupi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dari harta orang-orang kaya sehingga merupakan cerminan dari rasa saling tolong menolong antara sesama manusia beriman. Menurut Hafiddudin (2002:10) beberapa manfaat zakat adalah:

1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menghilangkan sifat kikir dan rakus

2. Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa maupun mustahik lainnya ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.

3. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan oleh umat Islam.

4. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harta.

Sudarsono (Sidiq, 2005:12) mengemukakan fungsi zakat yaitu sebagai berikut : 1. Mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan diri

membayarkan amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan , juga membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela

2. Memberikan pertolongan kepada orang yang lemah agar dia dapat menunaikan kewajibannya kepada Allah SWT dan masyarakat.

3. Ucapan rasa syukur dan terima kasih atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya.

4. Menjaga niat jahat yang akan dlakukan oleh si miskin dan yang susah. 5. Mempercepat hubungan kasih sayang antara si kaya dan si miskin.


(34)

Sedangkan hikmah diwajibkannya zakat bagi yang mampu menurut Zuhdi (Sidiq, 2005:13) adalah :

1. Membersihkan/mensucikan jiwa muzakki dari sifat-sifat tercela

2. Membersihkan harta bendanya dari kemungkinan bercampurnya dengan harta benda yang tidak 100 persen halal

3. Mencegah berputarnya harta kekayaan berada di tangan-tangan orang-orang kaya saja demi terwujudnya pemerataan pendapatn dan kesejahteraan masyarakat.

4. Untuk memenuhi kepentingan umum seperti jembatan, irigasi, dan untuk kepentingan agama seperti masjid/mushola.

5. Meningktkan kualitas hidup/ kesejahteraan masyarakat.

Disebutkan pada http://www.azurahkio.wordpress.com, manfaat pemberian zakat antara lain :

1. Mempererat hubungan si kaya dan si miskin.

2. Agar tidak terjadi kejahatan dari orang - orang miskin dan susah yang dapat merusak ketertiban masyarakat.

3. Guna membersihkan diri.

D. Kerangka Pemikiran

Zakat merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial dalam ajaran Islam, yang apabila dikumpulkan dan dikelola dengan baik maka akan lebih berdaya guna dan efektif pemanfaatannya. Potensi zakat di Indonesia sangat besar namun sayangnya potensi tersebut belum tergali dengan maksimal. Pengetahuan


(35)

masyarakat tentang zakat masih sangat kurang dan itu pun kebanyakan masih sebatas zakat fitrah, padahal ada macam-macam zakat. Pola pengumpulan dan penyaluran zakat juga menentukan optimal atau tidaknya zakat tersebut bagi masyarakat miskin. Penyaluran zakat dapat diberikan langsung dari muzaki (pemberi zakat) kepada mustahik (penerima zakat), agar muzaki merasa yakin bahwa zakatnya telah sampai pada mustahik. Namun penyaluran zakat secara langsung dikhawatirkan tidak dapat memastikan bahwa semua orang yang wajib mengeluarkan zakat telah melaksanakan kewajibannya. Karenanya walaupun telah ditetapkan dalam UU. No. 38 Tahun 1999 bahwa setiap orang muslim yang mampu membayar zakat, berkewajiban untuk melaksanakannya, tetapi tidak ada sanksi bagi orang yang tidak melaksanakannya. Dengan kondisi ini optimalisasi pembayaran zakat tergantung pada kesadaran individu.

Sejak adanya undang-undang tersebut, di Indonesia telah banyak bermunculan lembaga pengelola zakat baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun yang dibentuk secara swadaya oleh masyarakat. Lembaga amil zakat sebagai salah satu organisasi pengelola zakat yang bertugas melakukan penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran zakat. Dalam menjalankan tugas menghimpun dana dari masyarakat ternyata belum didukung oleh masyarakat. Ini dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang enggan menyalurkan zakatnya melalui LAZ. Padahal adanya interaksi antara masyarakat dan LAZ diharapkan dapat membuat hasil zakat lebih optimal.


(36)

Untuk itulah diperlukan upaya dari LAZ agar dapat mensosialisasikan lembaganya kepada masyarakat, meningkatkan pengetahuan masayarakat tentang kewajiban zakat serta menyadarkan masyarakat agar mengeluarkan zakat demi tercapainya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Faktor pendukung dan faktor penghambat baik secara internal maupun eksternal

tentunya tak bisa terlepas dari kinerja LAZDAI sebagai lembaga amil zakat. Karena hal tersebut tentunya akan mempengaruhi keberhasilan LAZDAI dalam


(37)

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Upaya LAZDAI dalam Menyadarkan Masyarakat untuk Mengeluarkan Zakat

- Potensi zakat yang cukup besar di masyarakat - Kurangnya kesadaran

masyarakat mengeluarkan zakat melalui LAZ

Faktor pendukung peningkatan kesadaran

zakat

Upaya LAZDAI dalam

menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat

a. Sosialisasi zakat/ majalah b. Presentasi zakat/ seminar

zakat

c. Kerjasama dengan instansi/perusahaan

d. Pengajian, majelis taklim dan pendekatan secara personal e. Peningkatan layanan f. Program-program yang

menarik

Faktor penghambat peningkatan kesadaran

zakat

a. Faktor Internal b. Faktor eksternal


(38)

III. METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Ditinjau dari sudut cara dan pembahasan masalah serta hasil yang dicapai, penelitian ini bermaksud mengetahui dan menjelaskan upaya LAZDAI (Lembaga Amil Zakat Daerah Amal Insani) dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat serta mengetahui dan menjelaskan faktor pendukung dan faktor penghambat LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Oleh karena itu jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Hadari Nawawi (Sidiq, 2005:56) menjelaskan bahwa penelitian ini adalah cara yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan di lapangan dengan teori-teori, konsep-konsep dari data penelitian lapangan. Menurut Sudipan Sadi Hutomo (Sidiq, 2005:56) deskriptif kualitatif artinya mencatat secara teliti segala gejala atau fenomena yang dilihat dan didengar serta dibacanya via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan dan


(39)

lain-lain. Peneliti harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan, mengabstrasikan dan menarik kesimpulan.

B.Fokus Penelitian

Fokus bertujuan untuk membatasi penelitian agar data yang diperoleh tidak melimpah ruah walaupun sifatnya masih sementara dan masih terus berkembang sewaktu penelitian

Menurut Lincoln Miles dan Haberman (1992 : 36) menyatakan fokus penelitian ini dilakukan agar tidak terjadi penelitian yang samar-samar. Pada saat peneliti mengumpulkan data kerangka penelitian dapat diperbaiki, dibuat lebih tepat dan mengubah arahan dengan mudah dan memfokuskan kembali pengumpulan data guna pelaksanaan berikutnya. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada :

1. Latar belakang LAZDAI Lampung

- Sejarah berdirinya LAZDAI Lampung - Visi dan misi LAZDAI Lampung.

2. Upaya yang dilakukan LAZDAI Lampung dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat LAZDAI Lampung dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat

C.Lokasi Penelitian

Dalam usaha mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, maka penelitian ini dilakukan pada LAZDAI (Lembaga Amil Zakat Dompet Amal


(40)

Insani) Lampung yang berlokasi di Bandar Lampung. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah LAZDAI merupakan salah satu lembaga amil zakat yang sudah cukup lama berdiri di Bandar Lampung dan telah berbadan hukum (status terakreditasi).

D.Penentuan Informan

Informan penelitian sebagaimana yang diungkapkan oleh Iskandar (2005:213) adalah subjek yang memberikan informasi-infomasi situasi sosial yang berlaku di lapangan. Informan penelitian merupakan subjek yang memiliki hubungan karakteristik dengan situasi sosial (setting sosial) yang diteliti. Sumber informasi dalam kegiatan ini adalah para informan yang berkompeten dan mempunyai relevansi dengan penelitian. Dalam penelitian ini informan adalah subjek yang memiliki hubungan dengan LAZDAI Lampung.

Penentuan informan ditentukan melalui teknik purposive sampling, dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989 : 155) teknik purposive sampling bersifat tidak acak, dimana subjek dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Adapun pertimbangan yang digunakan dalam menentukan informan penelitian ini berdasarkan kriteria-kriteria yang dikemukakan oleh Spradley dan Faisal (Sidiq, 2005:58) yaitu :


(41)

1. Subyek yang telah lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau medan aktivitasnya yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian ini.

2. Subyek yang masih terikat secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

3. Subyek yang memiliki cukup informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

Dari kriteria tersebut maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan dari pihak LAZDAI Lampung yaitu pengurus LAZDAI yang

terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan dan dilaksanakan oleh LAZDAI Lampung. Karena pengurus yang aktif dalam LAZDAI Lampung tahu persis upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan serta mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh LAZDAI Lampung dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Informan dari pihak LAZDAI berjumlah tiga orang. 2. Informan dari pihak donatur, yaitu muzaki yang telah menyalurkan zakat

melalui LAZDAI lebih dari 1 tahun, baik zakat fitrah maupun zakat harta dan zakat profesi. Agar peneliti dapat mengetahui keberhasilan dari upaya LAZDAI Lampung menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Informan dari pihak donatur berjumlah empat orang.

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah :


(42)

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan . Seperti yang ditegaskan Lincoln dan Guba (Iskandar, 2008 : 217) mengenai maksud adanya wawancara adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian tentang situasi sosial. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara dan direkam dengan menggunakan alat perekam.

2. Studi Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder yang terdiri dari dokumen resmi, referensi-referensi, buku, artikel, koran, majalah, skripsi, jurnal maupun internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data, atau melalui tiga hal utama, model analisis interaktif dari Miles dan Huberman (Idrus, 2007 : 180) terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Langkah-langkah yang ditempuh adalah :

1. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang telah terkumpul. Data yang akan direduksi adalah data yang diperoleh dari wawancara dengan meminimalisir informan. Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih, dalam arti menentukan derajat relevansinya dengan maksud penelitian.


(43)

Selanjutnya, data yang terpilih disederhanakan, dalam arti mengklasifikasikan data atas dasar tema untuk merekomendasikan data tambahan. Kemudian peneliti melakukan abstraksi data kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan.

2. Tahap penyajian Data

Pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi melalui bentuk teks naratif terlebih dahulu. Selanjutnya,hasil teks naratif tersebut diringkas ke dalam bentuk bagan yang menggambarkan alur proses perubahan kultural, dari monokulturalis ke interkulturalis. Masing-masing komponen dalam bagan merupakan abstraksi dari teks naratif lapangan. Kemudian, penelitian menyajikan informasi hasil penelitian mendasarkan pada susunan yang telah diabstraksikan dalam bagan tersebut.

3. Tahap Kesimpulan (Verifikasi)

Pada tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data. Disamping menyandarkan pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data yang tertuang dalam bagan. Setiap data yang menunjang komponen bagan diklarifikasikan kembali, baik dengan informan di lapangan maupun melalui diskusi-diskusi dengan sejawat. Apabila hasil klarifikasi memperkuat simpulan atas data, maka pengumpulan data untuk komponen tersebut siap dihentikan.


(44)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Hasil Penelitian

Setelah diadakan penelitian terhadap beberapa orang informan yang berkaitan dengan LAZDAI, berikut ini akan digambarkan hasil wawancara peneliti dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah oleh peneliti secara sistematis. Adapun data masing-masing informan adalah sebagai berikut :

Tabel 1 . Data Informan

No. Nama Jenis Kelamin

Umur Pendidikan Terakhir

Pekerjaan Status di LAZDAI 1. Tiono Laki-laki 35

tahun Perguruan tinggi Pengurus LAZDAI Ketua pengurus harian

2. Abi Laki-laki 24 tahun

SMA Pengurus

LAZDAI

Penanggungjawab distribusi

3. Andy Laki-laki 35 tahun Perguruan tinggi Pengurus LAZDAI Staf fundrising (penghimpun dana) 4. Anti Perempuan 35

tahun

Perguruan tinggi

PNS Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan profesi

5. Wahidi Laki-laki 39 tahun

STM Pegawai

Honor

Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan profesi

6. Reza Laki-laki 29 tahun

Perguruan tinggi

Pengajar Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan infak

7. Pian Laki-laki 21 tahun

SMK Mekanik Donatur/ muzaki Zakat fitrah dan profesi


(45)

1. Informan dari Pihak Pengurus

a. Informan 1

Informan ini bernama Tiono dan berusia 35 tahun. Beliau telah bergabung di LAZDAI selama tujuh tahun, terhitung sejak tahun 2001 dan pada tahun 2008 diberi kepercayaan menjadi Ketua Pengurus Lembaga Amil Zakat Daerah Amal Insani Lampung setelah sebelumnya sempat menjabat sebagai staf fundrising. Tiono menceritakan bahwa awal mula terbentuknya LAZDAI adalah saat terjadi gempa bumi Liwa pada tahun 1994, saat perlunya membantu para pengungsi dan korban sehingga lahirlah Lembaga Penghimpun dan Pengelolaan Infaq (LPPI) yang mengumpulkan bantuan untuk membantu korban gempa Liwa. Sampai pada tahun 2000 pengurus mulai berpikir untuk melakukan pengembangan ke arah pendidikan dan kesehatan. Untuk legalitas mendaftarkan diri ke notaris sehingga menjadi salah satu dari dua lembaga amil zakat yang terakreditasi di Bandar Lampung di bawah naungan Yayasan Amal Insani dengan nama Lembaga Amil Zakat Dompet Amal Insani (LAZDAI). Setelah mendapat SK Gubernur tahun 2002 berubah nama menjadi Lembaga Amil Zakat Daerah Amal Insani yang tetap menggunakan singkatan LAZDAI.

Seperti yang diceritakan Tiono berbagai upaya dilakukan untuk mengenalkan LAZDAI sebagai organisasi pengelola zakat diantaranya yaitu melakukan presentasi-presentasi di instansi atau kantor, melakukan pendekatan personal dan silahturahmi serta melalui majalah LAZDAI. Presentasi dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan pihak lain seperti dengan IKADI (Ikatan Da’i


(46)

Indonesia), Salimah (Persaudaraan Muslimah), perkumpulan majelis taklim, instansi/kantor-kantor swasta. Alasan bekerja sama dengan lembaga-lembaga itu karena mereka punya massa sehingga diharapkan pengetahuan tentang zakat akan bertambah dan kesadaran membayar zakat pun meningkat. Kerjasama dengan pemerintah hanya sebatas memberikan laporan kepada BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Lampung, tapi kemarin BAZDA memberikan dananya untuk disalurkan melalui lembaga yang dipimpinnya tersebut.

Menurut Tiono masyarakat sudah banyak yang tahu akan kewajiban zakat tapi sebatas zakat fitrah yang dibayarkan menjelang Lebaran, padahal masih ada jenis zakat yang lain. Pengetahuan masyarakat tentang zakat ini yang perlu ditingkatkan melalui dakwah, ceramah dan pengajian-pengajian.

Upaya LAZDAI untuk menarik donatur dengan membuat program-program yang menarik serta mengundang para pimpinan perusahaan atau disebut prospek untuk mengikuti kegiatan LAZDAI. Ada program roadshow atau buka puasa bersama seperti tahun lalu dimana LAZDAI bersama undangan mendatangi panti asuhan dan bertukar makanan. Anak-anak panti asuhan makan makanan yang kami bawa dan kami makan makanan yang mereka sediakan.Hal ini dilakukan agar prospek melihat sendiri kegiatan LAZDAI dan kemudian tertarik menjadi donatur. Setelah menjadi donatur, saat penyaluran dana pada mustahik, donatur pun diikutsertakan. Selain itu, untuk menjaga hubungan silaturahmi dengan para donatur, LAZDAI juga mengadakan kegiatan untuk para donatur seperti mengadakan pelatihan


(47)

sholat khusyuk, layanan baca Al-Qur’an melalui telepon, serta mengundang donatur pada beberapa kegiatan LAZDAI.

Tiono mengakui hasil dari presentasi dan pendekatan secara personal kepada calon donatur hasilnya 50-50. Hasil presentasi di beberapa perusahaan kadang-kadang ada yang langsung bersedia jadi donatur, ada pula yang pikir-pikir atau tanya istri dulu. Keberhasilan presentasi di perusahaan ada yang sampai 25 orang, ada yang 10 orang bahkan ada yang hanya 4 orang yang bersedia jadi donatur. Hal ini bergantung pada kesadaran masing-masing. Kebanyakan donatur mengaku tahu LAZDAI dari majalah.

Diungkapkan oleh Tiono bahwa masih ada hambatan dalam menjalankan tugas sebagai lembaga pengelola zakat diantaranya adalah masih kurang personel yang berpotensi dan kurang asset yaitu kendaraan roda empat untuk memudahkan penghimpunan dan penyaluran bantuan. Untuk mengatasi masalah ini sedang diupayakan untuk menambah personel ataupun relawan pada setiap kegiatan yang diadakan. Sedangkan menurutnya yang membuat donatur LAZDAI meningkat setiap tahunnya dikarenakan, LAZDAI yang berupaya terus membuat program-program penyaluran untuk menarik para muzaki agar mengeluarkan zakatnya melalui LAZDAI, adanya peran serta dari donatur yang memberitahukan kepada reken-rekannya tentang keberadaan LAZDAI serta pemahaman agama yang makin baik dibeberapa kalangan masyarakat.


(48)

b. Informan 2

Informan kedua ini merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pemuda berusia 24 tahun yang bernama Abi ini, beralamat di Kelurahan Gulak Galik, Teluk Betung Barat. Abi telah bergabung di LAZDAI sejak akhir tahun 2007, dan saat ini menjabat sebagai penanggungjawab distribusi/penyaluran dana zakat, infak dan shodaqoh.

Dari wawancara dengan Abi diketahui bahwa dalam memperkenalkan LAZDAI dan menghimpun dana dari masyarakat, LAZDAI melakukan dengan dua cara. Cara tersebut dengan melakukan sosialisasi melalui media cetak dan melakukan sosialisasi langsung pada masyarakat. Bentuk sosialisasi melalui media cetak dengan menggunakan majalah yang terbit dua bulan sekali, brosur dan spanduk. Sosialisasi langsung pada masyarakat dilakukan oleh tim fundrising yang melakukan perekrutan donator via perorangan dan juga melalui perusahaan/instansi. Cara perekrutan donatur secara perorangan dilakukan denagn membagikan brosur dan juga pendekatan langsung atau istilahnya face to face dengan memperkenalan tentang LAZDAI dan pemahaman tentang zakat. Perekrutan melalui perusahaan/instansi dilakukan dengan terlebih dahulu mengirimkan surat izin presentasi, surat audiensi dan juga proposal kerjasama.

Kerjasama dengan perusahaan pernah dilakukan dengan Tegar TV Lampung dengan menayangkan acara Reality show (berisi kegiatan-kegiatan penyaluran zakat dan dana lainnya pada masyarakat), kerjasama dengan Radio Mix Female dan A Radio 101-FM. Bentuk kerjasama yang dilakukan bermacam-macam,


(49)

seperti LAZDAI bekerjasama dengan perusahaan untuk menyalurkan CSR (corporate social responsibility) perusahaannya.

Target para calon donatur adalah rata-rata masyarakat kalangan atas yang memang sudah mencukupi syarat unuk menjadi pembayar zakat, sedangkan untuk distribusi adalah pada masyarakat menegah ke bawah yang merupakan golongan penerima zakat. Dari donatur yang ada memang lebih banyak yang merupakan para muzaki atau pembayar zakat profesi. Selain menghimpun dana zakat, LAZDAI juga menghimpun dana infaq dan shodaqoh, yang dilakukan dengan adanya program Kotak Tangis Dhuafa (kotak amal) yang disebar di sekolah-sekolah maupun warung. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan melatih para siswa dan masyarakat untuk mau bersedekah. Sekaligus juga mengenalkan LAZDAI pada masyarakat luas.

Dari hasil presentasi pada karyawan perusahaan yang bersedia menjadi donatur pun kadang ada yang sampai 50 persen dari jumlah karyawan, ada yang cuma 2-4 orang saja. tapi dari tahun ke tahun jumlah pembayar zakat melalui LAZDAI terus bertambah. Untuk melayani kebutuhan para muzaki LAZDAI memberikan kemudahan dengan cara menjemput dana zakat dari muzaki sesuai perjanjian sebelumnya, melalui transfer bank dan juga dengan cara diantarkan langsung ke kantor LAZDAI.

Hubungan LAZDAI dengan donatur tidak hanya sekedar memberi dan menerima dana zakat saja. LAZDAI berusaha menjalin hubungan dengan donatur dengan cara mengikutsertakan donatur pada kegiatan-kegiatan LAZDAI. Namun kami


(50)

memaklumi kalau donatur tidak bisa hadir yang mungkin karena kesibukan masing-masing.

Dalam menyadarkan masyarakat diakui oleh Abi kadang menemui banyak kendala. Hambatan yang dialami adalah tingkat kesadaran masyarakat memang masih minim, namun hal ini memang yang perlu ditingkatkan dengan banyak memberikan pengetahuan dan pemahaman agama pada masyarakat, kadang proses pemahaman tersebut tidak langsung terjadi sehingga butuh beberapa kali pendekatan. Serta kendala masih kurangnya petugas untuk menghimpun dana zakat sehingga sering dibantu oleh relawan.

Selain adanya kendala tersebut, Abi juga mengemukakan bahwa keberadaan dan kepercayaan donatur terhadap LAZDAI merupakan hal yang ikut membantu dalam meningkatkan kesadaran untuk berzakat melalui LAZDAI. Kebanyakan donatur akan memberitahukan pada rekannya tentang LAZDAI atau sekedar meminjamkan majalah Amal Insani pada rekannya. Kami percaya dengan meningkatkan pelayanan sebaik mungkin merupakan salah satu yang membuat orang tertarik menjadi donatur.

c. Informan 3

Informan Andy merupakan staf fundrising yang telah bertugas sejak tahun 2008 pada kepengurusan LAZDAI tahun 2008-2009. Bapak berusia 35 tahun ini berasal dari suku Jawa dan telah memiliki seorang putra. Beliau yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi ini tinggal bersama istri dan putranya di


(51)

Sukarame. Sebagai staf fundrising beliau bertugas untuk mengambil zakat dari para muzaki setiap bulannya dan mencari donatur baru.

Dalam mengenalkan LAZDAI dan mendapatkan donatur baru, LAZDAI melakukan beberapa upaya. Upaya tersebut dilakukan dengan cara melakukan prospek baik secara perorangan maupun melalui instansi/perusahaan. Dalam melakukan prospek secara perorangan dilakukan dengan pendekatan personal kepada calon donatur. Namun dalam melakukan pendekatan secara personal kadang waktu yang diperlukan cukup lama, karena membuka kesadaran orang untuk membayar zakat tidaklah mudah apalagi jika pemahaman tentang agamanya kurang.

Merekrut donatur melalui perusahaan dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan lembaga tersebut. Proses pendekatan tersebut dilakukan dengan memberikan surat permintaan audiensi untuk melakukan presentasi proposal kerjasama. Dari keterangannya, sebagai lembaga pengelola zakat LAZDAI tidak hanya mengumpulkan zakat saja tapi juga mengumpulkan dana infaq, sedekah, dana CSR (coorporate social responsibility) perusahaan, dana bantuan kemanusiaan dan dana lainnya yang sesuai syariah. Selain melakukan pendekatan secara langsung, sosialisasi LAZDAI juga dilakukan melalui media cetak berupa majalah, brosur dan pernah juga melalui saluran televisi lokal dan radio serta melalui promosi dari mulut ke mulut. Biasanya donatur akan mengajak teman atau saudaranya untuk menyalurkan zakat melalui LAZDAI. Sosialisasi juga dilakukan


(52)

melalui pengajian ataupun majelis taklim dimana pada pengajian tersebut diberikan pengetahuan tentang zakat dan kelebihan berzakat melalui lembaga.

Saat ditanyakan masalah keberhasilan menyadarkan untuk berzakat, menurut Andy cukup berhasil karena setiap tahunnya ada penambahan donatur baru. Kemudahan bagi muzaki adalah dengan adanya layanan jemput zakat sehingga muzaki yang sibuk tidak perlu repot mengantarkan zakatnya, selain itu zakat bisa ditransfer lewat bank atau dapat diantar langsung ke kantor LAZDAI. Kelebihan lain dari adanya layanan jemput zakat, petugas zakat bisa bersilaturahmi dengan donatur. Donatur juga senang karena bisa mengobrol langsung seputar kegiatan LAZDAI serta bisa bertanya tentang masalah agama.

Dalam upaya menyadarkan masyarakat untuk mau berzakat melalui LAZDAI tentu ada saja hambatannya terutama dari masyarakatnya sendiri. Hal ini menurutnya memang tergantung dari faktor individu masing-masing. Ada yang harta atau pendapatannya sudah mencapai nishab tapi belum sadar membayar zakat, ada juga yang orang pendapatannya belum mencapai nishab tapi sudah mau belajar berzakat, walau masih berupa sedekah. Sehingga ketika pendapatannya telah mencapai nishab donatur sudah terbiasa berzakat. Ada juga yang memang sudah menyalurkan zakatnya melalui lembaga lainnya ataupun secara langsung. Hambatan lainnya adalah kurangnya SDM di LAZDAI sehingga kerap kali menggunakan tenaga relawan untuk menjemput zakat terutama pada bulan Ramadhan dan faktor kebiasaan di kalangan tertentu pada masyarakat yang lebih senang menyalurkan zakat secara langsung.


(53)

Selain adanya hambatan menurut Andy ada juga faktor yang mendukung bertambahnya donatur LAZDAI yaitu adanya promosi dari para donatur kepada rekan-rekannya tentang LAZDAI. Promosi LAZDAI tentang kegiatan-kegiatan penyaluran zakat serta donasi lainnya juga membuat masarakat bersedia mengeluarkan zakatnya melalui LAZDAI.

2. Informan dari Pihak Donatur

a. Informan 4

Anti adalah seorang ibu dari tiga orang anak yang bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil di Kota Bandar Lampung. Beliau merupakan salah seorang donatur LAZDAI Lampung. Dengan penghasilan Rp. 2,7 juta per bulan beliau menyalurkan zakat penghasilan melalui LAZDAI sejak tahun 2007. Zakat tersebut dibayarkan setiap ada rejeki lebih karena suami juga merupakan wiraswasta, tapi Anti lebih memilih mengeluarkan zakat setiap satu tahun sekali menjelang Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri.

Karena sering mengikuti pengajian beliau sadar zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang telah mampu dan dihitung berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebelum mengenal LAZDAI, ibu berusia 35 tahun ini menyalurkan zakat fitrah langsung ke orang-orang tidak mampu di sekitar rumahnya. Dari majalah Amal Insani milik teman sekantornya beliau baru mengetahui adanya lembaga yang khusus mengurusi masalah zakat, selama ini Anti hanya tahu amil zakat masjid yang ada setiap menjelang Lebaran. Dari situ Anti mulai tertarik


(54)

untuk menyalurkan zakatnya melalui LAZ, apalagi rekan sekantornya pun sudah ada yang lebih dulu menjadi donatur LAZDAI. Tidak hanya zakat fitrah tapi juga zakat penghasilan yang ia salurkan, karena dari pengurus LAZDAI ia dibantu untuk menghitung besaran zakat penghasilannya.

Alasan Anti menyalurkan zakat melalui LAZDAI karena dana zakat yang terkumpul peruntukannya jelas dan lebih amanah, ada program-program kerja yang bagus dan yang membuatnya senang ketika membayar zakat langsung didoakan oleh petugas zakat sehingga bisa menjadi berkah bagi yang memberi maupun yang menerima. Menurutnya zakat yang disalurkan melalui lembaga resmi juga akan lebih bermanfaat. Model pembayaran zakat yang dipilihnya adalah dengan cara dijemput sehingga bisa langsung bertemu dengan petugas zakat dan didoakan. Dengan cara tersebut juga Anti sering mendapat pengetahuan tentang Islam.

Ibu yang mudah tersentuh jika melihat orang susah ini lebih memilih penyaluran zakatnya untuk program beasiswa dan pendidikan anak-anak tidak mampu. Karena menurutnya pendidikan sangat penting bagi anak-anak sehingga bisa bermanfaat dikemudian hari. Menurut Anti kinerja LAZDAI cukup baik dalam mengelola dana yang ada dan program-program penyaluran zakatnya bagus-bagus. Walaupun tidak pernah ikut langsung kegiatan LAZDAI dan silahturahmi hanya terjadi saat zakat diambil, namun Anti dapat mengetahui kegiatan LAZDAI dari majalahnya dan ia cukup puas dengan menyalurkan zakat melalui LAZDAI.


(55)

Mengenai upaya LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat mengeluarkan zakat, menurut Anti LAZDAI harus lebih mensosialisasikan lembaganya tersebut tidak terbatas majalah saja. Jika memungkinkan sosialisasinya bisa sampai ke seluruh daerah bahkan sampai ke pelosok karena banyak juga orang yang telah memenuhi syarat wajib zakat di daerah-daerah. Sehingga potensi zakat di daerah juga bisa tergali, dari zakat hasil pertanian atau ternak misalnya. Dengan adanya petugas khusus zakat, masyarakat akan lebih sadar akan kewajiban zakat dan bisa menyalurkan zakatnya melalui LAZDAI sehingga dana yang terkumpul bisa semakin banyak.

b. Informan 5

Wahidi seorang pria berusia 39 tahun ini merupakan suami dari seorang pengajar di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandar Lampung, bekerja sebagai pegawai honor di sebuah koperasi. Pria tamatan salah satu STM di Bandar Lampung ini mengak telah menjadi donatur LAZDAI sejak tahun 2006 dengan menyalurkan zakat profesi dalam bentuk uang dari penghasilan beliau dan istrinya.

Pria asal Jawa ini mengetahui bahwa zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang bersumber dari agama, hal ini diketahui sejak beliau masih sekolah dan kemudian lebih tahu lagi sejak memperdalam ajaran Islam. Adapun jenis- jenis zakat yang diketahuinya yaitu zakat profesi, zakat fitrah, zakat harta temuan dan juga zakat pertanian.


(56)

Sebelum mengenal LAZDAI, Wahidi sudah membayar zakat fitrah dengan memberikan secara langsung kepada fakir miskin . Sejak membaca majalah Amal Insani Wahidi mengetahui program- program LAZDAI dan mengetahui kelebihan membayar zakat melalui LAZ, timbul kesadaran untuk menyalurkan zakat melalui LAZDAI. Alasan menyalurkan zakat profesinya melalui LAZDAI adalah dana yang terkumpul bisa banyak dan diharapkan bisa lebih berarti untuk para mustahik zakat karena LAZDAI lebih tahu dan lebih tepat sasaran dalam menyalurkan zakat. Selain itu ada kemudahan karena zakat diambil oleh petugas zakat jadi Wahidi merasa tidak perlu repot untuk mencari orang yang berhak. Selain zakat profesi Wahidi juga menyalurkan zakat fitrah setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri,namun untuk zakat ini Wahidi menyalurkannya melalui masjid dekat rumahnya.

Dari program-program LAZDAI seperti Bedah Rumah Dhuafa, bantuan sembako, Bantuan Rutin Beasiswa dan lain-lain, Wahidi tertarik untuk menyalurkan zakatnya pada bidang pendidikan dan bantuan untuk yatim piatu. Pendapatnya tentang kinerja LAZDAI sudah cukup bagus dengan dikelola orang-orang yang terpercaya dan program yang bagus-bagus diharapkan dana zakat, infaq, sedekah bisa lebih bermanfaat bagi kaum dhuafa. Sementara itu pendapatnya tentang upaya LAZDAI meningkatkan masyarakat untuk menyalurkan zakat melalui LAZ sudah cukup berhasil. Melalui majalah yang diterbitkan dan pendekatan secara personal banyak orang yang tertarik menjadi donatur LAZDAI, termasuk dirinya dan rekan kerjanya. Menurut Wahidi promosi sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, dapat melalui iklan di televisi, sehingga yang tidak membaca majalah pun bisa


(57)

mengetahui LAZDAI dan mengetahui kelebihan menyalurkan zakat melalui amil zakat sehingga masyarakat luas bisa tertarik juga menyalurkan zakat lewat lembaga pengelola zakat.

Selama menjadi donatur beliau mengaku belum pernah mengikuti kegiatan penyaluran zakat nya karena sibuk. Tapi beliau percaya karena di majalah yang diterima setiap dua bulan sekali selalu ada laporan kegiatan dan laporan keuangannya.

d. Informan 6

Reza merupakan seorang bapak berusia 29 tahun, pendidikan terakhirnya adalah sarjana pendidikan dan sekarang bekerja sebagai pengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar terkemuka di Bandar Lampung. Saat ini ia tinggal di daerah Tamin, Tanjung Karang Pusat. Pandangannya tentang zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah mampu sesuai dengan ketetapan agama Islam. Dari yang beliau ketahui zakat terdiri dari zakat penghasilan, zakat fitrah, zakat pertanian. Beliau mengetahui tentang zakat sejak di sekolah dan semakin tahu tentang zakat dari mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah.

Sebelum mengenal LAZDAI, Reza menyalurkan zakat melalui masjid di dekat rumahnya. Reza sendiri mengetahui LAZDAI karena diperkenalkan oleh temannya yang merupakan pengurus di LAZDAI yang memberi tahu kelebihan berzakat melalui LAZDAI dan menjadi tertarik ketika membaca majalah Amal Insani yang isi majalah tersebut mengenai program-program kerja LAZDAI,


(1)

Kautsar, ternyata Tsar… dirimu bisa menggila juga. He..he…Acep Hendri, Cep jangan bikin acara jalan2 kita ketambahan PRAHARA lgi ya, si penemu kata gemerecek dan merempeng, Julius…. Minta lagu si Jul, gada lo lagu jadi gak up date nich he…he… terimakasih untuk semua bantuan, dukungan, motivasi dan doa nya ya. Semoga Allah SWT yang membalasnya dan memberika yang terbaik juga untuk kalian.

19.Temen-temen Sosiologi angkatan 2005, Gerombolan Paling rame (Endha, Martha, Herna, Dewi, Riza, Riris, Asri, Eliya, Rizo, Devi) dah pada kemana nie..????,,Gerombolan Berisik (Mardhiah, Phia, Melia, Yaya),,inget banget dulu berisik banget klo rombongan ini dah ngobrol padahal cm 4 biji..Hehehe...Gerombolan siberat (Dina, Rhey, Yusna, Ermay, Visi),,Gerombolan kurang eksis (Deka, Dini, duo tri Tri Desi n Tri Linda, umi),,Best Couple ever after versi Sos 05 (Rifah n Ketum) sorry ya tum,,pi gw yakin ini yg terbaik bwt U...Hahahah... Gerombolan ekslusif “ ngarepnya sih..” (Nyoman, Dwarte, Yuri, Wisnu),ayo dong sebelum pada abis di seret-seret kucing selesain dulu kuliahnya...=D,, Putri, Nila yang sekarang udah jadi cantik nie.., Doni bawel n menel.., Andika ayo semangat nyelesain skripnya.., Dimas, Guntur, Vico, Hendra, Winoto, Andi, Rahmat, Ocha, and ALL 2005 yg disebut maupun yg gak disebut,,SUKSES bwt Qt semua,,Nti Qt kumpul2 lagi ya....pi jgn pada bandel lho...Capek tau ngurusinnya....Huhui...Serta teman mahasiswa Unila lainnya yang pernah berinteraksi dan memberikan warna tersendiri dalam pergaulan penulis selama kuliah

20.Temen2 SD Kun yang setia menanti diriku wisuda dan slalu kasih semangat. Terimakasih ( Yuli, Ari, Ati, To2, Edi, Miko. Dodi), gak nyangka ya setelah pisah 12 tahun masih bisa ketemu.. kalo ngajak maen jangan pas w mw compre donk….

21.Temen2 Desna dan Puput yang selalu kasih motivasi. April, Ani, Nopita, Niluh, Ira, dan Alith kapan ya kita kumpul lagi.. makasih ya doa dan motivasinya. Sukses buat Qta semua, ayo segera pada nyusul Alith jadi nyonya…he..he..

22. “Laki-laki yang Tak Banyak Bicara” terimakasih atas kesabaran, perhatian, semangat dan doanya. Semoga mendapatkan yang terbaik dan sukses selalu. Pada akhirnya memang tidak ada jalan lagi, Kita begitu berbeda dalam segala hal kecuali dalam….(semoga).


(2)

Bandar Lampung, Mei 2010 Penulis


(3)

91

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan hal-hal yang terkait dengan peranan LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat adalah :

1. Upaya yang dilakukan LAZDAI untuk menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat adalah dengan cara (1) melakukan sosialisasi ke masyarakat, sosialisasi tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung (melalui media cetak dan elektronik), (2) meningkatkan layanan dan (3) membuat program-program yang menarik, yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Sosialisasi. Sosialisasi ini dilakukan ke perusahaan dengan cara melakukan presentasi zakat/ seminar pelatihan zakat, melakukan kerjasama dengan perusahaan baik berupa zakat karyawan yang dipotong secara langsung setiap bulannya maupun kerjasama dalam menyalurkan CSR dan bantuan perusahaan ke masyarakat, sosialisasi juga dilakukan pada acara pengajian/ majelis taklim. Selain melakukan sosialisasi secara langsung, LAZDAI juga melakukan sosialisasi melalui majalah, brosur, spanduk, koran, televisi dan radio. Majalah menjadi media untuk mempublikasikan semua kegiatan


(4)

donatur secara gratis.

Majalah sebagai media sosialisasi banyak memberi kontribusi dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat. Ini dilihat dari informan yang tertarik menjadi donatur setelah membaca majalah Amal Insani yang diterbitkan LAZDAI setiap dua bulan sekali

b. Peningkatan layanan. Sebagai lembaga yang mengumpulkan, mengelola dan menyalurkan zakat LAZDAI senantiasa memberikan layanan yang terbaik bagi para donatur, serta berusaha meningkatkannya

c. Program-program yang menarik. Adanya program-program yang menarik membuat masyarakat tertarik untuk menjadi donatur

Dari upaya yang dilakukan LAZDAI tersebut mampu menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat melalui LAZDAI hal itu terlihat dengan bertambahnya jumlah donatur setiap tahunnya.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat LAZDAI dalam menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat antara lain :

a. Faktor-faktor yang mendukung LAZDAI adalah donatur yang turut berpartisipasi dalam mensosialisasikan LAZDAI, sehingga teman-temannya ikut bergabung menjadi donatur LAZDAI, layanan yang baik serta program yang menarik-menarik sehingga masyarakat bersedia menjadi donatur.


(5)

93

b. Faktor-faktor penghambat dalam menyadarkan masyarakat terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal antara lain

(a) Faktor penghambat internal antara lain masih kurangnya tenaga personel sehingga masih repot dalam menghimpun zakat dan belum adanya kendaraan roda empat untuk mengumpulkan zakat dan bantuan lainnya yang berasal dari luar daerah. Mengatasi kurangnya personel LAZDAI menggunakan tenaga relawan pada kegiatan-kegiatan tertentu dan sedang mengupayakan untuk menambah personel tetap. Sementara untuk mengatasi belum adanya kendaraan roda empat, LAZDAI menwarkan proposal ke perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan bantuan pengadaan roda empat.

(b) Faktor penghambat eksternal adalah masih adanya kebiasaan kalangan tertentu yang mengeluarkan zakat secara langsung, tingkat kepercayaan pada lembaga zakat masih kurang, masih minimnya pemahaman agama di beberapa kalangan sehingga tingkat kesadaran zakatnya masih rendah. Mengatasi hal diatas LAZDAI masih terus melakukan sosialisasi pada setiap kalangan masyarakat.

B.Saran

Berdasarkan dari simpulan yang dipaparkan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi referensi dalam upaya LAZDAI menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat diantaranya adalah :


(6)

luas dibanding majalah terbitan sendiri. Sosialisasi tersebut bisa melalui saluran televisi, radio dan melalui bulletin yang bisa disebarkan di masjid-masjid setiap Jum’at. Memperluas wilayah sosialisasi tidak hanya dalam kota saja tapi juga di daerah-daerah.

2. Kepercayaan masyarakat pada LAZDAI hendaknya selalu ditingkatkan dengan memberi layanan yang terbaik. Oleh karena itu, kurangnya personel harus segera diatasi agar kinerja LAZDAI tidak terhambat dan bisa lebih baik.

3. Sebagai lembaga amil zakat yang telah terakreditasi seharusnya LAZDAI menerbitkan neraca keuangan jadi tidak hanya laporan keuangan saja. 4. Dari penelitian ini juga memunculkan tema-tema baru yang dapat

dijadikan bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya, yaitu :

a. Analisis penggunaan dana zakat oleh mustahik (penerima zakat)

b. Pola kecenderungan masyarakat dalam mengeluarkan dana zakat penggunaan dana zakat tersebut