Pendistribusian dana zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat pada Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) Kab.Karawang

(1)

PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT UNTUK

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH ( BAZDA )

KAB. KARAWANG

Disusun oleh :

MUKHLISIN

104053002059

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYRAIEF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil asli karya saya, yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Srata 1 di UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarief Hidayatullah Jakarta

Ciputat, Juli 2009 Muchlisin


(3)

Abstrak

Judul skripsi “Pendistribusian Dana Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pada Bazda Kab. Karawang” Srata Satu (S1) Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pendistribusian dana zakat yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab. Karawang. Metode penelitian ini menggunakan metode primer dan sekunder. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai 30 Juni 2009.

Berdasarkan hasil penelitian secara garis besar bahwa proses penyampaian distribusi dana zakat pada Bazda di Kab. Karawang sesuai dengan syariat fiqih. Dari hasil pendistribusian dana zakat tersebut berhasil membantu dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat karawang secara signifikan.


(4)

KATA PENGANTAR

Tengadah jemari kehadirat illahi Robbi, terucap untaian kata nan suci yang penuh makna dari lubuk hati yang paling dalam,” Alhamdulillah Robbil ‘Alamin “, sebagai ungkapan rasa syukur yang ikhlas sebagai wujud penghambaan diri kepada dzat yang maha agung, tempat mengembalikan segala urusan, dialah Allah SWT. Karena atas Rahmat, Hidayah dan Inayahnya penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Shalawat beriring salam tak lupa penulis limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, penghulu para nabi, suri tauladan bagi ummatnya, yang membawa ajaran Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari materi, pembahasan maupun tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan, untuk itu kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Skripsi adalah buah dari ketulusan dan keikhlasan berbagai pihak, terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing, dan memotivasi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ayahanda Bp. Ust. Umarudin dan Ibunda Ibu Siti Sarminah yang telah melimpahkan kasih Sayang dan Do’a-nya yang tiada henti, yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam menjalani kehidupan ini,


(5)

untuk merekalah pengabdian penulis akan tertuju, setelah pengabdian kepada Allah dan Rasul-nya.

2. Bp. H. Ivan Kuntara dan Ibu Hj. Hezti yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis, baik dari segi materil maupun Non materil. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan apa yang telah diberikan kepada penulis Allah SWT dapat membalasnya dengan berlipat ganda. Amin

3. Kakaku Dedi Iskandar,Amd dan istrinya Ika kartika, kak Deni Mardiansyah dan istrinya Umroh Ropiqoh, teh Ecih Sukaesih, dan ketiga keponakanku ( Kemal, Raihan, leha )yang masih imut-imut dan ngegemesin, adiku Ahmad Taufik yang sedang menyelesaikan D3 nya di Poli Tekpos Bandung semoga berhasil dalam menggpai cita-citanya. 4. Prof. Dr. Komarudin Hidayat,MA selaku Rektor UIN Syarief

Hidayatullah Jakarta, Drs. Ariep Subhan,MA selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi.

5. Studi Rizal, MA selaku PUDEK III Bid. Kemahasiswaan Fakultas Dakwah & Komunikasi yang selalu melayani konsultasi dalam penyusunan skripsi.

6. Drs. Hasanudin,MA selaku Kajur MD, Drs. Cecep Castrawijaya, MA.MM selaku Sekjur MD dan sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis dalam penyusunan skripsi.


(6)

7. Pengelola perpustakaan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas pinjaman bukunya.

8. Para pengurus BAZDA Kab. Karawang khususnya Bapak H. Slamet Imam Santoso, BA dan Bapak H. Suradi Hs,BA atas informasi dan pelayanan yang diberikan kepada penulis dalam memberikan keterangan data-data yang penulis butuhkan.

9. Organisasi –organisasi baik Ekstra maupun Intra kampus HMI Cabang Ciputat, HMI Kompakda, PMII Cabang Ciputat, Forkot, LS-ADI dan KMIK ( Keluarga Mahasiswa Islam Karawang) Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmu ke organisasiannya kepada penulis sehingga penulis dapat mengetahui arti organisasi.

10. Teman-teman MD Angkatan 2004 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, tapi kalian semua adalah teman-temanku yang baik khususnya : Umi. A, Aji. M, Bhim2, Debi, Pipit Phietrhieyani, Qiqi Buluk, Rudianto/ simpok, Zhoe, Ipin, Nurdin, Fahmi Km, Jhiepam terima kasih atas spirit dan doanya .

11. Teman-teman sehati dan seperjuangan “ Ample, Dhelon, Zack,Lutfi Haris/Bulux, Anggi/ Nchex, Cipop, Taufik Lutfi, Chibo, Me2l, Rika, Shela, Alfiani dan teman2 Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dan Keluarga Besar Mamih (Teh Nur, Nina, Ana) Cireundeu-Ciputat yang telah memberikan semangat nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(7)

12. Semua pihak yang berjasa dan banyak membantu baik dalam perjalanan, pendidikan penulis maupun dalam pembuatan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga amal dan usaha yang diberikan dibalas oleh Allah SWT

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun demikian penulis tidak berkecil hati, namun dengan hamparan kedua tangan disertai ketulusan penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dimasa yang akan datang, sebagai suatu gambaran tentang Dana Zakat terhadap Pemberdayaan Ekonomi Ummat.

Akhirnya penulis menyadari dengan berbagai keterbatasan yang ada pada diri penulis dalam penyajian laporan, bentuk tulisan maupun isi dan bahasa laporan skripsi ini, oleh karena itu kritik, saran maupun perbaikan yang bertujuan untuk penyempurnaan skripsi lebih lanjut sangat penulis harapkan.

Jakarta, Juli 2009 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….….i

Abstrak ……….…...v

Daftar Isi………...vi

Daftar Tabel………...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Tinjauan Pustaka ... 11

E. Metode Penelitian... 12

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. ZAKAT ... 17

1. Pengertian Dan Hukum Zakat ... 17

2. Sumber Dana Zakat ... 20

3. Macam-macam zakat ... 23

4. Hikmah Dan Manfaat Zakat ... 28

B. DISTRIBUSI ZAKAT... 31

1. Pengertian Distribusi... 31

2. Ruang Lingkup Distribusi ... 33

3. Macam-Macam Distribusi ... 34

4. Pendistribusian Zakat... 35

5. Tujuan Dan Sasaran Distribusi Zakat ... 39


(9)

1. Pengertian Pemberdayaan ... 43

2. Tujuan Pemberdayaan... 47

D. EKONOMI UMMAT ... 50

1. Pengertian Ekonomi Ummat ... 50

2. Tujuan Ekonomi Ummat... 52

BAB III GAMBARAN UMUM BAZDA KAB. KARAWANG A. Sejarah Berdirinya BAZDA... 56

B. Landasan Hukum BAZDA... 57

C. Dasar Pembentukan BAZDA ... 58

D. Visi Dan Misi Tugas Pokok BAZDA... 58

E. Struktur Organisasi BAZDA ... 61

F. Program Kerja BAZDA... 63

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Pendistribusian Dana Zakat, Infaq, Shadaqah Dalam Pemberdayaan Ekonomi ... 67

B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pendistribusian Dana Zakat, Infaq, Shadaqah ... 89

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA... 94


(10)

DAFTAR TABEL

A. Table Struktur Organisasi BAZDA Kab. Karawang... 61

B. Tabel Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran BAZDA Kab. Karawang Tahun 2006 ... 70

C. Table I Rekapitulasi Penerimaan Zakat Profesi ... 72

D. Table 2 Rekapitulasi Penerimaan Zakat Profesi Th.2006 ... 73

E. Table 3 Rekapituasi Penerimaan Zakat Profesi Th.2007... 75

F. Tabel 4 Rekapituasi Penerimaan Zakat Profesi Th.2008... 77

G. Tabel Distribusi Kepada Mustahik dari Badan Amil Zakat Daerah Kab. Karawang... 80

H. Table Pemberian bantuan Kepada Yayasan Dan Pesantren ... 83


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang mempunyai pandangan harta yang berdasarkan fakta yang berdasarkan urat nadi kehidupan dari tiang organisasi, baik individu maupun masyarakat.

Firman Allah dalam surat Al-Hassyr Ayat 7 :

 ! "#$%& '(

)* +", & !

-./"#$%&

012 3 4%& 567 28901%& 5% ; <99& / . => ? @ AB 4

5 6 C 4 D%EFG

/H I

H & * +"&

J ;K

/H &LM N JO D 

P Q FR

P #$ S P ? $ S T@ TUS )V $ W%&

XY

“Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada rasulnya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, rasul, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang di berikan rasul kepaddamu maka terima dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya “(QS : Al-hasyr ayat 7).


(12)

/ W-01ZR $

[ R

\]8^_`

/C W, a b

c0 @

d e $ 01ZR

/C Q2 & $ \O2 & $

cT 

P g 1;)$ 3 O%; & $

J " h% 3 \ @

56 i ] ^ 1 , j& X

5k -S =>

? W @ _ =l !&

HW

_ "7nF0 C /HW

? " h2Ui XY


(13)

Artinya : “ Katakanlah bahwasannya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasannya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-nya : yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan kafir akan adanya kehidupan akhirat.”

Ayat pertama menjelaskan dan menghendaki bahwa harta yang dimiliki oleh kaum “ Aghniya” sebagiannya dapat diberikan kepada setiap individu yang sangat membutuhkan sehingga harta tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Salah satu yang harus dilakukan dalam mengangkat taraf hidup kaum dhu’afa adalah dengan cara mengeluarkan zakat. Sebagaimana Allah firmankan dalam surat fushilat ayat 6 dan 7. Selain hal tersebut di atas bahwa dalam pelaksanaan pungutan maupun pendistribusian harus ditunjang pula dengan pengelolaan yang professional, berjiwa bersih, amanah dan bertanggung jawab berdasarkan pada prinsip-prinsip Distribusi yang sehat dan kuat. Dengan tujuan supaya pelaksanaan zakat dapat berjalan secara efekif dan efesien, sehingga akan tercapainya harapan dan cita-cita bangsa yaitu tercipta masyarakat yang adil dan mamur.

Zakat adalah rukun Islam yang ketiga, walaupun demikian, sebagian masyarakat masih menganggap zakat sebagai suatu ritual keagamaan untuk menciptakan keshalehan yang bersifat individu. Selain itu zakat merupakan kegiatan sosial dimana seorang yang kaya membantu seorang yang miskin sebagai wujud amal shaleh. Sebagai suatu ritual keagamaan, pembayaran zakat masih dianggap sebagian orang semata-mata sebagai ibadah ukhrowi yaitu dalam rangka mengumpulkan pahala


(14)

untuk kebaikan di akhirat.1 Keharusan menunaikan zakat tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban menegakkan shalat, tetapi keduanya terangkai sebagai kewajiban yang bersamaan dalam kegiatan ibadah. Jika shalat tekanan pelaksanaanya adalah langsung kepada Allah, maka zakat langsung kepada manusia.

Allah SWT berfirman :

P 14

-_ ,op&

P W

_ Ui !&

P WUi/

0q 56 W i+"&

Xr

Artinya ; “…… dan didirikanlah shalat dan tunaikan zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk….”(Q.S Al-baqarah (2) : 43)

Dalil di atas menjelaskan bahwa muslim diwajibkan membayar zakat. Karena Allah SWT sangatlah mencintai orang-orang yang suka memberikan sebagian dari hartanya.

Zakat adalah kewajiban agama yang dibebankan atas harta kekayaan setiap muslim menurut aturan tertentu.2 Ketika sudah sampai nisab (batas minimal dari harta mulai wajib dikeluarkan ). Maka kewajiban tersebut harus dilaksanakan . Zakat merupakan salah satu

!" # $ % &&' " ! ( ) !*!+,&

+ -#* # . /


(15)

rukun Islam bahkan merupakan rukun kemasyarakatan yang paling nampak diantara semua rukun-rukun Islam sebab didalam zakat terdapat hak orang banyak yang terpikul pada setiap pundak individu.3

Nilai zakat tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi golongan mampu atau Muzaki (wajib zakat ), maupun bagi golongan yang tidak mampu atau mustahiq (khusus bagi golongan miskin). Dengan zakat tersebut mustahiq dapat merubah kehidupan mereka , yaitu untuk meringankan beban biaya hidup, menjadikan kuat berusaha dengan modal dari zakat, juga memberikan kesadaran penggunaan dana zakat serta dapat mengembangkan etos kerja. Sedangkan untuk muzakki nilai tersebut menjadikan diri bersih, menimbulkan kesadaran dan kepedulian terhadap golongan yang tidak mampu dan menimbulkan ketenangan dalam hidup karena kewjiban zakat telah terpenuhi.

Zakat dapat dijadikan dana untuk peningkatkan eksistensi ummat. Orang-orang miskin adalah salah satu golongan yang harus mendapat bagian dalam upaya peningkatan tersebut. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT :

g 5

/H Q & % *s0O

' 99, j& t " LR t

Xuv

1.* -#* . . ). 2 #3# 4# #


(16)

Artinya : “…….Dan pada harta-harta mereka ada haq untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak dapat bagian……” ( Q.S Adz-Dzariyaat : 19)

Ayat di atas mengajarkan terselenggaranya pemberian hak dari golongan mampu atau muzakki (wajib zakat) kepada golongan tidak mampu atau Mustahiq ( miskin ) dengan tujuan agar terjadinya perubahan sosial secara ekomi bagi golongan tidak mampu. Agar tidak terjadi kesenjangan diantara kedua golongan tersebut.

Zakat adalah satu rukun yang bercorak sosial- ekonomi dari lima rukun Islam. Dalam zakat, disamping ikrar tauhid (syahadat) dan shalat, seseorang barulah sah masuk kedalam barisan ummat Islam dan diakui keIslamannnya, sesuai dengan firman Allah :

? w

P

JC

P

-_

,op&

P

x

_

=l !&

/H JR

n

w

5

X @ y

Artinya ;”…..tetapi bila mereka bertaubat, mendirikan shalat, dan membayar zakat, barulah mereka saudara kalian seagama”

Zakat, sekalipun dibahas didalam pokok bahasan ” Ibadat ”, karena dipandang bagian yang tidak terpisahkan dari shalat, sesungguhnya merupakan


(17)

bagian system sosial-ekonomi Islam, dan oleh karena itu dibahas di dalam buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi Islam.4

Untuk mengetahui problem tersebut diperlukan suatu pengelolaan yang mampu mendayagunakan seluruh potensi zakat diperlukan penanganan konsep manajemen secara tepat dengan memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola pelaksanaan system zakat

Fenomena ini menggambarkan berapa masalah tengah dihadapi oleh lembaga pengelola ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqoh) kontribusi umat Islam akan mengangkat tiga unsure manajemen yang meliputi :Manajemen Pengelolaan, Manajemen Pendayagunaan, dan Manajemen Pendistribusia ZIS. Dari tiga unsur tersebut merupakan tolak ukur bagi terbentuknya pemberdayaan ekonomi umat. Oleh karena itu Manajemen Pendistribusian perlu implementasi pada sebuah lembaga pengelola ZIS, agar dana Zakat yang sudah dikelola sapat disalurkan atau didistribusikan kepada berhak menerima.

Tujuan perintah zakat sebagaimana yang dikehendaki Syar’i memiliki peluang lebih besar untuk dapat direalisasikan karena arah tujuan zakat dirancang dan dijalankan secara bersama-sama dengan tetap mengacu pada aturan-aturan syar’I. Rasulullah SAW pernah menyatakan, umatku tidak mungkin bersepakat untuk melakukan kebohongan. Artinya , tidak mungkin tujuan zakat diselewengkan untuk hal-hal diluar perintah syar’I, jika dikelola oleh BAZ atau


(18)

LAZ. Tidak mungkin, amilin yang menghimpun dalam BAZ atau LAZ berhimpun untuk melakukan kebohongan.

Tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatnya kesadaran dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta menjadi suatu ketetapan hukum dalam upaya meningkatkan daya guna bagi masyarakat.

Manfaat berzakat adalah pembersih harta diantaranya sekian banyak harta yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada kita bila tidak dikeluarkan zakatnya maka seperti kita membeli seekor ayam yang kita makan sampai dengan kotorannya, sungguh sangat menjijikan yang mestinya kita buang, karena itu tidak layak untuk kita makan. Begitupun bila kita tidak berzakat, berarti kita memakan dari harta yang tidak layak kita makan.

Selain zakat ada ibadah yang mempunyai nilai sama yaitu infaq dan shadaqoh. Satu hal yang harus disepakati bahwa ketiga kosakata ini yaitu zakat, infaq, dan shadaqah merupakan suatu potensi yang dapat dihandalkan dalam mengatasi masalah kemiskinan umat Islam.5

Namun persoalan yang sangat mendasar dan menjadi salah satu sebab berfungsinya zakat sebagai instrument pemerataan dan belum terkumpulnya zakat secara optimal di lembaga-lembaga zakat adalah karena pengetahuan masyarakat

=4!-! 3 - %# - # %


(19)

terhadap harta yang wajib dikeluarkan zakatnya masih terbatas pada sumber-sumber konvensional yang secara jelas dinyatakan dalam Qur’an dan Al-Hadist dengan persyaratan tertentu. Oleh karena itu pembahasan yang penting dalam fiqh zakat adalah sumber-sumber harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Apalagi bila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi yang terus berkembang dari waktu-kewaktu.6

Untuk mencapai tujuan ideal dalam upaya pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah perlu diperhatikan 4 (empat) pokok kriteria yang akan menghantarkan tercapainya tujuan tersebut, keempat pokok kriteria itu adalah :

1. Ilmu, yaitu suatu ilmu yang harus dimiliki, terutama ilmu tentang zakat, infaq dan shadaqah secara kaffah (keseluruhan) berdasarkan dalil-dalil yang qat’i

2. Amal, yaitu penerapan ilmu yang telah dimiliki baik ilmu tentang zakat, infaq dan shadaqah secara kaffah maupun ilmu manajemen yang sehat. 3. Dakwah yaitu mengajak kepada orang lain untuk mengetahui, mengkaji

dan mengamalkan ilmu yang telah dimiliki itu.

4. Sabar, yaitu tabah dan tangguh dalam menghadapi segala rintangan dan tantangan baik dalam meuntut ilmunya, mengamalkan, maupun berdakwah.7

? 4 *#

-+66+ 4! )+

' . # * 8 - * * * <


(20)

Oleh karena itu zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) sebagai suatu kekuatan actual Islam yang perlu dikelola oleh sebuah lembaga khusus yang menangani ZIS yaitu salah satunya Badan Amil Zakat (BAZ) yang merupakan sebuah lembaga dengan menggunakan system manajemen sebagaimana yang digunakan dalam bidang perekonomian masyarakat lainnya.

Pembentukan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) seperti yang berada di kabupaten Karawang merupakan salah satu alternative dalam upaya meningkatkan keadilan dan pemberdayaan ekonomi umat. Kehadiran BAZDA Kabupaten Karawang diharapkan dapat membantu terlaksananya pemerataan ekonomi umat dalam pendistribusian dana ZIS.

Berkenan uraian di atas maka penulis bermaksud mengkaji masalah ini dengan penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul

“PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT PADA BAZDA KAB. KARAWANG”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyak hal yang dapat dibahas tentang dana zakat, infaq, dan shadaqah antara lain pengumpulan, pengelolaan yang menyangkut manajemen dana zakat, infaq, shadaqah. Maka agar pembahasan dalam skripsi ini tidak melebar dan meluas, penulis membatasi masalah pada pendistribusian dana Zakat, pada BAZDA Kab. Karawang.


(21)

2. Perumusan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah dan terfokus, maka penulis perlu membuat perumusan masalah pada penulisan skripsi ini. Adapaun perumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pendistribusian dana zakat pada BAZDA Kab. Karawang Dalam Pemberdayaan Ekonomi

b. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pendistribusian dana Zakat pada BAZDA Kab. Karawang Dalam Pemberdayaan Ekonomi

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pendistribusian dana zakat pada BAZDA Kab. Karawang Dalam Pemberdayaan Ekonomi

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pendistribusian dana Zakat pada BAZDA Kab. Karawang

2. Manfaat penelitian


(22)

a. Manfaat akademis : penelitian ini diharapkan menambah referensi dan menambah sejumlah studi mengenai manajemen organisasi atau lembaga dakwah dalam pendistribusian Zakat pada pelaksanaan dakwah

b. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan dapat menambah wawasan cakrawala keilmuan khususnya bagi penulis, umumnya bagi para pembaca, praktisi dakwah dan tokoh masyarakat dalam mengetahui medan dakwah sekarang ini di segala bidang.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi terdahulu yang judulnya hampir sama dengan judul skripsi penulis, yaitu :

1. Mulyanih “Pendistribusian Dana Zakat, Infak, Dan Shadaqoh Pada BAZDA Kecamatan Serpong.” skripsi ini disusun oleh Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, Tahun 2007 ini membatasi bahasannya pada pendistribusian zakat, infaq dan shadaqoh yang dilakukan bagaimana pengelolaan distribusinya (manajemen) serta faktor pendukung dan penghambat dalam pendistribusian dana zakat di BAZDA Kecamatan Serpong.

2. Nurul fajriah "Pola Pendistribusian Dana Zakat Pada Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tanggerang Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan,” skripsi ini disusun oleh Mahasiswi Fakultas Dakwah


(23)

Dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, Tahun 2006, berisi tentang pola pendistribusian dana zakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di kota tanggeramng serta faktor pendukung dan penghambat dalam pendistribusian dana zakat di BAZDA Kota Tanggerang

Berbeda dengan penelitian – penelitian sebelumnya, peneliti kali ini memang penulis ingin menggambarkan secara umum bagaimana Pendistribusian Dana Zakat Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Ummat pada BAZDA Kab. Karawang

E. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu kegiatan pengumpulan dan menganalisis data yang mana itu dipergunakan sebagai bahan menjawab permasalahan yang diselidiki pastinya memerlukan sebuah cara maupun metode penelitian dimana itu merupakan bagian strategi umum yang harus dipakai. Pada penyusunan skripsi ini penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuhan).8 Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kulaitatif merupakan

0! A . 2 - %


(24)

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

2. Waktu dan tempat penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 sampai 30 Juni 2009 bertempat di BAZDA Kab. Karawang Jl. Jend. A. Yani 10 ( Gedung Islamic Center ) Telp. : 0267-400043

3. Subyek dan objek penelitian

Adapun yang menjadi subyek didalam penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Karawang. Sedangkan yang menjadi obyeknya adalah Pendistribusian Dana Zakat Pada BAZDA Kab. Karawang pada tanggal 02 sampai 31 Januari 2008.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sumber data internal didapat dari Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab. Karawang

1. Data Primer

Adapun cara untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan cara meninjau langsung ke Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab. Karawang , yang menjadi objek penelitian, dan teknik yang digunakan adalah :


(25)

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknis mencari atau mengumpulkan data dengan mengamati dan melihat secara nyata keadaan dan kondisi pendistribusian dana zakat pada Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab. Karawang, dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.

b. Interview (wawancara)

Teknik interview dalam hal ini adalah teknik Tanya jawab secara lisan yang diarahkan pada masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya tanpa unsure paksaaan kepada para informan yang mengetahui dan berkecimpung langsung pada BAZDA Kab. Karawang dan pengurus atau pengelola bagian pendistribusian dana Zakat Kabupaten Karawang

2. Data Sekunder

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen atau laporan yang bersumber dari Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab. Karawang dan pihak yang berkaitan.

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari buku panduan, buku pedoman, brosur dan literatur yang relevan dengan penyusunan skripsi ini.

b. Tekhnik DokumentasiTekhnik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari Badan Amil


(26)

Zakat (BAZDA) Kab. Karawang , yang terdiri dari sejarah Bazda, struktur organisasi dan Program Kerja.

5. Teknik Pengumpulan data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan deskriptif analasis, yaitu suatu teknik analisis data di mana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada kerangka teori yang ada.

6. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisasn skripsi. Tesis dan Disertasi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,

terbitan UIN Jakarta Press tahun 2002 dan Penulisan ayat Al-Qur’an dan terjemahanya merujuk pada Al-qur’an dan Terjemahanya yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI dengan surat keputusan no. 26 th. 1967

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah memahami pembahasan dan penuilisan pada skripsi ini, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan yang terbagi dalam lima bab, pada masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :


(27)

Dalam bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka Dan Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Teoritis

Dalam bab ini berisi tentang zakat yang terdiri dari Pengertian Zakat Dan Dasar Hukum Zakat, Hikmah Dan Manfaat Zakat, Pendistribusian Zakat Yang Terdiri Dari Pengertian Distribusi, Macam-Macam Distribusi, Pendistribusian Zakat, Ruang Lingkup Distribusi, Tujuan Dan Sasaran Distribusi Zakat, Konssep Pemberdayaan yang terdiri dari Pengertian Pemberdayaan ,Tujuan Pemberdayaan. Ekonommi Ummat yang terdiri dari Pengertian ekonomi ummat, Unsur-unsur Ekonomi Ummat

BAB III : Gambaran Umum BAZDA Kab. Karawang

Mengenai sejarah berdirinya BAZDA, Landasan Hukum BAZDA, Dasar Pembentukan BAZDA, Visi Dan Misi BAZDA, Struktur Organisasi Dan Program Kerja BAZDA

BAB IV : Analisis Hasil Penelitian

Mengetengahkan hasil penelitian mengenai Analisis Pendistribusian Dana Zakat, Infaq Faktor Pendukung Dan Penghambat Pendistribusian Dana Zakat, Dan Infaq.BAB V : Penutup


(28)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. ZAKAT

1. Pengertian Zakat Dan Dasar Hukum Zakat

1.1Pengertian Zakat

Secara bahasa (literal), zakat berasal dari bahasa arab yang memiliki arti “tumbuh dan berkembang”. Sedangkan menurut ahli yurisprudensi Islam, zakat didefinisikan sebagai bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh kaum berpunya (the have)—yang di dalam istilah Islam disebut sebagai muzakki, yakni golongan orang yang telah melampaui batas pemilikan harta tertentu (nisab)—yang ditujukan kepada kaum tak berpunya (the haven’t), yang disebutkan di dalam Al-Quran berjumlah delapan golongan (QS. At-Taubah [9]:60). Kalimah zakat pada segi bahasa bermaksud tumbuh, bertambah, cerdik, baik, suci dan subur. Pada istilah pula zakat bermaksud mengambil harta tertentu yang diberikan kepada orang tertentu dengan syarat tertentu.9

Zakat adalah salah satu ajaran pokok dalam Islam, bahkan zakat dan shalat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran Islam, seperti diungkap oleh Allah SWT (QS, 9:11) bahwa orang syirik yang bertaubat, melakukan shalat dan

melaksanakan zakat, mereka dianggap sebagai saudara seagama. Zakat adalah ibadah yang terkait

9

. http://ukasbaik.wordpress.com/2007/11/28/zakat-dan-upaya-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia/: 17-4-2008


(29)

dengan harta, maka terlaksananya zakat sangat di tentukan oleh lembaga amil yang ditunjuk untuk itu, karena terentas tidaknya kemiskinan

Sangat ditentukan oleh profesionalitas tidaknya lembaga zakat yang bersangkutan.10

Pengertian zakat seperti diatas adalah suatu kewajiban umat Islam untuk mengeluarkan sejumlah harta tertentu dan diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara'. Selain telah diatur oleh syara di Negara Indonesia pemerintah daerah sesuai amanat Undang-Undang Dasar (UUD 1945) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah adalah pelaksana fungsi-fungsi pemerintah daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintah daerah yaitu lembaga eksekutif dan legislatif. Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan urusan memiliki hubungan dengan pemerintah daerah dan pemerintah daerah lainnya, yang meliputi hubungan kewenangan, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA), dan sumber lainnya. Dan menumbuhkan hubungan administrasi dan kewilayahan. Sebagian urusan pemerintah di bidang keagamaan, produktif mengentaskan rakyat dari kemiskinan melalui penghimpunan potensi umat melalui zakat yang tersebar di seluruh provinsi.


(30)

Zakat sebenarnya adalah hak yang dikembalikan kepada yang berhak bagi memastikan kesamarataan dan keadilan ekonomi. Golongan kaya bertanggungjawab membantu golongan miskin untuk mengelak masalah sosial dalam masyarakat.

1.2Dasar Hukum Zakat

Zakat dalam al-quran disebut sebanyak 82 kali.9 (M. fuadz baqi,tt)) ini menunjukan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain :

P

14

-_

,op&

P

W

_

=l !&

P

T $W

C 79#hRzG

b

&]/"0n

J

T7Q

0TD 

{

? $

S

01

C

|} W,01 W

\]"7p C

Xuu)

Arinya

:“

Dan dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat. Apapun yang diusahakan oleh dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apapun yang kamu kerjakan:”.(Al-Baqarah : 110)

Adapun dasar hukum zakat berdasarkan sunnah yaitu :

!

ی

#

$

%

&

'

ی(

!

*$

+

,

-.$

,

-/*$

0

1

-$

2

3

Dari Ibnu Abbas r.a ia berkata : Aku diberitahu oleh Abu Sufyan r.a lalu ia menyebutkan hadist Nabi saw, ia mengatakan ; “Nabi Saw menyuruh kita supaya mendirikan shalat, menunaikan zakat, silaturahmi (


(31)

menghubungi keluarga) dan ifaf ( yakni menahan diri dari perbuatan buruk) “. (Bukhari II, 1993 : 320)

Dari uraian nash di atas dapat dipahami mengenai kewajiban mengeluarkan zakat. Pemahaman ini berdasarkan pada penjelasan shigat berupa redaksi dalam bentuk fi’il amar yang berarti kewajiban / perintah dan Dilalah

berupa petunjuk dalil yang bersifat qoth’i.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.9

2. Sumber Dana Zakat

Di zaman Rasulullah, dana zakat salah satunya diperuntukkan bagi pengembangan ekonomi sahabat-sahabatnya. Dalam Hadis riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah memberikan kepadanya zakat, lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Salim pun mengelolanya sampai ia benar-benar mampu bersedekah dari usahanya tersebut. 11

11

http://padangmedia.com/news/122/ARTICLE/1724/2007-10-10.html:


(32)

Kenyataan itu seharusnya bisa meneguhkan umat Islam bahwa dana zakat yang dikelola dengan baik dan profesional akan mampu membawa masyarakat mustahik menjadi bagian dari muzaki (orang yang membayar zakat) yang siap berbagi dengan mustahik yang lainnya. Lalu bagaimana caranya? Zakat produktif

Landasan awal pengelolaan zakat produktif ini adalah bagaimana dana zakat tidak habis dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi lebih bermakna karena digunakan untuk melancarkan usahanya. Pepatah mengatakan, "Berikanlah kail, bukan ikannya". Modal usaha yang digulirkan dari dana zakat diharapkan menjadi kail yang mampu menangkap ikan-ikan yang tersedia di alam.

Kalau di zaman Rasulullah, bantuan usaha dari dana zakat diberikan langsung dari pengelola kepada mustahiknya melalui Baitul Mal, maka di Indonesia di mana zakat dikelola lembaga nonpemerintah, optimalisasi dari pengelolaan zakat tersebut menjadi tanggung jawabnya. Tantangan inilah yang harus diwujudkan lembaga pengelola zakat.

Fakta yang berkembang di lapangan menunjukkan, pengentasan kemiskinan seakan-akan menjadi tanggung jawab negara sepenuhnya. Berkaca pada sejarah, melalui instrumen zakat, kita melihat alternatif lain yang teruji dalam menyejahterakan masyarakat. Tentu saja butuh kapasitas lebih dari pengelola zakat untuk mengimplementasikan konsep pemberdayaan ini, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) maupun sistem yang dimilikinya.


(33)

Guna mengoptimalkan pengelolaan zakat, Lembaga Amil Zakat (LAZ) ataupun Badan Amil Zakat (BAZ) idealnya mempunyai lembaga keuangan khusus yang memberikan kredit atau bantuan bagi masyarakat miskin Rumah Zakat Karawang misalnya. Untuk membantu memberikan kredit usaha kecil maka dibangunlah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Mozaik. Dengan lembaga tersebut diharapkan fokus pemberian kredit usaha dan pendampingan bisa dilakukan dengan maksimal.

Ada pendapat menarik yang dikemukakan Syekh Yusuf Qardhawi dalam bukunya yang fenomenal, Fiqh Zakat. Pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya untuk kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Untuk saat ini, peranan pemerintah dalam pengelolaan zakat ini digantikan oleh BAZ atau LAZ.

Kewajiban lain yang harus dilakukan pengelola zakat adalah melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para mustahik agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik. Pembinaan dan pendampingan tidak hanya diberikan untuk memperkuat sisi rohani mustahik, tetapi juga sisi manajerial dan kemampuan wirausahanya. Harapannya, dengan kemampuan tersebut kehidupannya akan lebih sejahtera.

Dengan pola pengelolaan zakat produktif, diharapkan akan muncul lapangan usaha baru bagi kelompok masyarakat yang tidak mampu, yang termasuk dalam kelompok yang berhak menerima zakat. Seluruh komponen


(34)

bangsa, termasuk pemerintah, diharapkan memiliki komitmen yang kuat akan hal ini, karena dampaknya akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Dengan demikian, tingkat pengangguran pun akan bisa diminimalkan. Apalagi kita menyadari bahwa angka pengangguran yang terjadi di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu sekitar 40 juta orang atau 18% dari keseluruhan penduduk. Kita perlu banyak belajar kepada Malaysia dalam mengelola zakat. Malaysia adalah contoh negara yang berhasil dalam menjadikan zakat sebagai institusi yang mampu mereduksi tingkat kemiskinan, sehingga berdasarkan data Badan Zakat negara tersebut, jumlah warga miskin di Malaysia kini tinggal 10.000 orang. (ABU SYAUQI -Dewan Pembina RZI Pusat)

3. Macam-Macam Zakat

Zakat menurut garis besarnya terbagi dua macam : Zakat Maal (zakat harta) dan Zakat Fitrah. Pertama Zakat maal (zakat harta ) yaitu bagian dari harta kekayaan seseorang yang termasuk juga badan hukum yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang – orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu.

Zakat harta memiliki tiga segi : 1. Segi ibadah

Adalah pada sisi ini disyaratkan niat menurut sebagian para ulama, dan amal untuk melaksanakan perintah Allah Swt.

2. Segi sosial

Adalah masyarakat dari sebagian keluarga, terutama mereka fakir miskin yang mempunyai hak zakat tersebut. Mereka membutuhkan bantuan dari masyarakat lainnya yang berkecukupan. Begitu juga mereka yang mempunyai banyak utang, para budak dan ibnu sabil. Seperti inilah Rasulullah Saw, menyuruh Muadz Ibn


(35)

Jabal, ketika mengirimnya ke yaman pada tahun 10 H, untuk mengambil zakat dari para orang kaya dan menyerahkannya kepada pakir miskin dan mereka yang berhak menerimanya.

3. Segi ekonomi

Adalah pada sisi ketiga yang merupakan sisi pelengkap dari zakat. Walaupun masalah ekonomi merupakan pembahasan yang sudah sering dilakukan dalam usaha mengembangkan keuangan.12

Kedua Zakat fitrah yaitu zakat pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim pada malam hari raya Idul Fitri yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan keluarga yang wajar.

Para ulama telah membagi zakat fitrah kepada dua bagian yaitu : zakat harta yang nyata yang terang dilihat umum, seperti : Binatang, Tumbuh – tumbuhan, Buah-buahan dan barang logam. Zakat harta yang tidak nyata yang dapat disembunyikan, seperti : Emas, Perak, Rikaaz, dan barang perniagaan13

Meneurut Abu Bakr Jabir Al-Jazaairi mengemukakan bahwa harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, apabila memenuhi persyaratan tertentu adalah :

a. Emas dan Perak b. Hewan Ternak c. Buah-Buahan d. Biji-Bijian e. Perdagangan f. Barang Tambang

+ ! # )* - * # ) C ! # * ( 3

- ( # % C * ! @. . @.9 > D @ . .

&& *! 61

1 ! -#* -! %! / < 9 : *


(36)

g. Rikaz

Sedangkan menurut Ahmad Bin Qudamah menyatakan bahwa sumber atau obyek zakat yang dijelaskan secara rinci dalam Al- Qur’an atau dalam Hadist, adalah hewan ternak, hasil pertanian, barang tambang, emas dan perak, dan perdagangan.

a. Zakat Hewan Ternak

Dalam berbagai hadist dikemukakan bahwa hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu, ada tiga jenis zakat hewan ternak, diantaranya :

• Hewan unta • Hewan sapi

• Hewan domba atau kambing

Adapun persyaratan utama kewajiban zakat pada hewan ternak adalah sebagai berikut :

a) Mencapai Nishab

Syarat yang pertama ini berkaitan dengan jumlah minimal hewan yang dimliki, yaitu : lima ekor untuk unta, 30 ekor untuk sapi, 40 ekor untuk kambing ataupun domba.

b) Telah melewati waktu satu tahun (haul)

Syarat ini berdasarkan praktik yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para khalifah yang empat dengan mengirim secara periode para petugas zakat untuk memungut zakat ternak ini setiap tahun.

c) Digembalakan di tempat pengembalaan umum

Yakni tidak diberi makan di kandangnya kecuali sangat jarang sekali. Hal ini berdasarkan Hadist Riwayat Ahmad, Nas’i. dan Abu Dawud dari Baz


(37)

bin Hakim dari bapaknya, dari kakeknya,14 ia berkata : yang artinya :

“ Aku telah mendengar rasulullah saw bersabda : pada setiap unta yang digembalakan, pada empat puluh ekor harus dikeluarkan zakat seekor betina unta yang disebut dengan ibnatulabun.

d)

Tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya dan tidak pula dipekerjakan hal ini berdasarkan hadist Nabi bahwa beliau bersabda, yang

4!5ی

6-7 * $ 89: ﻡ ; < =6- >

? @ 6- A1ﻡ!B 1C *$

Artinya : “Tidak dikeluarkan zakat dari ternak yang sudah tua, yang cacat tubuhnya, dan kambing jantan.(HR. Al-Mugni dan syaranya, Jilid 2:473)

b. Zakat Emas, Perak Dan Uang

Adapun kewajiban mengeluarkan zakat emas dan perak, setelah memenuhi persyaratan tertentu. Hal ini berdasarkan Al-Quran (QS : At-Taubat :34-35) yang berbunyi :

w

LM|T BZ2 @

5k -S

P

g I

? $

I]" a=l

|~ b

< OFG

?

€"&

? W, i B ; &

*

%

D&

‚2 <%&

C

|}

Tƒp @

; <0

{

|„k -S

|} €)… @

8,0

S-L‡v h%&

=>

LM N #$ hI@

5

; <0

{

HW

]7y^ •

*V

U;0W C

ˆ[4 &

Xr

A/

@

01%

0Q%4 , Š

5

R

n[ I0Q0‹

l€

 J3

LMˆ

/H QW

<7‹

/HMŠˆ I‹

/HW x

Q#

P

U;20

/HW

€ …=l

/C 79#hRzG

P

W-

;

, ! 7# # 8 4# # # ( 2 - % #

9 $ 8# C 4 ! # - ;


(38)

z •I i

|} x! D

Xr

n

Artinya ; ‘’ Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan bat il dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."(QS : At-Taubah : 34-35)

Adapun syarat utama zakat pada emas dan perak adalah mencapai nishab dan telah berlalu satu tahun (haul). Besar nishab dan jumlah yang wajib dikeluarkan berbeda-beda. Pertama Nishab Emas adalah 20 Dinar (misqal), lebih kuarang sama dengan 85 gram emas. Kedua Nishab Perak adalah 200 Dirham, lebih kurang sama dengan 595 gram perak. Ketiga Nishab Uang, baik uang giral maupun uang kartal adalah 94 gram emas, masing-masing dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.

c. Zakat Perdagangan

Kewajiban zakat perdagangan yang telah memenuhi persyaratan tertentu, kemudian dikemukakan dalam sebuah hadist riwayat abu dawud dari samrah bin jundab, ia menyatakan, yang artinya :

ﻥ!ﻡ(ی E0 - F 0

0ﺹ

'

H 0$ 2ﻥ

1C *$ 4!5ﻥ

“ Amma ba’du, sesungguhnya rasulullah saw, telah menyuruh kita semua untuk mengeluarkan sedekah (zakat) pada segala yang kami maksudkan untuk dijual, (HR. Daruquthni dan Abu Daud :214 (Mukhdzar As-Sunnah,jilid 2 : 175)

Ada tiga syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan yaitu sebagai bewrikut :


(39)

1) Niat berdagang

Niat berdagang atau niat memperjualbelikan komoditas-komoditas tertentu ini merupakan syarat yang sangat penting

2) Mencapai nishab

Nishab dari zakat harta perdagangan adalah sama dengan nishab dari zakat emas dan perak, yaitu senilai dua puluh misqal atau dua puluh dinar emas atau dua ratus dirham perak

3) Telah berlalu waktu satu tahun

4.Hikmah Dan Manfat Zakat

4.1 Urgensi dan Hikmah Zakat

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.15

Kewajiban menunaikan zakat dalam Islam tersebut, di dalamnya terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahiq, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.

Hikmah dan manfaat tersebut, antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah Swt., mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlaq mulia dengan memiliki rasa

15


(40)

kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki (perhatikan QS. 9:103; 30:39; 14:7)

2. Karena zakat merupakan hak bagi mustahiq, maka berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama golongan fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT., terhindar dari bahaya kekufuran sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya.

3. Sebagai pilar amal jama'i antara kelompok aghniya' dengan para mujahid yang seluruh waktunya dipergunakan untuk berjuang di jalan Allah SWT., sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafakah diri dan keluarganya (perhatikan QS. 2:273).

4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam.

5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang batil.


(41)

1. Menambah jumlah muzakki dan munfiq atau mushadiq

2. Melipatgandakan penguasaan asset dan modal di tangan umat Islam 3. Membuka lapangan kerja yang luas.

Zakat turut merangkumi kepentingan dalam bentuk fiskal. Zakat boleh dianggap teras kepada sistem ekonomi Islam. Malah, kaedah cukai yang dikenakan dalam sistem ekonomi konvensional adalah mencontohi institusi zakat. Cukai dipungut dialihkan kembali untuk pembangunan negara dan membiayai keperluan golongan miskin. Banyak kepentingan zakat yang tidak diketengahkan untuk penghayatan dan tindakan umat Islam. Kita biasanya hanya diajar tentang zakat sebagai membersihkan harta. Harta tidak dikeluarkan zakat mengandungi kekotoran yang menjadi barah merosakkan keseluruhan harta.

Harta adalah sebahagian dari pada ujian kepada manusia. Barang siapa yang bersyukur, Allah SWT. Akan melipatgandakan karunianya kepada orang itu. Satu tanda bersyukur ialah membelanjakan harta untuk kebaikan dan berzakat.

Berzakat menjadi elemen pembersihan rohani dan sumber harta, pendapatan, kewenangan, ekonomi dan sosial. Mereka yang berzakat mementingkan kualiti hidup berdasarkan kepada tuntutan syarak.

Ketika Muadz bin Jabal diutus Khalifah Umar ke Yaman, ia hanya menghabiskan waktu sekitar 11 tahun untuk mengubah perekonomian masyarakat negeri itu sampai pada kesejahteraan. Indikasinya, masyarakat di sana tidak ada lagi yang berhak menerima zakat.


(42)

Ketika ia datang ke Madinah dengan membawa harta zakat, ia sempat mendapat protes dari Umar r.a. "Aku tidak mengutusmu sebagai penarik zakat Yaman untuk dibawa ke Madinah." Maka Muadz menjawab, "Aku sudah tidak lagi mendapati penduduk Yaman yang menjadi mustahik (berhak menerima zakat)". Di zaman Rasulullah, dana zakat salah satunya diperuntukkan bagi pengembangan.

B. DISTRIBUSI ZAKAT

1. Pengertian Distribusi

Anda pasti pernah melihat seseorang yang memikul barang tertentu untuk ditawarkan kepada pembeli, contoh seperti tukang sayur, tukang bakso. Kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut merupakan kegiatan distribusi.

Distribusi berasal dari bahasa inggris yaitu distribute yang berarti pembagian atau penyaluran, secara terminology distribusi adalah penyaluran ( pembagian) kepada orang banyak atau beberapa tempat. Pengertian lain mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran barang keperluan sehari-hari oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dan sebagainya16.

?! /!4! ! ( # # # $


(43)

Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen. Produsen artinya orang yang melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya orang yang menggunakan atau memakai barang/jasa dan orang yang melakukan kegiatan distribusi disebut distributor.

Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.

Dari apa yang baru saja diuraikan, tampaklah bahwa distribusi turut serta meningkatkan kegunaan menurut tempatnya (place utility) dan menurut waktunya (time utility).17

Penyaluran atau distribusi diartikan sebagai hasil penjualan persediaan kepada pemerintah maupun kepada pasar namun baik untuk tujuan melindungi golongan berpenghasilan tetap maupun untuk mempengaruhi harga pasar agar tetap berada dibawah harga tetap ( barang yang telah ditentukan).

Menurut Philip Kotler dalam bukunya “Managemen Pemasaran”

mengatakan bahwa : Distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam hal ini distribusi dapat diartikan

17


(44)

sebagai kegiatan (membagikan, mengirimkan) kepada orang atau kebeberapa tempat.18 Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahawa distribusi adalah organisasi yang paling bergantung dalam memasarkan sebuah produk dari produsen kepada konsumen menjadi sebuah produk yang siap digunakan.

Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan(jenis, jumlah, harga, dan saat dibutuhkan).

Dengan kata lain distribusi merupakan aktifitas pemasaran yang mampu : a. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran

yang dapat merealisasikan kegunaan / fasilitas bentuk, tempat, dan kepemilikan

b. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing chanel flow) secara fisik dan non fisik.19

2. Ruang Lingkup Distribusi

Ruang lingkup penyaluran zakat harus dibagikan kepada anggota masyarakat desa atau boleh dipindahkan ke desa lain lebih membutuhkan, jika disalah satu desa tersebut sudah tidak memerlukan pembagian zakat dalam arti

0! 2 $# !( # $ $ # &&6

< ! ( )1 *!160

&! 9 3 2 % 7 % . +66 < ! ( )


(45)

kata tidak ada yang berhak menerima zakat karena sudah demikian makmur dan kekayaan yang merata.

Pendapat para ulama tentang ruang lingkup penyaluran zakat terbagi menjadi 3 macam kriteria :

1 Zakat tidak boleh dipindahkan atau dengan kata lain zakat yang dikumpulkan dari suatu tempat seharusnya dibagi kepada yang berhak pada tempat yang sama juga, kecuali jika keadaan darurat menghendaki, maka boleh dipindah sebahagiaannya

2 Zakat itu boleh dipindahkan. Demikian pendapat yang dianut imam malik r.a dalam soal ini dalil yang dipakai sandaran oleh pendapat ini adalah hadist yang diriwayatkan oleh addaaruquthni yang menceritakan Mu’adz nengatakan kepada penduduk Yaman : beri aku baju atau pakaian sebagai pengganti jagung dan syiir dalam berzakat.

3 Saham ( hak) fakir miskin dibagi di tempat pengumpulan, sedang saham –saham yang lain boleh dipindah sesuai dengan kebijakan pemerintah

3. Macam – Macam Distribusi

1. Distribusi bidang jasa adalah pelayanan langsung kepada pelanggan tanpa melalui perantara karena jasa dihasilkan dan dikonsumsi pada saat bersamaan.

2. Distribusi barang konsumsi adalah barang yang langsung digunakan oleh individu atau anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya,


(46)

jadi barang konsumsi terkait langsung dengan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Distribusi barang konsumsi adalah penyaluran barang-barang hasil industry atau bahan makanan dari produsen kepada konsumen melalui agen, pengecer lalu ke toko-toko. 3. Distribusi kekayaan adalah kekayaan merupakan bentuk jama’ dari

kata maal, dan kata maal bagi orang arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya.20

Dengan demikian maka unta, kambing, sapi, emas, perak dan sebagainya adalah kekayaan. Menurut ulama hanafiah, kekayaan adalah segala sesuatu yang dipunyai dan bnisa diambil manfaatnya, seperti tanah, binatang, dan uang. Kekayaan adalah nilai aset seseorang di ukur pada satu waktu tertentu.

4. Distribusi pendapatan adalah pendapatan merupakan upaya yang memiliki pengaruh secara ekonomis. Adapun bentuk – bentuk distribusi pendapatan sebagai berikut :

a) Baitul maal

Baitul maal merupakan kas Negara yang dikhususkan untuk pemasukan atau pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin.

Mekanisme pemasukan maupun pengeluarannya semua di tentukan oleh syari’at Islam dan tidak mengikuti pendapatan manusia

+6! ! ( ) # ! . ) # ) # 3 $ # )-# :


(47)

b) Pajak

Pajak pada hakikatnya adalah kewajiban yang dibebankan kepada seluruh kaum muslimin yang memiliki kelebihan harta untuk memenuhi kebutuhan temporer sebagian masyarakat yang lain. Dengan sifatnya yang temporer maka pajak hanya berlaku pad saat kas baitul maal kosong dan memang sedang terdapat kebutuhan pokok yang sangat mendesak.

4. Pendistribusian Zakat

4.1Pengertian Pendistribusian Zakat

Pendistribusian zakat adalah suatu aktifitas atau kegiatan untuk mengatur sesuai dengan fungsi manajemen dalam upaya menyalurkan dana zakat yang diterima dari pihak mujakki kepada mustahiq sehingga tercapai tujuan organisasi secara efektif.

System pendistribusian zakat dari masa ke masa mengalami perubahan. Semula lebih banyak disalurkan untuk kegiatan konsumtif tetapi belakangan ini banyak pemanfaatan dana zakat untuk kegiatan produktif.

Dengan upaya seperti ini dapat diharapkan dapat tumbuh strata dari yang terendah (mustahiq) ke yang lebih tinggi (muzakki)

4.2Metode Pendistribusian Dana Zakat Secara Profesional

Salah satu syarat bagi keberhasilan zakat, dalam mencapai tujuan sosial kemanusiaan adalah dengan cara pendistribusian yang professional yang didasarkan kepada landasan yang sehat, sehingga zakat tidak salah sasaran.


(48)

Dimana orang yang berhak menerimanya tidak mendapatkannya malah diberikan kepada yang tidak berhak atau berhak tapi memperoleh jumlah zakat yang tidak mencukupi atau diberikan kepada orang yang kondisi ekonominya lebih baik, sementara yang kondisi ekonominya kurang baik justru tidak mendapatkanya.

Menurut Yusuf al-Qordhawi dalam bukunya : manajemen zakat professional ada beberapa cara untuk mendistribusikan dana zakat secara profesinal yaitu :

1. Pola Pendistribusian Produktif

Pola pendistribusian produktif adalah adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahiq yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha / bisnis.

Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat dan lainnya disertai target merubah kedaan penerima(lebih dikhususkan kepada mustahiq / golongan fakir miskin)dari kondisi kategori mustahiq menjadi kategori mujakki.

Model ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah memberikan zakat kepada seorang fakir sebanyak dua dirham untuk makan dan satu dirham untuk pembelian kapak sebagai alat untuk bekerja supaya hidupnya


(49)

tidak tergantung pada orang lain lagi.(syechul hadi pramono, 1995:52)khalifah umar juga pernah menyerahkan zakat berupa 3 ekor unta sekaligus kepada salah seorang mustahiq yang sudah rutin meminta zakat padanya. Pada saat penyerahannya, khalifah berharap orang tersebut tidak datang lagi sebagai penerima zakat tetapi sebagai pembayar zakat.

2. Pendistribusian Secara Lokal

adalah bahwa para mustahik di masing-masing wilayah lebih diprioritaskan daripada mustahik di wilayah lain, sebagaimana yang kita kenal dengan konsep otonomi daerah. Masing-masing daerah atau sejumlah daerah yang berdampingan lebih diprioritaskan untuk mendapatkan zakat orang-orang kaya setempat melalui lembaga-lembaga amil zakat, unit pengelola zakat didaerah dimana masyarakat itu tinggal. Disetiap negeri Islam dapat mengikuti cara seperti ini, dimulai dari unit yang terkecil kemudian ke unit yang lebih besar.

Pendistribusian dana zakat yang lebih dari lembaga zakat tingkat propinsi dikirimkan ke lembaga zakat pusat untuk membantu propinsi lain yang perolehan zakatnya kurang, atau kaum fakir dan orang-orang yang membutuhkannya disbanding propinsi lain. Itulah petunjuk Islam dalam membelanjakan perolehan zakat dan itulah konsepnya yang arip dan bijaksana, yang sejalan dengan konsep manajemen dan politik keuangan yang paling maju / modern di zaman kita sekarang.


(50)

adalah adil terhadap semua golongan yang telah dijanjikan sebagai mustahiqin oleh Allah dan Rasul-nya dan adil diantara semua individu dalam satu golongan mustahiqin. Yang kami maksudkan bukan menyamaratakan antara golongan-golongan maustahik atau individu dalam setiap golongan itu, melainkan keadilan yang memperhatikan dan mempertimbangkan hak, besarnya kebutuhan, dan kemaslahatan Islam yang tertinggi.

5. Tujuan Dan Sasaran Distribusi Zakat

5.1Tujuan Distribusi Zakat

Pokok yang paling utama dalam menentukan distribusi zakat adalah keadilan dan kasih sayang. Maka tujuan distribusi zakat terbagi dalam dua macam yaitu :

a. Agar kekayaan tidak terpusat kepada sebagian kecil masyarakat, akan tetapi terus menerus beredar dalam masyarakat

b. Berbagai faktor produksi bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi secara adil kepada masyarakat.

Pendistribusian dana zakat berfungsi mengecilkan jurang perbedaan antara kaya dan miskin karena bagian harta kekayaan sikaya membantu dan menumbuhkan kehidupan ekonomi yang miskin, sehingga keadaan ekonomi


(51)

si miskin dapat diperbaiki.21 Sedangkan menurut syauqi ismail syahhatih dalam bukunya al- Zakat, bahwa zakat berfungsi sebagai sarana jaminan sosial dan persatuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, dan memberantas kemiskinan umat manusia, dalam hal ini zakat merupakan bukti kepedulian sosial dan kesetiakawanan nasionalis.22

5.2 Sasaran Distribusi Zakat

Pada awal sejarah pertumbuhan Islam di mekkah, orang-orang yang berhak menerima zakat adalah orang-orang miskin saja.23 Setelah tahun ke 9 H

Allah SWT menurunkan ayat 60 surat At-Taubah di madinah ayat tersebut menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima zakat.

Menurut undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat (bab v pasal 16 ayat 2) menjelaskan bahwa selam delapan asnaf yang telah disebutkannya juga meliputi orang-orang yang tidak bedaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu,

+ @ * @ % # 9 :* *

-&&' *!+66)+6

++ #: ** * 2 # - !. *

* ! . # # *! &


(52)

pondok pesantern, anak-anak yang terlantar orang terlilit hutang, pengungsi terlantar dan korban bencana alam.24

Berikut ayat yang menjelaskan tentang yang berhak menerima zakat ( mustahik ). Allah berfirman dalam surat At-taubah ayat 60 yang berbunyi :

w

01ZR $

#Ž2 -0Top&

" $#h , &

567 28901%&

5s

120W%&

LM/] , Š

LUhS&U

1%&

/HMŠˆ

W,W-‰ 5

)V

-r•"&

56

r"2 %&

‰ 5

; <0

{

5%

; <99&

P

IL=v@r"

|~ b

{

[4 , Š

v[;7<0O

X )

60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana ( QS. At-TAubah : 60 )

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa yang berhak menerima zakat adalah : a. Golongan Fakir

Golongan yang memiliki haarta namun kebutuhan hidup mereka lebih banyak dibandinghkan harta mereka miliki, atau orang-orang yang sehat dan jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan sehingga tidak mempunyai penghasilan.

Fakir berarti oarng sama sekali tidak mempunyai pekerjaan atau

+, ( % .% . @


(53)

mempunyai pekerjaan akan tetapi penghasilannya sangat kecil, sehingga tidak cukup untuk memenuhi sebagian dari kebutuhannya.

b. Golongan miskin

Golongan orang yang memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan hidup namun tidak memenuhi standar atau orang yang lemah dan tidak berdaya ( cacat) karena berusia lanjut, sakit atau karena akibat peperangan, baik yang mampu bekerja maupun tidak tetapi memperoleh penghasilan yang memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan keluarganya.

c. Golongan Amil Zakat

Golongan amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat, mengumpulkan, menjaga dan menyalurkannya.

Dengan kata lain amil adalah badan / lembaga yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat yang mendapat seperdelapan dari seluruh zakat yang terkumpul untuk dipergunakan sebagai biaya operasional, administrasi dan honor/ gaji bago anggota team.

d. Golongan muallaf al-Qulub

Menurut mastud zuhdi berpendapat, mengatakan bahwa muallaf adalah orang menghadapi problem keluarga atau pekerjaan atau tempat tinggal akibat kepindahannya ke agama Islam maka mereka berhak menerima zakat. Adapun orang yang tidak mengalami problem adapun ketika masuknya ke agama Islam maka mereka tidak berhak menerima zakat.


(54)

e. Golongan riqab

Riqab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk memerdekakan budak, atau dalam rangka membantu memerdekakannya sejalan dengan perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti masa pra Islam mungkin sudah tidak lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain masih banyak. Misalnya masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajah atau dominasi golongan lain.

f. Golongan gharim

Gharim adalah oarng berhutang bukan keperluan maksiat, seperti hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan istrinya serta hamba sahaya miliknya. Termasuk juga hutang untuk menjalanakan perintah Allah SWT seperti haji, umrah dan hutang untuk menunaikan dioyat atau pembiayaan perkawinan.

g. Golongan fisabilillah

Sabilillah adalah saran untuk menuju keridhoan Allah dalam semua kepentingan keagamaan, untuk menegakan agama dan Negara, bukan untuk keperluan pribadi. Kata fisabilillah memiliki arti luas pengertiannya bisa berubah sesuai waktu dan kebiasaan. Fisabilillah meliputi banyak perbuatan, meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, termasuk mendirikan rumah sakit, pengiriman da’i. Untuk kepentingan keagamaan istilahnya adalah “jihad”. Jihad itu tidak hanya dengan pedang, namun bisa dengan lisan , dengan pemikiran, pendidikan, dengan pena, buku, sosial, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan. Jadi segala usaha yang berhubungan dengan kejayaan Islam itu disebut dengan Fisabilillah.25


(55)

h. Golongan Ibnu Sabil

Yang dimaksud ibnu sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh, yang kehabisan bekal. Pada saat itu ia sangat membutuhkan belanja bagi keperluan hidupnya. Ia berhak mendapatkan bagian zakat sekedar keprluan yang dibutuhkan sebagai bekal dalam perjalanannya sampai tempat yang ia tuju.

Sesuai dengan perkembangan zaman, dana zakat ibnu sabil dapat disalurkan antara lain untuk keperluan beasiswa bagi pelajar, mahasiswa yang kurang mampu, penyediaan bagi pemondokan yang murah bagi musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa.

C.KONSEP PEMBERDAYAAN

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu

empowerment yang berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreatifitas.26 Dan menurut

bahasa,”Pemberdayaan” berasal dari kata” Daya” yang berarti tenaga atau kekuatan. Jadi, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkan.27 Dalam Kamus Umum

+?! E ( # * " 9

2 # * 2 F 2 +66= *!=1

+'! -# - %# 7 % $ 9 +66+ < !


(56)

Bahasa Indonesia kata pemberdayaan bisa diartikan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan( Badudu Zein, 318).

Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi hingga semua orang ( yang lemah ) dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk merncapai tujuannya, kartasasmita menyatakan bahwa keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Memberdayakan Wirausaha adalah upaya untuk meningkatan harkat dan martabat lapisan masyarakat banyak yang dalam kondisi saat ini tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. (Bambang Rudito, 133)

Menurut Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, pemberdayaan dalam kaitannya dengan penyampaian kepemilikan harta zakat kepada mereka yang berhak terbagi dalam empat bagian28, yaitu sebagai berikut:

1. Pemberdayaan sebagian dari kelompok yang berhak akan harta zakat, misalnya fakir miskin, yaitu dengan memberikan harta zakat kepada mereka sehingga dapat mencukupi dan memenuhi kebutuhan mereka.

28

. http://ukasbaik.wordpress.com/2007/11/28/zakat-dan-upaya-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia/: 17-4-2008


(57)

Selain itu, dengan memberikan modal kepada mereka yang memiliki keahlian tetapi menghadapi kendala berupa keterbatasan modal. Baik fakir miskin maupun mereka yang memiliki keahlian, kepada mereka diberikan harta zakat untuk memberdayakan mereka sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Tentang hal ini, Imam Nawawy mengatakan di dalam bukunya al-Majmû’ dari perkataan jumhur mazhab Syafi’i: Mereka mengatakan bahwa sesuai dengan kebiasaan, orang yang mempunyai profesi tertentu diberikan sesuatu dari harta zakat, dengan maksud agar mereka menggunkannya untuk membeli alat-alat yang mendukung profesionalismenya, baik sedikit maupun banyak. Dengan demikian, mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pemberian ini berbeda-beda sesuai dengan profesi, serta kebutuhan masing-masing individu.

2. Memberdayakan kaum fakir, yakni dengan memberikan sejumlah harta untuk memenuhi kebutuhan hidup serta memberdayakan mereka yang tidak memiliki keahlian apapun. Terkait hal tersebut, almarhum Syaikh Syams al-Dîn al-Ramly mengatakan:

Jika para fakir miskin belum mendapatkan pekerjaan sebagai penunjang hidup mereka, baik dengan profesi maupun berdagang, mereka diberikan bagian dari zakat secukupnya sesuai kebutuhan hidup di negara mereka tinggal dan selama mereka hidup. Karena maksud dari pemberian tersebut hanyalah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum terpenuhi. Jika umur mereka berlanjut, zakat diberikan tahun demi tahun. Akan tetapi tidak bukan berarti memberikan


(58)

mereka seperti gaji dari hasil kerja, melainkan memberikan mereka sejumlah uang yang dapat digunakan untuk membeli rumah, yang kemudian mereka gunakan sebagai temapt bekerja, yang akhirnya dapat terlepas dari ketergantungan terhadap zakat.

Sedangkan menurut Imam Ahmad, senada dengan pendapat jumhur Syafi’i, menyatakan bahwa fakir miskin boleh mengambil sesuai kebutuhan dari harta zakat secara terus menerus, baik untuk perdagangan maupun alat-alat yang mendukung profesi mereka.29 Di dalam kitab lain disebutkan bahwa mereka yang

memiliki profesi diberikan sejumlah harta dari zakat sesuai kebutuhan untuk membeli alat-alat pendukung profesi tersebut. Mereka yang berdagang diberikan modal usaha. Sedangkan yang selain dua tersebut di atas, adalah fakir miskin. Kepada mereka diberikan sejumlah harta untuk menutupi kebutuhan hidup yang belum terpenuhi.

4. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat, yang memiliki penghasilan baru dengan ketidakmampuan mereka. Mereka itu adalah pegawai zakat dan para muallaf.

5. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat untuk mewujudkan arti dan maksud zakat sebenarnya selain yang telah disebutkan di atas. Di antaranya adalah hamba sahaya, mereka yang di jalan Allah swt., ibnu sabil, dan memilik banyak utang. Kepada mereka

29

. http://ukasbaik.wordpress.com/2007/11/28/zakat-dan-upaya-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia/: 17-4-2008


(59)

diberikan harta zakat dengan pengawasan dan harus sesuai dengan tujuan diberikannya zakat. Jika mereka menggunakannya kepada selainj tujuan tersebut kemudian mendapat keuntungan, maka semua harta zakat dan keuntungan tersebut wajib dikembalikan30.

2. Tujuan Pemberdayaan

Zakat memiliki potensi untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui beberapa saluran, antara lain:

1) Pengentasan Kemiskinan. Alokasi zakat secara spesifik telah ditentukan oleh syariat Islam dalam Al-Quran QS: At-Taubah : ayat 60 yang berbunyi :

w

01ZR

$

#Ž2 -0Top&

" $#h , &

567 28901%&

5s

120W%&

LM/] , Š

LUhS&U

1%&

/HMŠˆ

W,W-‰ 5

)V

-r•"&

56

r"2 %&

‰ 5

; <0

{

5%

; <99&

P

IL=v@r"

|~ b

30

. http://ukasbaik.wordpress.com/2007/11/28/zakat-dan-upaya-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia/: 17-4-2008


(60)

{

[4 , Š

v[;7<0O

X

)

Artinya : “ sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat (amilin), para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatau ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi maha bijaksana.(QS: At-Taubah : 60)

Dimana zakat hanya diperuntukkan bagi 8 golongan saja (ashnaf) yaitu: orang-orang fakir, miskin, amil zakat, mu’allaf, budak, orang-orang yang berhutang, jihad fi sabilillah, dan ibnu sabil. Jumhur ulama sepakat bahwa selain kelompok ini, haram menerima zakat. Dengan demikian, zakat secara inherent bersifat pro-poor dan self-targeted.

2) Perbaikan Distribusi Pendapatan. Zakat hanya diambil dari orang kaya dan diberikan hanya kepada orang miskin. Dengan demikian, zakat mendistribusikan kekayaan dari orang kaya ke orang miskin di dalam perekonomian, sehingga memperbaiki distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan dapat mengambil dua bentuk: (i) distribusi fungsional yang merujuk pada distribusi faktor produksi; (ii) distribusi kekayaan melalui transfer payments.

3) Penciptaan Lapangan Kerja. Islam mendorong penciptaan lapangan kerja dengan memfasilitasi kerjasama bisnis (partnership) melalui pelarangan riba dan penerapan zakat. Financial resources dilarang menerima fixed rent dan financial resources yang menganggur akan terkena penalti zakat.

4) Jaring Pengaman Sosial. Dalam Islam, perlindungan sosial kepada kelompok miskin adalah berlapis-lapis.

4.3) Perlindungan pertama berasal dari keluarga dan kerabat dekat. Al-Qur’an QS: Al-Baqarah : 233 yang berbunyi :


(61)

=>

+

=vW

‘_

0

C

=>

\4

&/

’JOS&

C

“

%&

0•

& •

Artinya : “Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian

4.3) Perlindungan kedua datang dari kaum muslim secara kolektif . Al-Qur’an QS Ad-Dzariyat :19 yang berbunyi :

g

5

/H Q

&

%

*s0O

'

99, j&

t " LR t

Xuv

Artinya : “ Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”(QS :Ad-Dzariyat : 19)

4.3) Dan perlindungan terakhir datang dari negara melalui dana zakat . Al-Qur’an QS:At-Taubah :60.31 Yang berbunyi :

w

01ZR

$

#Ž2 -0Top&

" $#h , &

567 28901%&

5s

120W%&

LM/] , Š

LUhS&U

1%&

/HMŠˆ

W,W-‰ 5

)V

-r•"&

56

r"2 %&

‰ 5

; <0

1 7# # / - * 2 2 9 <# #2 <#

$. >. G 2 *# H # % - % 2 <

- #3# $ I ,


(1)

keberadaan BAZDA Kab. Karawang, sehingga masyarakat mengetahui adanya badan resmi yang mengelola dana Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS)


(2)

dan dapat memudahkan BAZDA Kab. Karawang dalam melaksanakan pendistribusian dana-dana tersebut, dengan begitu masyarakat mudah untuk meminta haknya kepada BAZDA Kab. Karawang. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah meskipun sosialisasi sudah dilakukan dengan berbagai macam cara tetapi pamahaman masyarakat untuk sadar akan arti berzakat, infak, dan shadaqoh masih kurang dan masih sedikitnya pemahaman masyarakat tentang pengelolaan zakat serta kurang percayanya masyarakat terhadap BAZDA Kab. Karawang sebagai badan resmi pengelola dana zakat, infak, dan shadaqoh dan masih banyaknya masyarakat yang bersifat tradisional dalam pendistribusiannya. B. SARAN

1. Maksimalkan perangkat kelembagaan agar bisa terlihat oleh masyarakat sebagai bentuk lembaga yang mengelola zakat dan menjaga citra lembaga yang dipandang sebagai lembaga pengelola Zakat, Infaq, dan Shadaqah yang dipercaya dan transparan

2. Perlunya sosialisasi yang sungguh-sungguh atas pentingya penyaluran zakat melalui lembaga amil zakat kepada masyarakat.

3. Sosialisasi zakat secara terus menerus yang sesuai dengan hukum Islam, hikmah dan tujuannya secara merinci dan sesuai tata cara perhitungannya, perlu ditingkatkan baik itu melalui media apa saja ( surat kabar, brosur, pamplet, baliho, majalah, maupun audio visual)


(3)

4. Pengumpulan dana zakat jangan terpokus ke zakat profesi saja, akan tetapi zakat-zakat yang lain serta infaq dan shadaqoh harus di kelola dan juga dikembangkan, agar masyarakat percaya dengan kinerja lembaga Badan Amil Zakat

5. Perlunya tenaga ahli yang menggeluti bidang zakat, infaq, shadaqah, sehingga dalam menjalankan kerjanya sesuai dengan bidang yang dimikinya.

6. Kurang efektipnya para pengurus sehingga dalam melayani masyarakat kurang memuaskan tanpa harus menunggu para pengurus BAZ.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Rasyad, Syarifudin dan Baihaqi Abdul Majid (ed), Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan ; System Syariah Perjalanan Gagasan BMT di Indonesia, (Jakarta : PINBUK, 2001), cet. Ke-1, h. 34)

Ali , Muhammad Daud, System Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf ,(Jakarta : UI Press.1998),h.8

Al-bustani ,Ust. Karom, et. Al-kamus al-munjid, (Beirut : Dar al-Musyriq, 1996), h, 780

Al-Assal ,Muhammad Ali, Prinsip Dan Tujuan Hukum Islam.(Bandung :CV. Pustaka Insani,1999),h.109

Baumalim, Chaider S.dan Irfan Abu Bakar, Revitalisasi Filantropi Islam : Studi Kasus Lembaga Zakat dan wakaf di Indonesia. ( Jakarta : Pusat Budaya Dan Bahasa UIN Jakarta, 2005)

Bariadi Lili,dkk, Zakat dan Kewirausaha , (Jakarta : Centre For Entrepreneurship Development,2005), h.53

DepDikBud. Kamus Besar Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), cet. Ke-3, h.308

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DEPAG RI, Peradilan agama, tahun 2001, h. 455

Doa, H.M. Djamal, Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta,(Jakarta :Nuansa Madani,2001),h.28

Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran Dalam Fiqih Kontemporer, (Jakarta : salemba Diniyah, 2002), h. 11

Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern(Jakarta : GIP,2002),H.1-2 Http://Ukasbaik.Wordpress.Com/2007/11/28/Zakat-Dan-Upaya-Pengentasan-Kemiskinan-Di-Indonesia/: 17-4-2008 Http://Ukasbaik.Wordpress.Com/2007/11/28/Zakat-Dan-Upaya-Pengentasan-Kemiskinan-Di-Indonesia/: 17-4-2008 Http://Ukasbaik.Wordpress.Com/2007/11/28/Zakat-Dan-Upaya-Pengentasan-Kemiskinan-Di-Indonesia/: 17-4-2008


(5)

Http://Ukasbaik.Wordpress.Com/2007/11/28/Zakat-Dan-Upaya-Pengentasan-Kemiskinan-Di-Indonesia/: 17-4-2008

http://padangmedia.com/news/122/article/1724/2007-10-10.html: 17-4-2008

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=1&fname=eko102_19.htm

Idris, Sofwan , Gerakan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Pendekatan Transformatif),(Jakarta : PT.Citra Putra Bangsa, 1997), Cet. Ke-1.h.249

Mahmud al- ba’ly , Dr. abdul al-hamid. Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter Dan Keuangan Syari’ah, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 1991), h. 03 Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi,(Yogyakarta : BPFE,2002),cet.

Ke-1,h.26

Profil BAZ Karawang 2005

Profil BAZ, “Risalah Tazkiah “ edisi 02/Mei/2006/Robiul Tsani 1427 H, hal. 7 Profil BAZ Kabupaten Karawang 2007

Program Kerja BAZ Kabupaten Karawang, 2008

Qardawi ,Yusuf, Hukum Zakat (Fiqhuz Zakat)(libanon,1973), cet. ke-2

Qadir, Abdurrahman , Zakat : Dalam Dimensi Mahdhah Dan Social (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 1998),cet.ke-1,h.65-69

Rahardjo , M. Dawam, Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi; ( Jakarta : LSAF, 1999), Cet. ke-1,h.397)

Ritongga , Rahman dan Zainudin, Fiqh Ibadah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997),h.200-201

Salam, Syamsir & Jaenal Aripin & , Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : UIN press, 2006 ), h.30

Salmadanis, MA „Posisi Zakat Dalam Mengurangi Kemiskinan”

Syahhatih, Syauqi Ismail, Prinsip Zakat Dalam Dunia Modern. Alih bahasa. Ansari uma,( Jakarta : Pustaka Dian), h. 9


(6)

Sumodiningrat , Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Social (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), cet. Ke-1, h. 69

Tara ,M. Azwir Dainy, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (Jakarta : Nusa Madani, 2001), cet,. Ke-1, h. 4

Tjiptono ,Fandy, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta : Andi, 2001), cet. Ke-5, h.185 Wibisono ,Yusuf, Makalah disampaikan pada Focus Group Discussion BAZNAS

– Dompet Dhuafa “Tolak Ukur dan Strategi Mengefektifkan Impact Pemberdayaan Zakat Menuju Sistem Ekonomi Berkeadilan”, Jakarta, 14 Maret 2007.

W.H.S. Poerwadaminta, Kamus umum Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1991), cet. Ke-7, h.269