Bab II Pemahaman Wedding Chapel
9 2.2
Tahapan Pernikahan
Pernikahan yang sah tidak hanya bergantung pada hukum negara namun juga tergantung pada agama dan kepercayaan masing-masing. Pencatatan
pernikahan secara hukum negara didata oleh Dinas Catatan Sipil masing-masing daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975
tentang Perkawinan Bab II Pasal 3 ayat 1 , disebutkan bahwa setiap orang yang
akan melangsungkan perkawinan harus memberitahukan kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan akan dilangsungkan. Pemberitahuan dan
pengurusan administrasi negara mengenai pencatatan surat nikah tersebut dilakukan sekurang-kurangnya 10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.
Secara umum, biasanya penandatanganan surat nikah ini dilakukan setelah upacara pernikahan agama masing-masing berlangsung.
Dalam agama Kristen dan Katolik sendiri, pernikahan biasanya diawali dengan pengisian formulir pemberkatan nikah yang diurus di sekretariat gereja
masing-masing. Setelah melengkapi persyaratan administrasi, tahap selanjutnya yang harus dilakukan mempelai adalah mengikuti konseling pra-nikah. Pada tahap
ini, calon pengantin akan diberi pelajaran mengenai kehidupan rumah tangga menurut iman Kristiani. Masa konseling bergantung pada gereja masing-masing.
Tahapan terakhir adalah pemberkatan nikah yang dipimpin oleh pendeta, pastor atau romo.
Sedangkan untuk pernikahan campuran, dimana calon mempelai mempunyai kewarganegaraan yang berbeda, dan salah satunya adalah warga negara
Indonesia, maka Dinas Catatan Sipil memerlukan data administrasi persyaratan khusus menyangkut identitas mempelai, seperti surat keterangan imigrasi, surat
keterangan tempat tinggal, surat izin menikah dari kedutaan, dsb.
2.3 Pengertian Chapel
Menurut wikipedia.org, chapel yang dalam bahasa Indonesia ditulis “kapel” merupakan sebuah gereja kecil, tempat ibadah sekunder umat Kristiani. Chapel bisa
merupakan milik perseorangan maupun milik lembaga atau bagian dari gereja besar. Chapel memiliki sifat ruang yang formal karena digunakan untuk kegiatan
yang membutuhkan ketenangan serta kekhusyukan sendiri. Tidak heran biasanya bangunan chapel mempunyai bentuk yang kaku dan sesuai dengan filosofis dan
Bab II Pemahaman Wedding Chapel
10
pengertian dalam agama itu sendiri. Namun seiring perkembangan jaman dan potensi pariwisata, desain chapel sudah banyak dan bervariasi serta lebih mengarah
kepada bisnis komersial, sehingga keluaran yang didapatkan adalah bentuk chapel yang unik dengan penggunaan material yang mendukung demi mencapai keindahan
tampak bangunan dan memaksimalkan view yang didapatkan.
2.4 Wedding Chapel
Dari beberapa pengertian perkawinan wedding dan kapel chapel pada subbab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa kapel perkawinan atau
wedding chapel adalah gereja kecil yang difungsikan sebagai wadah kegiatan
pemberkatan nikah. Tidak semua agama bisa menggunakan chapel sebagai tempat mengesahkan hubungan pernikahan. Agama Kristen memperbolehkan acara
pemberkatan nikah diadakan di gereja maupun di luar gedung gereja seperti wedding chapel
. Namun berbeda dengan Agama Katolik yang melarang umatnya untuk mengadakan prosesi sakramen pernikahan di luar gedung gereja. Sakramen
pernikahan yang diadakan di luar gedung gereja Katolik bisa didapatkan hanya ada sesuatu hal yang darurat, dan atau mendapatkan persetujuan dari paroki atau bagian
keuskupan di gerejanya. Hal mendasar yang harus diutamakan adalah terbentuknya suasana yang sakral dan kudus dari setiap acara pemberkatan nikah yang dilakukan.
Wedding chapel biasanya dikelola oleh pribadi maupun manajemen, yang
terpisah atau bahkan tidak berhubungan dengan komplek gereja seperti pengertian aslinya. Alasan utama orang melakukan pemberkatan nikah di Wedding Chapel
adalah untuk mendapatkan suasana baru yang berbeda dan untuk hal dokumentasi kenangan yang tidak dapat diulang kembali. Selain itu, wedding chapel juga
digunakan untuk memperbaharui perjanjian nikah atau bahkan untuk pemberkatan nikah bagi orang yang pernah bercerai karena terkadang ada beberapa gereja yang
memiliki prinsip untuk tidak menerima pemberkatan nikah bagi mereka yang sudah pernah bercerai. Penggunaan wedding chapel juga terkesan lebih fleksibel dan
cenderung tidak ribet karena mereka menyediakan jasa paket komplit acara pernikahan mulai dari penyewaan chapel hingga pemenuhan kebutuhan organisir
acara dengan harga yang terjangkau.
Bab II Pemahaman Wedding Chapel
11 2.5
Kajian mengenai budaya wisatawan mancanegara dengan agama kristiani
Pernikahan memiliki banyak persepsi di kalangan masyarakat. Perbedaan persepsi yang sangat kontras dapat dilihat dari sudut pandang, pemikiran dan
kebiasaan orang timur, khususnya Indonesia dengan orang barat. Kebudayaan Timur menganggap pernikahan merupakan suatu yang penting, agamawi dan
membutuhkan komitmen satu sama lain. Kebiasaan ini membuat pernikahan lebih bersifat sakral dan suci. Sedangkan kebiasaan Barat umumnya menganggap
pernikahan sebagai suatu perayaan kebahagiaan pasangan, oleh karena itu pernikahan lebih cenderung bersifat selebrasi atau pesta perayaan semata. Kedua
sudut pandang mengenai pernikahan ini menjadi sebuah titik acuan untuk menetapkan spesifikasi proyek nantinya.
Prosesi pernikahan agama Kristen banyak digunakan dan seolah-olah menjadi tren gaya pernikahan internasional. Pernikahan bergaya internasional
banyak digunakan oleh orang-orang mancanegara. Walaupun calon mempelai tidak menganut Kristen, namun gaya internasional prosesi pernikahan Kristen tetap
digunakan untuk gaya pernikahan mereka. Namun fungsi pendeta sebagai pemimpin agama yang memberkati pernikahan dalam hal ini diganti dengan teman
atau kerabat terdekat yang menyatukan dengan membacakan perjanjian pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa kapel bisa digunakan sebagai tempat pemberkatan
pernikahan oleh mereka yang beragama Kristen dan bagi mereka, dalam hal ini adalah wisatawan mancanegara yang menggunakan pernikahan bergaya
internasional. Pada dasarnya keputusan ini menjadi kebijakan petinggi agama masing-masing calon pengantin.
2.6 Prosesi Pemberkatan Pernikahan