BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gangguan Jiwa
2.1.1. Definisi
Menurut Townsend 1996 mental illness adalah respon penyesuaian diri yang tidak sesuai terhadap stressor dari lingkungan
dalam atau luar yang ditunjukkan dengan pola pemikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma disekitar, budaya
atau kebiasaan yang kemudian mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik seseorang. Gangguan jiwa menurut Depkes RI 2000
merupakan perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan fungsi jiwa menjadi terganggu kemudian menimbulkan penderitaan dan
menghambat seseorang dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa atau mental illness adalah kendala yang
harus dihadapi oleh individu karena relasinya dengan orang lain terhambat karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya
terhadap dirinya sendiri-sendiri Djamaludin, 2001. Gangguan jiwa adalah terganggunya cara berpikir cognitive, keinginan volition,
emosi affective, tindakan psychomotor Yosep, 2007.
2.1.2. Penyebab Timbulnya Gangguan Jiwa
Penyebab umum gangguan jiwa menurut Santrock 1999
dibedakan atas 2 dua penyebab, yaitu : 2.1.2.1. Sebab-sebab jasmaniahbiologic
1. Keturunan Peran yang dianggap sebagai penyebab yang belum jelas,
terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat didukung dengan situasi
lingkungan kejiwaan yang tidak sehat. 2. Jasmaniah
Kondisi tubuh individu yang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk endoform
cenderung menderita psikosa manic depresif, sedang yang kurus ectoform cenderung menjadi skizofrenia.
3. Temperamen Individu yang terlalu sensitif terkadang mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
4. Penyakit dan Cedera Tubuh Penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit jantung, kanker
dan sebagainya bisa saja menyebabkan merasa murung dan sedih. Cedera atau cacat tubuh tertentu juga dapat
menyebabkan rasa rendah diri.
2.1.2.2. Sebab Psikologis
Berbagai macam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan
sifat untuk selanjutnya. Kehidupan manusia dapat dibagi atas 7 masa dan dalam keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya
gangguan jiwa. 1. Masa bayi
Masa bayi menjelang usia 0-2 tahun, dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada
masa ini. Kasih sayang dan cinta dari seorang ibu akan memberikan rasa hangat dan aman bagi bayi dan dikemudian
hari akan menjadikan pribadi yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, apabila sikap seorang ibu dingin, acuh
tak acuh bahkan menolak maka dikemudian hari akan berkembang menjadi pribadi yang bersifat menolak dan
menentang lingkungan. Sebaiknya apabila dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan terlindungi,
sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa maka akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
2. Masa anak pra sekolah antara 2 sampai 7 tahun Di usia ini sosialisasi sudah mulai dijalankan dan telah
tumbuh disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini yang mendalam maupun ringan akan menimbulkan rasa tidak
aman sehingga ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, ia mungkin akan nurut, menarik diri atau malah
menentang dan memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang dari orang tua tidak akan disiplin karena tidak ada
panutan, pertengkaran dan keributan yang membingungkan sehingga menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. Hal-
hal tersebut merupakan dasar yang kuat untuk menimbulkan tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak
dikemudian hari. 3. Masa Anak sekolah
Masa ini ditandai dengan pertumbuhan fisik dan intelektual yang pesat. Pada masa ini anak mulai memperluas lingkungan
pergaulannya. Keluar dari batasan keluarga. Kekurangan atau cacat fisik dapat menimbulkan maladaptive. Lingkungan sangat
berpengaruh dalam hal ini anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya dapat melakukan kompensasi yang positif atau
kompensasi negatif. Sekolah merupakan tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan
memperluas pergaulannya, menguji kemampuan, dituntut berprestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya
meskipun tak disukai oleh si anak.
4. Masa Remaja
Pada masa
ini akan
terjadi perubahan-perubahan
fisikjasmaniah misalnya timbulnya tanda-tanda sekunder ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian Sedangkan secara kejiwaan,
pada masa ini terjadi pergolakan- pergolakan hebat. Pada masa ini juga seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya,
di suatu pihak ia merasa sudah dewasa hak-hak seperti orang dewasa, sedangkan di lain hal ia masih belum sanggup dan
belum ingin
menerima tanggung
jawab atas
semua perbuatannya.
Menentang terhadap
otoritas, senang
berkelompok serta idealis merupakan sifat-sifat yang sering terlihat. Lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan
sangat membantu menunjang proses kematangan kepribadian di usia remaja.
5. Masa Dewasa muda Individu yang telah melalui masa-masa sebelumnya dengan
aman dan bahagia akan memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri. Umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan
pada masa ini. Sebaliknya seseorang yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, apabila mengalami masalah
pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan jiwa.
6. Masa dewasa tua
Yang menjadi patokan pada masa ini aka tercapai apabila status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Sebagian
individu berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri, pesimis. Keluhan jiwa berat misalnya murung,
kesedihan mendalam diikuti kegelisahan yang hebat bahkan berusaha bunuh diri.
7. Masa Tua Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan pada
masa ini yaitu : berkurangnya daya tanggap, daya ingat, daya belajar, kemampuan fisik dan kemampuan sosial ekonomi yang
menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan terjadinya kesalah pahaman orang tua terhadap
orang di sekitarnya, berperasaan merasa diasingkan karena kehilangan teman sebaya, terbatas bergerak dapat menimbulkan
kesulitan emosional yang cukup hebat.
2.1.2.3. Sebab Sosio Kultural
Kebudayaan secara teknis merupakan ide atau tingkah laku yang dapat dilihat dan tidak terlihat. Budaya bukan
merupakan faktor penyebab langsung yang menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan
“warna” gejala- gejala.
Disamping mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian individu misalnya melalui aturan- aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
Menurut Santrock 1999 beberapa faktor kebudayaan tersebut :
1. Cara-cara membesarkan anak Membesarkan anak dengan cara yang kaku dan otoriter akan
menyebabkan hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa akan bersifat sangat agresif
atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
2. Sistem Nilai Sistem nilai moral dan etika yang berbeda antara
kebudayaan yang satu dengan budaya yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah
kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah atau di sekolah dengan yang di terapkan di masyarakat sehari-
hari. 3.
Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada Iklan-iklan di radio, televisi, surat kabar, film dan lain-lain
menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup
sehari-hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang
dapat merugikan masyarakat. 4. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan semakin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-
hasil teknologi modern. Hal tersebut memicu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin
bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan
upah menjadi rendah. Gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas
dan sebagainya merupakan sebagian faktor penyebab yang mengakibatkan perkembangan kepribadian yang tidak normal.
5. Perpindahan kesatuan keluarga Untuk seorang anak yang sedang mengembangkan
kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan baik dari segi budaya dan pergaulannya akan sangat mengganggu.
6. Masalah golongan minoritas Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan minoritas
dari lingkungan dapat menjadi pemicu pemberontakan yang selanjutnya akan tampak dalam bentuk sikap acuh atau
melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak.
2.1.3. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep 2007 adalah
sebagai berikut :
1. Ketegangan tension, merasa putus asa dan tampak
murung, gelisah, cemas, melakukan perbuatan-perbuatan yang terpaksa convulsive, histeris, merasa lemah, tidak
mampu mencapai tujuan, takut, berpikiran buruk. 2.
Gangguan kognisi pada persepsi: sering berpransangka bahwa ada sesuatu bisikan yang memerintah untuk
membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara
tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri seseorang sebagai bentuk kecemasan yang berat untuk
dirasakan. Hal ini disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya menurut orang lain hal tersebut tidak ada. 3.
Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah abulia sulit untuk memutuskan sesuatu atau memulai
tingkah laku, susah bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
4. Gangguan emosi: klien merasa senang dan gembira yang
berlebihan. Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain
waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya depresi bahkan berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
5. Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas yaitu ditandai dengan
melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan
apa-apa yang tidak diperintah atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan
aneh. Yosep, 2007.
2.1.4. Penanganan Gangguan Jiwa